NovelToon NovelToon

AKHIR CINTA NAYLA

PENYESALAN

Tidak ada angin, tidak ada hujan satu kalimat yang Bob ucapakan sudah diduga Nayla sebelumnya.

"Nay aku ingin mengakhiri hubungan kita" Bob mengucapkan kata-katanya dengan menunduk. Pria tampan putih mata oriental seperti aktor korea itu tidak berani menatap kekasihnya.

Nayla gadis cantik putih tinggi rambut lurus hitam tebal dan panjang adalah kekasihnya selama 1 tahun ini

"Kenapa?"

"Pekerjaanku, kamu tahu aku tidak ingin membuatmu dalam bahaya"

"Pekerjaanmu atau karena dia B?"

Kau cemburu nay, Bob merasa senang

"Nay..." Bob tidak bisa melanjutkan ucapannya

"Aku tahu B" Nayla menarik napas panjang dan mengeluarkanya dengan pelan, dia mencoba untuk tenang. Memandang sekilas Bob yang terus menunduk.

"Aku tahu dari pertama kalian bertemu, ada yang berubah darimu dan ada sinar cinta dimatanya, kau tidak menemuiku di Jakarta minggu lalu itu karna kau menghabiskan waktu dengannya" Nay menjeda ucapannya.

"Aku mengerti, tidak masalah" dia menarik napas panjang dan saat ingin menghembuskannya

"Nay... aku..."

"Aku minta maaf B" Nayla menyela ucapan Bob.

"Bahagialah B, kamu berhak untuk itu" aku tahu hari ini akan terjadi B. batin Nayla.

"Kita masih bisa berteman kau masih bisa menemuiku jika ingin berbagi cerita seperti biasanya" ucap Nayla

DEG

Bukan ini yang kumau Nay

Tidak ada yang berucap, mereka diam dengan pikiran sendiri, hanya musik cafe yang terdengar sendu. kebisuan itu cukup lama sampai akhirnya

"Kalau kau sudah selesai pulanglah B, aku masih ingin disini menghabiskan minumanku"

Bob berdiri "Nay aku pergi" dia mengangkat kepala memberanikan diri melirik nayla. Mata mereka bertemu, Nayla tersenyum dan menganggukkan kepalanya

"Iya B sampai jumpa" kembali tersenyum menatap bob yg menghilang

Bob POV

Aku bertemu gadis cantik tinggi putih rabut pendek sedikit tomboy. Putih tinggi seperti Nayla. Dia menatapku tanpa berkedip lucu pikirku sampai aku menanyakan padanya

"Apa ada yang aneh pada ku?" dia berlalu pergi kedalam rumah ibu kost dengan muka yang sedikit memerah karena malu.

Tak lama ada yang datang dari belakang

"Hai tampan, kamu baru ya kost disini?"

unik, ramah tinggi kulit sedikit gelap tapi manis. Kenapa banyak cewek disini pikirku bukankah ini kost pria.

"Iya aku baru 1 minggu disini"

"Sudah punya pacar?" apa maksudnya

"Sudah" jawabku tegas

"Sayang banget yaa... klo belum aku mau hehehe" aneh pikirku siapa juga yang mau sama dia walau aku belum punya pacar

"Pasti cantik, jangan takut tampan aku juga udah punya pacar" siapa yang nanya dia batinku, Ada- ada saja. Aku hanya tersenyum dan masuk kekamar

"Siapa mereka, apa pacar yang kost disini akhh sudahlah" mengapa aku harus memikirkan mereka.

"Nak Bob" dia melambaikan tangannya memintaku untuk mendekat saat aku keluar kamar karena aku ingin keluar menemui Nayla

"Ada apa Bu" aku sambil berjalan mendekatinya ternyata ada mereka berdua.

"Kenalin, ini keponakan ibu

"Fenita"

"Dara"

"Bob" ucapku sambil tersenyum.

Fenita nama yang bagus. ada apa denganku. Ohh dia tersenyum cantik. Tidak Bob Nayla lebih cantik.

"Ada apa kok melamun?" tanya mereka, aku tersadar karena mendengar suara yang aku kenal memberi salam.

"Assalamualaikum" Nayla itu suara Nayla. Aku berbalik dan melihat senyum manisnya yang aku rindu.

"Waalaikumsalam" jawab kami berbarengan.

"Neng geulis" itu panggilan ibu kos untuk Nayla. Ibu kost bilang Nayla itu sangat cantik karena itu dia senang memanggil Nayla dengan neng geulish.

Aku tersenyum menyambut Nayla, "Sayang... aku baru ingin menemuimu, kenalkan mereka keponakan Ibu kost" kataku

"Fenita

"Dara"

"Nayla"

"B aku mau pulang ke Jakarta tiga minggu, apa kamu akan ikut?" tanya Nayla padaku.

"Aku masih ada tugas yang belum selesai, nanti aku akan menyusul setelahnya" maaf Nay aku harus berbohong.

"Baiklah tidak apa-apa, nanti sore aku berangkat" pamit Nayla pada ku.

"Baiklah sayang hati-hati sampai jumpa"

Setelah kepergian Nayla ibu kostku juga masuk kedalam tinggal kami bertiga melanjutkan mengobrol di teras tak terasa sampai sore.

Fenita, aku tahu kamu menyukaiku, Nayla apakah kau akan cemburu dan marah. Akan kubuat kau cemburu Nay sayang.

Tiga minggu berlalu, aku semakin dekat dengan Feni, aku juga membatalkan janjiku dengan Nayla sampai akhirnya dia kembali lagi ke Bandung.

Dan disini di sebuah cafe tempat biasa kami bertemu kulihat Nayla sudah duduk menungguku.

"Sayang, sudah lama?' tanyaku.

"Lumayan 20menit" dia menjawab sambil menyeruput minumannya.

Aku menanyakan kabarnya seperti biasa, ku lihat tidak ada amarah ataupun kecewa yang ada hanya ketenangan, kenapa tidak ada reaksi dari nya, aku mencoba memahami apa yang dia pikirkan. Nay bukankah aku mengecewakan kamu dan komunikasi kita tidak seperti biasanya selama tiga minggu ini?

"Ada apa B?" dia tersenyum, apa ini? Kenapa dia tersenyum, harusnya di marah dan bodohnya aku mengucapkan kata yang seharusnya tidak aku ucapkan.

"Nay, aku ingin kita mengakhiri hubungan kita" kata-kata yang tidak seharusnya aku ucapkan.

Dia melepaskanku, tidak ada airmata dan drama permohonan agar bisa mempertahankan hubungan ini. Aku kalah, aku tidak pernah mendapatkan cintanya sampai saat ini

Aku pergi meninggalkanya kucoba menatap matanya, benar-benar tenang, tersenyum dan sampai jumpa ucapnya.

"Bodoh kamu bodoh Bob..." akhhh aku hanya bisa menyesali dan mengutuk diriku sendiri di dalam mobil.

"Aku menyayangimu B tapi maaf aku belum bisa mencintaimu" kata-kata yang tidak ingin aku dengar dan ingat itu terus berputar di kepalaku.

"Nay tidak bisakah kau mencintaiku sedikit saja?" kenapa harus padanyanya cinta itu tertanam tanpa bisa kau tarik sedikitpun.

"Aku mencintaimu nay mencintaimu selamanya... selamanya"

*************

Akan kuberikan seutuhnya

Rasa cintaku....

Rasa cinta yang tulus

Dari dasar lubuk hatiku....

Tuhan....

Jalinkanlah cinta...

Kasih bahagia....

Selamanya.....

PERTEMUAN PERTAMA

"Assalmualaikum, punteen"

"Waalaikumsalam, mangga"

"Teh Ajeng apa kabar?"

" Eh neng Nayla. Apa kabar?" Teh Ajeng bukan menjawab tapi balik bertanya.

"Teteh kumaha atuh ditanya malah baik nanya" Nayla menunjukkan mukanya yang cemberut.

"Hehehe, kabar teteh baik" ucap Teh Ajeng tersenyum tanpa dosa.

"Alhamdulillah, Nay juga baik dan sehat jadinya bisa main ke sini" sambil manja memeluk si teteh

"Teh Ajeng yang cantik sekarang tahun ajaran baru, udah ada penghuni baru belum?" sambil melihat sekeliling

"Alhamdulillah kamar penuh, ada yang kasep neng jiga aktor Korea" si teteh memberi tahu sambil senyum penuh arti.

"Wah keren atuh ya, pasti rame sama ibu2 disekitaran sini" jawab Nayla. 'Seganteng apa sih jadi penasaran' batin Nayla.

Sementara dikamar kost ada yang memperhatikan dari jendela kamar. Mendengar suara perempuan yang datang Bob penasaran

"Dengar suaranya kok jadi pengen lihat" begitu dia melihat "cantik, sempurnah, bidadari" tersenyum lebar, tangannya replek membuka pintu kamar.

"Tah eta si kasep kaluar" si teteh langsung buka suara melihat yang dibicarakannya keluar.

Nayla membalikan badannya untuk melihat apa benar tampan seperti aktor Korea. Rasa penasaran yang tinggi tanpa ragu berbalik dan mereka saling menatap sama-sama tersenyum.

'Ganteng sih' batin Nayla 'tapi....'

"Matanya dijaga" suara Koko mengagetkan keduanya

"Bang koko apa kabar?" Nayla langsung bertanya pada siempunya suara sambil menghindari tatapan Bob.

"Abang baik, kamu sendiri gimana?" jawab Koko sambil kembali bertanya.

"Kapan sampai Bandung?" lanjutnya lagi sambil melirik ke Bob yg masih memandang Nayla.

"Jangan ganggu adik saya" mata Koko melotot pada Bob.

"Oooo ternyata adiknya Koko, tapi kok ngak mirip. enggak percaya klo dia adik si Koko" batin Bob sambil memandang keduanya bergantian.

"Abang kenapa? Ngak baik begitu sama penghuni baru, kasian nanti ngak betah"

"Kasian Teteh Ajeng kamarnya kosong, iya kan teh?" Nayla mencari sosok Teh Ajeng, ternyata yang ditanya sudah tidak ditempat entah kapan perginya dia hanya geleng-geleng kepala pada kebiasaan si teteh kalau pergi suka tidak pamit. Sedangkan Bob tersenyum melihatnya.

"Bidadari membela, ternyata selain cantik hatinya juga baik" batin Bob yang terus memperhatikan Nayla.

"Hai kok ngelamun, nama kamu siapa? kuliah dimana?" Tanya Nayla menyapa Bob.

"Oh hai saya Bob, Bob Barata, kamu?" Bob menjawab sambil menjulurkan tangannya.

"Nayla" sambil membalas uluran tangan Bob.

"Cantik seperti orangnya"

"Ngak usah ngerayu" Koko menyela dan menatap tidak suka pada Bob.

Begitulah Koko selalu jadi penjaga Nayla semejak ada teman satu angkatan mereka yang mencoba melecehkan Nayla karena Nayla menolak cintanya.

"Ada apa kesini Nay?" tanya Koko.

"Ini ada titipan dari Bunda buat abang sama Putra" jawab Nayla sambil memberikan tas yang dibawanya.

"Apa mereka benar kakak beradik?" tanya Bob dalam hatinya.

"Itu titipan bunda, ibu mereka kah atau akhh bikin binggung" Bob mencoba mencerna percakapan mereka.

"Sekalian Nay ada perlu sama Putra, dimana dia bang?" tanya Nayla pada Koko.

"Ada dikamar" jawab Koko sambil berjalan kekamar Putra.

Mereka baru mau berjalan tiba-tiba Putra mengeluarkan kepalanya dari pintu kamar

"Ada apa Nay?" tanya Putra yang mengagetkan Nayla.

"Putra, mama nyuruh kamu ke rumahnya" jawab Nayla.

"Tadi sama koko Bunda, sekarang sama Putra Mama" Bob menggaruk kepalanya yang tidak gatal karna binggung mendengar pembicaraan Koko, Putra dan Nayla.

"Ada apa mama ingin bertemu?" tanya Putra.

"Nay nggak tau. Mama hanya berpesan seperti itu. katanya menghubungi kamu nggak bisa-bisa" jawab Nayla memberitahu sepeeti yang dikatakan Mama Syila.

"Udahya Nay mau pulang capek. Assalamualaikum" dia lupa kalau Bob belum menjawab tempat kuliahnya.

Waalaikumsalam jawab mereka bebarengan.

Di kediaman Mama Syila

Dua gadis cantik lagi asyik ngobrol, Shinta menceritakan kalau tadi di kampus dia bertemu anak baru yg tampan, menyanjung dan memuja itulah yang selalu keluar dari setiap kata yang diucapkan.

Nayla hanya mengeleng dan tersenyum, sudah faham Shinta mudah terpesona sama cowok ganteng yang baru dikenal, hal itu yang membuat dia dan Dewa sering putus nyambung. (kayak lagu ya)

"Teh Shinta, anak baru itu gantengan mana sama Aa Dewa?" goda Nayla. Shinta tersenyum mendengar nama kekasihnya dibandingakan oleh Nayla dengan anak baru itu. Ya mereka Nayla dan Shinta. Nayla dan Shinta sama-sama ikut tinggal di rumah mama Syila. Mereka saudara sepupu menemani mama Syila yang kedua anaknya sudah pada kerja jauh.

"Beda persi adikku sayang, A' Dewa persi dewasa klo ini persi imut" jawab Shinta sambil tersenyum.

"Kok Nay ngak lihat ya." ucap Nayla, karena hari ini dia juga kekampus.

"Udah aahhh udah malam, bobo cantik. Teteh mau mimpi ketemu pangeran tampan" ucap Shinta.

"Teteh Shinta ingat A' Dewa nanti marah" ucap Nayla menasehati saudarinya itu.

"Dia ngak akan marah, cinta mati dia sama teteh" sambil tersenyum dan memejamkan mata ingat Dewa yang selalu balik lagi sesudah putus.

Kalau saja teteh tau cerita tentang Aa Dewa apa teteh masih sesenang ini, Nayla memejamkan mata menghela napas panjang mengingat kata yang pernah diucapkan Riani. "Semoga baik-baik saja" batinnya.

"Kak Uno apa kabarmu?" Nayla bicara dalam hati mengingat Nuno.

"Nay kangen kak" Sudah lama mereka tidak bertemu. Air mata itu selalu keluar bila sudah menyangkut tentang Nuno.

Saudara dan teman-temannya tidak ada yang tau tentang Nuno, Pria dewasa yang di cintainya sampai sekarang walau sudah satu tahun berlalu mereka sudah tidak bisa bersama seperti dulu.

***** pagi hari****

Suara orang berbincang diruang tengah cukup ramai. Nayla yang baru saja keluar dari kamar mandi bertanya-tanya "Siapa tamu pagi2 begini?" tanya Nayla pada dirinya sendiri.

"Seperti suara Putra, tapi suara pria satu lagi siapa?" Nayla menjawab pertanyaannya sendiri.

Nayla melanjutkan aktifitasnya dikamar, begitu selesai dia keluar dan...

"Nay, kamu mau ke kampus?" tanya Mama Syila.

"Iya Ma, mau rapat soal ospek, ada apa Ma?" sedikit curiga, biasanya mama Syila tidak pernah bertanya.

"Sekalian sama Putra sama siapa?" mama tersenyum ke arah Bob.

"Bob tante" jawab Bob.

"Iya Bob, maaf ya tante lupa" ucap Mama Syila. Bob hanya tersenyum kepada mama Syila.

"Mama udah selesai urusannya sama Putra?" tanya Nayla.

"Sudah, sudah dari tadi mereka datang, kamunya saja yang tidak keluar-keluar dari kamar" jawab Mama Syila.

"Shinta saja sudah dijemput Dewa" lanjutnya.

"Baiklah, ayo Tra kita berangkat sekarang" ajak Nayla pada Putra.

"Tante Bob permisi" berdiri sambil meraih tangan mama Syila diikuti Putra dan Nayla.

Diperjalanan Nayla hanya diam memandang keluar. Sesekali dia menyimak percakapan antara Putra dan Bob.

"ini mobil Bob" batinya mendengar jawaban dari pertanyaan Putra. Sementara Bob sesekali melihat Nayla dari kaca tersenyum penuh arti.

Tidak perlu waktu lama mereka sudah sampai di Kampus. Nayla keluar dari mobil ingin bejalan cepat menuju ruangan rapat.

"Sama-sama" Ucap Bob.

"Aakhh maaf lupa, terima kasih" jawab Nayla.

Bob tersenyum lebar, dia mengikuti langkah Nayla yang cepat.

"Apa kamu buru-buru? Tadi Putra bilang kalau rapatnya di mundurkan" ucap Bob memberitahu Nayla.

Nayla menatap Bob membuat Bob salah tingkah.

"Benarkah?" Nay menaikan alisnya.

"Cantik" Ucap Bob sambil tersenyum.

"kamu benar-benar cantik Nay" batin Bob.

Nayla hanya tersenyum dan berlalu dari hadapan Bob

Sejak hari Itu Bob selalu mendekati Nayla, masa ospek pun berlalu tanpa bisa di hindari kedekatannya dengan Bob, hampir setiap hari Bob mengantar jemput Nayla kuliah

Enam bulan berlalu

"Nay, aku Mecintaimu" tiba tiba Bob mengungkapkan perasaannya. Nayla terdiam dan menarik napas panjang

"Bob aku bisa menyayangimu tapi maaf aku tidak bisa mencintaimu" Jawab Nayla, seketika dia merindukan Kak Unonya.

"Apakah dia pemilik hatimu, pria yang sering datang mengunjungi mu?" tanya Bob pada Nayla.

"Bob, kau tau dia? Sejak kapan?" Nayla tidak menyangka kalau Bob tahu tentang dia dan Nuno.

"Sejak kita sering bersama. Aku melihatnya sesekali datang ke taman menemuimu, dia pria beristri Nay" jawab Bob.

Nay menarik napas dalam, dia harus menjelaskan kepada Bob supaya tidak membuat orang salah paham tentang dia dan Nuno.

"Bob......."

**************

CINTA PERTAMA

Nayla POV

Aku baru saja menutup telepon dari kak Uno, pria dewasa yang mengisi hatiku selama satu tahun enam bulan. Kedewasaannya yang bisa membuatku nyaman dan menjadi sosok Nayla seperti sekarang. Bukan hanya sebagai kekasih aku juga merasa dia sebagai kakak bagiku terkadang dia juga seperti ayah yang menasehati anaknya untuk melakukan yang baik-baik. Banyak hal yang dia lakukan untuk menjadikanku wanita dewasa, dia Nuno Hardian.

Cinta pertamaku.

Aku jatuh cinta pada pandangan pertama, kami bertemu diplataran masjid, waktu itu aku sedang menghadiri acara remaja masjid didekat rumahku karena sekolah sedang libur jadi aku bisa menghadiri acara ini.

Acara selesai menjelang Ashar dan dilanjutkan sholat Ashar bersama. Keluar dari masjid aku langsung ke tempat penyimpanan alas kaki biar cepat pulang karena hari ini aku pergi sendiri. Biasa ada Eka teman dan juga tetanggaku.

Ku perhatikan satu-satu berulang kali tapi tidak juga kutemukan yang aku cari. Sepertinya hari ini aku harus pulang tanpa alas kaki.

"Ada apa?" suara seseorang mengagetkan.

"Tidak apa-apa" kataku sambil berjalan menuruni tangga masjid.

Aku melihat jalanan lumayan juga jalan kaki tanpa alas untuk sampai kerumah. semoga kaki ini baik2 saja.

"Pakai ini" seseorang menyodorkan sandalnya.

"Tidak usah kak, terimakasih" aku melihat kearahnya, pria tampan sedang tersenyum manis aku hanya bisa terpaku memandangnya, oohh Tuhan malaikat apa yang kau kirim ke masjid ini, dia ciptaan Mu yang sempurna. Jantungku berdetak kencang, mengapa aku jadi gugup begini?

"Pakai saja lebih baik kebesaran dari pada tanpa alas kaki" dia mengagetkanku, aku tersenyum mencoba menetralkan hati dan pikiran.

"Ini sandal kakak kalau saya pakai nanti kakak bagaimana?" tanyaku.

"Pakai saja, saya sudah biasa jalan tanpa alas kaki" aku tidak percaya dengan ucapannya, itu pasti hanya alasan saja.

Dengan sedikit paksaan aku menerima tawarannya, lumayanlah dari pada lecet.

"Rumah adik dimana?" dia menanyakan tempat tinggalku, aku tidak bisa membawa orang yang baru kekenal kerumah walaupun dia baik.

"Tidak jauh, saya pulang sendiri saja kak" jawabku dengan menolaknya secara halus.

"Kalau saya tidak mengantar adik bagaiman saya mau membawa pulang sandal saya?" aku menepuk jidatku, kenapa aku jadi seseorang yang tidak tau diri seperti ini, memalukan. Dia terkekeh, menertawakan kebodohanku. Malunya.

"Nama saya Nuno, Nama adik?"

"Nayla" jawabku sambil melihat ke arah kakinya.

"Kakak kakinya..." aku menunjuk kakinya yang kotor.

"Tidak akan terjadi apa-apa sama kaki saya" tiba-tiba dia menarik tanganku ke teras ruko yang kami lewati.

"Kenapa kak?" tanyaku.

"Hujan" jawabnya sambil menunjuk kelangit. Benar saja ternyata hujan.

"Kenapa aku tidak menyadarinya" batinku.

"Kita duduk didalam" ucapnya.

Ternyata ini warung bakso setelah aku dan dia duduk. Sambil menunggu hujan reda kami bedua makan bakso, tentu diawali dengan drama penolakan dan pemaksaan. Aku yang menolak dan dia dengan bebagai alasan memaksa.

Setelah hari itu kak Uno sering kerumah. Dia seperti ojek langanan mengantar dan menjemput sekolah atau kadang-kadang jadi sopir pribadi. Dia di Jakarta sedang menghabiskan waktu liburnya. Dia bekerja di perusahaan asing diluar pulau jawa. Pria dewasa, mapan, penyayang dan pasti pangeran yang sempurana.

Masa libur kerja kak Uno akan berakhir. Tiga bulan bukan waktu yang lama bukan juga waktu yang sebentar, cinta tumbuh diantara kami tanpa ada yang menyatakan isi hati tapi aku merasakannya, merasakan ketulusannya.

Dua hari lagi kak Uno akan pergi. Sekarang kami disini di danau taman masjid tempat kami pertama kali bertemu. Duduk menghadap danau yang ditumbuhi teratai

"Nay, apa kamu mau menikah dengan kakak?" menikah, apa aku tidak salah dengar, dia tiba-tiba melamar ku.

"Kakak akan menunggumu sampai lulus, sekarang kakak akan mempersiapkan semua buat masa depan kita sambil menunggumu lulus sekolah, kamu mau?" Dia mengenggam tanganku yang dingin, jantungku tidak bisa diajak kompromi gengamannya semakin kuat untuk menguatkan hatiku, aku tidak tahu harus menjawab apa?

"Atau kamu mau menikah sekarang, dengan senang hati kakak akan mengabulkannya" dia menarik turunkan alisnya menggodaku yang tidak bisa berkata apa-apa.

Aku hanya tersenyum senang, tentu sangat senang kalau bisa teriak aku pasti akan teriak dan meloncat kegirangan. Terkejut, itu pasti. Aku tidak menyangka langsung mendapat lamaran, ungkapan yang tidak pernah terpikiran olehku akan keluar dari bibirnya saat ini.

Apa yang harus aku lakukan sekarang dan dalam kegalauanku dia mengeluarkan sesuatu dari kantong celananya menyerahkan padaku.

"Apa ini kak?" tanyaku sambil menatap wajahnya. Dia tersenyum meminta aku membukanya.

"Bukalah" pintanya pada ku.

Aku buka kotak itu dan isinya adalah cincin dan kalung, ada inisial hurup N dua hurup N yang disatukan terukir indah di kalung itu.

"Duo N" katanya.

Hahaha benar nama kami sama-sama diawali dengan hurup N.

"Kamu suka?" aku hanya mengangguk menjawab pertanyaannya.

Dia memasangkan kalung keleherku dan cincin ke jari manisku.

"Terimakasih kak" ucapku.

"Apa kamu tidak mau memasangkan cincin untuk ku?" sambil menjulurkan jarinya.

Aku mengambil cincin yang tersisa di kotak itu, kupasangkan ke jarinya.

"Kita resmi" ucapnya.

Dia mencium jari tanganku dan mengatakan, "Kakak mencintai adik kecil ini" Aku menangis dan memeluknya setelah mendengar ucapannya.

"Sayang jadi calon istri yang baik untuk kakak" aku melepaskan pelukan kami, aku hanya bisa tersenyum dan menganggukan kepalaku.

"Besok calon suamimu ini harus kembali mencari nafkah, jadi kakak minta kamu disini belajar dengan rajin, jadi anak manis yang selalu mengemaskan yang selalu membuat kakak rindu, jadilah gadis kecil yang akan menjadi wanita dewasa kelak"

Aku menyenderkan kepalaku di bahunya, menikmati rasa ini karena entah kapan dia akan datang dan duduk disampingku lagi seperti ini.

"Kak jaga hatimu untuk ku" ucapku dan dia tersenyum.

"Itu pasti, disini" dia menunjuk dadanya "didasar yang paling dalam sudah terukir kata Nayla sejak tiga bulan yang lalu" ucapnya yang membuat aku bahagia.

Kami harus terpisah oleh jarak yang jauh. hari-hari yang kulewati berjalan normal seperti anak sekolah yang lainnya. Setiap tiga bulan sekali dia akan datang mengnjungi ku selama satu minggu. Hubungan jarak jauh yang kami jalani bukan hal yang mudah, aku remaja yang masih mencari jati diri terkadang akan menjadi sosok yang egois dalam hubungan ini, tapi penjaga hatiku orang yang pandai meredam keegoisan remaja yang masih belasan tahun ini.

Selera tua kata sahabatku Citra, tapi aku tidak perduli, terserah aku hanya merasa nyaman dengan hubungan ini.

Kak Uno akan datang setelah pengumuman kelulusan ku besok, ada hal penting yang ingin dibicarakan. Itu yang tadi diucapkannya di telepon.

Hal penting apa yang ingin kakak bicarakan?......

**************

Kala kita lihat

Sepasang merpati

Terbang bebas lepas

Tepat dihadapan

Lalu kau bertanya

Kapan kita bagai mereka

Terbang bebas lepas...

Lepas bebas ke ujung dunia

Dan ku bertanya

Maukah kau terima

Pinangan tanpa

Sisa cinta yang lain

Rona bahagia

Terpancar dari anggukan

Saat kupasangkan....

Pasang cincin di jemari mu

Terima kasih kau terima

Pertunangan indah ini

Bahagia mesti mungkin

Tak sebebas merpati

******************************

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!