NovelToon NovelToon

THE SMITH'S ( Sekuel Of Bukan Sekedar Sahabat )

PART 1

PROLOG

♦♦♦♦♦♦♦♦♦♦♦

Halo semua Para readers yang blaem – blaem, ketemu lagi kitah. Hiya, hiya. 😄

*****************

Fania, Andrew, Reno, Ara, dua J, Dad, Mom, Michelle, Papa Herman, Mama Bela, Prita, Dewa, berikut Mama Anye dan dua krucil yang lahir terlanjur kaya, mau menyapa.

“Hola .. para reader semua. Readernya BSS atau reader baru. Salam hangat dari Adjieran Smith Family dan Keluarga Cemara.”

“Semoga kalian menikmati cerita disini, sebagaimana kalian menikmati cerita kami di Bukan Sekedar Sahabat.”

“Selamat membaca dan jangan lupa itu jempol selalu dikondisikan, favoritkan novel ini jika berkenan.”

“Daaann.... semoga syuka.”

🌈🌈🌈🌈🌈🌈🌈

#PESAN CINTA DARI AUTHOR#

Dear para pembaca yang ruar biasah..

Harap di inget bae – bae, kalau cerita ini hanya fiktif belaka. Jadi jika ada kesamaan tempat, nama ataupun kejadian sepertinya hanya kebetulan aja.

Jadi jangan diambil hati, ye. Wkwkwkwk

Selanjutnya kalo ada sesuatu yang kurang berkenan mohon jangan komen yang menyakitkan atau bersifat provokasi ya?..

Bukannya Author ga terima kritik dan saran, tapi mohon aja untuk saling menghargai.

Kalo juga ada sesuatu yang kurang bae bahkan diluar nalar, yah namanya juga fiksi, novel, dunia halu. Sekali lagi ga usah diambil hati, ambil yang bae – baenya aja, kalo emang ada. Wkwkwk

Singkat kata, Author hanya membuat cerita untuk menghibur para reader sekalian. Jadi mari sama sama saling menghargai. Oke my bebi bala – bala semua?.

Makasih banyak.

Salam sayang dari Emaknya Queen

****

Selamat membaca..

🍁🍁🍁

🍁🍁🍁

# KISAH DIMULAI #

🍁🍁🍁

Satu setengah Tahun Berlalu ... ( Anggap aja begitu😄)

Masih di London ....

“All preparation of your Cafe opening are all done? (Semua persiapan untuk pembukaan kafe kamu sudah siap semua?).” Andrew dan Fania kini sedang berada di rumah mereka sendiri di Frognal, London. Tak jauh dari rumah si kakak ganteng dan ibu peri, Reno dan Ara.

“All done (Udah semua).”

Andrew manggut – manggut sambil memakan sarapannya.

“Why you make an ordinary opening? (Kenapa kamu Cuma membuat acara pembukaan yang biasa?)”

“Yah, ini juga udah lebih dari cukup, D. Aku undang banyak temen dan kenalan kita juga kok.”

“Ya sudah, terserah Momma maunya bagaimana.”

“Ma acih Poppa.”

“Tapi ingat kamu harus memprioritaskan Andrea dan aku. Andrea terutama.”

“Iya, D .... kalian berdua akan selalu menjadi prioritas dalam hidup aku.” Fania menangkup wajah Andrew dan memberinya ciuman, saking gemas.

“Masih bisa ini kalau mau olahraga satu ronde.”

“Ye, Poppa mesum!.”

“Usaha namanya juga, Momma.”

“Udah cepet abisin itu sarapannya. Terus berangkat kerja, cari duit yang banyak.”

“Masih kurang memang uang aku, hem?”

“Engga sih.”

“Ya sudah aku berangkat dulu, ya.”

“Iya, Poppa.”

“Nanti kamu tunggu aku jemput ya. Jangan berangkat ke Mansion utama tanpa aku.”

“Iya, Poppaaa ....” Fania meraih tangan Andrew.

“Andrea belum selesai mandi ya?.”

“Nah itu dia anaknya Momma sama Poppa.”

Andrea datang dengan digendong pengasuhnya.

Pengasuh yang direkomendasikan dari Theresa, yang sudah bekerja selama kurang lebih setahun membantu Fania dan Andrew menjaga dan mengurus Andrea.

Andrew mengambil Andrea yang sudah mengulurkan tangan, meminta sang Poppa menggendongnya. Andrew tentu saja dengan senang hati meraih Andrea untuk ia gendong dan menciuminya.

“Hmmm ... smell so good, just like her Momma (Hmmm ... wangi banget, seperti Mommanya).”

Andrea cekikikan karena sang Poppa menggelitik perutnya. Membuat Andrew dan Fania ikutan terkekeh melihat Andrea yang cekikikan seperti itu. Lalu Andrew menciuminya, kemudian berjalan ke luar menuju mobilnya yang sudah siap berikut Ezra yang kini merangkap juga menjadi supir Andrew dan Fania selain menjadi orang kepercayaannya Andrew.

“Good morning, Sir, Ma’am (Selamat pagi, Tuan, Nyonya).”

Ezra menyapa dengan sopan Tuan dan Nyonya nya itu.

Andrew dan Fania menjawab serta menyapa balik Ezra. “Did you get your breakfast Ezra? (Apa lo udah sarapan Ezra?)” Tanya Fania pada salah satu bodyguard yang pernah mengalami kecelakaan bersamanya dan Alex waktu itu.

“Already Ma’am. Thank you for asking (Sudah Nyonya. Terima kasih sudah bertanya).”

“Ezra, Ezra, why you still hesitate with me. Take a chill pill okay? (Ezra, Ezra, kenapa lo masih aja sungkan sama gue sih. Woles aja oke?).” Ucap Fania pada Ezra yang kemudian tersenyum dan Andrew terkekeh.

“Ya sudah aku berangkat ya Heart.” Ucap Andrew yang kemudian mengecup pucuk kepala dan mencium bibir Fania, lalu memberikan Andrea pada Fania. “Poppa go to work, okay? (Poppa kerja dulu, oke?).” Andrew menciumi gemas putrinya yang sudah digendong Fania.

“Oke, Poppa.”

“Okke, Poppa!.” Andrea mengulang ucapan Fania. Membuat kedua orang tuanya lagi – lagi terkekeh.

“Bye My two Hearts (Dah dua kesayanganku)”

“Bye bye.... Poppa.” Andrea terus memandangi sang Poppa yang melambaikan tangan kemudian masuk mobil. Buah hati Fania dan Andrew itupun ikut melambaikan tangannya pada sang Poppa, sembari memberikan kiss goodbye pada Poppanya itu yang juga melakukan hal yang sama dengannya.

****

🎶I was born a fool / Broken all the rules, oh-oh

Seeing all null / Denying all of the truth, oh-oh

Everything has changed / It all happened for a reason

Down from the first stage / It isn't something we fought for

Never wanted this kind of pain / Turned myself so cold and heartless

But one thing you should know

Kowe ra iso mlayu saka kesalahan / Ajining diri ana ing lathi

Pushing through the countless pain / And all I know that this love's a bless and curse

Everything has changed / It all happened for a reason

Down from the first stage / It isn't something we fought for

Never wanted this kind of pain / Turned myself so cold and heartless

But one thing you should know

Kowe ra iso mlayu saka kesalahan / Ajining diri ana ing lathi🎶

“Wooooow!.”

“Yeahhh!.”

Tepuk tangan yang sangat meriah menggema disuatu bangunan kafe berkonsep berbeda dari yang kafe – kafe yang biasa. Sebuah kafe yang digabungkan dengan bengkel modifikasi serta live music menjadi sebuah ikon baru

di kota London.

“Fania Andrew Smith, Ladies and Gentlemen! Wuuhhhh !!!!.” Seorang wanita cuap – cuap di microphone. Tepuk tangan masih terus menggema, setelah Fania tampil dengan energik di atas sebuah panggung yang berukuran lumayan luas yang di desain sedemikan rupa dengan kerennya.

Berikut audio yang jernih yang menggema indah ditelinga tanpa ada suara kresek – kresek.

“Yeah make some noise! For the Hot Owner of this Fabolous place!. (Tepuk tangan yang meriah! Untuk pemilik seksi tempat yang luar biasa ini!).” Wanita yang memegang wireless microphone itu bersuara lagi. Dan tepukan yang merupakan sambutan luar biasa masih terus terdengar meriah didalam kafe tersebut.

Sebuah kafe hasil ide Fania pribadi, dibantu Andrew dan para anggota keluarganya untuk mewujudkan impian si Kajol KW, untuk memiliki sebuah kafe yang amat sangat menggambarkan diri wanita itu. Minatnya pada musik dan otomotif.

Tak ada yang lebih tepat rasanya jika Fania membuka kafe sekaligus bengkel modifikasi plus live music di satukan dalam satu tempat.

Tentunya dengan desain yang sedemikian Snatched – nya alias keren sangat, yang rasanya bisa membuat orang betah berlama – lama berada disana.

“Thank you everyone! Thank you to give your precious time for coming here!. (Makasih semuanya! Makasih udah mengorbankan waktu kalian yang berharga untuk datang kesini!).”

Fania memulai sambutan pada semua undangannya di acara pembukaan kafe dan bengkel miliknya.

“Thank you for fulfill my invitation, and enjoy everything here tonight for free!. Because tomorrow if you’re all come again, you have to pay!. (Makasih udah memenuhi undangan gue, dan selamat menikmati semua malam ini secara gratis! Karena besok kalau kalian datang lagi, kalian harus bayar!)”

Gelak tawa bersamaan dengan tepuk tangan yang meriah pun terdengar lagi. Andrew, Reno, Ara, dua J, Michelle, Nino dan Dewa pun pastinya tidak akan melewati acara pembukaan kafe milik Fania ini.

Hanya satu yang ga hadir. Si Priwitan, yang sedang berada di planet lain kayaknya sih.

🎶Ask for money, and get advice / Ask for advice, get money twice /  I'm from the Dirty, but that chico nice / Ya'll call it a moment, I call it life🎶

Suara seorang rapper kenamaan yang diundang untuk hadir dalam pembukaan kafe milik Fania itu sudah terdengar, bersamaan musik yang mampu menghipnotis tubuh untuk bergoyang.

🎶I just wanna feel this moment..🎶

***

Bersumbang ... eh Bersambung ....

****

Dipersilahkan untuk menekan tombol ❤ nya sayang - sayangkuh, sebagai bentuk dukungan untuk Author receh inih.

Like juga jika berkenan

Komen pun dengan senang hati akan Author baca.

PART 2

#YANG MASIH MUSUHAN#

😃😃😃

Selamat membaca .....

***

“Nice perform!. (Penampilan yang bagus!).”

Andrew meraih pinggang Fania dan langsung menyambar bibir sang istri, mengecupnya sekilas setelah wanita itu turun dari panggung dan menyapa beberapa tamunya.

“Nice (Bagus) doang?.”

Andrew terkekeh. “Epic!. (Hebat sekali!).” Ucapnya sumringah dan disambut oleh senyuman lebar Fania.

“Fabolous!. (Menakjubkan!).” Ucap Reno dan Ara.

“Keren Jol.” Ucap John.

“Katy Perry lewat sama lo Jol.” Timpal Jeff.

“Seperti biasa, selalu membuat bisa membuat orang terpesona.” Ucap Dewa seperti biasa sering mencoba memprovokasi Andrew dengan ucapannya.

Dan seperti biasa si Donald Bebek selalu kena terprovokasi oleh ucapan Dewa yang terdengar seperti rayuan di telinganya itu.

“Ingat Wa, lo sudah menikah dengan adik gue!. Macam - macam gue sendiri yang akan menghabisi lo, oke?!." Donald Bebek seperti biasa dengan ancamannya.

"Elo aja yang cemburu ga kelar - kelar, Botak! Udah tau gue udah jadi adik ipar lo!." Timpal Dewa.

Yang melihatnya hanya geleng – geleng aja.

“Berisik lo berdua!. Udah ganti novel masih ribut aja!.”

Wkwkwk ...

**

“Jol, si Prita ga lo kasih tau tentang acara lo ini?.” John bertanya disela acara pembukaan Kafe milik Fania pada si empunya.

“Kasih tau lah. Masa ade gue sendiri ga gue kasih tau.”

“Kok dia ga datang?.”

Fania menyunggingkan senyum miringnya pada John.

“Ngarep banget kayaknya lo si Priwitan dateng ini hari.”

“Ya dibilang gue mengharapkan bisa ketemu dia hari ini, ya pastilah. Nah udah hampir dua tahun gue ga ketemu dia. Udah dua kali lebaran loh Jol. Lebaran kemarin kita semua kumpul, dia ga nongol juga. Dia seperti apa sekarang aja gue ga tau!.”

Fania dan Andrew terkekeh, termasuk juga Reno dan Ara yang berada satu meja dengan John.

“Kita orang ketemu sama si Prita. Foto – foto juga malahan. Tuh si Jeff sama Dewa ketemu. Elo aja yang kurang beruntung.” Celetuk Andrew.

“Kan foto – foto gue pasang di status sama di sosmed.” Timpal Reno.

“Apaan mukanya si Prita yang kalian pajang dikasih emoji.”

Keempat orang yang bersama John pun tergelak.

“Ya emang dia juga harus balik lagi ke New York, pas banget lagi ada kejuaraan.”

“Halah. Gue udah cek. Waktu itu ga ada kejuaraan apa – apa di New York termasuk Gymnastic. Lo semua sengaja kan menyembunyikan keberadaan si Prita dari gue. Apa coba maksudnya. Sampai – sampai gue ga nemuin foto terbarunya itu si Priwitan di rumah Keluarga Cemara.”

“Ga ada maksud apa – apa. Orang permintaannya si Prita yang kaga mau ketemu lo lagi. Nah, gue sebagai kakak yang bae, ya gue bantuin ade gue lah!.” Ucap Fania. "Foto barunya pasti ada lah. Mata lo aja yang siwer. Orang udah dicetakin."

John mendengus. “Lo bantuin dia berbuat salah namanya.” Perdebatan antara John vs Fania dimulai.

“Dih dari awal si Prita musuhin lo, salahnya emang ada di elo.”

Biarin aje jangan dipisahin.

“Ya ga salah – salah amat gue lah. Namanya juga belain cewe gue waktu itu.”

“Ujung – ujungnya kaga jadi kan?. Omongannya si Priwitan yang terbukti, Hayo?.” Kajol juara kalo soal debat sama si bule koplak.

“Ya emang. Justru itu gue mau memperbaiki hubungan sama si Prita!.” John masih belum menyerah. “Tapi tuh anak ga selesai – selesai musuhin gue.”

“Derita lo itu sih!.”

“Emang dia ga tau kalo gue udah selesai sama si Kania?.” Ucap John seraya bertanya.

“Tau.”

“Terus kenapa dia masih begini sama gue?.”

“Meneketehe.”

“Ya tolong tanyain deh sama si Priwitan. Bilangin sama dia, masa Cuma karna gue membentak dia sekali, hampir dua tahun dia musuhin gue begini?.” Ucap John.

“Prita kan juga menganggap kamu mempermalukan dia didepan kita – kita orang, John.” Sahut Ara.

“Nah!.” Fania mengangkat jari telunjuknya ke Ara disertai Andrew dan Reno yang manggut – manggut mengiyakan ucapan Ara.

John menghela nafasnya berat.

“Ga enak banget gue diperlakukan begini sama dia tau ga?.”

“Urusan lo itu sih!. Intinya si Prita udah males urusan sama lo.”

“Pendendam amat sih dia.”

“Intinya dia sakit hati sama lo, dah gitu.”

“Terus dia mau sampai kapan musuhin gue begini?.” Tanya John setengah frustasi nampaknya.

“Selama nomor dan akses sosmed lo diblokir sama si Priwitan, ya udeh berarti dia masih ga mau ada urusan sama lo.”

“Nah sekarang gue tanya sama kalian ya?. Maksudnya kalian menyembunyikan keberadaan si Prita dan menutup akses gue untuk ketemu atau bahkan berkomunikasi dengan dia apa, hem?. Apa untungnya buat kalian?.”

“Nah elo kenapa ngotot mau tau soal si Prita?.” Fania bertanya balik.

“Tuh elo ya Jol, kebiasaan kalau ditanya suka balik bertanya.” John mendengus sebal.

“Jawab dulu itu pertanyaan gue.”

“Ya seperti yang gue bilang tadi, gue ga mau musuhan sama si Prita atau dengan siapapun di keluarga kita ini.” Ucap John. “I already answer yours. ( Gue udah jawab pertanyaan lo ), sekarang gantian kalian jawab pertanyaan gue yang sebelumnya.”

“Si Prita sendiri yang minta begitu. Supaya lo jauh – jauh dari dia.”

“Yap. Dan kami menghargai permintaan adik kecil kami itu.”

“Betul.”

“The point is ( intinya ), Prita sudah terlanjur sakit hati sama lo!. That’s it!.”

“Tapi kelewatan!. Hampir dua tahun si Prita musuhin gue, gila!.”

Ara, Fania, Andrew dan Reno terkekeh geli melihat si John yang uring – uringan. Sampai akhirnya mereka kembali menikmati acara pembukaan kafe dan bengkel modifikasi milik Fania itu.

***

🎶J-Lo, ya tú sabes, no hay más na'

It's a new generation,  Mr. Worldwide Of party people

Get on the floor, dale, get on the floor, Red one

Let me introduce you, to my party people in the club, huh

I'm loose, And everybody knows I get off the chain

Baby it's the truth, it's the truth

I'm like Inception, I play with your brain

So don't sleep or snooze

I don't play no games so don't, don't, don't

Don't get it confused no, 'Cause you will lose yeah

Now, no pu-pu-pu-pu-pump it up

And back it up like a Tonka truck, Dale

If you go hard you gotta get on the floor

If you're a party freak then step on the floor

If you're an animal then tear up the floor

Break a sweat on the floor,  Yeah we work on the floor

Don't stop, keep it movin',  Put your drinks up,  Pick your body up and drop it on…🎶

Fania dan Andrew berbaur dengan para tamu mereka malam ini, sambil menikmati musik yang bersumber dari salah seorang penyanyi terkenal yang sengaja diundang Fania karena menyukai lagu – lagunya yang bisa membuat tubuh bergerak asik.

***

Indonesia ...

Seorang gadis yang beranjak dewasa sedang melihat - lihat status sang kakak di aplikasi pesannya. Satu – satunya

gadis yang ada dalam Daftar Pencarian Orang si bule koplak alias John. Siapa lagi kalo bukan si Priwitan alias Prita. “Anjrit! Seriusan die ngundang babang pitbul.” Ia begitu takjub sekaligus kesal.

‘Gila, gila emang kakak gue kaga ada yang ngalahiiiin!!!!!.’ Prita mengomentari salah status yang dipajang oleh

Fania di aplikasinya.

‘Baru sadar lo kalau gue super duper emezing?.’ Selang beberapa lama Fania membalas pesannya.

‘Iya aja gue deh, yang penting lo bahagia kakak kuh yang blaem - blaem, karna kalo lo bahagia keuangan gue aman tentrem. Wkwkwk.’

‘Nyesel kan lo kaga dateng kesindang.’

‘Sumpah nyesel. Gila ga nyangka lo bisa ngundang itu akang empit.’

‘Lo lupa gue bininya sapah?.’

‘Oiye iye. Aye lupa mpo. Abang Endruh pan bisa ngelakuin apa aja buat bininya tercinta.’

‘Nah tuh paham.’

‘Itu si abang empit aslinya cakep banget ya Kak?. Meni kinclong pisan itu di stat lu.’

‘Asli cakep. Tapi tetep cakepan Donald Bebek gue lah.’

‘Emang selera lu yang botak – botak.’

‘Yang botak selalu menggoda Priwitan. Geli – geli gimana gitu.’

‘Najis deh. Ngeres banget otak lu Kak, adikmu yang polos ini bisa tercemar pikirannya.’

‘Wasaimar! Gaya lu. Sok polos.’

‘Wkwkwkwk....’

‘Pokoknya lo jangan sampe salah jalan loh Priwitan. Bebas tapi jangan murahan. Kalo lo sampe liar, sebelom si mamah yang gaplok elo, gue duluan yang injek lek – lek kan lo.’

‘Buset dah bar – bar bener kakak gue.’

‘Serius ini gue bilangin. Lo jangan macem – macem aje. Awas lu!. Jaga harga diri lo. Sayang cakep – cakep murah.’

‘Iye mamah Kajol, gue masih segel asal lo tau ya!.’

‘Perigut. Itu baru adek gue. Btw segel bawah nye doang jangan – jangan. Yang atas udah di cemek – cemek lagi.’

‘*Ih jangan suka pitnah lo Kak! Najis banget, emang eike cewe apaan. C*pokan aje gue belom pernah.’

‘*Wkwkwk. Gue aje c*pokan umur dua puluh tahun Prit. Itu aje cuman sama kakak ipar lo tuh.’

‘Iye, iye. Telpon sih Kak, cape amat gue ngetik.’

‘Rame banget, ga bakal kedengeran suara lo.’

‘*Iya juga sih. Hah, I wish I can be there ( Gue berharap bisa ada disana )***.**”

‘Salah sendiri ga mau dateng.’

‘*Ya you know lah Kak**( Ya lo taulah Kak ). Lagian gue mau ngelarin satu kejuaraan lagi, abis itu kan gue bakalan sebuk buat peresmian kafe lo yang di Jakarta.’*

‘Ya udah. Eh iya ngomong – ngomong, lo sampe kapan mau ngindarin itu si bule koplak?. Masih sakit ati lu?.’

‘Masih!.’

‘Kaga bae Prita nyimpen dendam lama – lama. Kesianan noh dia kangen ame adenya yang amit – amit.’

‘Bomat!.’

“Ade ..”

Prita bergumam sendiri, setelah selesai ber chat ria dengan Fania.

‘Ya Tuhan, kenapa itu om – om belom hilang juga sih dia dari sini.’ Prita membatin sambil memegang dadanya.

***

To be continue...

PART 3

USAHA

🍁🍁🍁🍁

Selamat membaca ....

London ..

“Momma....” Andrew menopangkan kepalanya dengan satu tangan sambil menghadap Fania yang tertidur memunggunginya. Andrew memposisikan tangannya yang bebas dipunggung Fania sambil menggerakkannya dengan sensual.

“Ehhhhmmm.... apa Poppa ... Momma ngantuk....”

Andrew tersenyum jahil dan langsung merapatkan dirinya.

Fania sedikit menggeliat, namun ia yang tidak sedang tidur beneran membatin. ‘Ck, mudah – mudahan gue selamet ini malem dari geolan Donald Bebek mesum.’

Fania berusaha sekuat tenaga bergeming dalam sandiwara ‘pura – pura tidurnya’.

Namun sial, reaksi tubuhnya tidak bisa diajak bekerjasama akibat sentuhan Andrew di salah satu squishy nya dan membuat puncaknya seketika mengeras. ‘Sialan....’ Ia mengumpat dalam hati karena bersamaan dengan nafas Andrew di tengkuk dan sentuhan sensual jemari lihat si Donald Bebek dipuncak squishy nya membuat sesuatu terasa nyer – nyeran dibawah sana.

“Mata kamu boleh terpejam, Momma, tapi tubuh kamu ga bisa bohong ....” Andrew berbisik dengan sensual ditelinga Fania, sambil memutar ujung squishy milik istrinya itu, menyeringai jahil tanpa terlihat oleh Fania. “Poppa mau hadiahnya sekarang ..”

“Besok ya Pop, Momma cape beneran deh.” Fania menggigit bibir bawahnya mencoba agar desahannya tak keluar

akibat tangan terampil si Donald Bebek yang kini sudah bergerak menurun.

“Apa yang bisa dilakukan sekarang, tidak perlu menunggu besok, Momma....”

‘Kampretoooo.’ Fania memejamkan matanya dan menghirup nafas dalam – dalam saat jemari Andrew mulai menari – nari di lembahnya.

Fania menggerakkan kakinya, menghimpit jemari Andrew yang sedang bergerak pelan, namun sukses membuat dirinya mulai blingsatan.

“Masih bertahan, hem....?.” Andrew belum membalikkan tubuh Fania. masih menggodanya dari belakang sambil berbisik sensual seiring dengan ia sedikit mempercepat tempo permainan jarinya.

“Ahhhh ...” Pertahanan si Kajol pun gagal sodara – sodara, dan ia dengan cepat membalikkan tubuhnya sambil mendorong kasar tubuh Andrew hingga terlentang dan Fania mendudukinya.

“Punya goyangan baru Momma?.”

“Pasti ...” Fania melepas gaun tidurnya sendiri. “Pastikan anda kuat, Poppa.... karena goyangan baru Momma akan sedikit pedas ...”

“Oh ya..?.” Andrew menyeringai puas melihat Fania yang agresif. “Goyang apa, hem?.”

“Goyang nasi padang pake sambel rendang.”

***

Frognal, London

“Babe, apa kamu sakit?.” Reno sudah rapih dengan setelan kerjanya pagi ini. Namun perhatiannya tertuju pada wajah Ara yang nampak sedikit pucat.

“Hmmm, kepala aku sedikit sakit.” Ucap Ara dan Reno mendekatinya.

“Coba sini.” Reno meletakkan punggung tangannya didahi Ara. “Sedikit panas. Lebih baik hari ini kamu istirahat dirumah, Babe.” Reno mencoba untuk memberikan pijatan didahi Ara.

“Sakit dong!.” Ara bicara sedikit ketus sambil menepiskan tangan Reno.

Reno mengernyitkan dahinya. “Babe, aku bahkan belum menekannya. Jangan berlebihan.” Ia terkekeh.

“Berlebihan kamu bilang?. Jadi kalau aku sakit kamu pikir aku berlebihan gitu?.”

“Hey Babe, why you become upset?. I’m just joking, okay?. (Hey Sayang, kenapa jadi marah?. Aku hanya bercanda, oke?).”

“Jadi sakit aku ini hanya bahan ber candaan untuk kamu?.”

Ara yang tiba – tiba ketus itu membuat Reno sedikit kebingungan dengan sikapnya.

‘Apa dia sedang PMS?.’ Reno bertanya sendiri dalam hatinya. “Aku ga menjadikan itu bahan ber candaan, Babe.... bukan begitu maksud aku.”

“Lebih baik kamu berangkat ke kantor deh sekarang, Hon. Kesal aku lihat kamu jadinya.”

“Hm?.” Reno setengah terkejut mendengar ucapan Ara. ‘Kesal?. Gue bikin kesal dimananya sih?!.’ Namun Reno menunjukkan senyumnya. “Ya sudah aku minta maaf ya, kalau sudah buat kamu kesal, Ibu Peri yang cantik.”

Ara tersenyum kemudian. Hendak memeluk Reno

“Nah, senyum gitu kan cantik.” Ucapan Reno membuat Ara menghentikan langkahnya.

“Oh, jadi kalau aku senyum aja baru aku terlihat cantik dimata kamu?.”

Ibu Peri malah sewot. Kakak ganteng jadi makin bingung.

“Babe....” Reno mencoba meraih tangan Ara.

Ara menghela nafasnya seperti sedikit kesal.

“Udah sana kamu cepat berangkat deh.”

“Ya sudah, tapi jangan marah dong.”

“Udah sana berangkat.” Sahut Ara.

“Ya sudah iya, iya.” Reno mencoba mengalah. Daripada pagi – pagi berdebat yang ga jelas masalahnya. “Aku berangkat ya.” Ia akhirnya berpamitan pada Ara.

Namun Ara memandang sedikit sinis pada Reno dan matanya nampak mulai berkaca – kaca.

“Ternyata cinta kamu ke aku udah berkurang ya Hon?.”

Reno yang sudah setengah berbalik untuk keluar dari kamar lalu sarapan dan berangkat kantor, kembali lagi berbalik menghadap Ara.

“Kamu bicara apa sih, Babe?.”

“See. (Lihat), bahkan kamu bicara sedingin ini sama aku.” Sebulir air mata Ara lolos ke pipinya. “Kamu udah masa bodoh ke aku yang sedang merajuk dan sekarang nada bicara kamu sedingin ini ke aku.” Ara mulai terisak. “Kamu udah ga cinta lagi kan sama aku?.”

‘Haaaah....?.’ Batin Reno terkejut dengan ucapan Ara barusan. ‘Ada apa dengan istriku ini Ya Tuhaaannn.....’

***

Kediaman utama Keluarga Adjieran Smith, London, Inggris.

“Drew, Fania mana?.”

John yang sedang berada di London saat ini bertanya pada Andrew yang baru saja keluar dari kamarnya bersama Andrea.

“Di dapur sepertinya sih. Dia bilang mau membuat sesuatu tadi.”

“Ok.”

**

John berjalan ke arah dapur.

Sesuai seperti yang Andrew bilang kalau si Kajol sedang berada di dapur. Harum masakan yang sudah bisa ditebak John, kalau si Kajol sedang membuat bakso itu membuat cacing diperutnya sedikit menggeliat. “Jol.”

“Kon .. de!.” Fania setengah kaget karena tau – tau si bule koplak udah ada disampingnya dan si John itu terkekeh.

”Kakak! Kenape lo? Masuk kedalem panci bakso lo?! Hahahaha.” John baru akan berbicara tapi sebuah suara tanpa penampakan mengalihkan perhatiannya.

‘Prita?.’

***

Beberapa menit sebelumnya

“Theresa, I want to make meat balls. Do we have sliced meet?. (Theresa, aku mau buat bakso. Apa kita punya daging cincang?).” Tanya Fania pada Theresa saat ia sudah berada di dapur.

“Of course we have. What do you want chicken or beef?. (Tentu saja kita punya. Ayam atau daging sapi?).”

“Any. (Apa aja).”

“I will help you prepare everything you need to make that meat balls. (Aku akan membantu menyiapkan segala

yang anda butuhkan untuk membuat bakso).”

“Thank you so much my Dear beautiful Theresa. (Terima kasih banyak Theresa cantikku sayang).” Fania menggelayutkan dagunya dibahu Theresa yang kemudian tersenyum padanya. Kemudian Fania mulai melakukan persiapan yang lainnya saat Theresa sudah mulai menyiapkan bahan – bahan.

Ponsel Fania berdering dalam saku celana pendeknya.

“Aposeh Priwitan.” Prita melakukan panggilan video. “Pasti lagi gabut lo telfon gue.” Ucap Fania sambil memposisikan ponselnya agar tetap berdiri tanpa dia pegang.

“Lagi ngapain lo, Kak?.”

“Belek lo apus dulu. Ga liat nih gue pake celemek?.”

“Wa elah. Lagi bikin apaan?.”

“Bakso ala Indonesia.”

“Sian deh lo. Mau makan bakso aja kudu cape. Makanya lo pindah ke Indo si. Tinggal naek Mio nyampe dah ke bakso kumis, tinggal duduk cantik, pesen, makan. Ah gue jadi pengen bakso mang kumis.” Cerocos si Priwitan.

Fania terkekeh. “Ho oh.”

“Eh iya Ka, kafe lo yang disini kapan mau opening?.” Tanya Prita dalam panggilan videonya.

Fania yang melayani panggilan video adiknya itu tanpa menjeda kegiatannya membuat bakso. “Yah  kapan elo ready lah.”

“Sebulanan lagi deh Kak ya, kayaknya masih ada yang kurang kalo menurut pengamatan gue sih.”

“Gaya beut lo ah.” Celetuk Fania.

Prita terkekeh.

“Btw ponakan gue yang unyu – unyu itu mana?.”

“Sama bapaknya di kamar.” Sahut Fania. “Eh iya Priwitan. Lo masih belom mau baikan sama si bule koplak?. Die nanyain mulu. Pengeng kuping gue.”

“Dih emang gue marahan sama dia?.”

“Nah elo masih nge blok die hampir dua tahun sama menghindar mulu? Apa itu namanya kalo lo ga musuhin die?.”

Prita terdiam.

“Kaga bae Prita lo begitu terus.” Ucap Fania sambil sesekali menyetor mukanya di layar ponsel.

“Ya kan elo yang bilang mendingan gue lupain perasaan gue ke die. Fokus ama passion gue, konsentrasi ngejar cita – cita gue, kaga usah mikirin laki.” Sahut Prita.

“Ya emang, tapi bukan nyuruh lo buat musuhin dia, kan?.”

“Ya engga emang....”

“Terus?, yang bikin lo begini terus – terusan sama dia?.”

“Ah tau ah.” Prita terdengar mendesah. Menghembuskan nafasnya sedikit berat.

"Btw dia tau ga kalo selama ini gue yang bantuin ngurusin segala hal menyangkut kafe lo yang disini?.”

“Kaga. Napa, mau gue bilangin?.” Sahut Fania. “Tar dulu Prita lo jangan ngomong dulu, lupa dah tuh gue mau ngapain.” Fania fokus ke panci.

“Jol.”

“Kon .. de!.” Fania setengah kaget karena tau – tau si bule koplak udah ada disampingnya dan si John itu terkekeh.

”Kakak! Kenape lo? Masuk kedalem panci bakso lo?! Hahahaha.” John baru akan berbicara tapi sebuah suara tanpa penampakan mengalihkan perhatiannya.

‘Prita?.’ John langsung menoleh ke arah ponsel Fania yang ada di meja dapur tersandar di salah satu toples.

“Ih ngagetin aja lo!.” Fania berdecak pada John.

“Kak? Lo masih idup kaga?.” Suara Prita terdengar lagi.

“Prita?.” John sudah berada didepan layar ponsel Fania.

*****

‘Adoy.’ Fania baru sadar. ‘Ngomel dah tuh bocah ama gue ntar. Ah bodo ah. Daripada ini bakso gue kacau balau rasanya.’ Batin Fania bermonolog. Masa bodo dengan John juga sudah berdiri didepan ponselnya sambil menunduk. Tersenyum pada gadis yang wajahnya terpampang di layar ponsel Fania.

Gadis yang mengabaikan John selama hampir dua tahun lamanya. Dan kini Prita juga nampak kaget ada John di layar ponselnya. “Apa kabar kam..”

“Kak Fania ntar gue telpon lagi.”

Klik. Prita memutuskan panggilan. Dan kini wajahnya tak lagi nampak dilayar ponsel Fania. John hanya menghela nafasnya setengah frustasi. ‘Kamu masih musuhin Kak John aja, Prit.’

Wajah sendu John tak luput dari perhatian Fania. ‘Sian juga itu si bule koplak.’

“Dia benar – benar ga mau maafin gue Jol?.”

“Ya gue udeh nasehatin Kak. Tapi ya gitu deh. Keras kepala.”

“Dia bahkan lebih keras kepala dari lo ya Jol?.”

John tersenyum miring.

“Bontot namanya juga.”

“Dia bahkan ga kasih gue kesempatan untuk ngomong maaf. Segitunya dia benci gue, karena gue bentak dia waktu itu.”

‘Masalahnya waktu itu die lagi ada rasa sama lo. Jadi dobel tersinggung nya.’ Fania membatin. “Ya, seperti yang gue bilang, lo waktu itu ngebentak dia didepan kita – kita orang, jadi si Priwitan merasa lo permalukan, Kak.”

“Ya kalo memang begitu, kan dia bisa datang sini ke depan gue, terus bentak gue balik.”

“Hadehh puyeng gue ah.”

‘Tapi Prita tambah cantik sekarang. Udah gede dia.’ John membatin. ‘Kangen gue sumpah!.’

“Ya udah sih, lo kenapa juga getol banget ngejar maap nya si Priwitan?. Lo mending buru – buru cari istri sono.” Ucap Fania. “Atau jangan – jangan lo ada rasa ya sama ade gue?. Jangan – jangan lo selama ini ga cari penggantinya Aila, karna lo nungguin si Priwitan?.”

*

Bersambung ye ........

Jempol jangan lupa, biar Author getol update

Oh iya, Votenya juga kalo ga ngerepotin sih. Hehehe

Soalnya Novel ini Author ikutkan di ajang You Are a Writer Season 5

Thank you banyak - banyak sebelumnya*

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!