NovelToon NovelToon

Budak Cinta Sang Mafia

BAB 1 AWAL PERTEMUAN

Di suatu malam disebuah ruangan duduklah seorang gadis cantik yang sedang di rias oleh salah seorang temannya. Cessa Allexsandra itulah namanya. Cessa yang memiliki kulit putih dan mulus di tambah rambut panjang berwarna hitam membuat ia tak harus menggunakan banyak make up. Dianya memeng cantik.

"Ra koc harus di dandan sihhh? Terus pake baju mini lagi." Protes cessa saat temannya Lora mendandaninya.

"Ya tadi di suruh bos langsung kita semua harus pake baju mini plus make up biar makin cantik. Soal nya tamu kita malam ini spesial. Dia sudah membooking satu hotel ini sa" Jelas Lora panjang agar Cessa tak bertanya lagi.

"Emang siapa tamunya. Hebat banget kayaknya. Paling paling juga CEO hidung belangkan." Ucap cessa lagi.

"Eeehhh jangan ngomong gitu donk. Yang aku dengar sih mereka ini salah satu mafia. Makanya bos gak berani hadapin mereka sa. mau gak mau nurut kalau gak tempat ini dah rata sama tanah deh." Jelas Lora lagi "Dah selesai. Waahh makin cantik kamu sa bangga aku dah rias kamu hehehehe"

"Eeemmm boleh juga ya" Cessa menatap dirinya di cermin sambil tersenyum manis. "Eh nanti dulu kata kamu tadi mafia? Kok bos mau terima mereka siihhh gak takut apa? " Cessa hanya bisa menggigit jari telunjuknya seperti anak kecil.

"Justru karna takut makanya di terima. udah kamu jangan banyak cerewetnya, ya moga aja kita gak ketemu sama bosnya katanya bos nya itu yang galak." Mereka dua masih saling tatap membayangkan wajah dan sikap bos mafia itu.

"Ah aku mah gampang aja. Kan aku cuma harus antar minuman gk harus layani. Kamu tu yang hati hati, takut di makan lagi hahahahaa" Ledekan cessa sekaligus peringatan.

"Iiihh jahatnya kamu cessa doain aku di makan. Udah ahh ayok kerja gih dari pada kmu doain aku yang gak gak teruss"

Di tempat lain

"Aaarrhhggg" teriak seorang pria kepada seorang wanita penghibur dan sang pria itu langsung menghempas tubuh ini wanita itu. "Kau payah tidak bisa melayaniku dengan benar ciihhh"

"Aaauuww maafkan tuan"

"Pergi kau. Penjaga bawa dia keluar." Titahnya lagi.

"Baik tuan Zino. Mari nona" Ucap penjaga yang tak lain adalah anak buah Zino Louis Smith. Dan dia langsung membawa wanita itu pergi.

Tak lama kemudian masuklah para tangan kanan Zino yaitu Ronal dan David. mereka merasa heran dengan bos mereka yang tampak tak bersemangat padahal sudah 3 wanita yang masuk ke kamarnya tapi semuanya tetap di suruh keluar. Ronal dan David hanya saling tatap entah apa yang saling mereka pikirkan.

"Tuan apa tuan mau saya panggilkan wanita lagi tuan?" Tanya David

"Tidak. Aku mau pergi mandi saja. Bedabah.. Tidak ada wanita yang dapat melayaniku dengan benar. " Zino berdiri sambil melilitkan handuk di pinggangnya. Tapi tiba tiba

TOK TOK TOK (Anggaplah suara ketukan di pintu kamar hotel)

CLEK

Seorang gadis memutar gagang pintu dan pintu terbuka. pandangan ketiganya tertuju pada satu titik. Ya gadis itu.

"Waaahhhh cantik" Ucap Ronal.

"Aduh baru tau aku ada yang kayak gini kalau tau tadi aku yang ambil" Ucap David

"Oh my good. Aku boleh juga ini" ucap Zino juga. Tapi ketiganya tak saling mendengar ucapan masing masing karna dalam hati.

"Tuan tuan ini minumannya yang tadi di pesan mau di taruh di mana ya? " Ucap cessa memecahkan lamunan para lelaki itu.

Ya yang datang itu adalah cessa pengahantar minuman. Ia mengantar minuman untuk tuan zino.

"Eh.. Sini sini" Ucap Ronal menunjuk sebuah meja.

Cessa pun menuju meja tersebut dan menaruh minuman itu di meja " Kalau masih ada perlu sesuatu bisa panggil saya lagi" Ucap cessa sambil membungkuk. Dan dia berlalu melewati ketiga lelaki ini tadi dan mengarah ke pintu.

"Tunggu! "

"Mati aku" Ucap cessa pelan setelah mendengar panggilan itu.

"Mau kah kau habiskan malam ini dengan ku?" Ucap Zino dengan lantang.

"Ooohhhh diambil sudah.." Ucap Ronal dan David dalam lubuk hati yang jauh.

"Maaf tuan tapi saya tidak bisa melayani tuan karna pengantar minuman seperti saya tidak di perbolehkan untuk melayani tuan. Tapi saya bisa panggilkan teman saya yang bisa layani tuan" Bohong cessa demi melindungi dirinya.

Zino hanya memincingkan matanya sambil hidungnya mengendus ngendus seperti sedang mencari bau, bau bau kebohongan. Cessa hanya diam melihat hal itu.

"Kau bohong" ucap zino menunjuk ke Cessa "Aku sudah memesan satu tempat ini jadi mau itu palayan penghantar minuman atau palayan biasa semuanya harus siap melayani aku."

Cessa hanya menganga mendengar ucapan Zino. cessa merasa zino bisa membaca isi hatinya. Kini Cessa sudah tidak bisa melakukan apa apa lagi.

"Layani aku atau... " Kata zino menggantung tapi tangannya memberi isyarat pada anak buah di sampingnya yang langsung menodongkan sejata.

DEG DEG DEG DEG

Suara jantung Cessa kala itu.

Mau tak mau cessa langsung menutup pintu dan berjalan ke arah ranjang sambil terus mengawasi kalau kalau mereka menembak. Dia hanya bisa pasrah dengan keadaan sekarang. Sementara Zino menyeringai penuh kemenangan.

Dengan gerakan tangannya lagi kedua anak buah itu pergi keluar dari kamar.

DAN....

ayok vote yang banyak ya... semoga cocok dengan genre kalian ya.. maklum masih amatir niiihh.... salam kenal semuanya happy reading ya.. tunggu author nulis lagi bab 2 nya oke... Dan mohon dukungannya ya readers...

BAB 2 AWAL PERTEMUAN P 2

DAN

Tinggallah kini keduanya di dalam kamar dengan penerangan yang cukup jelas, Zino tak henti hentinya menatap Cessa dengan mata birunya yang indah.

Masih merasa takut dengan apa yang sedang berada di atas nakas, benda yang memiliki pelatuk itu menunggu di sana dengan santainya.

Entah orang di hadapannya ini akan menggunakan benda itu lagi atau dengan apa ia mengancam, membuat detak jantung Cessa tak karuan.

"Hei kemarilah.. Kenapa jauh jauh?" Ucap Zino membuyarkan lamunan Cessa.

"I.. iya tuan.. " Perlahan tapi pasti Cessa berjalan mendekat, masih beberapa meter lagi maka Cessa akan sampai di dekat Zino yang sedang duduk di pinggir ranjangnya.

"Mari minum denganku. Minuman ini apa namanya, kamu yang menghantarnya pasti tau kan??" Zino menunjuk dua botol yang di hantarkan Cessa beberapa waktu yang lalu.

"I.. Itu Anggur merah tuan.." jawab sopan Cessa demi menyelamatkan dirinya.

"Oohh kau tau rupanya." Zino bangkit dari duduknya dan menuangkan minuman tersebut ke dalam dua gelas yang juga di bawa Cessa tadi.

Zino maju ke arah Cessa membawa kedua gelas tersebut. Zino menyerahkan satu gelas minuman itu pada Cessa.

"Minumlah denganku.." Zino menyodorkan gelas itu tepat di depan Cessa, aroma yang kuat dari minuman itu masuk dalam indra penciuman Cessa. Dan Cessa benar benar tidak suka dengan bau yang sangat menyengat tersebut.

"Maaf tuan saya tidak bisa minum minuman ini tuan." Tolak Cessa dengan lembut membuat Zino makin tertarik dengan wanita di depannya ini.

"Baiklah kalau begitu." Zino kembali menaruh kedua gelas itu di nakas lagi.

Zino kemudian berjalan menuju sofa yang terdapat di dalam kamar yang Zino pakai.

"Mari duduk di sini denganku." Zino menepuk nepuk sisi sofa di sampingnya meminta Cessa untuk duduk di situ.

Mau tak mau, bisa tak bisa Cessa harus mematuhi tuan yang ada di depannya ini.

Cessa kemudian berjalan mendekati Zino yang sudah menunnggunya di sofa tersebut.

Dengan pelan Cessa mendudukkan dirinya di samping Zino. Jujur dirinya masih takut dengan benda yang masih berada di atas nakas itu. Kadang kadang Cessa melirik benda tersebut takut takut benda tersebut bergerak dari tempatnya.

Zino memperhatikan Cessa yang tidak fokus padanya, malah terus melirik lirik nakas tempat ia meletakan senjata hitam miliknya.

"Hei" Zino maraih dagu Cessa agar melihat ke arahnya. "Sudah puas mengamati benda itu." Zino menunjuk benda yang dari tadi Cessa lirik dengan dagunya.

"Kalau belum puas... " Zino bangkit meninggalkan Cessa sendiri di atas sofa dan berjalan ke arah nakasnya, meraih pistol miliknya dan kembali berjalan ke arah Cessa dengan membawa pistol tersebut.

Bukan main paniknya Cessa saat melihat Zino membawa benda itu. Ingin lari tapi tenaganya seakan hilang direnggut pistol itu. Wajah Cessa pucat pasi berusaha untuk tetap tenang. Sangkin berusahanya Cessa sampai meremas sofa yang ia duduki.

Zino yang mengamati Cessa sangat takut saat ia membawa benda itu lebih dekat merasa geli hati dengan tingkah Cessa. Betapa pucatnya, paniknya, tapi berusaha tetap biasa biasa saja.

"Kau belum puaskan lihatnya, ini aku perlihatkan dengan lebih dekat." Zino menyodorkan pistol di telapak tangannya ke arah Cessa.

Tapi dengan terus berusaha tetap tenang Cessa tersenyum lalu menggeleng "Tidak perlu tuan, sebaiknya tuan simpan dulu benda itu. Saya takut tuan."

"Takut?? Apa yang kamu takuti? Apa benda ini akan mamakanmu?" Ledek Zino.

Senyum polos saja yang Cessa berikan pada Zino. Zino hanya mengelengkan kepalanya dan menaruh pistolnya kedalam sebuah kotak di dekat sofa ini tadi.

Kemudian Zino kembali duduk bersama dengan Cessa.

"Jadi kamu tidak bisa minum minuman itu tadi?" Tanya Zino memulai pembicaraan lain.

"I... Iya tuan." Jawab Cessa dengan singkat karna ia tidak tahu harus menjawabnya bagaimana.

"Lalu apa yang bisa kamu minum? Susu?"

Hanya bisa menjawab dengan anggukan yang bisa Cessa lakukan membuat Zino tersenyum puas bukan main.

"Ooohh apa susu itu yang alami atau yang instan..?" Zino terus memancing Cessa, sementara Cessa sendiri tidak paham dengan apa yang Zino maksud.

Sungguh Zino sudah hilang akal mungkin. Kini ia mulai berpikiran mesum terhadap Cessa.

"Sudahlah kalau kau tidak paham tentang susu susu... Nanti saja kita lanjutkan tentang susu susunya. Sekarang aku ingin tahu sudah berapa lama kamu berkerja di tempat ini?" Tanya Zino lagi.

"Sekitar 2 atau 3 tahun tuan.. "Cessa menjawab dengan seadanya saja.

"Oohhh sudah lumayan lama ya... Boleh tau siapa namamu?"

"Namaku... "

TOK TOK TOK..

Ucapan Cessa terpotong dengan suara ketukan pintu kamar Zino dan Cessa kini. "Iisshh... Siapa lagi yang ganggu ini.. " Zino bangkit dari duduknya dan berjalan menuju pintu.

Zino hanya mengeluarkan kepalanya saja untuk melihat siapa yang mengetuk pintu kamarnya. Ternyata anak buahnya yang tadi sempat ia perintahkan mengambilkan sesuatu.

"Ini tuan yang anda minta sudah saya bawakan." Ucap anak buah Zino tersebut.

"Ooohh iya aku tadi lupa kalau aku memintamu mengambil ini. Baiklah kau boleh pergi." Zino masuk lagi ke dalam kamarnya dan berjalan menuju nakas tempag ia menaruh anggurnya tadi.

Zino kemudian memasukan apa yang anak buahnya berikan kepadanya ke dalam salah satu gelas yang berisi anggur dan meneguknya sampai tandas tak bersisa.

Awalnya Cessa mengira minuman yang telah Zino masukan pil itu untuk dirinya tapi ternyata bukan, malah Zino sendiri yang meminumnya. Ada sedikit perasaan lega menerpa Cessa.

Zino bergabung lagi dengan Cessa kemudian menarik pinggang ramping Cessa hingga melekat pada Zino. Posisi yang sangat intim ini membuat Cessa makin tak nyaman, ia tidak tahu apa yang baru saja Zino minum, dan kini Zino malah mendekatkan tubuhnya dengan tubuh Cessa.

1 menit... 10 menit... Masih dengan posisi yang sama. Tapi kini tangan Zino mulai tidak bisa diam. Zino mengelus elus pipi Cessa. Meneliti setiap inci wajah Cessa. Menepikan rambut rambut nakal yang turun ke wajah Cessa. Sentuhan itu begitu lembut untuk siapa pun tapi tidak dengan Cessa. Sentuhan itu bagaikan Pisau yang kapan saja bisa melukai wajahnya.

Sentuhan itu pun kian menjadi. Kini tangan Zino turun ke leher Cessa. Dan Cessa mengumpulkan keberaniannya untuk menatap wajah Zino.

Cessa melihat wajah Zino memerah, ada sesuatu yang tak benar di Zino kini. Zino menekan tengkuk Cessa agar mendekat padanya dan...

CUP..

Satu kecupan berhasil di lakukan Zino pada bibir tipis Cessa. Kecupan itu hanya sekejap, kini Zino kembali mengamati wajah Cessa yang kini juga sedang memandang Zini juga.

Mata mereka saling bertemu dalam pandangan, membuat detak jantung Cessa tak teratur sudah.

Zino menarik tangan Cessa agar memeluk pinggangnya. Cessa sama sekali tak menolak dan mengikuti kemauan Zino. Hingga kini posisi mereka saling merangkul pinggang.

"Mari kita bahas masalah susu susu lagi... " Ucap Zino dengan suara yang serak.. Dan kini matanya tertuju pada Satu tempat.

Cessa menyadarkan dirinya dan paham maksud Zino tentang susu susu.. "Mari aku beri tahu kamu... "

Kedua penjaga yang berada di luar kamar Zino mendadak kaget mendengar bunyi riuh ricuh dari dalam kamar tuannya tapi mereka berdua tetap tenang dan pura pura tak mendengar apa apa, padahal suara ******* dan leguhan tuannya dan pasangannya di dalam sangat jelas. Dan kini hanya Zino dan Cessa yang tau apa yang terjadi di dalam sana.

Jam kini menunjukan pukul 4 dini hari. Cessa terbangun dari tidurnya dan ternyata dirinya masih di dalam pelukan pria yang ia tak kenal. Tubuh keduanya sama sama polos, Cessa berusaha dengan sisa tenaganya untuk bangkit dari pelukan Zino. Dengan kesakitan dipangkal pahanya Cessa memungut pakaiannya yang berserakan di lantai.

Cessa melihat satu satu pakaiannya tidak ada yang bisa ia kenakan, semuanya telah di robek paksa oleh Zino saat menjamahnya tadi. Akhirnya Cessa memilih untuk mengenakan handuk yang ada di dalam kamar mandi untuk menutup tubuhnya. Dan Cessa keluar dari kamar Zino dan mendapati dua penjaga telah menunggunya.

Kedua orang iti menyerahkan satu tas yang berisikan uang yang entah berapa nominalnya.

"Ini untuk apa?" Tanya Cessa.

"Ini upah anda nona, masa amda tidak tau kalau ini upah anda? Dan ya terima kasih telah melayani tuan kami." Ucap salah seorang penjaga tersebut.

Bingung dengan uang sebanyak itu di tangannya dengan susah payah Cessa berpikir mau ia apakan akhirnya ia mendapat sebuah ide.

"Niky aku keluar. Ini uangmu anggap saja aku membeli diriku sendiri" Cessa meletakan satu tas berisi unag dari anak buah Zino di hadapan Niky bosnya.

"Wow... Akhirnya kamu berkerja dengan benar. Baiklah kesepakatan kita selesai kamu berhasil mengembalikan uangku. Silahkan pintu keluar ada di sana tebuka lebar untukmu kini."

Kini pagi telah tiba Zino terbangun mendapati dirinya masih polos bak anak bayi baru lahir. Ia mengingat ingat kejadian semalam dan ia merasa basah di tempat di mana ia duduk dan melihat bercak merah yang lumayan banyak di sana.

"Hei.. Apa yang terjadi...?" Otaknya kosong kini tak tahu apa yang telah terjadi.

Sementara di tempat lain cessa sedang Berada di depan nisan yang tertulis nama Siska. Air mata cessa tak terbendung lagi. dia menangis sehabis habisnya. cessa terus mencurhakan isi hatinya. Betapa selama ini ia berjuang dengan berkerja di tempat terkutuk di tambah lagi cessa yang telah kehilangan mahkotanya di tempat itu. Tapi sisi positifnya cessa telah membeli dirinya sendiri dari tempat kotor itu.

Di tempat lain....

sudah panjang kali otor ngetik nya ini.. semoga semua readers senang dengan kisahnya. jangan lupa komen ya... kasih semangat otor oke... 😀😀😀

BAB 3

Di tempat lain...

Zino mengerjabkan matanya. Ia merasa pusing menghantam kepalanya.

Zini bangkit dari tidurannya dan memegangi kepalanya yang masih pusing. Zino menoleh ke kiri dan kanan mencari keberaan wanita yang menemaninya semalam.

"Kemana dia.. Kenapa dia tinggalkan aku...??? Eehh???" Zino buru buru bangkit dan menarik paksa selimut yang menutupi tubuhnya yang tidak mengenakan satu helaipun.

"Gadis itu.....???" Guman Zino sendiri di dalam kamarnya.

Zino kini sedang berada di kamar mandi yang ada di kamarnya. Zino memperhatikan luka yang ada di sekitar tubuhnya ada yang di pinggang, ada yang di leher, ada yang di dadanya.

Bekas lukanya itu ada yang berbentuk cakaran, ada yang berbentuk goresan. Cukup perih tapi bukan apa apa untuk Zino.

Seulas senyum terbit di bibir tebal Zino melihat bekas bekas yang di tinggalkan Cessa untuknya.

"Pasti sakit ya. Aku janji aku akan menemukanmu dan obati sakitnya." Zino menyudahi bersih bersihnya dan langsung mengenakan handuk, karna ia yakin anak buahnya sudah menunggunya untuk Intruksi selanjutnya.

Di Dalam kamar Zino juga kini sudah ada Ronal dan juga David menunggu Zino. Tak lama Zino pun keluar dari kamar mandinya.

"Tuan ada yang bisa kami bantu tuan." Tanya Ronal pada Zino yang langsung mendudukan dirinya di sofa walaupun masih mengunakan handuk di pinggangnya.

"Aku ada tugas penting untuk kalian, kalian ingatkan gadis yang menemaniku tadi malam?" Zino mulai memasang wajah serius walau masih menggunakan handuk.

"Iya tuan kami masih mengingatnya. Ada masalah dengannya??" Tanya Ronal mencari tahu.

"Aku mau kalian cari dia untukku. Cari dia di sekitar tempat ini. Aku yakin dia masih ada di sini. Karna dia tidak memiliki tempat lain untuk pulang pastinya. Cari dia sampai ketemu karna aku menginginkannya cepat atau pun lambat kalian harus menemukannya." titah Zino penuh keseriusan.

"Maaf tuan apa tadi tuan bilang gadis???" David juga ikut bersuara.

"Iya tentu saja gadis. Kenapa??" Zino tidak paham sebenarnya apa yang di maksud David.

"Memangnya ada gadis yang masih gadis jika sudah tidur dengan tuan???" ocehan David yang tak ada gunanya untuk Zino.

"David, malam ini gerhana bulan Bluemoon lohhh... Kami tidak ingin melihatnyakah??? Kamu kan sangat suka dengan bulan purnama, Apalagi dengan yang namanya gerhana bulan." Wajah ganas Zino keluar untuk mengancam David anak buahnya yang banyak bicara tapi yang di bicarakan David memang ada benarnya, hanya saja terlalu bar bar saja tidak ada remnya sama sekali.

"oohh ya.. Bawa juga kedua orang yang berjaga di depan kamarku semalam, karna seharusnya mereka berdua yang memberikan upah pada Gadis itu. Dan mereka pasti melihat wajah gadis itu."

"Baik tuan..." Ronal dan David pun keluar dari kamar Zino dan meninggalkan Zino sendiri lagi.

Setelah di tinggalkan kedua anak buahnya Zino berjalan ke arah ranjangnya dan merebahkan tubuhnya di kasur yang empuk itu.

"Kasur ini empuk juga. Pasti dia juga menikmatinya. Kasur empuk ini adalah saksinya." Zino mengelus elus kasur tempat pertempurannya semalam.

"Aku harus menemukannya.... Tunggulah Honey.. " Zino bangkit dari kasurnya dan mencari pakaian untuk ia kenakan, setelah mengenakan pakaiannya Zino keluar dari kamarnya dengan terburu buru.

Zino memasuki Ruangan yang cukup besar di tempat ini.

"Tuan Zino... Ba.. bagaimana malam anda di sini.. Apa anda menikmatinya?" tanya Niky terbata bata takut akan Zino yang sangat menakutkan menurutnya karna bisa saja jika suasana hatinya sedang buruk, Zino akan memotong tangannya.

"Iya Nik.. Aku sangat menikmatinya. Dan aku kesini untuk melanjutkan kenikmatan itu." Niky semakin degdegan dangan apa yang kini Zino lakukan. Zino duduk tanpa di suruh duduk oleh Niky seakan disini dialah penguasanya.

"Iya tuan ada apa.. Katakanlah.. "

"Aku mencari wanita yang melayaniku tadi malam, sedari tadi aku mencoba untuk mengingat ingat namanya tapi aku tidak bisa mengingatnya karna semalam aku terlalu banyak minum anggur dan di tambah obat prangsang. Dan sekarang tugasmu adalah membantuku mencarinya." Titah Zino pada Niky.

"Baiklah tuan... Kami mempunyai Bela, Felisia, Bunga, Nita.." ucapan Niky terpotong saat dia mengabsen pekerja yang paling terkenal.

"Bukan bukan Nik... Gadis yang aku cari itu adalah hanya pengahantar minuman ke kamar. Bukan pelayan utama." Sepertinya Niky tidak paham dengan apa yang baru saja Zino katakan. Sehingga ia malah memperkenalkan pekerjanya yang lain.

"Ooohh bukan ya... Kalau begitu bagaimana bisa kita tahu wanita yang menamani anda tuan." Niky semakin bingung.

"Haahh kau ini. Kamu pasti memiliki data pekerjamu kan ada..Coba kau ambil dan berikan padaku. Aku ingin melihatnya biar aku yang pastikan wanita yang menemaniku." Ucap Zino lagi.

"Baik.. Baik tuan." Niky dengan tergesa gesa masuk ke gudangnya dan mencari buka pekerjanya.

Tak berselang lama akhirnya Niky datang membawa buku besar di tangannya.

"Ini tuan yang anda minta. Silahkan anda cari. " Niky menyerahkan buku itu pada Zino dan Zino menerimannya langsung membukanya lembar demi lembar.

Sekitar 15 menit waktu yang Zino perlukan untuk mencari data Cessa. Dan akhirnya ia menemukanya.

"Ketemu... Ini dia... Cessa Allexsandra. Ya itu namanya." Zino kembali menyerahkan buku itu pada Niky dan Niky memperhatikan gambar dan biodata Cessa.

"Astaga. Cessa baru saja keluar tuan. Pantas saja ia mendapat uang banyak semalam. Rupanya itu uang uang dari anda tuan." Akhirnya Niky paham yang Cessa lakukan sehingga ia mendapat uang yang banyak.

"Maksudmu keluar bagaimana? Dia pergi jalan jalan begitu?" Tukas Zino mendengar penjelasan setengah setengah dari Niky.

"Bukan begitu tuan, tapi Cessa sudah membeli dirinya sendiri dengan uang yang tuan berikan padanya. Begini tuan, dulu Cessa di jual oleh ibu tirinya dan ayahnya. Mereka berdua sedang kesusahan uang dan memilih menjual Cessa ke tempat ini, Cessa meminta aku untuk mengeluarkan dia dari sini tapi aku tidak memperbolehkannya. Dan aku mengatakan jika kamu bisa mengembalikan uang yang aku berikan pada orang tuamu maka kamu boleh pergi dari sini. Dari satu tahun ia berkerja di sini Cessa tidak mendapat banyak uang, karna ia tidak melakukan pelayanan seperti teman temannya yang lain, yaitu menjadi pelayan utama. Dan semalam dia menyerahkan banyak sekali uang yang ada di dalam tasnya dan dia bilang ia akan keluar, karna aku sudah berjanji maka mau tidak mau aku mengikuti kemauannya. Dan kini ia sudah tidak ada di sini lagi."

"****..." Zino kesal dengan keadaannya kini, tak seperti yang ia kira Cessa masih berada di sini. Rupanya dengan pintarnya Cessa menggunakan uang dari Zino untuk pergi dari tempat itu.

"Tuan kami tidak menemukan gadis yang tuan maksud." Ronal dan David datang kepada Zino di ruangan Niky.

"Tentu saja, karna dia sudah pergi dari sini." Zino menundukan kepalanya.

"Kabari orang orang kita dan minta bantu mereka mencari gadis itu. Aku tidak mau tau cari dia sempai ketemu."

off dulu kawan..

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!