NovelToon NovelToon

CINTA CEO TAMPAN

Pernikahan Teman -Visual Tokoh

Tap... Tap... Tap....

Suara highHill milik seorang wanita yang melangkah memasuki aula gedung pernikahan sontak membuat beberapa tamu undangan menoleh menatap kedatangan wanita itu.

Langkah yang ringan, dengan sorot mata yang tajam seolah menyembunyikan harga pakaian yang ia kenakan.

Tubuh feminimnya menjadi daya tarik oranglain ketika memandang wanita itu.

Wah....

Ia takjub, namun berusaha menyembunyikan rauk wajah kagumnya melihat betapa mewahnya aula pernikahan yang ia datangi saat ini.

Gedung tersebut memanglah salah satu gedung yang terkenal sangat mewah, interiornya rapi dan elegan apalagi dengan fasilitas full karpet. Di langit-langit ruangan dihiasi lampu kristal yang sudah pasti mewah.

Wanita itu bernama Natasya Sintya 23 tahun, baru saja menyelesaikan studinya di salah satu kampus swasta.

Tasya, sebutan orang-orang dekatnya ia adalah wanita yang terkenal cerdas bahkan ia kuliah berkat beasiswa full dari kampusnya, Selain kuliah, Tasya punya pekerjaan sampingan yaitu menjadi pegawai di salah satu toko roti.

Awalnya ia enggan untuk Pergi, tapi yang mengundangnya mendesak Tasya agar datang, bahkan ia di telfon beberapa kali.

Saat itulah, Tasya mulai berfikir 'Kenapa harus menolak makanan gratis?'

Tasya yang bukan dari kalangan elite memilih menyewa gaun, agar tidak malu saat menghadiri pernikahan itu, bahkan highHill yang ia pakai adalah hasil pemberian temannya yang tak lain pemberian sang mempelai wanita.

Merasa risih di tatap oleh beberapa orang, ia memutar arah berjalan mencari toilet, "Astaga, ada apa dengan orang kaya di sana? Apa sebelumnya tidak pernah bertemu gadis cantik sepertiku? Atau... Make up ku berantakan?"

Ia panik karena gumamnya sendiri membayangkan betapa anehnya wajah yang baru 2 kali di olesi berbagai foundation itu.

Sebab yang pertama adalah saat hari wisuda.

Tasya berusaha mempercepat langkahnya mencari toilet, walau susah karena highHill bahkan tumitnya terasa sakit sekarang.

Dalam toilet, ia berdiri menatap wajahnya di depan cermin memandangi dirinya yang tampak aneh, padahal jika oranglain yang melihatnya mungkin akan iri karena dia benar-benar sangat cantik.

Haah....

Tasya menghela nafasnya panjang menatap datar dirinya di balik pantulan cermin, rasanya baru sampai tapi sekarang ia ingin pulang karena tumitnya yang terasa perih dan meninggalkan luka memar.

"Ahh sudahlah, apa aku pulang saja? Tapi... Bagaimana jika Nadya mencariku? Lagian aku harus menghargai pemberiannya ini!" Ia bergumam menjatuhkan pandangan ke arah highHillnya.

Tasya melamun beberapa saat, tiba-tiba mendonggak merapikan make upnya, "Baiklah... Sya... Ini tidak akan lama oke... Setelah menemui Nadya dan makan, kamu bisa pulang!"

Ia mengurungkan niatnya walaupun sulit tetapi Tasya bukanlah tipe orang yang tidak menghargai pemberian orang, ia keluar dari toilet dengan langkah malas.

Brugk....

Ahh....

Baru saja keluar dari sana, tiba-tiba ada yang menyenggol lengannya hingga ia melangkah mundur, membuatnya seketika kehilangan keseimbangan dan berakhir terjatuh ke lantai.

Aww....

Tasya melenguh merasa pant*tnya terasa sakit, matanya merem melek menahan ngilu di area bokongnya.

"Kau tidak punya mata ya?" ia marah seketika menatap tajam kearah orang yang menabraknya tadi.

Ternyata itu adalah seorang pria tampan memakai setelan jas berwarna hitam dengan model rambut bagian depan di kibaskan kebelakang menampilkan jidat yang terlihat bersinar.

Wow... Benar-benar berkarisma, namun sayangnya, pria tersebut hanya menatapnya saja dan tidak kunjung memberikan bantuan ataupun meminta maaf.

Sekilas pandangan mereka bertemu, hingga ada orang lewat membuyarkan tatapan mata itu, "Kenapa malah menatapku? Cepat bantu aku berdiri!"

Tasya menjulurkan tangan agar di raih pria tersebut, tapi bukannya di bantu pria itu melangkah pergi meninggalkannya begitu saja.

"Apa? Hei... Kenapa malah pergi?"

Tasya sangat marah di abaikan oleh pria tak bertanggung jawab sepertinya, dengan susah payah ia berdiri, bersikap menantang memandangi pria tersebut yang berjalan menjauh.

"CihCih... Percuma ganteng kalau tidak tau caranya meminta maaf!!" ia berteriak hingga suaranya menggema di lorong depan toilet itu.

Sontak saja pria itu menghentikan langkahnya tetapi tidak menoleh hanya menyimak sesaat kemudian berjalan pergi.

"Aishh... astgaa dia terlalu menyia-nyiakan wajah tampannya, jika sikapnya tidak seperti tadi mungkin ada banyak wanita yang mengejarnya!" umpat Tasya mengelus-elus bokongnya.

"Ahh sudahlah, lebih baik aku pergi menemui Nadya!"

Sang mempelai wanita bernama Nadya Sintia, seorang anak pengusaha, teman sekampus Tasya, mereka kenal saat ada sebuah kegiatan di kampusnya, Tasya dan Nadya berbeda jurusan, mereka akrab setelah beberapa kali mengobrol lewat Chat.

Tetapi 3 bulan terakhir mereka seperti lost contak, dan kemarin Nadya baru menghubunginya lagi. Ia juga merupakan mahasiswa berprestasi dalam bidang akademik, mempunyai hobi yang sama yaitu membaca buku membuat mereka sering shareing soal pengetahuan masing-masing.

Tasya berfikir Nadya berbeda dengan anak orang kaya lainnya yang kebanyakan sangat sombong dan suka memamerkan kekayaan.

***

Tasya celingak-celinguk menatap semua ruangan yang ia lewati, ia mencari ruang tata rias dimana Nadya berada, hingga suara ribut terdengar dari ruangan sebelah, Tasya mempercepat langkahnya.

Ia mengetuk pintu terlebih dahulu, untuk memastikan agar dia tak salah masuk ruangan, "Masuklah!" sahut orang dari dalam dan Tasya yakin jika itu adalah suara Nadya.

Clek....

Pintu terbuka sedikit demi sedikit, dan terpampanglah wajah Nadya dengan busana gaun pernikahannya yang begitu glamour.

"Ehh Tasya? Sini-sini... Makasih ya kamu sudah datang di pernikahanku!" Ucap ramah Nadya sambil tersenyum lebar.

Ia tidak sendiri, di sana ada 3 orang temannya yang duduk di kedua sisi sampingnya.

Tasya tersenyum canggung, ia berjalan perlahan mendekat, "Pestanya sangat mewah ya Nad.... Aku senang bisa datang kesini, makasih undangannya!" Balas Tasya.

Salah satu teman Nadya memutar bola matanya malas, seakan tidak suka dengan kedatangan Tasya, "Jadi ini teman kamu ya Nad? Orang yang mengalahkan nilai IPK mu itu? Huh! Kufikir dia hanya mengandalkan wajahnya untuk menggoda dosen agar nilanya tinggi!" ketus teman Nadya menyindir Tasya.

Ia mengernyit merasa heran dengan rasa iri dari teman Nadya itu yang terlalu berkata jujur, tepat di depannya, "Aduh... Kenapa kamu mengatakan itu? Tasya kan temanku juga, iyakan Sya? Ohh iya... Aku lihat kamu memakai sepatu pemberianku, wah... Kau memang tampak cocok memakainya, untung saja kau memberiku nomor sepatumu kalau tidak aku mana tau ukuranmu!" Seka Nadya di barengi senyum miring dari sudut bibirnya.

Melihat tingkah Nadya dari rauk wajahnya, Tasya mulai menyadari perubahan besar dari sikap temannya itu, seakan-akan ada maksud tertentu dari ucapannya.

"Jadi kau membelikan dia HighHills itu? ya ampun Nadya... Kenapa sekarang hatimu sangat baik? Memang ya, apasih yang harus di banggakan dari mahasiswa dengan beasiswa full? Bahkan highHill saja tidak mampu untuk di beli!" sindir teman Nadya lagi.

Hahahah....

Mereka berempat tertawa bersama-sama tepat di hadapan Tasya, padahal Tasya sendiri tidak tau kapan ia bertentangan dengan mereka apalagi dengan Nadya.

Tasya mengepalkan kedua tangannya, ia memaksakan senyum terlukis di wajahnya, "Sekarang aku tau tujuan Nadya mengundangku, Ingin merendahkanku rupanya? Baiklah... Karena mereka yang memulainya lebih dulu, aku akan merespon kalian dengan sangat-sangat baik juga.... "

Entah bagaimana, Tasya membalas mereka ataukah Tasya hanya akan mengalah begitu saja?

Senyumnya berubah smirk, memberi tatapan menusuk ke arah mereka berempat.

*

*

*

*

VISUAL

NATASYA SINTYA

Untuk CEO YANG TAMPAN :

Rendi Askara Wijaya

Ini Hanya gambaran dari sudut pandang author yah... kalau kalian punya visual sendiri soal CEO YANG TAMPAN JUGA TIDAK MASALAH😊

Jangan lupa tinggalkan jejaknya

Manusia Bermuka Datar

Tasya mendesah kasar, sedikit menengadah setelah duduk di kursi dekat pintu sambil mendengar tawa mereka yang seakan menertawakan kemiskinannya.

Nadya juga sepertinya sangat senang dengan sindiran yang di lanturkan oleh teman-temannya, suara tawanya bahkan lebih keras dari yang lain.

"Hm... Iya Nad, aku berterimakasih sama kamu karena memberikan highHill ini padaku, ohh iya... Temanmu tadi bertanya, apa yang patut di banggakan dari orang sepertiku yang menerima beasiswa? Apa temanmu itu sangat bodoh ya? Dari sekian banyak mahasiswa yang berharap ada di posisiku, dia malah menyindirku hanya karena aku miskin, tapi aku mengerti dia hanya iri padaku karena aku lebih pintar darinya!" Balas Tasya.

Teman Nadya geram, ia berdiri menunjuk Tasya dengan jari telunjuknya, "Kamu!!! Kamu tidak tau ya siapa aku? Baru juga dapat Nilai bagus, sudah merasa bangga dan sombong!"

"Ohh, Terimakasih sudah memujiku!" Ucap Tasya mengibaskan rambutnya yang terurai didepan dada

"Hah, siapa yang memujimu?" Teman Nadya melongo.

"Tentu saja kamu, bukankah tadi kamu bilang nilaiku sangat bagus? Atau kau lupa dengan ucapanmu sendiri? Dasar bodoh!!" Kata Tasya memutar bola matanya.

"Kurang aj*r! Kau berani sama aku? Kalau begitu ayo... Aku akan mengajarimu, agar kau sadar diri jika kita tidak sederajat! Dan kau tidak pantas menjadi teman Nadya!"

"Kau ingin mengajariku dengan isi otakmu yang dangkal itu? Ohh lebih baik aku menolak! Aku sudah cukup pintar untuk melampaui nilaimu!" Tukas Tasya angkuh.

"Ihh... Nadya... Dimana kau mendapat teman yang kurang ajar seperti dia? Usir saja... Aku tidak mau melihatnya berada di pestamu, Humph!" teman Nadya mengadu dengan kesal.

"Kau ingin mengusirku? Bahkan tidak mau melihatku berada di pesta ini? Kalau begitu congkel saja keluar bola matamu!" ketus Tasya terdengar kejam.

"Kau!! Aku akan segera membunuhmu!!" Geramnya.

"Sudah hentikan!" Nadya menyela, muak mendengar pertengkaran mereka berdua, "Hahah... Ayolah teman-teman kenapa kalian harus ribut karena masalah sepeleh? Ini hari pernikahanku oke... Dan kuharap kalian tidak merusaknya, kalau sampai itu terjadi aku tidak akan segan pada kalian!" cekam Nadya.

Teman-temannya seketika saling bertukar pandang, nyalinya menciut tiba-tiba mengelus pundak Nadya seolah ia merayu, "Ahh iya-iya maafkan aku Nad, aku hanya tersurut emosi saja, ohh iya ku dengar calon suamimu adalah anak orang kaya ya? Dan juga sangat tampan? Wahh kamu sangat beruntung Nadya!" puji temannya.

"Ahh tidak kok, dia biasa saja, awalnya kufikir dia itu buka orang kaya, ehh tau-taunya bahkan kekayaan keluarganya melebihi keluargaku, aku syok dong! Bahkan apapun yang kuminta, pakaian, perhiasan, tas bermerk semuanya dia berikan padaku!" Kata Nadya sombong.

"Ya ampun kenapa aku merasa Nadya sedang mengarang cerita? Dia sangat berbeda setelah tidak chatingan beberapa bulan!" Batin Tasya merasa miris melihat tingkah temannya itu.

Wahh... Prok prok prok...

Teman-temannya makin menyanjung bahkan memberikan tepuk tangan, "Kau luar biasa Nadya, aku juga dengar kalau kau baru putus dengan mantanmu yang juga sangat kaya!" kata salah satu dari mereka.

"Em... Hihih, Yah... Aku sebenarnya tidak ingin putus darinya tapi mau bagaimana lagi, ada banyak sekali orang tampan dan juga kaya yang berlomba-lomba mendapatkanku, jadi aku bisa memutuskan saja, siapa cepat dia dapat dan pada akhirnya calon suamiku inilah yang berhasil meyakinkan ayahku!" Tutur Nadya.

Ia tampak sangat amat bahagia setelah mengatakan semua itu pada teman-temannya, ia kemudian mengalihkan pandangan ke arah Tasya yang kini sibuk berkutak-katik dengan keyboard ponselnya.

"Sya... " panggil Nadya tapi tak di dengar oleh Tasya, "Sya... Kau mendengarku tidak?" panggilnya sekali lagi, "Eh... Kau memanggiku? Sorry-sorry aku tidak fokus!" Akhirnya Tasya sadar, segera memasukkan kembali ponselnya di tas kecil yang ia bawa.

"Hm... Kau sedang sibuk menggeser-geser beranda story WA mu yah? Sampai-sampai membiarkan Nadya memanggilmu berulang kali, dasar tidak tau malu! Atau kau sedang mencari lowongan pekerjaan di ponsel bututmu itu? Aduh... Kasihan sekali kau ini!" Tasya Lagi-lagi mendapat penghinaan dari teman Nadya, namun ia masih bisa mengontrol diri, yah... Tentu saja harus sabar.

"Hanya orang bodoh yang akan merespon pembicaraan bodoh yang tidak bermanfaat sama sekali!" cetusnya duduk menyilangkan tangan di depan dada.

"Kau masih berani mengatakan aku bodoh? Hei... Kau semestinya sadar diri dong, kau itu hanya tamu undangan yang di undang Nadya!"

"Aku tidak mengatakan kalau kau itu bodoh, tapi kau sendiri yang mengatakannya!" ketusnya membalas.

"Kalian berdua, bisakah diam? Kalian tidak akan mati kalau tidak bicara kan?" Tegur Nadya.

"Sya, aku sebagai temanmu meminta tolong, tolong jangan buat keributan oke... dan satu hal lagi, tamu yang datang hari semuanya adalah orang-orang kaya, kalau kau mau aku bisa mengenalkanmu pada mereka siapa tau ada yang berminat memberimu pekerjaan!" lanjut Nadya dengan suara pelan.

"Kamu tidak perlu melakukan itu Nad, kau fokus saja sama pernikahanmu! Lagian aku masih perlu berfikir tentang pekerjaan yang akan ku ambil nantinya!" Jawab Tasya tersenyum kaku.

"Ahh baiklah!" Wajah Nadya berubah murung seolah tak suka dengan penolakannya.

Suasana berubah hening, Nadya merasa gerah setelah menegur keduanya, ia kembali bercermin memastikan tak ada kesalahan yang bisa merusak make up nya.

"Nadya sayang, ayo kita keluar, para tamu undangan sudah menunggu di aula, mempelai prianya juga sudah datang!" ibu Nadya datang dengan senyum lebar berjalan ke arah putrinya.

"Benarkah? Kalau begitu ayo.... "

Mereka semua beringsut meninggalkan ruang tata rias, Tasya berjalan di belakang Nadya dan ibunya di susul oleh teman-teman Nadya tadi.

***

Proses itu berlangsung dengan lancar, Nadya kini telah resmi di persunting oleh seorang anak pengusaha, pengantin baru itu duduk di atas kursi pelaminan dengan rauk wajah yang berseri-seri.

Sementara itu, Tasya sejak tadi duduk di kursi paling pojok dengan berbagai jenis kue di atas meja tepat di hadapan matanya.

Sebenarnya ia sudah kenyang setelah menyantap hidangan utama, ada Rendang, opor ayam dan yang lainnya namun belum lengkap rasanya jika tak ada hidangan penutup.

Tiba-tiba Ia menoleh, tampak seseorang yang begitu tidak asing di matanya sedang berjalan menghampiri sang pengantin baru.

"Tunggu, sepertinya aku pernah melihat orang itu, tapi di mana?" Ia bergumam berfikir keras mencoba mengingat kembali.

"Ahh dia kan, orang yang menyenggolku sampai terjatuh tadi? Sial... Aku harus memberinya sedikit pelajaran, tapi kenapa mimik wajah sangat datar seperti itu? Apa dia manusia yang tidak tau caranya tersenyum?" gerutunya dalam hati terkinjat dari duduknya.

Tersedak

Pria itu terus berjalan hingga tepat berdiri di hadapan Nadya dan suaminya, mereka berdua terlihat kaget apalagi Nadya sampai membekap mulutnya yang sedikit menganga karena terkejut.

"Selamat ya Rama, Semoga menjadi pasangan yang bahagia!" ucap Rendi sambil menjabak tangan Rama.

"Re-Rendi? Kenapa kau bisa datang kesini?" Sahut Nadya.

Rendi Askara Wijaya, anak bungsu dari Pram Wijaya, pemilik perusahaan J GRUP Sekaligus orang paling kaya di kota tersebut.

Rendi di kenal dengan sifatnya yang dingin, tetapi karena wajah tampannya membuat siapa saja ingin lebih mengenalnya lebih dekat.

Bahkan kedatangannya kali ini, membuat para wanita lajang yang berada di aula pernikahan itu merasa jatuh cinta pada pandangan pertama kepada Rendi, tapi lain halnya dengan Tasya yang terlihat biasa saja, bahkan tak perduli, hanya saja ia merasa sebal karena para perempuan di tipu oleh wajah Rendi.

"Tuh kan, dia hanya bermodalkan tampangnya saja menghipnotis kaum wanita, untung aku sudah tau sifat aslinya, Kalau tidak, Hm... Tapi aku tetap tidak akan mudah jatuh cinta sih! Aneh... Ahh sudahlah, nanti juga aku akan jatuh cinta, sekarang makan saja Sya... Buat perutmu kenyang sebelum pulang tidak usah mengurusi pria tidak bertanggung jawab itu!" dia seperti orang gila yang bicara dengan dirinya sendiri, untung saja tak ada orang lain yang berdiri di dekatnya.

Rama dulunya berteman dengan Rendi, bahkan bersahabat, namun Nadya yang awalnya sempat berpacaran dengan Rendi malah bermain mata dengan Rama.

Hal itu membuat Rendi murka, ia kesal dengan sahabatnya karena berfikir jika ia menggoda Nadya, padahal bukan seperti itu.

Perseteruan semakin memburuk saat Nadya meminta putus dari Rendi dan 3 hari kemudian ia mengumumkan jika ia sedang menjalin hubungan yang serius dengan Rama.

Rendi sangat amat marah, ia membenci pengantin baru itu, mulanya dia tak mau datang tetapi ia ingin membuktikan jika dia bukanlah pria lemah yang tidak bisa move on dari Nadya.

Pastinya sangat sulit, ada kesesakan melihat orang yang pernah mengisi hatinya tiba-tiba menikah dengan orang yang dulu bersahabat dengannya.

Rama tak menggubris ucapan selamat dari Rendi, berbeda dengan Nadya yang masih syok dengan kedatangan mantan kekasihnya itu, "Ahh suamimu sepertinya sedang tidak mood ya Nad? Dia bahkan tidak berterimakasih padaku karena memberinya ucapan!" Ucap Rendi mengalihkan padangannya ke Nadya.

Rama menggertakkan gigi, ia mengepal kedua tangannya mulai kesal, "Jaga mulutmu Ren! Kau jangan membuatku kesal, aku tau kau marah karena aku yang menikahi Nadya kan?" sindirnya.

Rendi menoleh, ia menggaruk batang hidungnya, "Kau terlalu banyak berfikir Rama, Aku kesini karena orang tuamu yang mengundangku, andaikan tidak ada undangan aku tidak sudi menginjakkan kaki di tempat ini, dan satu lagi kau fikir aku marah hanya karena kau menikahinya? Ck... Untuk apa? Lagian ada banyak wanita yang mengelilingiku yang jauh lebih baii dari dia!" ungkap Rendi penuh percaya diri.

Rama malah mengeryitnya sebelah alisnya, ia memandang rendah sosok Rendi yang kini berdiri tepat di hadapannya.

"Ohh mana? Buktinya kau tidak membawa pasanganmu hari ini, Hn... Kau benar-benar tidak berubah Ren, kau tetap sombong dengan fisikmu itu!" Nyinyir Rama.

Nadya yang sejak tadi menyimak takut untuk mengeluarkan kata-kata, ia ingin menyela tapi rasanya sangat sulit, apalagi melihat sorot mata Rendi yang memerah.

Ia paham betul jika mantan kekasih ya itu di kuasai oleh amarah, "Sudah hentikan! Sayang, jangan bicara begitu sama Rendi, dia kan sahabatmu!"

"Sahabat? Nadya, perlu aku perjelas lagi, dia bukan lagu sahabatku!" jawab lantang Rama.

"Aku juga tidak sudi berteman denganmu!"

sambung Rendi ketus, "Ahh... Tadi kau bilang aku tidak punya pasangan? Lihatlah... Wanita yang duduk di sana adalah pasanganku!"

Rendi menunjuk ke arah Tasya yang sibuk memakan kue, wanita itu bahkan tidak tau jika dia sedang di bicarakan di atas pelaminan.

"Apa? Di-dia kan Tasya? Rendi... Kamu jangan mencoba membohongiku! Dia itu temanku dan aku tidak pernah mendengar dia mengungkit namamu atau bahkan mengatakan kalau dia sudah memiliki pacar!" Nadya menggeleng kuat, tak percaya dengan omongan yang di ungkapkan oleh Rendi.

"Kau putus denganku, lalu menikah dengannya, tapi kau malah kaget dan tidak percaya jika aku punya pacar baru? Haha... Aku curiga istrimu ini masih ada rasa denganku Ram!"

Rama menatap tajam kepada Nadya, membuat istrinya itu terperangah, "Rendi, apa yang kau katakan?" Elak Nadya, "Sayang, dengarkan aku... Aku tidak begitu!" Adu Nadya kepada suaminya.

Rama merolling bola matanya memandangi Rendi, "Aku tau kau mencoba memprovokasiku dan Nadya agar kita bertengkar kan? Heh... Aku juga tidak percaya kalau dia adalah pacarmu!"

"Oh, kau butuh bukti? Kalau begitu lihat baik-baik wanita yang sekarang menjadi pasanganku adalah wanita yang jauh lebih baik dari dia!" ia menyindir Nadya.

Rendi memutar badan, berjalan pergi menuju sudut ruangan di mana Tasya tengah asyik membuat perutnya kenyang.

Rendi tersenyum tipis di balik sudut bibirnya, langkah cepat membawanya ke arah gadis yang ia tatap di sepanjang jalan.

"Wah, dia sangat keren! Dia mau kemana?" bisik salah satu tamu yang menatap wajah Rendi.

Baginya, itu sudah sangat biasa ketika seseorang melihat ketampanannya dan langsung memberikan rasa kagum yang luar biasa.

Tasya ternyata tak menyadari kedatangan Rendi yang kini sudah berdiri tegak di sampingnya, kedua pipi itu menggembung penuh makanan, bahkan ia sedikit sulit untuk menelannya.

Hap....

Tiba-tiba matanya melebar saat tangannya di tarik, ia terlonjak kaget sambil menoleh siapa orang yang memegang pergelangan tangannya dengan keras.

Mmmkk....

Dia kesusahan untuk bicara, sebab makanan yang memenuhi rongga mulutnya, "Ayo ikut aku sebentar!" kata Rendi dengan suara beratnya menarik paksa Wanita itu.

Mmkk... Mmmk....

"Bukankah ini pria yang tadi? Kenapa dia malah menarikku? Dia mau membawaku kemana?" batinnya panik, sambil bertanya-tanya seraya memukul-mukul tangan kekar yang melingkari pergelangan tangannya.

Dengan susah payah, Tasya mengunyah cepat makanan yang ada di dalam mulutnya.

Mm... Uhhukk uhhuk...

Seketika Ia tersedak, Tasya memegangi lehernya, Rendi yang menyadari itu berhenti dan berbalik melihat gadis yang ia tarik.

Uuhhuk... uhhuk....

"Kau kenapa?" Sesempatnya ia bertanya, Tasya tak menggubris, tenggorokannya terasa gatal dan mengering, ia butuh minum.

Sekilas ia membalas tatapan mata Rendi dengan perasaan kesal, lalu menghempas tangannya.

Uhhuk.... Suara batuk Tasya makin parah, membuat banyak pasang mata menoleh menatapnya, untung saja Rendi cepat peka, ia segera berlari mengambil segelas air lalu kembali dan langsung memberikannya pada Tasya.

"Ini... Minumlah!"

Tangan Tasya Sudah gemetar menerima gelas itu dan langsung meminumnya.

Gluk... Gluk... Gluk....

Suara tenggorokan Tasya terdengar jelas di kuping Rendi, membuatnya tersenyum penuh arti, "Pelan-pelan saja!" Katanya lembut sembari mengelus pundak Tasya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!