Martin menatap datar pada seorang gadis muda yang sedang berdiri di hadapannya sembari menundukkan kepala. Smirk jahat nampak menghiasi bibir sexynya yang terlihat basah setelah menikmati vodka dari sebuah botol.
"Siapa namamu?.
Tubuh Cristabelle bergetar hebat begitu dia mendengar suara yang begitu dingin dari pria yang sedang duduk di hadapannya. Dia sangat ketakutan, itu sudah pasti. Bagaimana tidak takut, pria yang duduk di hadapannya adalah seorang mafia besar bernama Martin Knight. Mafia ini di kenal sangat bengis dan tidak pandang bulu dalam menghabisi semua musuh-musuhnya. Dan Cristabelle benar-benar bernasib sial karena harus berurusan dengan mafia mengerikan ini akibat kecerobohan yang dia lakukan.
Niat awal Cristabelle datang ke club ini hanyalah untuk melihat seperti apa rupa dari seorang Martin Knight. Tapi siapa yang menyangka kalau niatnya itu harus berakhir dengan kejadian seperti ini. Cristabelle di tuduh ingin mencelakai bos mafia tersebut dengan cara membubuhkan racun pada minumannya. Kesialannya ini bermula ketika ada seorang pria asing yang meminta bantuannya untuk mengantarkan minuman yang telah di pesan oleh Martin. Awalnya Cristabelle menolak karena dia bukanlah pelayan yang bekerja di club ini, namun pria itu tetap memaksa dengan mengatakan kalau perutnya sedang tidak enak dan harus segera pergi ke toilet. Cristabelle yang tidak tega akhirnya bersedia menggantikan pria itu untuk mengantarkan minuman ke ruangan khusus milik sang mafia. Dan setelah dia mengantarkan minuman tersebut, tiba-tiba saja dia tidak di izinkan untuk keluar. Bagai tersambar petir Cristabelle syok begitu melihat minuman yang dia bawa tiba-tiba saja mengeluarkan kepulan asap putih setelah di tuang keatas lantai. Sontak saja kejadian tersebut membuat para pengawal Martin berdatangan masuk ke dalam ruangan. Alhasil, sekarang Cristabelle harus berurusan dengan puluhan pengawal berseragam hitam yang sedang mengelilinginya sembari menodongkan senjata. Manusia mana yang tidak gemetar ketakutan ketika di hadapkan dengan situasi semengerikan ini? Kurang lebih seperti itulah yang sedang di rasakan oleh Cristabelle saat ini. Dia sadar kalau nyawanya benar-benar sudah berada di ujung tanduk.
"Bos sedang bertanya padamu. Ayo jawab!.
"Ssstttt, jangan terlalu kasar padanya, Noran. Nanti dia bisa menangis" tegur Martin sambil terus menelisik bentuk tubuh gadis yang sedang berdiri ketakutan di hadapannya.
Noran mengangguk. Dia kemudian berjalan mendekat, menyentuh dagu runcing milik gadis yang ingin mencelakai bosnya menggunakan ujung jari telunjuk.
"Beritahu siapa namamu sekarang juga atau aku akan meminta semua pria yang ada di club ini untuk menggilirmu. Bagaimana?Apa kau tertarik untuk mencobanya?.
"T-tidak, tuan. A-aku akan menjawab" sahut Cristabelle dengan suara tersendat. "Namaku, namaku Cristabelle. Usiaku dua puluh tahun!.
Mata elang Martin terus memperhatikan setiap jengkal raut ekpresi di wajah gadis bernama Cristabelle tersebut. Dia sedikit tidak suka ketika mendapati raut pucat disana.
"Kau menakutinya, Noran. Menjauhlah! Biarkan dia berbicara dengan leluasa."
"Tapi bos, j*lang ini..
"A-aku bukan j*lang. Aku-aku gadis baik-baik" sela Cristabelle cepat. Dia tidak terima di sebut wanita seperti itu oleh pria yang kini sedang menatapnya dengan sangat marah.
"Kau! Beraninya kau memotong ucapanku!" teriak Noran emosi.
Prok,prok,prokk
"Luar biasa, aku suka dengan keberanianmu, Cristabelle. Kemarilah, mendekat padaku!" perintah Martin setelah puas bertepuk tangan.
Noran segera mundur menjauh begitu dia menyadari maksud dari tatapan mata bosnya. Sekarang dia paham kenapa bosnya tidak langsung menghabisi gadis ini meskipun tahu kalau gadis ini berniat meracuninya.
"T-tuan, a-aku bukan j*lang. Aku juga tidak berniat untuk meracunimu. Sungguh!" ucap Cristabelle memberanikan diri untuk menatap wajah sang mafia. "Aku di jebak, pria itu yang memaksaku untuk memberikan minuman ini padamu. Aku sama sekali tidak tahu kalau di dalamnya ada racun. Tolong percaya padaku, tuan. Aku tidak bersalah!.
"Apa aku meminta penjelasan darimu, hem?" tanya Martin mulai kesal karena perintahnya tidak segera di turuti oleh Cristabelle.
"Tapi tuan, aku...
"Seret dia kemari!" teriak Martin sembari menggeram marah.
Dua orang pengawal bertubuh besar segera menarik tangan Cristabelle kemudian membawanya mendekat kearah Martin.
"Duduk diatas pangkuanku!" perintah Martin sambil menepuk-nepuk pahanya. "Sekarang Cristabelle. Jangan menungguku bicara untuk yang kedua kalinya atau aku akan mematahkan kedua kakimu saat ini juga. Lakukan sekarang!.
Sambil menahan tangis Cristabelle akhirnya menuruti keinginan Martin. Dia kikuk ketika wajahnya berada dalam jarak pandang yang begitu dekat dengannya.
"Ada apa, hem?Kau kelihatan begitu takut padaku. Kemana perginya mental bajamu yang ingin meracuniku tadi?.
"T-tuan, tolong percaya padaku. Bukan aku yang ingin mencelakaimu, tapi itu adalah ulah pria asing yang aku temui di depan club. Dia yang memaksaku untuk memberikan minuman itu padamu. Tolong percayalah padaku, tuan. Aku tidak bohong" jawab Cristabelle terus berusaha meyakinkan Martin kalau dirinya tidak bersalah.
"Bukti apa yang bisa kau berikan padaku, hem? Aku bukan orang yang bisa dengan mudah di bodohi oleh pembunuh amatiran sepertimu, Cristabelle. Kau perlu menunjukkan sesuatu yang cukup kuat untuk bisa meyakinkan aku kalau kau benar-benar tidak bersalah dalam hal ini" tanya Martin sambil memilin rambut Cristabelle yang berwarna hitam pekat.
"Bukti?" beo Cristabelle kemudian segera berfikir keras mengenai bukti yang di inginkan oleh Martin. "Ah ya, CCTV. Tadi aku bertemu dengan pria itu di dekat pintu masuk club ini. Tuan bisa meminta seseorang untuk memeriksakan rekaman tersebut. Itu adalah satu-satunya bukti nyata kalau aku tidak bersalah. Aku benar-benar tidak bersalah!.
Tanpa harus di perintah oleh bosnya Noran segera menghubungi bagian keamanan club. Dia kemudian menyalahkan layar televisi yang ada di ruangan tersebut. Tak lama kemudian sebuah video CCTV mulai di tayangkan. Terlihat disana Cristabelle yang sedang berjalan masuk ke ruangan ini sambil membawa nampan berisi minuman beracun di tangannya.
"Ini, bagaimana mungkin? Tadi itu aku benar-benar bertemu dengannya di dekat pintu masuk club. Kalian-kalian pasti sudah menyabotase rekaman itu, iya kan?" ucap Cristabelle tanpa sadar melayangkan tuduhan.
Bukannya marah, Martin malah terpesona melihat kecantikan Cristabelle. Dia sampai tidak fokus dengan permasalahan yang sedang terjadi disana. Matanya sibuk memperhatikan setiap jengkal bagian wajah gadis yang sedang duduk gelisah di pangkuannya.
"Beraninya kau menuduh kinerja orang-orangnya Bos Martin. Kau sudah bosan hidup rupanya!" sergah Noran dingin.
Cristabelle menelan ludah. Dia kemudian menoleh kearah sang mafia yang hanya diam saja sambil menatap wajahnya.
"T-Tuan Martin, rekaman itu tidak benar. Seharusnya disana ada rekaman yang memperlihatkan pria itu saat memaksaku mengantarkan minuman. Aku sungguh hanya orang yang di jebak, tuan. Aku tidak bersalah" ucap Cristabelle menghiba. "Tolong percaya padaku, tuan. Bukan aku yang menaruh racun di dalam minumanmu. Bukan aku..."
"Siapkan mobil, kita pergi dari sini sekarang" perintah Martin tak menghiraukan hibaan Cristabelle.
"Baik bos!" sahut Noran kemudian memerintahkan anak buahnya untuk keluar dari ruangan itu.
Jantung Cristabelle hampir terlepas saat tubuhnya tiba-tiba di angkat kemudian di letakkan diatas bahunya Martin. Dia kemudian mencoba berontak ketika menyadari kalau Martin akan membawanya pergi.
"Tuan tolong lepaskan aku. Kau mau membawaku kemana!" teriak Cristabelle ketakutan sambil memukuli punggung Martin.
"Aku akan membawamu ke tempat yang seharusnya" jawab Martin sambil mengulum senyum.
"M-maksud tuan?.
"Diamlah. Kau akan tahu sendiri nanti!.
Cristabelle akhirnya hanya bisa pasrah. Dia diam menurut ketika tubuhnya di masukkan ke dalam bagasi mobil. Sebelum pintunya di tutup, Martin memberitahunya kemana dia akan di bawa pergi.
"Cristabelle, karena kau tidak bisa memberikan bukti yang bisa meyakinkan aku kalau kau tidak bersalah, maka dengan sangat terpaksa aku akan menghukummu. Mulai detik ini, nyawamu adalah milikku. Jadi persiapkanlah dirimu sebaik mungkin. Oke!.
🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴
🌴 VOTE
🌴 LIKE
🌴 COMMENT
🌴 RATE BINTANG LIMA
Bruggghhhhhh
Cristabelle mengaduh pelan ketika tubuhnya di lempar keatas ranjang. Dia segera beringsut menjauh melihat Martin yang bergerak mendekatinya.
"T-tuan, k-kau mau apa?" tanya Cristabelle panik.
"Menurutmu?.
Martin menyeringai. Dia segera menarik lengan Cristabelle ketika melihatnya ingin kabur dari ranjang. Dengan cepat dia membanting tubuh Cristabelle keatas kasur kemudian menindihnya.
"Ada apa? Kenapa wajahmu berkeringat seperti ini?" tanya Martin sembari mengusap bibir pucat Cristabelle yang terus bergetar.
"T-tuan, aku mohon jangan seperti ini. Tolong turun dari atas tubuhku, aku tidak nyaman" jawab Cristabelle menahan tangis.
"Kau berani memerintahku?.
Cristabelle langsung menggeleng cepat. Setengah mati dia menahan tubuh kekar mafia tersebut agar tidak semakin menekan tubuhnya. Jujur saja, ini adalah pertama kalinya Cristabelle berada dalam jarak seintim ini dengan seorang pria. Wajar saja kalau dia merasa sangat ketakutan dan juga tidak nyaman. Di tambah lagi Cristabelle bisa merasakan kalau ada benda tumpul di bawah sana yang sedang menusuk-nusuk pahanya. Dia sadar kalau birahi Martin mulai naik, dan Cristabelle tidak mau jika harus kehilangan keperawanan di tangan pria yang bukan suaminya.
"A-aku tidak berani, tuan. Tapi aku benar-benar tidak nyaman dengan posisi ini. Kau-kau membuatku takut" jawab Cristabelle lirih.
Martin terdiam. Dia menatap lekat manik mata Cristabelle ketika berbicara. Bukan tanpa alasan kenapa Martin berbuat seperti ini pada Cristabelle. Sebenarnya Martin menyembunyikan sebuah rahasia besar, dan juga sebenarnya Martin tahu kalau gadis ini hanya di jadikan sebagai kambing hitam oleh salah satu musuhnya. Dan mengenai rekaman CCTV di club itu, Noran melakukan tugasnya dengan sangat baik. Kaki tangannya itu bergerak tanpa perlu dia suruh dengan memanipulasi rekaman supaya tidak memperlihatkan kejadian dimana Cristabelle yang memang sedang di paksa untuk membawakan minuman ke ruangannya. Dark Knight adalah salah satu club miliknya, jadi siapa yang bisa mencelakai Martin di daerah kekuasaannya sendiri? Sungguh bodoh orang itu, dan Martin sengaja menggunakan hal ini untuk menjerat Cristabelle agar terus berada di bawah kendalinya. Ya, sudah sejak lama Martin mengawasi gerak-gerik gadis ini. Atau bisa di katakan kalau sebenarnya Cristabelle sudah resmi menjadi miliknya sejak dia berusia sepuluh tahun. Jika kalian penasaran, maka bersabarlah karena Martin belum bersedia untuk membuka rahasia ini di hadapan kalian semua.
"Cristabelle, aku tahu kau sebelumnya tidak pernah datang ke tempat-tempat seperti Club Dark Knight. Tapi kenapa malam ini kau bisa tersesat disana? Adakah seseorang yang sengaja mengirimmu untuk mendekatiku?" tanya Martin penasaran.
Seorang Martin tidak mungkin tidak mengetahui kedatangan Cristabelle di club miliknya. Dia hanya penasaran kenapa gadis ini mau repot-repot datang ke tempat seperti itu. Sudah jelas pasti ada sesuatu yang mendorong Cristabelle untuk datang mencarinya.
"Tuan, aku-aku tidak di kirim oleh siapapun. Aku-aku datang atas inisiatifku sendiri, sungguh" jawab Cristabelle jujur. "Tapi, darimana tuan tahu kalau aku tidak pernah mengunjungi club? Apakah selama ini tuan mengawasiku?.
Martin tersenyum. Dia lalu menelusuri wajah pucat Cristabelle dengan satu jarinya.
"Apa aku terlihat seperti orang yang kurang kerjaan sehingga kau bisa menuduhku sedang mengawasimu? Dan juga bukankah tadi adalah pertemuan pertama kita, hem?" jawab Martin memutar balikkan fakta.
Cristabelle berfikir sebentar kemudian mengangguk. Benar juga, mereka baru pertama kali bertemu saat di club tadi. Tapi kenapa Cristabelle merasa kalau sebenarnya Martin mengetahui banyak hal tentangnya?.
"Kenapa? Apa kau merasa tidak puas dengan jawabanku?.
"Tidak, tuan. Hanya saja, hanya saja aku merasa kalau tuan itu sedikit berbeda padaku. Semua orang bilang kalau tuan itu sangat kejam, tuan juga tidak akan segan-segan untuk membunuh orang yang ingin mencelakai tuan. Lalu kenapa tuan tidak membunuhku?.
Entah mendapat keberanian darimana Cristabelle berani bertanya seperti itu pada Martin. Biarlah, kalaupun setelah ini dia harus mati, baginya itu cukup setimpal asalkan Cristabelle bisa menemukan fakta kenapa nama mafia dingin ini bisa tertulis di surat wasiat yang di tinggalkan oleh ayahnya. Cristabelle ingin tahu ada keterlibatan apa Martin dengan kematian keluarganya.
"Karena aku belum puas bermain denganmu, sayang. Nanti, nanti kau pasti akan mati juga di tanganku. Tapi itu nanti, bukan sekarang" jawab Martin mempermainkan keinginantahuan Cristabelle.
Martin tahu kalau gadis ini sebenarnya ingin menyelidikinya. Dan dia sengaja memberikannya ruang untuk melakukan hal itu. Martin ingin tahu langkah seperti apa yang akan di lakukan oleh Cristabelle. Dia penasaran apakah gadis sepolos ini berani menarik benang merah yang merujuk pada kematian kedua orangtuanya dulu. Dan tujuannya membawa Cristabelle pulang ke rumah ini adalah untuk mengajarinya cara bertahan diri dari serangan musuh-musuh yang kemungkinan besar masih mengincar nyawa Cristabelle. Karena gadis ini sebenarnya adalah.....
"Kenapa?" tanya Cristabelle lirih. Airmata mulai menggenang di pelupuk matanya. "Kenapa kau melakukan ini padaku? Aku tidak bersalah, aku di jebak. Kenapa semua orang tidak ada yang mau percaya dengan ucapanku? Aku tidak bersalah, aku tidak bersalah. Hiksss...
Tubuh Martin menegang ketika mendengar suara isak tangis Cristabelle. Perlahan-lahan dia turun dari atas tubuhnya kemudian menariknya untuk duduk. Martin tersenyum, dia mentertawai dirinya sendiri yang bisa begitu lembut menghadapi gadis ini. Berbanding jauh dengan sikapnya yang terkenal dingin dan juga acuh akan penderitaan orang lain. Sungguhlah, ini terlihat bukan seperti seorang Martin Knight. Atau karena rasa ketertarikannya pada Cristabelle yang membuat sikapnya berubah 180%?? Entahlah, hanya Tuhan yang tahu.
"Kalau memang kau tidak bersalah maka kau harus bisa membersihkan namamu dari tuduhan itu. Menangis tidak akan menyelesaikan masalah kalau kau mau tahu. Itu hanya akan membuatmu terlihat lemah dan menjijikkan. Orang mana yang akan percaya padamu kalau kau hanya bisa meratap seperti ini?" ejek Martin sembari menyeka airmata di wajah Cristabelle. "Cari tahu. Gunakan otakmu untuk mencari titik masalah dari apa yang sedang menimpamu sekarang. Bukankah kau bilang ada seorang pria yang menjebakmu?.
"Iya-iya benar, pria itu yang memaksaku membawakan minuman untukmu. Aku tidak bohong, sungguh" jawab Cristabelle dengan menggebu.
"Kalau begitu kau harus bisa membuktikannya padaku. Cari dia!.
"T-tapi bagaimana caranya? Aku tidak mengenalinya" tanya Cristabelle mulai putus asa.
"Dan kau akan menyerah begitu saja, iya!" bentak Martin. "Cristabelle, ternyata kau lebih memilih mati sia-sia ketimbang membersihkan nama baikmu sendiri. Baiklah, mulai besok kau bersiaplah menerima hukuman dariku. Dan jangan harap aku akan menolongmu meski kau menangis darah sekalipun!.
Setelah berkata seperti itu dengan kasar Martin mendorong tubuh Cristabelle hingga menabrak kepala ranjang. Dia benci melihat gadis ini begitu lemah. Tapi baru saja dia hendak memutar handle pintu, tiba-tiba saja Cristabelle memeluk kakinya. Dia kemudian menunduk, menatap dingin kearah mata gadis di bawahnya.
"Menyingkir dariku!.
"Tuan, tolong beritahu langkah apa yang harus aku ambil untuk menyelesaikan masalah ini. Aku tidak bersalah, jadi aku menolak untuk menerima hukuman!" ucap Cristabelle penuh harap.
Martin menyeringai. Akhirnya, kobaran api di diri gadis ini keluar juga.
"Jadi kau memutuskan untuk menyelidiki masalah ini?.
Cristabelle mengangguk.
"Kalau begitu kau perlu menjadi kuat dulu sebelum memulainya. Bagaimana, apa kau bersedia belajar di bawah pengawasanku?" tantang Martin sambil mencengkeram dagu Cristabelle.
Cristabelle kembali mengangguk.
"Kau bisu ya?.
"A-aku bersedia, tuan. Asalkan itu bisa membuktikan kalau aku tidak bersalah, maka aku akan patuh" jawab Cristabelle dengan cepat.
"Bagus. Sekarang kau istirahatlah, pelatihanmu akan di mulai besok!" ucap Martin lalu mengangkat tubuh Cristabelle dari lantai kemudian membawanya ke ranjang. "Aku akan langsung membunuhmu kalau kau berani menyerah. Paham?.
Cristabelle mengangguk takut. Dia diam saja ketika keningnya di kecup oleh Martin. Sebenarnya ingin melawan, tapi dia takut di bunuh. Cristabelle belum siap untuk mati sekarang karena dia perlu mencari tahu siapa yang telah membunuh kedua orangtuanya.
🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴
🌴 VOTE
🌴 LIKE
🌴 COMMENT
🌴 RATE BINTANG LIMA
Dengan langkah lebar Martin berjalan menuruni anak tangga menuju ruang bawah tanah. Setelah memastikan Cristabelle terlelap, barulah Martin keluar dari dalam kamar yang menjadi sangkar emas untuk gadis itu. Martin bergegas datang ke ruangan ini setelah di beritahu oleh Noran kalau pria yang ingin meracuninya di club tadi sudah berhasil di tangkap. Dia penasaran orang dari kelompok mana yang ingin mencari masalah dengan menjadikan Cristabelle sebagai kambing hitamnya.
"Bos!.
"Dimana bajingan itu?" tanya Martin dingin.
"Ada di dalam freezer itu bos" jawab Noran sambil menunjuk sebuah freezer berukuran besar yang ada di pojok ruangan.
Martin mengangguk. Dia segera berjalan menuju freezer tersebut kemudian membukanya. Terlihat seorang pria dengan wajah babak belur tengah meringkuk kedinginan di dalam sana. Mulutnya yang membiru terlihat bergerak-gerak, namun tidak ada satupun suara yang keluar dari mulutnya.
"Kenapa? Apa kau ingin memintaku mengeluarkanmu dari dalam sini?" tanya Martin datar.
Pria tersebut mengangguk lemah. Tangan dan kakinya yang di ikat dengan kuat membuatnya tidak bisa berkutik.
"Beritahu aku dulu siapa yang mengirimmu!.
"K-k-k...
"Jawab brengsek!" bentak Noran.
"Sudah berapa lama dia berada disini?" tanya Martin yang tanggap kenapa pria ini tidak bisa bicara.
"Kurang lebih tiga jam, bos" jawab Noran.
"Pantas saja dia tidak bisa bicara. Keluarkan dia, kita perlu dia hidup untuk mengatakan siapa orang yang telah mengirimkannya ke club. Mengingat keberaniannya mencari masalah di wilayahku, orang di belakangnya pasti bukan orang biasa. Cepat hangatkan tubuhnya agar dia bisa segera memberitahuku!.
Noran mengangguk. Dia bersama para bawahannya segera mengeluarkan pria tersebut dari dalam freezer. Setelah itu Noran memerintahkan anak buahnya untuk mengambilkan selimut tebal dan juga air hangat. Tanpa merasa iba sedikitpun Noran membuka tali yang mengikat tangan dan kaki pria itu menggunakan pisau hingga menyayat bagian kulitnya. Dia menyeringai ketika melihat darah yang mulai menetes keluar dari luka tersebut.
"Ck, kau melukainya, Noran!" tegur Martin.
"Aku bahkan sudah tidak sabar ingin segera memotong kakinya bos" jawab Noran sekenanya.
Jawaban Noran mengundang gelak tawa semua orang yang ada disana, tak terkecuali Martin. Dia dengan santai menyilangkan kaki kemudian menyodorkan gelas pada bawahannya.
"Tuangkan vodka untukku!.
"Baik bos!.
Mata Martin dan pria itu saling menatap. Terlihat jelas kalau pria itu sangat ketakutan melihat cara Martin meneguk minuman. Bahkan Martin bisa melihat dengan jelas bagaimana tubuh pria itu menggigil antara kedinginan dan juga ketakutan.
"Sudah siap untuk bicara?" tanya Martin setelah memberikan waktu sepuluh menit untuk pria itu menghangatkan tubuh.
"S-sudah, Tuan Martin" jawabnya gugup.
Noran maju mendekat. Dia langsung menyodorkan pistol ke kepala pria tersebut ketika melihat gerakan matanya yang sedang mencari celah untuk melarikan diri.
"Kita saat ini sedang berada di dalam perut bumi, jadi mustahil untukmu bisa melarikan diri dari sini. Lagipula kau tidak akan bisa lari dari mata Bos Martin karena sampah sepertimu sangat mudah untuk di temukan. Jadi aku sarankan lebih baik kau bicara jujur dan jangan pernah berfikir untuk pergi dari sini. Paham!.
"P-p-paham!.
"Kalau begitu tunggu apalagi. Cepat beritahu Bos Martin siapa orang yang telah memerintahkanmu untuk mencampurkan racun ke dalam minumannya!" sentak Noran bengis.
Sebelum bicara, pria itu nampak menelan ludah. Dia kemudian menatap takut kearah mafia dingin yang sedang menatapnya sembari menikmati segelas vodka.
"T-Tuan Martin, aku-aku hanya orang biasa yang di ancam untuk melakukan semua ini padamu. Mereka mengancam akan membunuh anak dan istriku jika aku menolak perintah yang mereka berikan. Jadi-jadi aku terpaksa melakukannya. Tolong ampuni aku, Tuan Martin. Disini aku hanyalah korban, aku tidak berdaya!.
Sudut bibir Martin tertarik keatas. Dia tak langsung mempercayai ucapan pria tersebut. Namun karena dia ingin menyimpan nyawanya dulu untuk sebuah kepentingan, jadi Martin berpura-pura untuk percaya. Dia bahkan tak ragu untuk menunjukkan sedikit rasa empatinya akan kebohongan yang di karang oleh pria tersebut.
"Jadi kau memang sengaja di minta untuk mencelakaiku?" tanya Martin dengan raut wajah yang di buat sekaget mungkin.
Binar kelegaan terlihat jelas di wajah pria itu begitu dia melihat kalau mafia ini sudah termakan kebohongannya. Sambil memasang wajah menyedihkan, dia mencoba mendramatisir keadaan disana.
"Benar, tuan. Saya mana mungkin berani mencari masalah dengan Tuan Martin. Terlalu bodoh jika saya benar-benar melakukan tanpa ada alasan besar yang mendasarinya!.
Noran menggeretakkan gigi ketika mendengar bualan pria bajingan ini. Setengah mati dia menahan keinginannya untuk tidak langsung menembak kepala pria tersebut jika dia tidak menyadari maksud dari lirikan mata bosnya yang seolah sengaja menaruh simpati. Noran juga tahu kalau pria ini sebenarnya adalah salah satu anggota dari sebuah kelompok yang memang selama ini terus menguntit kelompoknya. Itulah kenapa dia menjadi sangat geram ketika pria ini dengan tidak tahu malunya terus bicara bohong.
"Begitu ya? Lalu dimana anak dan istrimu sekarang?" tanya Martin.
"Mereka saat ini tinggal di kampung bersama orangtuaku, tuan. Biasanya aku akan mengirimkan uang setiap bulannya untuk memenuhi kebutuhan mereka disana!.
Martin mengangguk. Dia kemudian meminta pistol yang sedang di pegang oleh Noran. Setelah pistol itu berada di tangannya, dengan santai Martin melesatkan satu tembakan kearah kaki pria tersebut.
Dooorrrrr
"Aaarrrggghhhhhh.....!.
"Aku tidak peduli dengan kisah keluarga yang kau karang itu. Yang ingin aku dengar adalah siapa orang yang telah mengirimmu kemari. Jawab sekarang atau aku akan meledakkan kepalamu saat ini juga. JAWAB!.
Sambil meringis kesakitan pria itu akhirnya memberitahu Martin siapa yang telah memerintahkannya.
"Akhh, namanya Veren. Dia tergabung dalam kelompok mafia The Black yang di ketuai oleh Tuan Deon. Dia memerintahkan aku untuk meracunimu karena merasa sakit hati cintanya di tolak olehmu!.
"Veren?" beo Martin kemudian melirik kearah Noran. "Cari dan seret wanita itu ke hadapanku sekarang juga. Jika dia melawan bunuh saja lalu bawakan kepalanya padaku!.
"Baik bos!" jawab Noran kemudian segera pergi dari sana bersama beberapa anak buahnya yang lain.
Sepeninggal Noran, Martin memerintahkan anak buahnya untuk menghajar pria itu. Dia kemudian beranjak pergi dari sana, melangkah dengan cepat menuju kamarnya Cristabelle.
Ceklek
Mata elang Martin langsung tertuju kearah ranjang dimana ada seorang gadis yang sedang terlelap disana. Dengan langkah perlahan-lahan dia berjalan masuk kemudian menatap wajah cantik milik gadis tersebut.
"Gadisku sudah besar rupanya. Sepuluh tahun aku menantikan hal ini dan sekarang tiba juga waktunya untuk kita bersama" gumam Martin. "Cristabelle, kau harus ingat kalau sekarang kau adalah milikku. Mungkin ke depannya kau akan bertanya kenapa aku mengurungmu di rumah ini. Dan itu akan menjadi tugas pertamamu untuk mencari tahu alasan kenapa aku melakukan semua ini padamu. Ada alasan yang tidak bisa aku katakan sekarang, hal ini akan terlalu beresiko karena pribadimu masih belum terbentuk. Kau harus menjadi kuat dan liar terlebih dahulu sebelum menarik benang merah yang menyebabkan kedua orangtuamu meninggal. Dan akulah orang yang akan membimbingmu untuk menjadi kuat dan tidak terkalahkan. Aku berjanji padamu, Cristabelle sayang!.
🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴
🌴 VOTE
🌴 LIKE
🌴 COMMENT
🌴 RATE BINTANG LIMA
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!