NovelToon NovelToon

Omku Suamiku , 3

1.Prolog

" Jul, buatkan kopi dong ! "

Perintahnya tanpa melihat Julie yang sedang menyapu lantai.

Suaranya memang tidak seperti tuan besar yang minta dilayani, lebih terkesan manja, dikira Julie emaknya apa.

Julie pura pura tidak dengar, terus saja nyelonong masuk ke dalam kamar pria yang dari awal Julie ketemu, sudah pelit senyum, untung ganteng.

Tapi Julie tidak tertarik atau belum, senyum saja pelit, bisa dipastikan dia belum punya pacar, karena kalau cuma ganteng tapi wajahnya seperti boneka Ken yang kaku, apa enaknya di jadikan pacar, yang ada Julie bertambah kurus.

Ada yang tahu kan Ken itu siapa ? Bukan Mas Ken adiknya bang Jo, tapi pacarnya Barbie, ya sudah kalau gak tahu gak perlu dipikirkan.

Nih, Bang Bara yang pelit senyum tapi genteng kan, beuh....Mak othor aja suka.

Senyum aja pelit, apalagi duit

Netra coklat gelap milik Julie, mengintari seluruh isi kamar.

Rapi, apa yang mau dibersihkan ?

" Juliette...."

Teriaknya seperti Tarzan yang kehilangan hutan.

" Buatkan kopi, Juliette "

" Namaku Julie bukan Juliette "

" Kan lebih keren "

Ujarnya, lalu tertawa pada komputer lipat yang ada dipangkuannya.

Ckk, laptop saja diajak tertawa, apalagi manusia, keramahannya tadi ketika menyambut Julie datang ternyata hanya perangkap.

Wajahnya, senyumannya, Julie sudah bisa menebak, pasti dia playboy, buktinya Julie langsung tanda tangan kertas tiga lebar diatas materai 10 k.

Julie menuruti kemauan pria yang bermulut manis itu, Julie ingat namanya Alan, ya gara gara pria itu, Julie ada dirumah ini.

Bang Alan, kebaikannya turunan dari Om Wahyu, tapi gayanya fotocopy kakeknya, Yonan, apalagi ketawanya.

Julie meletakkan begitu saja kopi yang dimintanya diatas meja.

" Ikatkan dong rambut Abang ! "

Tuh kan, ada lagi keinginannya, pengen rasanya Julie jambak rambut hitamnya, tapi mana Julie berani.

Julie baru dua jam ada di rumah bertingkat dua dengan empat kamar, satu dilantai atas untuk Julie, dan tiga lagi ada dilantai bawah, kamar ketiga majikannya.

Julie merinding mengucapkan kata majikan, kalau orang tuanya tahu jika dia kuliah nyambi jadi pembokat, sudah bisa dipastikan jika Bapaknya yang cakep itu membawa pulang Julie, lalu terjadilah pernikahan dini.

Eh, Julie kan sudah delapan belas tahun, memang masih bisa dikatakan belum cukup umur ? Enggaklah, tapi Julie gak mau nikah muda.

Julie memutar bola matanya malas, apa dikiranya dia pengasuh apa, sampai mengikat rambut harus Julie juga yang melakukan.

" Karetnya mana ? "

" Carikan dong ! Mungkin ada dibalik bantal "

Julie membolak balikkan bantal kursi, ketemu, ada satu karet gelang nyelip dekat tangan kursi.

Pelan jari jemari tangan Julie mengikat rambut Alan yang semula menutupi dahi dan matanya, rambut yang lembut dan wangi.

Sayangnya Alan rese', kalau enggak pasti Julie sudah dengan senang hati mencium rambut Alan yang lembut dan wangi, eh.

Julie bisa terdampar di rumah bertingkat dua ini karena ketidak sengaja'an.

Ya, saat keluar dari kamar kos kos'an yang kelima penghuninya pada julid membuat Julie tidak tahan, jadi sepulang dari kampus, Julie mulai berkeliling mencari tempat kos yang baru dengan menggeret koper yang besarnya dua pertiga dari badannya sendiri.

Tidak sengaja kedua matanya membaca iklan yang tertempel di dinding dengan tulisan yang sebahagian hurufnya hilang karena terkena panas dah hujan.

Dibutuhkan pengasuh untuk merawat tiga orang tua yang tidak butuh diasuh, hanya mengurus rumah dan sesekali masak jika dibutuhkan, dapat makan tiga kali sehari, tinggal gratis dan gaji full.

Tentu saja Julie tertarik, dia bisa mengumpulkan uang bulanan yang akan di kirimkan Bapaknya, lalu Julie akan dapat membelikan sesuatu untuk ibunya yang cantik dari yang ditabungnya, Julie langsung mendatangi alamat yang tertera.

Wajah Alan yang ramah tapi penipu yang pertama kali membukakan pintu.

Hanya melihat nominal angka sebagai imbalannya sebulan, Julie langsung menandatangani kontrak kerja selama tiga tahun tanpa membacanya terlebih dahulu.

" Kalian bermaksud menipu aku ya ? "

Julie protes tidak terima setelah diberitahukan apa saja tugas tugasnya.

" Bukannya sudah ya ? "

Ujar Pria yang pelit senyum itu sembari membalikkan badan, mengambil tas ranselnya, lalu naik diatas jok motor yang sudah terlihat standby di depan.

" Kamu bisa tinggal di atas, gak bakalan ada yang naik ke atas, percaya ! lagi pula kamu bisa mengunci kamar "

Imbuh pria yang satu lagi, lumayan, bibirnya sedikit tersenyum walaupun tipis.

Julie ingat namanya bang Neo, sama ganteng kaya' boneka Ken, tidak perlu diberitahu, Julie tahu kalau mereka kembar.

" Kalau aku tidak mau ? "

" Kamu bisa membaca kontrak yang sudah kamu tanda tangani, dendanya lumayan, bisa buat ganti motor baru "

Julie kembali merebut dan membaca surat kontrak kerja yang ditandatangani olehnya tadi, matanya membulat sempurna.

Kedua bahu Julie merosot, tidak mungkin dia atau kedua orang tuanya memiliki uang sebanyak itu sebagai gantinya.

Ini akibat dari membantah omongan Bapak dan Ibu agar jangan jauh jauh kuliah, atau menikah saja seperti mereka, walaupun tidak pacaran tapi mereka bisa saling cinta dan buktinya, sampai sekarang keduanya bahagia.

Slogan Bapaknya, menikah tanpa pacaran, tetapi bahagia.

Dan Bapaknya yang suka ngegombal, sampai Julie sudah menamatkan SMU-nya kata kata rayuan selalu menghiasi bibir manis Bapaknya.

Setiap hari Julie kenyang hanya mendengar rayuan gombal Bapak pada ibunya, yang sayangnya, ibunya juga tidak jauh berbeda dengan Bapaknya yang juga pintar membalas rayuan.

" Baiklah " Ucap Julie lemah.

Senyum sedikit lebar tersemat dibibirnya.

" Oke, jangan lupa bereskan kamarku, dan nanti masakan kami ya ! Anggap saja sebagai upacara penyambutan kedatangan anggota baru, uangnya minta sama Alan "

Pria yang bernama Neo itu segera melesat pergi dengan naik ke jok belakang motor yang sudah ditunggu oleh si pelit senyum.

Alan yang menyandarkan tubuhnya di dinding, ketika Julie melihatnya, dia melambaikan tangannya.

" Perlu dibantu mengangkat koper-mu ke atas ? "

" Gak perlu "

Jawab Julie judes.

Alan terkekeh, dia tahu gadis itu kesel karena di bohongi, salah dia sendiri, tanda tangan kontrak gak dibaca dulu apa isinya, katanya mahasiswi.

...Julie binti Bang Zainal ( 📒 Dijodohkan ? Siapa takut ! ) , tapi Alan suka memanggilnya Juliette, kan Mesra, Halah, tukang gombalin kaya' Opanya....

Tuh Bang Zai, masih mudanya hobi ngegombal, sekarang anak gadisnya digombalin cowok lain kan ?

Kasihan bang Zai ya, setiap ada yang ngegombal, pasti dia yang di kambing hitamkan, padahal yang digombalin bini sendiri.

Sabar ya bang Zai, orang sabar rezekinya lebar.

Setelah selesai membereskan kamar pria si pelit senyum, sekarang Julie melangkahkan kakinya ke kamar Neo.

" Masya Alloh, ini kamar atau kapal pecah sih "

Teriak Julie.

" Bereskan saja Juliette, dari pada teriak teriak, buang energi "

Balas Alan masih duduk di tempat yang sama sembari mengesap kopi buatan Julie.

Ketiga kamar selesai dibereskan, badan Julie terasa remuk, dan perutnya juga lapar.

Dia berjalan mendekati Alan.

" Bang, hari ini mau masak apa ? Bantuin dong ? Aku capek "

Rengek Julie tanpa sungkan.

Alan jadi teringat dengan adiknya kalau merengek begitu.

" Iya, nanti abang bantuin, sekarang bereskan kamarmu sendiri dan mandilah ! "

Alan melihat sekilas lalu kembali fokus pada komputer lipatnya.

...*****...

...🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻...

Jangan lupa jempolnya, biar Mak othor semangat, komentarnya juga, karena Mak othor suka terhibur dan cekikikan sendiri membaca semua komen.

Sttttt....Bang Bara dan Bang Neo mirip sama bang Zai kan ? jangan bilang bilang ! orangnya sama hihihi.

Mak othor suka sama

Mik Thongraya hehehe.

2. Dia tidak termasuk

" Pegangan Juliette, kamu tidak mau terbang bagai layang layang kan ? "

Alan menatap Julie yang naik di belakang boncengan motor besar Alan untuk mengantarkan dirinya berbelanja.

Karena sudah ada Julie yang akan mengurus rumah, Alan tadi menyuruh Julie untuk mencatat apa apa saja yang harus di beli.

Sudah seperti ibu mereka saja si Julie.

Sesampainya di supermarket, Alan bukan menemani berbelanja dengan mendorong troli belanjaan dan berjalan mengikuti langkah kaki Julie mencari semua kebutuhan, oh tidak Esmeralda.

Jangan menghayal ketinggian

Alan di mana ?

Tuh, tidak jauh dari meja kasir ada konter penjual es krim, penjualannya cakep, Alan duduk manis makan es krim sembari ngegombal penjualnya.

Dia tinggal menunggu kode dari Julie untuk membayar semua belanjaan di meja kasir.

" Juliette, kamu yakin mau masak ini ? "

Alan menatap segala bahan bahan yang ada dihadapannya dengan dahi berkerut dalam.

" Kenapa bang ? Gak pernah makan seperti ini ? Dasar orang kaya "

Julie menggerutu.

" Bukan, cuma....."

Alan diam, menatap dua ikat kangkung yang ada dihadapannya, membuat ia jadi rindu keluarga, para tetua yang menghabiskan waktu dengan berkebun diusia senja.

" Cuma apa bang ? "

" Gak ada, oke, kamu masaklah sendiri, Abang mau telepon pacar Abang "

Alan meninggalkan Julie sendirian di dapur.

" Huh, katanya mau mbatuin, memang tukang tipu.

Eh, pacar bang Alan cakep gak ya ? Bodo ah "

Julie berbicara sendiri.

...*****...

Bara manatap makanan yang ada di meja dengan wajah dinginnya, Neo hanya menyeringai, Alan menggeser salah satu kursi, lalu duduk.

" Apakah kau tidak bisa masak yang lebih enak dari pada ini "

Tunjuk Neo pada goreng ikan asin, sambel terasi, goreng tempe dan tahu, plus tumis kangkung.

" Aku sedang rindu pada ibuku, jadi bertoleransi lah kalian ! Bukankah Abang tadi mengatakan jamuan makan malam untuk menyambut kedatanganku ? Nah, seperti ini seleraku, kalau tidak mau makan, biar aku yang menghabiskannya sendiri "

Julie memilih duduk di sebelah Alan, Alan terkekeh.

Bara tidak mengeluarkan suaranya, dia hanya diam sembari menyendok nasi, mungkin kalau bersuara dia kuatir akan banyak produser yang akan menawarinya kontrak sebagai penyanyi.

Memangnya suara bang Bara merdu ? Enggak sih, maksudnya jadi model iklan, bang Bara kan cakep.

" Ya sudah, lain kali, ah bukan, besok masak-kan kami opor ayam, aku rindu pada Papaku "

Bara mendelik mendengar ocehan Neo yang tidak penting, kalau kepengen makan opor ayam tidak perlu pakai embel embel rindu Papa, memalukan.

" Kenapa masak lagi ? Katanya sekali sekali "

Julie protes.

" Apa kau makan sekali sekali juga ? "

Neo tidak mau kalah.

Julie mendengkus jengkel.

Alan makan dengan lahap,

oke juga makan seperti ini, bikin menambah selera makan.

" Juliette, nasinya gak ada lagi ? "

Alan melongok ke dalam wadah magic com yang terlihat kosong.

" Gak ada bang, kita kan cuma berempat, ya tadi aku masak hanya kira kira cukup untuk kita saja "

Jawab Julie tanpa rasa bersalah.

" Juliette, porsi perempuan dan laki-laki beda, kenapa kamu masak sedikit sekali ? Abang masih laper nih "

Alan menyodorkan piringnya yang sudah kosong ke tengah meja.

" Besok aku masak banyak, untuk malam ini, makan saja sayur kangkung itu ! "

Julie menyodorkan wadah yang berisi tumis kangkung ke depan Alan, masih ada tersisa dua sendok lagi.

Bara dan Neo segera menghabiskan makanan di atas piring mereka sendiri tanpa bicara.

...*****...

Pagi pagi, setelah selesai membuat nasi goreng, telur ceplok, Julie menaruhnya di dalam tudung saji, lalu bersiap siap untuk segera berangkat ke kampus.

Ketiga pria semuanya pada masih ngumpet di kamarnya masing masing.

Heran, laki laki kok betah amat di dalam kamar, ngalahin anak perawan saja.

Julie menggerutu sembari mengunci pintu, kemarin Neo memberikan satu kunci cadangan buat Julie.

" Hei, kamu pasti pembantu baru mereka ya ? "

Julie terkejut ketika membalikkan badannya sehabis mengunci pagar, ada perempuan yang usianya kira kira tiga atau empat tahun diatas Julie bersandar di pintu mobil.

Julie memutar bola matanya jengah, walaupun kenyataannya memang dia jadi pembantu di rumah itu tetapi jika orang lain mengatakan itu, Julie jengkel juga.

" Memang gak takut tinggal dengan tiga pria dalam satu rumah ? "

Cewek itu masih setia dengan nyinyirannya padahal wajah Julie terlihat tidak senang.

[ Juliette, bukakan pintu pagar dong, itu salah satu penggemar Abang ]

Julie melihat ponselnya yang tadi terdengar bunyi notifikasi pesan masuk, ternyata dari Alan.

Mood Julie semakin bertambah buruk, dengan dongkol, Julie membuka kembali pintu pagar yang barusan di kuncinya.

Perempuan itu tersenyum puas.

" Sekarang kau mau kemana ? Ke pasar ? "

Tanyanya sembari membuka pintu pagar memperhatikan penampilan Julie yang mengenakan celana jeans, atasan kemeja dan tas ransel, platshoehs warna hitam.

" Kampus "

Jawab Julie pendek.

Perempuan itu berdecih.

" Omongan-mu ketinggian, turunkan dikit, jangan ngarang deh ! "

" Serah "

Julie malas meladeni perempuan yang sok tahu itu.

Dia kira, dia pacar bang Alan satu satunya apa, gak tahu saja jika kemarin bang Alan chating dengan perempuan entah yang mana, belum yang di teleponnya dengan tertawa tawa, sambil dirayu, makan tuh bang Alan !

Julie menyumpahi dengan suara perlahan seraya naik ke dalam angkot yang baru di stop-nya.

Jarak antara kampus dan rumah tempat tinggal Alan dan si kembar, tidak terlalu jauh, hanya lima kilometer lebih.

Julie berencana akan membeli sepeda motor jika uang gaji dan uang bulanan yang akan dikirimkan oleh bapaknya setiap bulan digabungkan, hanya dalam tempo lima bulan, Julie sudah bisa membeli sepeda motor yang diinginkan, jadi tidak perlu naik angkot lagi.

Membayangkan itu, wajah Julie yang semula cemberut, berangsur membaik.

...******...

" Jangan boleh masuk penggemar mu, Lan, ingat tidak ada yang boleh memasukkan perempuan didalam rumah ini, mau dia teman, apalagi pacar "

Bara sudah berdiri di depan pintu kamarnya ketika Alan hendak keluar menemui Mona, salah satu gadis yang menjadi korban mulut manis Alan.

" Terus Julie bagaimana ? "

" Dia tidak termasuk "

" Iya, aku ingat, kau cerewet sekali, aku hanya menemuinya di teras, dia kemari hanya membawakan bubur ayam pesanan ku "

Alan berlalu dari hadapan Bara.

" Bar, sudah jangan ngomel ngomel, sini sarapan nasi goreng, kelihatannya enak "

Neo memanggil dari arah meja makan.

" Hemm, tidak sia sia kita menerima dia "

Ujar Neo mulai menyuapkan sesendok nasi goreng ke dalam mulutnya.

" Kalau Mama tahu ada perempuan muda yang ya...Lumayan cantik, pinter ngurus rumah, pinter masak, pasti sudah dijadikan calon menantu "

" Untuk siapa ? Untukmu ? "

Tanya Bara garang.

" Untuk Alan "

Jawab Neo terkekeh.

" Ada apa denganku ? "

Sela Alan mendekat dengan tentengan bubur ayam di tangannya.

" Dia sudah pergi ? "

Tanya Bara melirik sekilas ke arah pintu.

" Sudah "

" Mau maunya dia datang hanya untuk mengatakan bubur itu, jika tahu Papamu apa yang kau lakukan pada perempuan perempuan itu, kau pasti sudah disuruh pulang "

Ujar Neo.

" Yang penting tidak tahu "

Jawab Alan sekenanya.

...****************...

...🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻...

3. Malaikat penolong.

Empat tahun yang lalu.

Selepas sholat subuh, Oma Clara yang sudah berusia kepala enam, dan belum melepaskan mukenanya terbatuk batuk, sementara Opa Tyo yang juga sudah sepuh, hanya bisa mengusap usap punggung istrinya pelan.

" Mas, peluk aku, rasanya dingin sekali ! "

Tanpa banyak bicara, Opa Tyo memeluk Oma Clara.

" Mas, terimakasih atas banyak tahun yang sudah kita lalui bersama "

Ujarnya lemah.

Opa Tyo tahu jika Istrinya akan pergi meninggalkan dirinya, Oma Clara sudah terlalu banyak meninggalkan kesan kesan belakangan hari ini, setiap selepas sholat selalu minta di peluk.

Sering menatap Opa Tyo berlama lama.

Kalau Opa Tyo bertanya, Mama Clara hanya menggelengkan kepalanya lalu berkata.

" Walaupun kita sama sama sudah tua, Mas selalu tampan di mataku "

Dan banyak kata manis lain yang terucap dari bibir Oma Clara.

" Kita panggil Elang ya, Non, biar dia membawamu ke rumah sakit "

" Enggak Mas, aku hanya ingin berada di pelukanmu saja "

Sepuluh menit Opa Tyo menuntun Oma Clara kembali kepada pemilik kehidupan yang abadi, Oma Clara pergi dengan tetap berada dalam pelukan Opa Tyo seperti keinginannya dulu.

Opa Tyo menangis seperti anak kecil, menciumi seluruh wajah perempuan yang teramat dicintainya yang sudah tidak lagi bernyawa.

Papa Elang yang setiap pagi selalu ke kamar Opa Tyo selepas sholat subuh manatap seakan tidak percaya di depan pintu.

Pemandangan yang tidak pernah dia lupakan seumur hidupnya.

Opa Tyo yang menangis sedih, Oma Clara berbaring di pangkuannya, menutup mata untuk selamanya.

" Lang, Mama sudah pergi "

Ujar Opa Tyo dengan mata yang terus basah, air matanya terus mengalir di kedua pipinya yang keriput.

Mata tua itu benar benar, terlihat berduka.

" Innalilahi wainnailaihirorrojiun "

Papa Elang jatuh terduduk di lantai dengan tangis yang sama, tangis duka, cinta pertamanya sudah pergi, cinta sejati seorang putra pada ibunya yang terkasih.

Berita duka itu, hanya beberapa detik sudah menyebar ke seluruh Mansion.

Kepergian Oma Clara yang mendahului semua penghuni di Mansion, membuat suasana Mansion yang penuh kehangatan berubah menjadi suram.

Setelah Oma Clara dikebumikan, Opa Tyo tidak lagi mau keluar dari kamarnya, dia lebih banyak menghabiskan waktunya dengan mengingat ingat kenangan bersama istri tercinta.

Setelah kepergian Oma Clara, Bara dan Neo secara bergantian menemani Opa Tyo didalam kamarnya, walaupun kedua cucunya mengajaknya berbicara, Opa Tyo lebih banyak diam dan mendengarkan saja dengan telinga tuanya.

Seminggu setelah kepergian Oma Clara, Opa Tyo yang merasakan hatinya begitu sepi, tidak menunggu lama menyusul Oma Clara menuju ke alam keabadian, Opa Tyo menghembuskan napas terakhirnya diatas pangkuan Papa Elang.

Jika kepergian Oma Clara di Talkin-kan oleh Opa Tyo, saat Opa Tyo kembali ke dimensi kehidupan selanjutnya, Papa Elang yang menuntun menyebut ke Esa-an Alloh sebagai penutup hidupnya yang tidak pernah aneh aneh.

Papa Tyo pergi di kelilingi oleh Adik, menantu dan sahabat sahabatnya.

Kepergian kedua orang tuanya yang hanya berjarak seminggu membuat Papa Elang lebih banyak menghabiskan waktunya di dalam kamar Opa Tyo dan Oma Clara.

Papa Benua lebih terpukul lagi, dia yang selalu manja dengan Oma Clara, walaupun usianya juga sudah dewasa masih sering meletakkan kepalanya di atas pangkuan Mama Clara jika datang berkunjung bersama Mama Rania dan putranya, kepergian Oma Clara membuat Papa Benua lebih memilih tidur di kamar Opa Tyo dan Oma Clara selama beberapa hari, menghirup sisa sisa aroma kedua orang tuanya yang masih tertinggal di kamar itu.

Bara, Neo, Alan dan Laura tepat di tahun yang sama, sama sama baru menyelesaikan pendidikan SMU-nya, setelah masa berkabung sudah lewat ketiga anak Lelaki yang beranjak dewasa itu memilih keluar dari Mansion.

Mereka menempuh pendidikan di kota yang berbeda, tapi tidak dengan Laura.

...******...

Bara menatap lalu lalang mahasiswa dari tempatnya berdiri saat ini.

Anak tangga lantai dua, dia baru bertemu dengan dosen pembimbingnya.

Pikirannya sedikit kalut karena judul skripsinya ada saja yang salah alias selalu mengalami penolakan.

Berbeda dengan Neo dan Alan, keduanya sedang dalam mengumpulkan bahan bahan skripsi, judul yang mereka ajukan langsung di ACC, untung saja ada Julie yang mengurus semua keadaan rumah, kalau tidak semakin ruwet pemikiran Bara.

Bagaimana gak bertambah pusing, Bara tipe pria yang serba rapi dan teratur, bertolak belakang dengan Neo yang sedikit malas, entah tabiat siapa yang ditirunya.

Kalau keadaan rumah rapi, pakaian kotor juga tidak berserakan, piring kotor juga sudah dicuci, pikiran Bara juga ikut jernih.

" Bang, boleh pinjam uang gak ? Seratus ribu saja buat ongkos pulang "

Bara terjengkit kaget.

Menatap perempuan yang tiba tiba berdiri di hadapannya, dan apa katanya tadi ? Pinjam uang ? Apa gak salah dengar ?

" Bang, jangan bengong ! Besok aku kembalikan, Papa sedang ada Rapat dengan kliennya, jadi gak mungkin jemput aku, dompet aku ternyata ketinggalan di kamar, kalau Abang enggak percaya, nih kartu mahasiswi aku ! "

Ujarnya panjang sembari menyodorkan kartu mahasiswi pada Bara.

Bara mengambil dan membacanya, Fatimah, mahasiswi jurusan Advertising.

Hari gini masih ada yang memberikan nama Fatimah ? Nama Putri Rasulullah, orang tuanya hebat, berani memberi nama anaknya Fatimah.

Bara memberikan uang yang diminta oleh gadis itu sekalian mengembalikan kartu mahasiswi- nya.

" Makasih ya bang, besok aku kembalikan, nama Abang siapa ? Biar gampang aku mencari Abang " Tanyanya dengan memiringkan kepalanya menatap Bara yang mengenakan kaca mata hitam.

Persis seperti Papanya, suka mengenakan kaca mata hitam.

" Tidak perlu, untukmu saja ! "

Sahut Bara sembari berlalu dari hadapan gadis yang bernama Fatimah itu.

Fatimah.

Anak Om Sam ( 📒 Om Sam ) , anak yang teramat sangat Om Sam sayangi dengan sepenuh hati, hingga sampai Fatimah berusia delapan belas tahun, Om Sam belum menikah lagi.

Karena cintanya sudah habis seluruhnya diberikan untuk Fatimah, hanya disisakan sedikit untuk dirinya sendiri.

Fatimah hanya melongo menatap satu lembar uang yang dipinjamnya, dan saat ini sudah ada di telapak tangannya.

Melihat bayangan malaikat penolongnya sudah berlalu dengan sepeda motornya, Fatimah juga buru buru memesan taksi, dia ingin sampai ke rumah, ingin segera makan masakan mbak Poni, Art yang menemaninya selama enam tahun belakangan ini selain Papanya.

...******...

...🌻🌻🌻🌻🌻🌻...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!