Story Horor
- Manusia Juga bisa menjilat -
Suatu malam seorang gadis sendirian di rumah untuk pertama kalinya. Dia punya hewan peliharaan yaitu seekor anjing yang selalu menemaninya. Gadis itu sedang menonton televisi yang menyiarkan berita tentang seorang pembunuh berantai yang berkeliaran.
Karena sudah mengantuk, dia ingin pergi tidur. Dia terlebih dahulu mengunci semua pintu dan memeriksa jendela, namun jendela dikamarnya dia biarkan terbuka.
Dia sudah berbaring tempat tidurnya dan bersiap untuk tidur. Tiba-tiba dia terbangun oleh suara, seperti suara tetesan air. Dia tak menghiraukannya dan mencoba untuk kembali tidur dan meletakkan tangannya ke bawah tempat tidur untuk dijilat anjingnya.
Namun suara tetesan terus berlanjut, dengan terpaksa dia pergi untuk memeriksa keran di dapur, kamar mandi dan di mana-mana tetapi tidak menemukan apa pun.
Dia kembali ke kamarnya dan meletakkan tangan ke bawah lagi untuk dijilat anjing. Suara tetesan terus berlanjut dan gadis itu terlalu takut untuk tertidur. Tapi karena sudah sangat mengantuk akhirnya dia perlahan tertidur.
Di pagi hari, ketika dia membuka lemari, dia menemukan anjingnya terbunuh dan digantung terbalik. Ternyata suara tetesan itu berasal dari darah anjing peliharaannya.
Di pintu lemari, dia melihat tulisan seperti ditulis menggunakan darah,
tertulis “Manusia juga bisa menjilat”.
- Debu -
Libur akhir semester telah tiba, aku, sahabatku memutuskan untuk pergi wisata. Kami pergi menggunakan dengan kereta.
Kebetulan kami mendapat jadwal pemberangkatan kereta pukul dua tiga puluh pagi, sengaja kami pilih yang paling pagi. Aku dan Rendi berangkat menuju stasiun bersama, kebetulan rumah kami berdekatan. Hanya rumah sahabatku Nia yang agak jauh di tepi kota.
Tak pernah aku datang ke stasiun sepagi ini, stasiun yang biasanya ramai, terasa lebih dingin dari biasanya. Suara mikrofon dari penunggu loket begitu menggema sampai rasanya seluruh penghuni stasiun akan mendengar, itu pun kalau ada. Nia datang di menit-menit terakhir keberangkatan.
“Hai guys, maaf ya telat”
“Iya memang kamu Ratu Telat dari dulu!” tegurku bercanda.
"Yuk berangkat"ajak Rendi
Akhirnya perjalanan kami dapat berlanjut, gerbong jauh lebih sepi dibanding stasiun tadi, hanya ada seorang yang duduk dekat pintu toilet. Kami menikmati bekal yang disiapkan oleh Ibuku, pas sekali sebelum tidur makan dulu.
Baru ingin menyuapkan potongan ayam tepung, kereta berhenti dengan kontan, tubuh kami terantuk sandaran kursi di depan kami. Lampu-lampu kereta mati dengan perlahan, refleks kami berpegangan tangan karena terkejut.
Aku mengalihkan pandanganku menuju Nia, lengannya sedikit basah dan dingin, mungkin karena panik. Namun, asap putih mulai menyeruak dari gerbong belakang, jendela kereta mulai dipenuhi embun yang dingin, persis seperti es. Rendi sudah menelungkupkan kepalanya di balik jaket yang kukenakan.
Lengan yang awalnya basah kini semakin dingin dan nyaris seperti membeku, aku kembali menengok untuk memastikan keadaan Nia. Matanya menghitam terlihat retak-retak seperti bekas luka bakar, aku berusaha untuk melepaskan lengan tersebut namun tak berhasil.
Kepalanya menengok dengan kaku, terdengar bunyi tulang yang patah di dalamnya. Aku tak berani untuk membuka mata dan merapatkan tubuhku dengan Rendi. Lalu, suara derap langkah terdengar begitu cepat ke arah kami, begitu memburu diikuti kabut lebat dan udara dingin yang memekik.
Sampai semuanya menghilang seperti debu, hanya kami yang merunduk ketakutan di tengah rel kereta yang bergetar.
- Kucing di Rumah Tua -
Di suatu rumah tua yang nampak tak terurus tinggallah seorang Kakek yang sangat tidak menyukai kucing. Menurut kabar yang beredar setiap kucing yang masuk ke rumah itu tidak akan kembali keluar.
Banyak kucing peliharaan penghuni lain yang masuk ke rumah tua itu, namun selalu saja tak kembali lagi.
Penghuni lain tidak ada yang berani melaporkan hal tersebut, namun mereka tetap menjaga kucing peliharaannya masing-masing.
Suatu malam ditengah hujan lebat, seorang anak yatim piatu bernama Diro. ia sedang berteduh di depan gubuk kosong sebelah rumah tua itu. Diro tidak memiliki siapa pun, kemana pun ia pergi selalu bersama kucing peliharaannya.
Lama menunggu namun hujan tidak kunjung berhenti, Lelah dan ngantuk itulah yang Diro rasakan, akhirnya ia tertidur dikursi di depan gubuk itu.
Pagi harinya, ia terbangun namun tak melihat kucing peliharaannya. Ia mencari-cari disekitar gubuk itu tapi tak juga menemukannya.
Diro sangat bersedih, ia pun memutuskan untuk tetap berada di gubuk itu sambil mencari kucing peliharaannya.
Keesokan Harinya ada para pendatang berkunjung ke rumah tua itu, mereka menemukan kerangka manusia yang hanya tinggal tulang belulang.
Tak lama kemudian muncullah seekor kucing yaitu milik Diro, kucing itu keluar dari rumah tua itu. Di ikuti puluhan kucing lainnya yang juga keluar dan tampak kenyang, namun kakek tua itu telah mati.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!