NovelToon NovelToon

Istri Yang Dibenci

01

"Saya terima nikahnya Talita Devina Ravero binti Aryo Dinata Ravero dengan seperangkat alat sholat di bayar tunai" ucap pria yang diketahui bernama Fahri itu dengan cukup lantang.

"Bagaimana para Saksi Sah.." ucap penghulu memperhatikan beberapa orang yang ada di situ.

"SAH" ucap mereka semua dengan serempak.

"Alhamdullilah" sahut semua dan dilanjutkan dengan doa.

Selesai doa Fahri segera mencium kening istrinya dengan lembut. Lita tersenyum tipis dengan apa yang dilakukan Fahri, hatinya saat ini sangat berbunga karena pria yang ia cintai telah menikahinya secara sah.

"Fahri saya serahkan putriku padamu, tolong jaga dia dan lindungi dia seperti aku melindunginya selama ini" ucap Aryo pada pria yang telah menikahi anaknya.

"Iya Pa, pasti aku akan menjaganya seperti Papa yang menjaga dan melindungi Lita" pungkas Fahri pada Aryo yang sudah menjadi mertuanya.

Mereka bertiga berdiri agak jauh dari orang-orang,

"Terimakasih sudah merestui ku" ucap Lita tampak kaku pada Papanya.

"Iya, Papa akan merestui setiap keinginan putri Papa" ucap Aryo lembut mengusap kepala putrinya.

"Jaga adikku, jangan sampai kau menyakitinya. Maka aku yang akan langsung turun tangan" ucap Seorang pria yang baru saja datang memegang bahu Fahri.

Pria itu David Pratama Ravero, kakak dari Lita. Dia yang dulu tidak menyayangi Lita sebagai adik kini, ia sangat menyayangi adiknya itu. Walaupun mereka tidak terlahir dari rahim yang sama. Sayangnya memang sedikit terlambat setelah Lita berubah menjadi orang yang arogan serta selalu berbicara ketus padanya.

"Ya akan aku jaga dia" singkat Fahri.

Talita Devina Ravero sendiri adalah anak hasil perselingkuhan Aryo dengan perempuan muda yang tidak jelas asal usulnya. Selama ini Lita disembunyikan Aryo dari media. Profil kehidupan Lita sendiri dipalsukan menjadi anak dari Aryo dan istri sahnya. Dengan begitu media mengetahuinya kalau Lita anak kedua dari Aryo dan istrinya.

Hal itu yang melakukan Waluyo, dia tidak ingin citra keluarganya rusak cuman gara-gara anak haram hasil dari perselingkuhan putranya.

Itu semua ia ketahui saat ia menginjak umur 12 tahun. Dimana dia sudah kelas enam SD saat itu, mulai dari situlah ia mulai berubah. Sekarang dia mengetahui alasan kakak dan Mamanya yang ia kira ibu kandungnya membenci dirinya selama ini. Serta alasan mereka sekeluarga tinggal di Australia dulu.

Lita juga mengetahui kalau kakek dan Neneknya juga tidak baik dengannya. Mereka selama ini hanya berpura-pura saja karena untuk mendapatkan perhatian media agar keluarga mereka dikira harmonis. Semenjak Lita mengetahui semua, dia berubah menjadi seorang yang kasar dan selalu bertentangan dengan yang lain, contohnya dengan Papanya sendiri.

Aryo Dinata Ravero Papa Lita merupakan putra sulung serta pewaris dari RV Group perusahaan konglomerat yang telah dibangun oleh ayah dari Aryo yaitu Waluyo Ravero.

………………

Lita dan juga Fahri masuk kedalam rumah yang begitu besar dan megah. Rumah itu pemberian dari Aryo untuk Lita sebagai kado pernikahan untuk mereka.

Sebenarnya Fahri menolak itu, tapi Aryo terus memaksanya. Dengan sangat terpaksa ia menerima pemberian mertuanya tersebut.

Mereka berada diruang tengah yang cukup besar,.

"Bagaimana dengan rumahnya, Kamu menyukainya sayang" ucap Lita pada Fahri yang mengamati seluruh isi rumah itu.

"Bawakan koperku, aku mau mandi" bukannya menjawab pertanyaan Lita Fahri malah berkata dingin dengan perempuan yang telah menyandang sebagai istrinya.

Tentu saja Lita terkejut mendengar ucapan Fahri barusan.

"Kamu serius menyuruhku yang membawanya?" ucap Lita seakan dia telah salah dengar.

"Apa kau tuli,? kau tidak mendengar apa yang aku katakan" Fahri menatap tajam Lita yang langsung membeku menerima tatapan mengerikan tersebut. Ada apa sebenarnya dengan Fahri kenapa dia bersikap seperti iyu batin Lita melihat Fahri yang melangkah menaiki tangga dengan cepat.

"Lita, kenapa diam nak. Sini mbok bantu" seorang perempuan paru baya datang bersama dengan dua perempuan lain dengan seragam hitam putih.

"Mbok Jum,." kaget Lita saat melihat perempuan itu.

"Kok disini mbok?" lanjut Lita matanya berbinar tampak senang melihat perempuan itu.

Mbok Jum, adalah pengasuh Lita dulu sekaligus pembantu rumah tangga keluarganya di Australia hingga saat ini. Herannya kenapa bisa ada di sini bukannya mbok Jum di rumah Papanya.

"Iya mbok disuruh tuan Aryo untuk kesini tinggal dengan kamu" jelas mbok Jum.

"Serius mbok" Lita tampak senang dan langsung memeluk perempuan tua itu.

"Iya serius" jawabnya didalam pelukan Lita.

"Tolong Sekar dan Tari bawa koper non Lita ke kamarnya" perintah mbok Jum pada dua pelayan itu.

"Aku senang deh kalau mbok Jum disini, mbok sudah seperti ibuku sendiri" mata Lita tampak berkaca-kaca.

"Sama, mbok juga udah anggap kamu kayak anak sendiri" sahut mbok Jum.

"Sudah sana, kamu keatas layani suami kamu. Dia nanti nunggu kamu loh" pinta mbok Jum menyuruh Lita untuk segera keatas.

"Iya mbok, aku keatas dulu ya. Pasti mas Fahri sudah nunggu aku" Lita menghapus setetes air mata haru yang menetes.

Dia segera berlalu pergi meninggalkan mbok Jum disitu.

"Mbok harap kamu bisa bahagia Lita" gumam mbok Jum mengiringi langkah bahagia Lita yang menaiki tangga agar segera sampai kelantai atas.

………………

Lita masuk kedalam kamarnya dan juga Fahri.

"Sayang.." panggil Lita mencari keberadaan Fahri karena kamar itu kosong.

Pintu kamar mandi terbuka menampakkan Fahri yang baru saja selesai mandi. Rambutnya yang basah serta bagian atas tubuhnya yang terekspos menandakan kalau pria itu selesai mandi.

"Kok kamu sudah mandi sih sayang, kan kita belum malam pertama" pungkas Lita langsung memeluk Fahri.

Fahri yang menerima pelukan itu menatap dingin Lita, dia seakan tidak suka dipeluk begitu.

"Lepas, aku mau tidur" dengan kuat Fahri melepaskan pelukan Lita.

"Kok sudah mau tidur sih, tunggu aku ganti baju ya" Lita masih berbicara sedikit manja seakan menggoda Fahri.

"Untuk apa aku menunggumu," ketus pria itu.

Fahri segera berjalan kearah tempat tidur dia merebahkan dirinya disitu.

"Cepat mandi, jangan diam saja seperti patung. Setelah mandi matikan lampunya" kata-kata Fahri begitu ketus pada Lita membuat Lita bingung sendiri dengan sikap Fahri yang berubah dingin padanya.

"Kamu lelah ya sayang, jadinya ketus begitu padaku" ucap Lita menatap Fahri yang sudah berbaring di tempat tidur.

"Kamu cerewet sekali sih, cepat mandi sana" pungkas Fahri menatap jengah Lita.

"Baiklah, aku mandi" Dengan langkah berat Lita berjalan menuju kamar mandi saat ini. Padahal dia ingin mesra-mesraan dengan suaminya dulu baru mandi. Ya sudahlah itu bisa dilakukan besok saja mungkin Fahri sedang lelah.

°°°°°

Lita sudah selesai mandi dan dia juga sudah berganti pakaian dengan baju tidur yang transparan. Naik keatas tempat tidur membaringkan dirinya disebelah Fahri yang sudah tidur membelakangi dirinya.

Lita memperhatikan punggung kokoh seorang Fahri, suaminya itu begitu Perfect menurutnya.

Lita langsung memeluk pinggang suaminya, dari belakang.

Fahri yang merasakan ada yang memeluknya dari belakang langsung membalikkan tubuhnya begitu saja. Kini wajahnya tepat berada didepan Lita yang tampak cantik didepannya.

Fahri menatap dalam diam, begitu juga dengan Lita.

Lita tersenyum menggoda Fahri, dengan mengedipkan sebelah matanya seakan memberi tanda.

"Apa yang kau lakukan, menjauh lah dariku. Jangan ganggu aku, aku mau tidur" mendengar perkataan ketus itu keluar dari mulut Fahri membuat senyum menggoda Lita langsung luntur.

Fahri kembali memalingkan tubuhnya membelakangi Lita.

"Fahri, aku ada salah padamu? kamu marah padaku?" Lita akhirnya mengatakan pertanyaan yang ada di kepalanya.

"Diam lah, ini sudah malam. Jangan berisik dan menggangguku, besok aku mau bekerja"

"Besok kamu mau bekerja tidak mengambil cuti, kamu tidak ingin bulan madu" ucap Lita.

"Kau mau aku sumpal mulutmu. Jangan berisik, tidurlah dan jangan peluk aku. Itu mengganggu" Fahri menatap Lita tajam.

Seketika Lita membeku, terkejut dengan itu. Ia belum pernah melihat Fahri semarah itu padanya. Sebenarnya ada apa dengan Fahri sekarang?

°°°

T.B.C

02

Talita bangun pagi-pagi sekali, bahakan matahari pun belum menampakkan wujudnya. Dia terbangun karena getar ponselnya yang ada di nakas meja sebelah dirinya saat ini. Segera saja dia langsung mematikan bunyi alarm di Hpnya agar suaminya yang sedang tidur membelakangi tidak terbangun.

“Setengah lima, aku harus bangun dan menyiapkan semua buat mas Fahri” ucap Talita, dia segera bangkit dari tempat tidur secara hati-hati tentunya.

“Mana ya kopernya mas Fahri, baju dinasnya diakan masih ada di dalam koper” pungkas Lita berjalan kearah koper yang ada disudut kamar.

Lita segera membuka koper milik suaminya, untuk mengambil baju dinas polisi disitu. ia akan menyetrikanya. Sehingga ketika suaminya berangkat dinas nanti bajunya sudah siap.

Ternyata bajunya ada tepat di atas sendiri sehingga memudahkan Lita untuk tidak mengobrak-abrik dalam koper Fahri. Ia mengambil baju berwarna coklat itu beserta celananya dan membawanya pergi dari kamar saat ini.

Diluar kamar, tanpa sengaja Lita berpapasan dengan mbok Jum yanga akan menuju ke dapur.

“Loh sudah bangun non Lita,.” Mbok Jum tampak terkejut melihat Lita yang jam segini sudah bangun.

“Sudah mbok, aku mau menyetrika baju dinas mas Fahri. Setrikaannya dimana ya?” Lita menunjukkan baju itu pada Mbok Jum.

“Sudah sini biar mbok saja yang menyetrikanya, kamu tidur lagi saja sana. Ini masih terlalu pagi” Mbok Jum berniat mengambil baju itu dari tangan Lita tapi Lita mencegahnya.

“Tidak mbok, aku yang akan menyetrikanya. Ini tugas pertamaku menjadi istri” ucap Lita.

“Ya sudah kalau itu keinginanmu, Mbok ke dapur dulu ya. Buat ngarahin Sekar sama Tari” Mbok Jum langsung meninggalkan Lita setelah perempuan itu mengangguk.

“Oh iya mbok lupa, belum ngasih tahu kamu tempat setrika” Mbok Jum berbalik sambil menepuk jidatnya.

“Dasar mbok,.” Senyum Lita.

“Tempatnya di sebelah kamar tamu ya non” ucap Mbok Jum memberitahu.

“Oke Mbok” Lita langsung pergi setelah mbok Jum pergi.

.....................

Fahri sudah bangun dan dia sudah begitu rapi akan berangkat Dinas. Baju yang Lita setrika tadi sudah terpakai ditubuh Fahri saat ini. Dia berjalan kemeja makan, dengan hidangan yang sudah siap semua di atas meja.

Fahri mendudukkan dirinya, matanya menelisik ke seluruh sudut rumah yang sekarang menjadi rumahnya juga.

“Dia dimanjakan kemewahan seperti ini” senyum meremehkan keluar begitu saja dari bibir seorang Fahri. Entah kenapa dia berkata serta tersenyum sinis begitu.

“Mas Fahri sudah bangun, Baru aja aku mau bangunin mas. Ini aku bawakan teh hangat” Lita baru keluar dari dapur sambil membawa secangkir teh dan meletakkannya di depan pria yang sudah menyandang status sebagai suaminya.

“Ya,..” hanya kata singkat itu yang keluar dari mulut Fahri. Dia langsung menyeruput teh itu,

Syurrr..

Fahri menyemburkan teh itu tepat di wajah Lita yang langsung terkejut menerima semburan tiba-tiba dari suaminya.

“Kau bisa membuat teh atau tidak, kenapa rasanya asin begini”

“Ma..masak mas. Aku memasukkan gula bukan garam, apa aku yang salah. Mau aku buatkan lagi mas”

“Tidak usah, aku akan berangkat dinas. Kau merusak pagi ku saja,” Fahri langsung berdiri dari duduknya.

Lita terkejut dengan itu,

“Mas nggak makan dulu mas, aku sudah membuatkan makanan kesukaanmu” Lita mengejar Fahri yang berjalan melewatinya begitu saja.

“Mas,.” Lita menahan tangan Fahri karena pria itu mengabaikan ucapannya.

“Lepaskan tanganmu,” Fahri menatap tajam Lita yang menahannya.

“Makan dulu mas, aku sudah..”

“Aku tidak lapar, minggir lah. Kau membuatku terlambat berdinas” Fahri mendorong Lita yang menghalangi jalannya.

Hal itu membuat Lita terdorong dan untungnya dia tidak terjatuh kelantai. Lita menatap kepergian suaminya dengan nanar, ia merasa sesak dan tercabik-cabik hatinya atas sikap Fahri barusan

“Sebenarnya mas Fahri kenapa? Kenapa dia marah begitu padaku sedari semalam?” ucap Lita merasa tidak tahu salahnya apa. Ini hari pertamanya menjalani pernikahan, seharusnya ia bahagia tapi kenapa situasinya begini. ada apa dengan Fahri yang ia kenal kenapa menjadi kasar begitu.

....................

Fahri sudah berada di tempat kerjanya dia duduk sendiri di bangku bawah pohon sambil memegang secarik kertas warna putih yang sudah terlipat rapi.

“Maaf Dira, aku harus mengambil keputusan ini. Untuk membalaskan apa yang terjadi padamu” gumam Fahri menatap pilu kertas tersebut.

“Briptu Fahri, Kapolres sudah bisa ditemui” seorang pria berseragam polisi mendatangi Fahri yang sedang duduk sendiri.

Fahri langsung menoleh melihat rekannya yang baru datang itu.

“Siap, kalau begitu aku menemui komandan dulu” Fahri langsung berdiri dari duduknya, menepuk pundak rekannya sambil tersenyum sebelum pergi.

“Kenapa Fahri sekarang jadi lebih dingin semenjak Dira tiada,?” heran polisi yang bernama Rendi. Dia menatap rekan sekaligus sahabatnya sejak kecil yang melangkah pergi begitu saja.

Fahri masuk kedalam ruangan pimpinannya,

“Hormat Ndan,.” Ucap Fahri.

“Ya, silahkan duduk Briptu Fahri. Ada apa ya ingin menemui saya?”

“Saya ingin menyerahkan ini pada komandan” Fahri yang sudah duduk menyodorkan kertas putih yang sedari tadi sudah ia pegang ke arah atasannya.

“Apa ini?”

“Lapor, itu surat pengunduran diri saya sebagai anggota kepolisian Ndan” pungkas Fahri menatap serius atasannya itu yang tampak terkejut.

“Pengunduran diri? Maksudnya?”

“Saya ingin keluar dari kepolisian ndan”

“Ini keputusan dari dalam hatimu atau ada penekanan dari luar?”

“Siap keputusan saya sendiri”

“Kalau memang ini keputusanmu sendiri, saya terima. Entah apa alasan yang mendasari dirimu untuk keluar dari kepolisian. Aku harap kamu selalu berjaya di manapun” atasan Fahri seakan berat melepas salah satu anak buahnya.

“Siap terima kasih Ndan, kalau begitu saya ijin keluar dari ruangan”

“Iya silahkan”

Fahri langsung keluar dari ruangan atasannya tersebut, dia menutup pintu atasannya. Dia menghela nafasnya dengan berat.

“Semoga ini keputusan yang tepat” ucapnya dalam hati, dia langsung melangkah pergi meninggalkan tempat itu.

.........................

Lita duduk di meja makan seorang diri sambil memegang tangannya yang tadi agi tidak sengaja teriris pisau demi membuatkan sarapan untuk Fahri. Ini hal pertama yang dia coba ingin lakukan yaitu memasak.

Selama ini dia tidak pernah memasak karena selalu tersedia di meja makan saat dia sudah bangun tidur. Dia tadi bangun pagi-pagi sekali demi belajar memasak pada mbok Jum agar bisa membuatkan sarapan untuk Fahri. Tapi pria itu malah tidak menyentuh makanannya sama sekali.

FLASHBACK ON

Fahri dan Lita duduk disebuah rumah makan kecil di pinggir jalan. Shena duduk sangat dekat dengan Fahri saat ini yang nyaman menyantap makanannya.

Lita sendiri tampak gelisah, ia melihat sekeliling rumah makan itu yang terlihat tidak rapi membuatnya merasa risih.

“Kenapa tidak makan?” ucap Fahri saat menyadari Lita yang belum melahap makanannya sama sekali.

“Kita pindah tempat makan saja yuk, aku tidak nyaman disini” ucap Lita meminta pindah tempat.

“Kenapa? Makanan disini enak. Cobalah “

“Aku tidak suka tempatnya dan makanannya, aku tidak suka makan sayur lodeh” pungkas Lita melihat kearah fahri.

“Lihat aku, dan dengarkan apa yang ku katakan sayang. Jangan menilai sesuatu itu dari Covernya tapi dari dalamnya yaitu dari rasanya. Cobalah, aku suapi ya”

“Aku tidak mau sayang,” tolak Lita.

“Sayang, ayo. Jangan menyia-nyiakan makanan. Banyak orang diluar sana yang tidak bisa makan loh.” Lita terdiam, memikirkan perkataan Fahri itu dan secara perlahan ia menerima suapan dari Fahri.

FLASH BACK OFF.

“Kau yang bilang padaku jangan menyia-nyiakan makanan. Tapi apa ini, kamu sendiri yang menyia-nyiakan makanan buatan ku” ucap Lita melihat makanannya yang masih utuh belum terjamah sama sekali.

“Non Lita kenapa? Kok sedih begitu?” mbok Jum datang menghampiri Lita yang menatap pilu masakan didepannya.

“Tidak apa bi,” ucapnya mencoba menguatkan hatinya sendiri.

“loh kok makanannya masih utuh non. Den Fahri tidak makan?’

“tidak mbok, dan tolong ya mbok Jum suruh Sekar sama Tari buat beresin ini. Aku mau ke kamar” ucap Lita dan langsung melangkah pergi dari meja makan.

Mbok Jum hanya melihatnya saja. Tapi dia menangkap keanehan dalam diri Lita yang tidak seperti biasanya terlihat lesu begitu Lita yang ia kenal selama ini selalu ceri tidak murung seperti ini. Apa ada masalah dengannya, batin mbok Jum.

°°°

T.B.C

03

Fahri ke rumah orang tuanya, dia keluar mobil dengan lemah. Tapi bagaimanapun itu keputusannya dan pilihannya. Ia datang ke rumah orang tuanya untuk memberitahu kalau ia telah resmi keluar dari kepolisian.

“Assalamualaikum,” ucap fahri membuka pintu rumahnya saat ini.

“Walakumsalam,” sahut dua suara yang berbeda dari dalam.

Rumah orang tuanya juga besar tapi tidak terlalu mewah dengan rumah yang diberikan ayah mertuanya.

“Fahri kamu datang kesini sendiri? Mana istrimu?” ucap Papa dari Fahri.

“Tidak usah tanyakan soal dia Pa,” pungkas Fahri tidak suka, dia langsung berjalan masuk lebih dalam menuju ruang tengah. Di sana ada Mamanya yang duduk sambil menonton tv.

“Ma,..” ucap Fahri berjalan mendekati mamanya yang langsung menoleh melihat dirinya saat ini.

“Loh Lita mana Fahri?” tanya Wulan ibu dari Fahri.

“kenapa sih Papa sama mama nanyain dia?” ucap Fahri ketus dan mendudukkan dirinya di sofa single.

“Bagaimana Papa sama Mama tidak menanyakan tentang Lita, dia istri kamu”  tukas Sasongko saat masuk ke ruang tengah.

“Benar kata Papa, dia istri kamu. Jadi bagaimana kita tidak menanyakan soal Talita” ucap Wulan ikut menimpali suaminya.

“Bukannya Papa dan Mama sudah tahu kenapa aku ingin menikahinya. Jangan terlalu menganggap dia sebagai menantu” sergah Fahri tidak suka.

“Fahri, lupakan semuanya. Dia orang yang baik tidak mung..”

“Sudahlah Ma, tidak usah membela atau membicarakannya. Aku kesini bukan untuk membicarakan perempuan itu. Aku hanya ingin bilang, kalau aku sudah tidak menjadi polisi”

“Apa? Kenapa kau keluar dari polisi” orang tua Fahri tampak terkejut dengan itu.

“Aku akan bekerja di perusahaan keluarganya” pungkas Fahri memberitahu kedua orang tuanya.

“Kenapa kau mau bekerja di sana? Lebih baik menjadi polisi Fahri” pungkas Sasongko tidak terima jika anaknya harus keluar dari kepolisian.

“Mereka yang menawariku, kesempatan jangan di sia-siakan Pa” sinis Fahri dan langsung berdiri dari duduknya.

“Kalau begitu aku pergi dulu, hanya itu yang ingin ku bicarakan. Aku harap kalian menerima keputusanku itu” pungkas Fahri.

Dia langsung pergi dari hadapan kedua orang tuanya yang hanya bisa menghela nafas atas keputusan putra keduanya itu.

..................

Talita sendiri saat ini sedang duduk di ayunan rumahnya, dia menunggu suaminya yang juga belum pulang. Bahkan telponnya saja tadi diabaikan. Ia duduk merenung seperti orang yang tengah memikirkan sesuatu.

Terdengar bunyi bel rumah yang terdengar nyaring memenuhi seluruh ruangan rumah besar tersebut. Tentu saja Lita mendengarnya, itu pasti suaminya yang sudah pulang. Dia akan menemuinya sekarang padahal baru tadi pagi dia melihat Fahri tapi sekarang sudah rindu.

Lita berlari menuju ruang tamu besar rumahnya bersiap membukakan pintu, tapi pintu yang tidak dikunci itu sudah terbuka menampakkan wajah David kakaknya dan Papanya Aryo. harapannya tadi langsung buyar, rasa kecewa yang ada.

“Kenapa kau kesini?” ucap Lita dengan ketus.

“Kakak dan Papamu datang bukannya kau sambut dengan baik tapi malah begini. suruh masuk atau duduk bisa”sinis David.

“Masuk,” singkat Lita.

Aryo dan David langsung masuk duduk di sofa ruang tamu itu.

“Bagaimana kabarmu?” ucap Aryo melihat sang putri yang duduk didepan mereka.

“Yang seperti Papa lihat sekarang aku bagaimana” ucap Lita.

“Dimana suamimu?” ucap David sambil melihat sekeliling dalam rumah yang tampak sepi.

“Dia masih Dinas, kenapa menanyakannya” ucap Lita.

“Dinas? Bukannya dia sudah keluar dari kepolisian” ucap David.

“Apa? Jangan asal ngomong kak” Lita tidak suka dengan ucapan David tersebut.

“Kakakmu tidak asal ngomong Lita, suamimu bilang sama Papa dia sudah keluar dan akan bergabung bersama kita di perusahaan”

Lita terdiam, dia benar-benar terkejut dengan ucapan Papa serta kakaknya yang mengatakan kalau Fahri sudah berhenti dari kepolisian. Tapi kenapa fahri tidak bilang padanya. Lalu dimana dia sekarang, kenapa jam segini belum pulang, batin Lita berubah menjadi gelisah memikirkan Fahri.

“Kenapa kamu diam, jangan bilang kamu  tidak tahu. Dia tidak bilang padamu, suami macam apa dia tidak bilang dengan istrinya. Kau sudah kubilang jangan menikah dengan orang yang kamu kenal tiga bulan, dia aneh menurutku” tegas David menatap adiknya itu.

“Bukan urusan kakak, urus saja adikmu yang pacaran tidak jelas” kesal Lita menatap David.

“Kenapa kalian malah bertengkar begini, David jangan asal bicara. Fahri orang yang baik” ucap Aryo menegur putra sulungnya.

“Lita, kau juga adikku mengerti.” Tukas David menekankan kata adikku.

“Tapi aku tidak pernah menganggap mu Kakak, bukankah dulu kau begitu padaku” pungkas Lita tajam.

David langsung terdiam, ia ingat dulu perlakuannya pada Lita saat mereka sama-sama masih kecil. Dulu dia tidak pernah menganggap Lita adiknya karena Lita anak dari selingkuhan Papanya..

“Kenapa diam? ingat apa yang kau lakukan padaku dulu” sergah Lita menatap kakaknya yang terdiam.

“Lita..Jangan seperti itu dengan kakakmu” tegur Aryo.

“Kenapa? Apa yang ku bicarakan salah. Kalau kau tidak selingkuh dulu, mungkin aku tidak akan terlahir, mending aku tidak terlahir daripada dibenci keluarga besar mu” Lita menatap Papanya.

“Kamu bisa menutup mulutmu, kenapa kau seakan marah pada papa?” ucap Aryo meninggikan suaranya.

“Bagaimana aku tidak marah, gara-gara dirimu aku dicap anak selingkuhan. Meskipun kau tutupi dari media manapun. Dan jika kau tidak ingin aku marah padamu bilang siapa ibuku”

“dia pergi meninggalkanmu, entah kemana sekarang dia. Tidak usah kau cari ibumu itu, dia bukan wanita baik-baik” pungkas David menggantikan Papanya yang bicara.

“Cihh, meninggalkanku atau kalian yang menyuruhnya bukan menyuruhnya saja, mungkin sudah kalian habisi” ucap Lita menatap sinis kedua orang didepannya.

“Talita,..” bentak Aryo berdiri dari duduknya hendak menampar Lita.

“Papa,.” David juga ikut berdiri menahan Papanya tersebut.

“Tenanglah Pa,.” Tambah David sambil melihat Lita yang tampak diam dan santai.

“Sebenarnya kalian kenapa sih kesini,?” Lita melipat kedua tangannya di dada.

“Kita kesini ingin bertamu saja ke rumahmu. Tapi malah begini, kalau begitu kita pulang saja Pa. Sepertinya Lita sedang ada pikiran” ucap david mengajak papanya pulang saja.

“Ya sudah silahkan,” ucap Lita enteng.

“Bilang pada suamimu, besok dia suruh ke kantor jika berniat bergabung dengan kita” ucap David pada adiknya itu.

“Papa tegaskan padamu Lita, jangan pernah cari Mamamu. Mengerti..” pungkas Aryo sebelum pergi.

“Dengarkan apa kata Papa dan kataku. Lupakan dia, Mamaku juga Mamamu mengerti dan dia sangat menyayangimu” ucap David sebelum pergi menyusul Aryo yang sudah pergi terlebih dahulu.

“Bukan urusanmu kalau aku mencari Mamaku” ucap Lita dengan cukup keras agar David yang berlari keluar mendengarnya.

Setelah kedua orang itu pergi Lita langsung menutup pintu rumahnya, dia berjalan masuk kedalam hendak ke kamarnya saat ini. Tapi kemudian bel pintu berbunyi lagi, membuat Lita langsung melangkah untuk membukakan pintunya lagi.

“Sayang kamu sudah pulang?” ucap Lita saat sudah membuka pintu melihat Fahri yang berdiri sempoyongan.

“jangan sentuh aku” Fahri langsung menepis tangan Lita yang akan memegangnya agar tidak sempoyongan.

Mata Lita langsung membulat,

“Sayang kamu kenapa? Kau mabuk” ucap Lita saat mencium bau alkohol dari mulut Fahri.

“Minggir,.” Fahri mendorong Lita membuat Lita terdorong kuat.

“Arkh..” rintih Lita saat perutnya membentur sofa.

“Sayang kamu kenapa sih, kenapa kamu kasar begini padaku” Lita mendekat lagi pada Fahri.

“Kau berisik sekali, bisa diam tidak.” Tegas Fahri berjalan meninggalkan Lita yang mematung.

Lita mengejar Fahri yang akan terjatuh, ia menahan lengan suaminya itu agar tidak terjatuh.

“Kenapa kau minum sih sayang, dan kenapa kau bersikap seperti ini padaku” ucap Lita masih tidak mengerti dengan perubahan sikap Fahri padanya.

Fahri menatap tajam Lita, dia memelintir tangan Lita begitu kuat. Sehingga membuat Lita kesakitan.

“Arkkh, Arkhh sakit sayang” erang Lita kesakitan.

Fahri seakan tidak perduli, dia malah mendorong tubuh Lita membenturkannya pelan kedinding sambil terus memelintir tangan Lita.

“Dengarkan aku, aku membencimu. Dan aku jijik saat dirimu memanggilku sayang dengan mulutmu ini” Ucap Fahri membalikkan paksa tubuh Lita yang menahan sakit. Tidak puas dengan itu Fahri mencengkram kuat rahang Lita. Perempuan itu terus mengerang sakit dengan apa yang dilakukan Fahri saat ini.

“Sakit sayang..”rintihannya dan tak terasa air matanya menetes dengan apa yang dilakukan Fahri padanya.

“Aku salah apa padamu, kenapa sedari kita sah menjadi suami istri kemarin kamu bersikap kasar begini padaku” masih dengan menangis dia menatap suaminya yang tengah menatapnya marah.

“Kau pembunuh, aku membencimu. Sampai kapanpun aku membencimu” Fahri melampiaskan kekesalannya dengan memaki Lita berkali-kali dan dia mendorong perempuan itu kuat hingga terkantuk lantai dan dia langsung pergi begitu saja.

“Arkhh,.” Lita memegangi dahinya, tangannya memegang itu ia lihat sekilas telapak tangannya. Tangannya berdarah, dan itu berasal dari dahinya saat ini.

Lita menangis, dia merasa bingung dengan perkataan Fahri tadi apa maksudnya dia pembunuh, dan kenapa Fahri tadi menatapnya dengan penuh kebencian. Sungguh dia tidak mengerti dengan itu, sebenarnya apa salahnya disini.

°°°

T.B.C

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!