Seorang lelaki berparas tampan, berhidung mancung, dengan bibir mungil merah, mata yang tajam juga sayu, bertubuh tinggi dan berkulit putih. terlihat sedang berjalan terhuyung dengan sebuah botol di tangannya
"Dasar perempuan bre*g*ek, perempuan s*a*l*n" umpat lelakinya sambil berjalan terhuyung dan masuk kedalam sebuah taman kota lalu duduk persis di samping seorang perempuan bercadar.
Dengan reflek wanita bercadar, bergeser dari tempat duduknya semula sambil melirik ke arah lelaki yang dalam keadaan mabuk itu.
"Hei kamu! Mengapa kamu melihat aku? Apa kamu tidak pernah melihat manusia?" Umpat lelaki itu.
namun bukannya menjawab malah gadis bercadar itu dengan seketika merampas botol di tangan lelaki tersebut lalu membuangnya dengan seketika.
"Hei!!! Apa kamu sudah gila? Mengapa kamu membuang minumanku?"geram lelaki itu
"Itu ga baik kak, minuman itu tidak baik" ucap gadis bercadar itu
"Apanya yang tidak baik?, Saya beli itu pakai uang, dan saya membeli dengan harga mahal"
"Itu haram kak, terus itu juga ga baik, kalau kakak sakit gimana, kalau kakak sedang ada masalah, kakak masih punya allah tempat mengadu, bukan seperti ini." Nasehat gadis bercadar itu
"Ngomong apa sih hah, bikin kepala saya makin pusing, puyeng tau gak sih!"
"Kakak pusing, karena kakak minum itu"
"Apa pedulimu, kamu siapa? Kita saja tidak saling kenal, wanita yang ku cintai saja menghianatiku, apa lagi kamukan yang tidak kenal aku sama sekali". Racau lelaki itu
" Tapi saya hanya merasa iba dengan keadaan kakak sekarang, semua orang punya masalah, begitupun dengan saya, tapi bukan begini cara menghadapi nya kak". Nasehat gadis itu, ia seakan berbicara kepada dirinya sendiri yang juga tidak jauh dari masalah.
" Hah terserah deh, untung kamu perempuan, kalau kamu laki-laki sudah aku hajar kamu" berlalu pergi keluar dari taman itu masih dengan jalan yang terhuyung.
_______
Satu Minggu Kemudian
"Alex, kamu pulang dalam keadaan mabuk lagi nak? Ya ampuuun Alex, kalau sampai papa kamu melihat ini, papa kamu pasti akan marah besar"
"Sudah lah ma, mama jangan ikut campur dengan urusanku" lelaki yang bernama Alexi Adyatma Baskara itu menepis pelukan ibunya dan berlalu menaiki anak tangga menuju kamarnya.
"Ada apa ma". Suara bass Baskara pratama mengejutkan istrinya yang sedang melihat anak lelaki semata wayangnya berlalu menaiki tangga.
"Eh papa mengagetkan aja, sejak kapan papa disini?" Harini memegang dadanya karena kaget dengan kedatangan suaminya yang tiba-tiba.
Baskara melihat keatas" Alex mabuk lagi ma?" Geramnya
"Ga kok pa, Alek cuma sedang pusing aja"
"Sudahlah ma, sampai kapan kamu menutupi peragai anakmu itu, biar ku beri pelajaran dia, agar dia bisa lebih menghargai hidupnya" Baskara menaiki tangga tapi seketika Harini memeluknya dari belakang
"Sudah lah pa" Peluk Harini sambil menangis
"Awas". Tanpa sadar Baskara mendorong Harini
"Maaaa" Baskara berbalik ke belakang setengah berlari ketika melihat Harini terjatuh
Begitupun dengan Alex yang turun ketika mendengar pekikan Harini ibunya
"Mama" Alexi berhambur menolong ibunya berdiri
"Mama tidak apa-apakan?" Tanya Alex khawatir
"Apanya yang tidak apa-apa, ini semua adalah kesalahanmu, setiap hari kamu mabuk-mabukan, memakai na*k*ba, pergaulan yang tidak jelas dengan teman- teman geng berandalan mu itu." geram baskara kepada Alexi putra semata wayangnya.
"Terserah aku dong pa, aku sudah dewasa, ini hidupku papa ga usah mengaturku."
"Dasar anak kurang ajar kamu" dengan seketika Baskara menampar Alex dengan keras
"Paaa" jerit Harini
Alex menyentuh pipi bekas tamparan Baskara dengan amarah, lalu ia meninggalkan kedua orang tuanya
"Alex". Harini mengejar Alex hingga kegerasi" Sayang kamu mau kemana lagi nak?, Kamu tidak usah ambil hati perkataan papamu!". Harini berusaha menghalangi kepergian Alex
Namun hati Alex saat ini sangatlah terluka, ia dan ayah nya selalu saja berseteru yang membuat Alex tidak pernah betah dirumah.
"Maaf ma, aku harus pergi". Alex menghidupkan mesin motornya dan meninggalkan Harini sendiri.
Di tengah perjalanan Alex melihat segerombolan geng motor sedang menghadang seorang perempuan bercadar, perempuan itu terlihat berlari ketakutan.
"Hei bung, kalian lelaki kan? Jangan beraninya dengan perempuan, dasar banci" Alex mendekati mereka dan turun dari motornya.
"Kurang ajar, jangan ikut campur urusan kami, mau cari mampus kamu?" Ucap salah seorang dari mereka
Perkelahian pun tidak terelakkan dengan sekejap Alex melumpuhkan semuanya
"Awas kamu ya, ayo kita cabut" gerombolan geng itu pergi dari sana dengan keadaan babak belur.
"Terima kasih ya". ucap gadis bercadar itu
"Kamu mau kemana?" Tanya Alex
" Aku mau pulang tapi…, aku tidak tau jalan pulang".
"Aneh, masa kamu tidak tau alamat kamu sendiri?".
"Iya saya benar tidak tahu, karena saya tidak pernah keluar dari sana sebelumnya, dan ketika saya akan pulang tiba-tiba para geng motor itu mengejar ku.
Alex mendengar semua penjelasan perempuan itu masih tidak mengerti, entah apa yang dimaksud gadis itu
dengan menyebutkan kata(tidak pernah keluar dari sana sebelumnya).
"Jadi sekarang bagaimana".
"Entahlah". Jawab gadis itu merasa bingung
"Ya sudah kalau begitu mari ikut denganku". Tawar Alex dengan menaiki motornya, namun gadis itu masih diam di tempatnya
"Hei perempuan ayo! Atau aku tinggalkan kau disini lalu kau akan diganggu geng motor itu lagi.
Walaupun terlihat ragu akhirnya gadis itu naik mengikuti Alex, di dalam hatinya berharap kalau ia tidak sedang ditolong oleh orang jahat yang berpura-pura menolong.
"Ya allah lindungi lah aku". Batin Zahra
Sesampai nya di apartemen milik Alex
"Kita sudah sampai"
" Maaf Ini dimana?"
"Udah ga usah takut, ini apartemenku, untuk sementara kamu boleh tinggal disini dulu sampai kamu tau dimana tempat tinggalmu"
Alex membukakan pintu apartemen itu dan mempersilahkan Zahra untuk masuk.
"Kenapa masih di situ? Ayo masuk!" Ajak alex
"Ah tidak usah, saya pulang saja"
" Emang kamu tau mau pulang kemana?, Kamu tidak usah khawatir aku bukan orang jahat, kamu boleh tinggal disini dan saya akan pulang" Ucap alex menyakinkan perempuan itu yang terlihat ragu
" Tapi ngomong- ngomong siapa namamu?" Alex mengulurkan tangannya
"Oh iya kenalkan nama ku Latifa Azahra, panggil saja Zahra" ucapnya dengan mengatupkan kedua telapak tangannya
Dengan seketika Alex menarik uluran tangannya yang terabaikan
"Ya sudah Zahra kamu tinggal saja di sini aku mau pulang dulu, anggap saja ini rumah sendiri" Ucap Alex kepada Zahra lalu Alex keluar dari apartemen meninggalkan Zahra sendiri.
Alex melajukan motornya menuju basecamp tempat berkumpulnya Alex dan gengnya
Sesampai nya di basecamp club Tiger
"Bro kenapa kamu melamun?" Tanya Rey kepada Alex
"Ah tidak, aku seperti pernah melihat perempuan itu tapi dimana?". Ucap Alex bingung sambil mengingat-ingat.
"Perempuan yang mana?" Ucap Rey bingung
"Ah tidak" Alex tersadar dari lamunan nya
"Perempuan yang mana kamu maksud Lex" tanya Rey penasaran
"Mana perempuan? Kalau masalah perempuan serahkan pada ku". timpal Joo bergabung dengan Alex dan Rey
" Ha ha ha dengar perempuan aja laju amat" Rey tertawa
"Di tengah perjalanan tadi aku bertemu dengan seorang perempuan yang memakai cadar.
Dia sedang di kejar segerombolan geng motor dan aku menolongnya.
Ketika aku mau mengantarnya pulang, anehnya dia tidak tau di mana dia tinggal lalu aku membawanya tinggal di apartemenku". Jelas Alex kepada teman-temannya.
"Waaaah bro kamu tidak takut kalau itu cuma jebakan, atau dia itu perempuan berbahaya?" Tanya Rey
"Berbahaya gimana maksud kamu?".
"Lah coba pikirkan mana ada orang yang tidak tau alamat rumahnya sendiri, tau-tau nanti rumah kamu sudah di b*m, daaar meledak semuanya hancur lebur seketika". Jelas Rey lagi menepuk pundak Alex
Alex terdiam mendengar ucapan Rey, didalam hatinya sedikit mengiyakan yang dikatakan sahabatnya itu.
Bisa jadi gadis itu samaran dari geng musuh.
" Kita lihat aja dulu". Ucap Alex lebih lanjut
"Alex mana ma, sudah satu minggu aku tidak melihatnya pulang kerumah". Baskara membuka dasinya yang di bantu Harini istrinya
"Sudah lah pa, papa jangan terlalu mengkhawatirkannya, dia sudah dewasa pa".
" Dewasa apanya??, Kamu kebiasaan memanjakannya.
anak itu menjadi pribadi yang tidak bertanggung jawab dengan hidupnya, kamu sih tidak becus jadi seorang ibu. Mengurus anak satu saja tidak bisa, dia itu calon penerus perusahaan papa ma, tapi lihat lah gaya hidup anak itu yang tidak tentu arah, papa jadi berpikir agar menikahkan nya saja agar dia bisa belajar hidup bertanggung jawab". Keluh Baskara panjang lebar kepada Harini
" Terserah papa sajalah bagaimana baik nya, tapi bagaimana kalau Alex tidak setuju untuk menikah pa?".
" Tidak ada kata tidak setuju, sudah cukup anak itu membuat onar selama ini". Geram Baskara dengan putra semata wayang yang diharapkannya jadi penerus pimpinan perusahaannya kelak
"Mama akan berbicara kepada Alex agar dia segera menikah dengan Feliysa". Ucap Harini
" Ya sudah mama atur saja semuanya, mari kita makan malam ma, aku sudah sangat lapar". Ajak Baskara
Hanya dentingan sendok dan piring yang terdengar, itu sudah menjadi kebiasaan dalam keluarga Baskara Pratama senyap di waktu makan.
"Alex". Harini berdiri dari duduknya ketika melihat Alex yang baru pulang setelah sekian lama
"Alex, sini sayang kita makan malam bersama". Ajak Harini
Alex hanya berlalu menaiki anak tangga menuju kamarnya tanpa memperdulikan ajakan ibunya itu.
" Lihat lah betapa tidak sopannya anak mu itu". Ejek Baskara kepada Harini istrinya
"Sudah lah pa, nanti mama yang mengurus Alex".
" Ya harus begitu, katakan semua padanya dan tidak ada kata penolakan".
Seusai makan Harini menaiki anak tangga menuju kamar Alex guna membicarakan keinginan suaminya itu.
" Alex". Harini mengetuk pintu kamar alex
Tak butuh waktu lama Alex membuka kan pintu
Harini masuk dan duduk di samping Alex yang langsung berbaring
Harini mengelus kepala Alex" sayang, kamu kenapa baru pulang? Kamu ga tau betapa khawatirnya mama".
Alex hanya membisu tak mengindahkan pertanyaan ibunya barusan.
"Sayang mama rasa kamu sudah dewasa, mama dan papa ingin kamu segera menikah, mama dan papa juga akan menua mama ingin sekali menggendong cucu". Mata Harini seakan berbinar ketika menyebutkan kata cucu.
Alex yang mendengar penuturan Harini itu duduk seketika.
" Ma Alex belum mau menikah, Alex belum siap untuk menghidupi anak orang ma, dan Alex juga tidak punya calon ".
"Kamu kan punya Feliysa sayang".
" Aku tidak akan menikah dengannya ma" Geram Alex dengan gigi gemeretak ketika mendengar nama Feliysa disebut.
"Kenapa sayang? Feliysa kan pacarmu, terus dia juga wanita yang baik".
" Dia bukan wanita baik- baik ma".
"Kamu ribut dengan Feliysa?".
"Sudah lah ma jangan bahas tentang wanita itu". Alex menahan emosinya.
" Tapi sayang kamu tau kan bagaimana papa kamu? Kamu tidak kasihan kepada mama mu ini nak?". Harini mengiba kepada Alex dan hal itu tentunya membuat Alex serba salah
"Berikan Alex waktu ma". Pinta Alex pada akhirnya
"Ya sudah, mama tunggu kabar baik dari mu, dan jangan kecewa kan mama!".
_______
Di sebuah apartemen mewah, seorang gadis sedang duduk termenung seorang diri. Ia bingung harus bagaimana, mau menghubungi temannya handpone nya hilang sewaktu di hadang geng motor di malam itu. Mau pulang, juga tidak tau alamatnya, uang juga tidak punya.
Clek terdengar suara pintu apartemen terbuka yang membuat Zahra tersentak dari lamunannya.
" Siapa" . Zahra berdiri karena terkejut.
" Bagaimana kamu bisa masuk kesini". Tanya Zahra setelah melihat siapa yang datang
" Kamu lupa kalau ini apartemen ku". Ucap lelaki yang tak lain adalah Alexi
"Masih utuh, belum meledak". Ucap Alex lagi melihat- lihat sekeliling apartemen nya itu.
" Maksud kamu apa?". Tanya Zahra tidak mengerti
" Ouh tidak ada maksud apa-apa". Jawab Alex enteng
"Bagaimana? Apa kamu betah tinggal disini?". Tanya Alex lagi
" Sebenarnya aku sudah lama menunggu kamu datang, aku sangat ingin pulang, dan aku mau meminta bantuan dari mu". Ucap Zahra sedikit terbata dan ragu
" Bagaimana kamu bisa pulang kamu saja tidak tahu tempat tinggalmu".
" Begini, Sebenarnya beberapa bulan ini aku tinggal di sebuah pondok pesantren, dan aku tidak pernah keluar dari sana sekalipun kecuali pada malam itu, karena waktu itu aku sedang ada keperluan pribadi yang tidak bisa aku jelaskan, jadi aku keluar sendiri tanpa sepengetahuan pihak pondok, namun ketika aku ingin kembali tidak tau jalan pulang lagi". Jelas Zahra kepada Alex
" Lalu". Tanya Alex
"Lalu, aku mau minta bantuan kepadamu, bisakah kau membantuku mencarikan pondok pesantren tempatku tinggal itu." Zahra memohon kepada Alex dengan harapan besar
Alex terlihat terdiam sedang berpikir
"Aku bisa membantumu mencarikan pondok itu" ucap Alex
" Benarkah" ucap Zahra dengan mata yang berbinar
" Ya tentu saja, tapi ada syaratnya".
"Syarat?". Tanya Zahra tak mengerti
"Ya syarat, kalau mau di bantu sih" ucap Alex yang tiba- tiba mempunyai rencana di kepalanya.
"Syarat apa?". Tanya Zahra
" Menikah lah dengan ku!".
"Apaaa??? Menikah dengan mu, kamu gila??? Kita bahkan baru kenal satu minggu yang lalu". Zahra sangat terkejut dengan pernyataan Alex barusan.
"Ya kalau kamu setuju, ini pun tidak akan lama, aku hanya butuh untuk beberapa bulan saja, boleh dikatakan nikah kontrak". Jelas Alex enteng
"Kalau kamu mau di bantu sih". Lanjut Alex lagi
"Kamu pikir pernikahan itu sebuah permainan?". Geram Zahra mendengar penuturan Alex yang menurutnya asal keluar saja tanpa berpikir.
"My bee yess My bee no". Jawab Alex yang berhasil membuat Zahra greget.
"Ya sudah kalau kamu tidak mau membantu, aku akan cari sendiri saja". Ucap Zahra pada akhirnya karena tidak tau harus berkata apa lagi yang melihat sikap Alex itu.
" Yakin??? Bagaimana kalau tidak ketemu dan bagaimana kalau kamu diganggu lagi oleh geng motor waktu itu".
" Biarin dan aku akan pergi sekarang, terima kasih atas tumpangan tempat tinggalnya selama ini" Ucap Zahra berlalu menuju pintu keluar apartemen
"Tunggu! Kamu kira semuanya gratis? Kamu harus membayar, mulai dari sewa apartemen selama satu minggu hingga semua kebutuhan yang kamu pakai selama satu minggu". Ucap Alex memeras.
Zahra seketika berhenti dari langkahnya dan menoleh kebelakang dengan terkulai lemas" Apa kamu tidak ikhlas menolong ku". Ucap Zahra
" Tentu saja ikhlas, tapi aku sedang terdesak dengan alasan yang tidak perlu kamu tahu". Jelas Alex
Sejenak Zahra terdiam, ia berpikir keras, ingin membayar jelas dia tidak punya uang, ingin meminta kepada papanya juga tidak mungkin, jangankan meminta uang, pulang kerumah saja Zahra tidak mau.
Masalah di tengah keluarga Zahra saat ini sangatlah rumit, yang membuat Zahra merasa tidak mampu untuk melanjutkan hidupnya, hingga saat itu ia memutuskan untuk bunuh diri.
Namun tuhan masih menakdirkan umur panjang untuk Zahra, sehingga datang seorang malaikat penyelamat, ia adalah seorang ustad muda berparas tampan.
Dengan sigap sang ustad menghalangi niat Zahra yang konyol itu.
Hingga Zahra tersadarkan oleh nasehat sang ustad kalau keputusan yang di ambil Zahhra adalah jalan yang salah.
Lalu Zahra memutus kan untuk belajar ilmu agama dan merubah penampilannya guna memantaskan dirinya menjadi seorang hamba yang bisa bersyukur kepada RobbNYA.
Zahra menimba ilmu agama dengan di bimbing sang ustad di sebuah pondok pesantren yang didirikan oleh ayah sang ustad tampan itu.
"Apakah saya boleh berhutang dulu, di lain waktu saya akan membayarnya". Zahra mencoba bernegosiasi pada akhirnya
" Tidak! Kamu harus membayar sekarang juga". Alex tau Zahra pasti tidak akan bisa membayarnya dan juga pasti tidak bisa menolak tawaran Alex
" Hufffhhh", Zahra berkeluh kesah kepada dirinya sendiri dan " Baiklah". Ucap nya kemudian
"Baiklah, maksudnya". Tanya Alex tak mengerti.
"Baiklah saya mau, tapi tolong bantu saya mencari pondok itu, saya khawatir banyak yang mencemaskan saya disana" ucap Zahra pada akhirnya.
"Yess". Sontak Alex merasa menang dan menepuk kedua tangan nya bahagia karena merasa menang.
"Mari kita pergi sekarang" Ajak Alexi keluar dari apartemen itu
Setelah hampir sepanjang hari mereka mencari pondok yang dimaksud Zahra akhirnya kini ketemu juga
"Zahraaaa". Teriak Aisyah sahabat baru Zahra selama tinggal di pondok itu.
" Ya ampun Zahra aku sangat khawatir, semua khawatir, dan ustad juga sangat khawatir, kami semua sudah mencari mu pada malam itu namun tidak membuahkan hasil". Aisyah berbicara tak henti - hentinya seperti gerbong kereta api yang sambung - menyambung menjadi satu.
meja makan keluarga besar Baskara Pratama
" Aisyah, pelan- pelan dong ngomong nya". pinta Zahra kepada Aisyah sambil terkekeh
" Kamu kemana aja satu minggu ini?? terus mengapa kamu ga pulang malam itu?? Juga ga ngabari". Aisyah masih mengintrogasi Zahra dengan sejumlah pertanyaan yang mungkin selama satu minggu ini begitu banyak menumpuk, bermain di kepalanya.
Belum sempat Zahra menjawab ustad Alfatif pun datang.
"Assalamu'alaikum Zahra". Ucap ustad Alfatih .
"Wa'alaikum salam ustad". Jawab Zahra
"Apa kabarmu?, kami semua sangat mengkhawatirkanmu". Ucap ustad Alfatih
"Maaf kan aku ya ustad, kalau selama satu minggu ini aku telah membuat kalian semua khawatir, namun sungguh aku tidak bermaksud begitu, pada malam itu aku ingin pulang ke rumah orang tuaku untuk suatu alasan pribadi namun ketika hendak pulang, aku dihadang segerombolan geng motor, hp ku juga hilang pada malam itu". Jelas Zahra panjang lebar kepada semuanya
"Innalilahi wa inna ilaihiroji'un". Ucap ustad Alfatih terkejut
" Tapi kamu baik- baik saja kan". Tanya ustad Alfatih lagi, terlihat kekhawatiran di raut wajahnya.
"Alhamdulillah ustad aku baik - baik saja". Jawab Zahra tersenyum di balik cadar nya namun siapa pun melihat pastilah tahu kalau Zahra sedang tersenyum di lihat dari gestur matanya.
" Dan ini". Ustad Alfatih bertanya sambil menunjuk ke arah Alex yang dari tadi sudah uring- uringan menunggu mereka berbicara
" Ouh iya lupa, kenalkan ini teman yang menolong ku malam itu". Jelas Zahra
" Alfatih" . Ustad Alfatih mengulurkan tangannya
"Alexi". Jawab Alex menyambut uluran tangan ustad Alfatih
"Sudah memberi kabarnya??". Tanya Alex kepada Zahra
"Oh iya ustad, Aisyah aku permisi pergi dulu ya, maksud kedatanganku kesini hanya ingin memberi tahu kondisi ku agar kalian semua disini tidak risau lagi". Ucap Zahra
" Maksud nya?". Tanya ustad Alfatih bingung
" Begini ustad, untuk sementara waktu aku ingin pulang kerumah orang tua dulu, tapi aku pasti akan kesini lagi". Jelas Zahra berbohong karena dia merasa belum siap mengatakan kalau dirinya dan Alex akan menikah, lagi pula pernikahan apa yang akan dijelaskan Zahra.
Ustad Alfatih mengaguk mengerti". Jangan bilang pasti, bilang Insyaallah aja, karena kepastian hanyalah milik allah". Ustad Alfatih meluruskan ucapan Zahra
"Oh iya Insyaallah saya kesini lagi". Ucap Zahra cengengesan
Aisyah langsung memeluk tubuh Zahra
"Kapan kamu sudah selesaikan urusan mu, datang lah kesini lagi, aku akan sangat merindukan mu". Ucap Aisyah sedih
"Udah ayo pergi". Ajak Alex kesal karena lama menunggu
"Assalamu'alaikum semuanya" ucap Zahra pergi berlalu
Di tengah perjalanan
"Kita mau kemana?". Tanya Zahra bingung melihat jalan yang berbeda dari jalan menuju apartemen yang ditempatinya selama satu minggu ini
" Tapi kamu sudah menyetujui syarat ku, jadi kita pulang kerumah orang tua ku". Jelas Alex
" Secepat ini?". Ucap Zahra gugup
"Ya iya lah, kapan lagi, tahun depan". Kesal Alex
" Bukan begitu, namun ini terlalu tiba- tiba, aku butuh persiapan".
" Sudah lah, kamu tidak perlu persiapan apa-apa".
" Tapi saya gugup".
"Kamu ini lama-lama ngesalin ya". Kesal Alex melihat Zahra yang cerewet menurutnya.
" Tapi aku harus bilang Apa di hadapan orang tuamu". Tanya Zahra semakin gugup, bagai mana tidak, dengan waktu yang semua serba mendadak dia akan kerumah calon mertua
" Kamu tidak perlu bilang apa- apa, biar aku aja yang berbicara disana". Jelas Alex
Setiba di rumah kediaman Baskara Pratama
Terlihat Baskara sedang duduk di sofa bersama Harini
"Maaa". Panggil Alex kepada ibunya
" Alex sini sayang duduk". Ajak Harini memukul pelan sofa di sampingnya
Alex dan Zahra pun duduk di samping Harini
" Ini siapa sayang". Tanya Harini merasa aneh dengan penampilan Zahra yang serba hitam dan tertutup
" Ini calon menantu mama". Jelas Alex
Baskara dan Harini bersamaan melihat ke arah Zahra
" Maksud kamu apa sayang". Ucap Harini syok.
"Alex bisakah kau jelaskan apa semuanya ini". Tanya Baskara
" Alex bilang, ini calon menantu mama dan papa, calon istri Alex, bukan kah kalian ingin aku menikah". Jelas Alex
Seketika Harini memengangi lengan Baskara dan menatapnya lekat lalu menggelengkan kepala tanda tidak setuju
" Siapa namamu". Tanya Baskara melihat Zahra
"Nama saya Zahra om". Zahra memperkenalkan dirinya
"Apa kamu mau menikah dengan Alex". Tanya Baskara memastikan
Zahra hanya mengangguk pelan dan menunduk
"Baiklah saya setuju dengan calon istrimu ini". Ucap Baskara meletakkan majalah yang ada di tangan nya di atas meja lalu berlalu pergi yang diikuti Harini istrinya
" Apa maksud semuanya ini pa?". Tanya Harini protes kepada Baskara
"Maksudnya Alex akan segera
menikahi wanita itu". Ucap Baskara enteng
"Paaaa, ini tidak benar pa, kita bahkan belum memastikan latar belakang gadis itu, dan juga lihat lah penampilan nya aneh begitu, aku tidak mau punya menantu seperti itu pa".
" Yang terpenting Alex menikah, dan juga itu pilihan Alex, Alex yang akan hidup bersamanya bukan mama". Jelas Baskara yang melihat ekspresi ketidaksukaan istrinya itu
" Tapi pa".
"Sudah lah ma, saat ini aku hanya ingin melihat Alex segera menikah, dan aku ingin mama mempersiapkan semuanya, pastikan pesta yang sangat meriah, aku tidak ingin ada kekurangan suatu apa pun".
Mendengar penuturan suaminya yang tidak akan bisa terbantahkan olehnya itu Harini hanya bisa menghela nafas kesal karena dia sangat tidak setuju kalau Alex menikahi Zahra.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!