Pagi hari di sebuah hotel bintang 5 yang mewah Kusuma Rich Hotel. Seorang gadis baru saja tiba untuk bekerja
Namaku Andra, aku berusia 25 tahun. Aku bekerja sebagai seorang cleaning service dihotel ini. Dulu aku memang pernah sekolah dengan mengambil jurusan perhotelan, namun tidak sampai kuliahku selesai, karena ibu angkatku tidak ingin lagi mengeluarkan uang untuk biaya sekolah. Uang dari hasil kerjaku pun akan di ambil oleh ibu angkatku dan hanya akan diberikan sedikit untuk keperluan transportasiku saja. Aku tidak bisa melakukan apa-apa karena aku telah banyak berhutang budi pada mereka.
Hari ini seperti biasa aku pergi ke hotel untuk bekerja. Haah aku harus mulai dengan mengepel lantai terlebih dahulu
Dengan memegang alat pel ditangannya, dia menoleh kesana kemari sebelum memulai pekerjaannya
“Andra! Andra! Diandra!”
Manajernya berulang kali memanggil namanya namun Andra tetap tidak bergeming dengan memegang kain pel seakan dia memeluknya
“Andra!”
“Aw… iya maaf-maaf. Ada apa?”
Ah sejak kapan dia berdiri disitu? aku tidak sadar karena tadi sedikit melamun
“Kamu ini ya. Aku sudah memanggilmu berkali-kali. Memang apa yang kamu lamunkan? Cepat selesaikan, sebentar lagi akan ada tamu penting datang ke hotel kita!”
Dia adalah Dita, manajer hotel yang cukup rewel dan merepotkan. Dia selalu saja menyusahkanku dan menyudutkanku mengenai apapun. Mungkin karena dia perawan tua?
“Memangnya siapa yang akan datang kesini bu? Sepertinya hari ini semua terlihat sibuk. Apa akan ada tamu kelas VVIP yang menginap disini?”
Andra bertanya setelah dia menyadari semua pegawai sibuk kesana kemari untuk membereskan hotel
“Memangnya kamu tidak tahu? Untuk pertama kalinya pemilik hotel ini akan datang bersama dengan anaknya. Mereka akan menginap selama beberapa hari untuk meninjau kondisi hotel ini. Karena itu, cepat selesaikan pekerjaanmu!”
Tunjuk Dita sambil menendang ember berisi air untuk membersihkan lantai
“Baik bu, saya selesaikan sekarang!”
Andra menjawab dengan bibir mengerucut dan menggerutu dalam hati
“Dasar manajer sombong. Mentang-mentang dia seorang manajer jadi bisa bertingkah seenaknya. Harusnya tuh ya dia itu memberikan contoh yang baik. Bukan hanya memerintah dengan marah-marah saja. Huh, dasar membuat kesal saja!”
Andra pun pergi ke belakang setelah dia selesai dengan lantai depan yang basah
“Aduh pinggangku rasanya mau patah. Harusnya pakai robot saja untuk membersihkan hotel seluas ini. Itu kan akan lebih efisien dari pada dikerjakan dengan tenaga manusia yang terbatas ini”
Gumam Andra sambil duduk di taman dengan bersandar pada kursi dan sedikit menutup mata. Tiba-tiba dia membuka mata setelah mendengar suara tangisan seorang anak kecil
Huuu ... hu u u u... huuuu
"Sepertinya aku mendengar suara anak kecil menangis? Dimana ya?"
Andra menoleh kesana kemari mencari asal suara tangisan itu
"Itu dia!"
Gumamnya sambil menunjuk seorang anak kecil yang sedang menangis dalam posisi berjongkok dan memegangi lututnya. Sepertinya dia terjatuh. Andra dengan langkah cepat dan sedikit berlari mendekati si anak
"Hai dek. Kenapa kamu menangis? Oh, lututmu terluka, apa kamu terjatuh?"
Tanya Andra yang berjongkok di hadapan anak laki-laki tersebut
"Kakak... Aku terjatuh ... kakiku sakit sekali. Aku tidak bisa berjalan hiks hiks hiks"
Jawab si anak di sela isak tangisnya
"Biar kakak bersihkan ya! Ayo duduk di kursi itu dulu, apa kamu bisa berjalan sendiri?"
Andra bertanya karena luka anak itu terletak di lutut, akan sangat sakit untuk anak kecil seusianya mendapat luka hingga berdarah di bagian itu
Anak kecil itu pun berusaha berdiri kemudian meringis karena kesakitan.
"Susah ya? Biar kakak gendong kekursi itu saja ya?"
Andra bertanya terlebih dahulu sebelum dia menggendongnya. Setelah anak itu mengangguk, barulah Andra mulai menggendongnya menuju kursi yang tidak jauh dari sana
"Kamu tunggu disini ya, kakak akan carikan kotak p3k lebih dulu untuk mengobati lukamu. KIta perlu mensterilkannya"
Anak kecil itu mengangguk dan Andra segera berlari ke dalam hotel untuk mencari kotak p3k
Tak berapa lama Andra kembali dengan membawa kotak p3k ditangannya. Dia berlari ke arah anak kecil yang tengah duduk sambil meniupi luka dilututnya
"Pedih sekali ya? Kamu tahan sedikit ya, ini akan terasa pedih tapi kakak akan lakukan pelan-pelan"
"Uuh... "
Anak itu tidak menjawab dan hanya menganggukkan kepala. Andra pun mulai mengobati lukanya sambil meniupnya perlahan lalu menutupinya dengan plester
"Sudah selesai. Dengan begini lukamu akan cepat kering dan tidak akan kotor"
Andra tersenyum manis bicara pada anak kecil itu
"O iya, adik kecil, nama kamu siapa? Dimana orang tuamu?"
Andra bertanya sambil menoleh kesana kemari mencoba mencari orang tua anak itu
"Namaku Lathan. Aku kesini bersama papi, tadi aku meninggalkan papi untuk mengejar seekor kucing, tapi aku malah terjatuh" Anak itu menjawab dengan suara yang sedikit serak karena habis menangis
"Lathan ... nama yang bagus. Ingat ya Lathan ... kamu tidak boleh pergi sendirian. Itu sangat berbahaya. Bagaimana jika sesuatu yang lebih buruk terjadi sama kamu? Itu akan membuat orang tuamu bersedih"
Andra menasehati Lathan sambil mengusap kepalanya dengan sangat lembut
"Iya kakak, aku mengerti"
Jawab Lathan dengan senyum yang kembali ceria
"Ah itu paman Candra!. Paman Candra!"
Lathan menunjuk seorang pria kemudian berteriak memanggilnya. Pria itu menoleh setelah mendengar panggilan dari Lathan dan berjalan mendekat dengan langkah yang cepat
"Lathan! Akhirnnya aku menemukanmu. Apa kamu tidak tahu kalau berlari sendiri itu sangat berbahaya? Kamu tidak tahu kalau papimu sangat mengkhawatirkanmu?"
Pria itu berjongkok di hadapan Lathan dan bicara dengan lembut padanya
"Maaf paman, tadi aku mengikuti seekor kucing dan aku terjatuh. Untung ada kakak cantik ini yang menolongku" Lathan menoleh pada Andra dengan senyum manisnya. Candra pun ikut menoleh padanya karena bingung melihat ekspresi Lathan yang tidak seperti biasanya pada orang baru
"Terimakasih nona, karena sudah menolong anak nakal ini. Tapi sekarang kami harus pergi karena ayahnya sangat khawatir kehilanganmu"
Candra menyentuh ujung hidung Lathan dan menggendongnya
"Tidak masalah. Sampai jumpa, Lathan"
Andra melambaikan tangan melihat Lathan yang dibawa pergi oleh Candra
"Sampai jumpa kakak cantik"
Lathan pun melambaikan tangan dengan senyum ceria diwajahnya
"Anak yang sungguh lucu dan menggemaskan"
Gumam Andra dengan senyum manis dibibirnya
"Aku harus segera kembali ke dalam sekarang. Kalau tidak, nenek sihir itu sudah pasti akan memberikan ceramah yang tidak ada habisnya"
Andra pun kembali ke dalam hotel untuk melanjutkan pekerjaannya.
Dari kejauhan Andra menatap seorang pria tampan bertubuh tinggi dan berbadan tegap. Dengan setelan jas hitam lengkap. Dia berjalan dengan sangat gagah sambil menggendong seorang anak laki-laki dipangkuannya
"Itu pasti ayahnya? Pantas saja Lathan sangat tampan. Ternyata itu menurun dari ayahnya. Dia terlihat sangat gagah dan berkharisma. Ibunya juga pasti sangat cantik"
Andra terus menatap ayah dan anak itu hingga mereka menjauh
"Sampai kapan kamu akan terus melamun disini? Kamu tidak lihat kalau semua orang sedang sibuk, hah?"
Suara Dita menyadarkan Andra dari lamunannya
"Maaf bu, saya akan kembali menyelesaikan pekerjaan saya. Permisi!"
Andra bergegas meninggalkan Diat sebelum dia kembali mendapatkan omelan yang tidak ada habisnya
Hari sudah hampir gelap, Andra baru selesai dengan pekerjaannya
"Akhirnya hari ini selesai juga. Rasanya ini hari yang sangat panjang dan melelahkan"
Andra bergumam sambil meregangkan tangannya setelah dia keluar dari hotel. Kemudian Andra bergegas menuju ke halte bus terdekat
Andra berdiri dihalte bus setelah berjalan tidak jauh dari hotel. Dia menunggu bus yang mengarah kerumahnya. Meskipun harus berdesakan dan waktu yang dibutuhkan lebih lama, tapi tarif bus lebih murah daripada taksi. Karena itu Andra tetap memilih naik bus untuk menghemat uangnya meskipun dia sangat lelah.
Setelah menempuh perjalanan cukup lama, akhirnya Andra tiba dirumahnya. Dengan langkah kaki yang berat karena lelah bekerja Andra memasuki rumah yang cukup besar dan mewah itu
"Kamu baru pulang?! Jam berapa ini? Kenapa kamu terlambat? Harusnya kan kamu pulang jam 5 sore dan ini hampir jam 7 malam. Pergi kemana dulu kamu?!"
Teriak Bu Asya menyambut kedatangan Andra. Dia adalah ibu angkat Andra
"Maaf ibu, tadi dihotel sangat sibuk dan aku baru selesai dengan pekerjaanku sore hari, jadi aku terlambat pulang kerumah"
Andra menjawab dengan kepala tertunduk
"Alasan saja! Kamu tidak boleh istirahat sebelum semua pekerjaan rumah ini selesai!" Ujar Asya sebelum dia kembali ke lantai dua
"Haah, kerja lembur lagi...."
"Haah ... akhirnya selesai. Badanku rasanya sakit semua, aku sudah tidak punya tenaga lagi"
Andra melemparkan dirinya sendiri ke atas tempat tidur. Dia sangat lelah setelah seharian bekerja dan membereskan rumah begitu dia tiba dirumah. Bahkan Andra tidak punya tenaga lagi untuk membersihkan dirinya sendiri. Sekarang sudah hampir jam 10 malam Andra baru bisa istirahat. sedangkan dia harus sudah bangun jam 4 pagi untuk menyiapkan sarapan dan membereskan semuanya sebelum pergi bekerja ke hotel.
Andra terbaring di tempat tidur yang kecil dengan ruangan yang redup dan didalam ruangan yang kecil. Dia berada di lantai dua, dimana dulu ruangan ini dijadikan sebagai gudang oleh sang ayah
Andra sedang bermimpi dalam tidur lelapnya. Dalam mimpinya dia mengingat saat bertemu dengan sang ayah angkat untuk pertama kalinya
"Nama kamu siapa? Apa kamu sudah lama tinggal disini?"
Terlihat pak Brama Satya bertanya pada seorang gadis kecil berusia 5 tahun saat dia sedang mengunjungi panti asuhan
"Nama saya Diandra, kata bu panti saya disini sejak bayi"
Jawab Andra kecil kepada Brama dengan senyum manis dan imutnya khas anak kecil
Terlihat kalau pak Brama sangat menyukai Andra kecil yang lucu dan menggemaskan
"Diandra, kamu mau tidak kalau ikut kerumah om?"
Andra terdiam kemudian menoleh pada bu panti
"Andra, om Brama ini ingin menjadi ayah kamu. Apa kamu mau kalau om Brama jadi ayah kamu? Nanti kamu juga akan punya ibu dan saudara"
Bu panti dengan lembutnya bicara pada Andra dan memberikan pengertian padanya
"Mau-mau. Yeeaay Andra punya ayah ..."
Andra yang tidak pernah tahu siapa orang tuanya tentu saja merasa sangat bahagia ketika mendengar kalau pada akhirnya dia memiliki keluarga
"Kalau begitu, nanti kamu ikut pulang bersama dengan om ya?" Pak Brama bicara dengan sangat lembut
Andra mengangguk dengan senyum ceria
Mereka pun akhirnya pulang kerumah Brama.
"Andra, mulai sekarang ... nama kamu Diandra Anindya Satya dan kamu akan memanggil om ayah. Nanti akan ayah kenalkan pada ibu dan kakakmu"
"Baik ayah!"
Brama dengan lembutnya menuntun tangan kecil Andra yang sangat lembut dan halus. Mereka berjalan perlahan memasuki pekarangan rumah yang cukup luas
"Kita sudah sampai"
Andra terpana melihat rumah mewah dan besar berlantai dua yang ada dihadapannya
"Ayah, apa ini rumah ayah?" Tanya Andra kecil yang manis dengan mata terpana pada rumah besar dihadapannya
"Mulai sekarang ini adalah rumah kamu"
Pak Brama menyentuh lembut ujung hidung Andra sambil tersenyum lembut
"Ayo masuk!" Ajak pak Brama pada Andra "Sayang, Luna. Lulu!" pak Brama berteriak memanggil istri dan anak-anaknya
"Ayah!" Dua orang anak perempuan Brama berlari kepelukannya
"Putri ayah yang cantik. Bagaimana kabar kaiian hari ini?" Pak Brama berjongkok di hadapan kedua putrinya
"Kami baik ayah" Jawab Luna mewakilkan adiknya. Dia berusia 9 tahun sedangkan Lulu berusia 7 tahun
"Ayah, siapa anak kecil yang berada dibelakang ayah?" Tanya Lulu setelah dia melihat Andra
"Andra, sini sayang. Kenalkan ini Andra, dan mulai sekarang mereka adalah kakakmu, Luna dan Lulu. Dan yang itu ibumu, Asya"
Brama mengenalkan Andra pada istri dan kedua anaknya namun sikap mereka terlihat sangat sinis
"Yah, kita harus bicara!" Sang istri yang sejak tadi diam saja dengan melipat tangan di dada akhirnya mulai membuka mulutnya
"Andra tunggu disini sebentar ya sama kak Luna dan kak Lulu"
"Ya, ayah" Jawab Andra dengan anggukan kepala
Pak Brama pun berjalan mengikuti sang istri ke ruang lain untuk menghindari anak-anak mendengar pembicaraan mereka
"Siapa anak itu? Kenapa kamu membawanya kemari?!" Tanya sang istri dengan tenang
"Dia putrinya Biani, Diandra" Jawab Pak Brama dengan tenang
"Apa katamu?! Untuk apa kamu membawanya kemari?" Teriak sang istri pada Brama
"Dia tidak punya siapa-siapa. Sudah lama Bian menitipkannya di panti asuhan dan dia menitipkannya padaku sebelum meninggal. Jadi aku mengadopsinya" Brama memegang tangan istrinya dan bicara dengan lembut untuk menenangkan sang istri
"Kamu gila! Kembalikan dia ke panti asuhan!"
"Tidak bisa. Aku tidak tega melihatnya disana sendiri. Aku mohon izinkan dia tinggal disini. Hanya sampai dia bisa menjalani hidupnya sendiri"
Air mata mulai mengalir dari pipi sang istri " Terserah! Aku tidak peduli!"
"Andra! Bangun! Andra!"
Byuurr
"Hah hah hah" Andra langsung terbangun setelah segelas air membasahi wajahnya
"Kamu bangun juga. Cepat siapkan sarapan! Kalau tidak kamu akan terlambat ke hotel, aku juga harus ke kantor lebih awal" Luna berkata dengan sinis pada Andra setelah dia menyiramnya dengan air putih
"Iya kak" Andra pun segera bangun dari tempat tidurnya dengan muka dan dada yang basah. Dia mengganti bajunya yang basah dulu sebelum mulai menyiapkan sarapan dan membereskan rumah
"Ibu, kakak. Sarapannya sudah siap!"
Andra memanggil ibu dan kakaknya yang sedang bersantai menunggu sarapan disiapkan
"Ya, kami akan sarapan sekarang!"
Jawab sang ibu dengan sikap anggun dan tenangnya
Andra pun kembali ke kamarnya untuk mandi dan bersiap pergi ke hotel. Setelah selesai, dia kembali turun dan membereskan meja makan dimana semua makanan sudah habis dan tidak tersisa sedikitpun untuknya sarapan
"Bu, kami berangkat dulu ya"
Ujar Lulu pada ibunya
"Kak, bolehkan aku ikut sampai pertigaan ujung jalan? Dihalte sini selalu macet, jadi aku ingin naik bus dari sana" Andra dengan sedikit gugup bertanya pada sang kakak
"Tidak. Aku tidak sudi jika kamu naik mobilku. Nanti mobilku bau" Jawab Lulu kemudian pergi bersama dengan Luna mengendarai mobil mereka masing-masing
Andra tidak mengatakan apa-apa lagi dan memebereskan meja makan dengan kepala tertunduk. Setelah semuanya selesai, Andra bergegas pergi ke hotel
"Bu, aku berangkat dulu ya!" Andra berpamitan pada sang ibu
"Hmn "
Bu Asya mengiyakan tanpa menoleh pada Andra sedikitpun. Andrapun beranjak pergi keluar rumah
"Andra, tunggu!" Panggil sang ibu yang membuat Andra menghentikan langkahnya dan berbalik menatap sang ibu
"Iya bu. Ada apa?" Andra tersenyum manis karena mengira kalau sang ibu akan memberikannya semangat sebelum bekerja
"Besok kamu harus cuti dari tempat kerjamu! Kita akan kedatangan tamu penting"
"Memangnya siapa yang akan datang bu?" Tanya Andra karena dia penasaran dengan tamu yang dikatakan sang ibu
"Seorang tamu yang sedang mencari pendamping hidup. Ibu ingin menjodohkannya denganmu! Dia sudah dewasa dan kaya raya. Ibu jamin kalau kamu tidak akan merasa kekurangan kalau jadi istrinya. Kamu akan bahagia dengan hidup bergelimang harta. Dan kamu harus menerima lamarannya, karena keuangan perusahaan kita sedang menurun, jadi ibu butuh bantuan dana darinya. Ini kesempatanmu untuk berbakti pada keluarga ini"
"Tapi bu, jika dia sudah mapan, kenapa tidak menjodohkannya dengan kak Luna atau kak Lulu?" Tanya Andra yang penasaran karena kedua kakaknya juga belum memiliki pasangan
"Mereka sudah punya pacar. Kamu jangan banyak bertanya. Turuti saja apa kata ibu" Ibu Asya menjawab dengan sinis kemudian meninggalkan Andra sendiri
Andra terdiam sejenak, dia merenung dengan apa yang dikatakan sang ibu angkat
"Perjodohan? Aku? Dengan pria yang sama sekali tidak aku kenali?"
Andra melangkahkan kaki dengan suasana hati yang tidak tenang. Dia tetap pergi ke hotel meskipun sebenarnya dia sangat ingin pergi ketempat yang jauh dan tidak ada seorang pun disana
"Apa benar setelah aku menikah, aku akan bahagia meskipun bergelimang harta?"
Seperti biasa Andra mulai membersihkan semua lantai dan juga beberapa kamar yang menjadi bagiannya. Dia baru selesai pada siang hari setelah hampir jam makan siang
"Akhirnya selesai juga. Huh ... melelahkan sekali" Andra sedang beristirahat di taman belakang hotel sambil memijit sendiri pundaknya. Tiba-tiba dia dikejutkan dengan kedatangan Lathan di hadapannya
"Kakak cantik!" Lathan melompat tepat di hadapan Andra hingga dia terkejut
"Eh Lathan? Apa yang kamu lakukan disini? Dimana ayahmu?" Tanya Andra dengan senyum ceria sambil membungkukkan sedikit tubuhnya
"Aku bosan di kamar sendiri. papi sedang ada urusan penting. Jadi aku keluar saja" Lathan menjawab dengan sangat polos seperti anak kecil pada umumnya
"Lathan ... kan kakak sudah bilang pada Lathan, agar tidak bepergian sendiri, itu berbahaya. Nanti ayah Lathan panik saat Lathan tidak ada dikamar" Andra bicara dengan manisnya pada Lathan.
Lathan menundukkan kepala karena Andra menasehatinya
"Maafkan aku. Aku sudah jadi anak yang tidak menuruti ucapan papi" Ujarnya dengan nada yang murung
"Ya sudah. Lathan sudah makan belum? Ini sudah waktunya makan siang" Andra melihat jam tangannya dan berkata pada Lathan
"Belum ... Aku lapar" Lathan merengek manja sambil mengusap perutnya sendiri
"Kakak bawa bekal dari rumah. Kamu mau makan berdua dengan kakak tidak?" Tanya Andra dengan lembut, senyuman manis tak pernah hilang dari wajahnya
"Mau-mau" Lathan mengangguk dengan sangat semangat mendengar Andra akan makan bersamanya
"Kalau begitu, kamu tunggu disini. Jangan kemana-mana! Oke?" Andra bertanya sambil beranjak dari duduknya
"Oke kak. Aku akan tunggu kakak disini" Lathan tersenyum ceria pada Andra
Andra pun pergi meninggalkan Lathan dengan langkah kaki yang cepat untuk mengambil bekal makan siang yang dia letakkan di dalam loker miliknya
"Andra!"
langkah Andra sejenak terhenti setelah mendengar panggilan dari seseorang. Ternyata itu Gio, teman kerjanya
"Oh Gio, ada apa? Aku sedang buru-buru" Andra menjawab sambil terus melangkah
"Ayo makan siang bersama? Aku akan mentraktirmu hari ini" Gio bekerja di bagian kantor hotel ini, jadi tentu gajinya lebih besar dari Andra
"Tidak perlu. Aku sudah punya janji hari ini, jadi lain kali saja ya? Maaf aku buru-buru!" Andra kembali berjalan dengan cepat menuju lokernya dan meninggalkan Gio yang masih menatapnya
Bruk
Ah!
"Maaf-maaf pak. Saya tidak sengaja. Maafkan saya karena tidak hati-hati" Andra tidak sengaja menabrak seseorang ketika dia hendak berbelok ke ruang loker.
Di depannya berdiri pria tinggi nan tampan dengan setelan jas mewah yang dia kenakan. Semua barang yang dikenakannya terlihat bermerek dan mahal. Cara berdirinya terlihat sangat gagah,, namun tidak ada senyum sedikitpun dari wajahnya. Wajahnya terlihat serius dan dingin
"Lain kali kalau jalan perhatikan sekelilingmu! Jangan sampai kamu mencelakakan dirimu dan orang lain yang disekitarmu!" Ujar Pria itu kemudian dia kembali melangkah meninggalkan Andra
"Baik pak. Sekali lagi maaf!" Teriak Andra sebelum kembali melangkahkan kaki dengan cepat ke loker
"Hah ... untuk mengambil bekal ini saja sepertinya sangat jauh sekali" Gumam Andra sambil memegang bekal makanannya kemudian dia segera kembali ke taman belakang
"Kamu sudah menunggu lama ya?" Ujar Andra pada Lathan yang masih duduk disana
"Tidak papa. Kakak cantik bawa apa?" Lathan terlihat penasarann dengan sedikit mengintip pada bekal makan Andra
"Kakak hanya bawa nasi goreng dan acarnya. Tapi ini cukup banyak untuk kita makan berdua. Biar kakak suapi ya?" Andra menunjukkan nasi goreng yang dia bawa dari rumah tadi pagi
"Iya, mau" Lathan tersenyum ceria menerima suapan makanan dari tangan Andra
Disaat Andra dan Lathan sedang makan bersama dengan ceria, tanpa mereka ketahui seorang laki-laki memperhatikan dengan sorot mata yang tajam dan ekspresi yang dingin
"Dia ... bagaimana dia bisa membuat Lathan mau makan dengannya? Bahkan Lathan menujukkan senyum ceria yang biasanya hanya di tunjukkan padaku dan keluarganya saja"
Pria itu menatap tak suka sekaligus bingung
"Candra, apa kamu tahu siapa gadis itu?" Tanya pria itu dengan nada bicara yang dingin
"Gadis itu namanya Andra, Dit. Dia yang telah menolong Lathan saat terjatuh kemarin" Candra menjawab dengan santai. Karena mereka sudah berteman sejak lama, jadi saat berdua mereka akan bersikap layaknya teman
"Andra... Cari tahu mengenai semua tentangnya. Jangan sampai ada yang terlewat!" Ujar si pria dengan wajah seriusnya
"Tentu, aku akan cari semua informasi tentangnya" Candra menjawab dengan penuh keyakinan, kemudian mereka kembali melanjutkan langkahnya untuk kembali mengurus pekerjaan mereka
"Bagaimana dengan hotel ini? Apa ada sesuatu yang salah sampai-sampai hotel ini sepi sebelum kita mengambil alihnya. Padahal semua fasilitas yang ada cukup bagus" Tanyanya setelah tiba diruangan dan mengecek semua hal mengenai hotel.
"Kurasa promosi yang mereka lakukan itu kurang. Tapi Dit, keluargamu tidak pernah terlibat dengan perhotelan, kenapa kamu malah memilih untuk mengakuisisi hotel ini, sih?" Candra bertanya dengan sikapnya yang sedikit blak-blakan
"Karena keluargaku belum pernah terjun dalam perhotelan, aku jadi merasa tertantang dibidang ini" Jawab Radit dengan senyum tipis di bibirnya. Dia adalah Raditya Reifansyah Nugraha. Putra dari Violeta Indriyani Putri Kusuma dan Leonardi Nugraha. Radit memilih untuk melebarkan sayap dibidang perhotelan setelah keluarga Kusuma sukses dengan segala jenis perusahaan, namun dia tetap membantu sang ayah mengelola perusahaan Nugraha
"Kamu ini terlalu fokus dengan karir, seharusnya pikirkan juga masalah pasangan hidup" Ujar Candra dengan sikapnya yang cuek pada Radit
"Aku tidak ingin gegabah dalam menentukan pasangan. Kamu tahu sendiri kalau ada Lathan bersamaku. Jadi aku harus memilih pasangan yang bisa menerima Lathan" Radit menjawab dengan sikapnya yang tenang
"Radit....! Akhirnya aku menemukanmu. Kenapa kamu malah mengunjungi hotel yang letaknya cukup jauh dari rumah keluarga Nugraha? aku jadi susah untuk bertemu denganmu" Radit dan Candra langsung menoleh ketika ada seorang gadis yang tiba-tiba masuk ke ruangan milik Radit
"Starla? Bagimana kamu bisa berada disini? Darimana kamu tahu kalau kami sedang ada di hotel ini?" Radit bertanya dengan sikap yang dingin kemudian menoleh pada Candra.
Seketika Candra memalingkan wajahnya dari Radit dan bersikap seolah dia tidak tahu apa-apa
"Kenapa kamu sinis sekali padaku? Aku kesini karena ingin dekat denganmu" Starla mendekati Radit dan menjawab dengan sikap yang manja
"Hentikan! Aku sedang ada pekerjaan disini, jadi kamu jangan menggangguku dan pergilah dari sini" Radit bersikap sinis dan tidak membiarkan Starla mendekatinya
"Dit, aku sudah jauh-jauh kemari dan kamu malah mengusirku begitu saja?" Starla terlihat kesal dengan sikap Radit yang sinis dan dingin padanya
"Aku tidak memintamu datang kemari, jadi kamu tidak perlu repot-repot menggangguku" Ujar Radit dengan sikap dinginnya
"Aku akan tetap disini, dan aku yakin kalau aku bisa mendapatkanmu"
Brak
Starla yang kesal meninggalkan kamar Radit dengan membanting pintunya begitu keras
"Haah ... aku harus bicara dengan bahasa apa agar dia mengerti?" Gumam Radit sambil menghela napas panjang dan menepuk keningnya sendiri
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!