NovelToon NovelToon

Sayembara Cinta

1. Tamu dari kota

Dila..., Dila...." Teriakan Lilis yang melengking memecah kesunyian yang tengah di nikmati Dila .

Gadis bertubuh mungil itu tengah asyik bersantai di atas ayunan tali yang terikat di antara pohon kelapa . Seakan tidak perduli dengan teriakan Lilis , Dila enggan membuka matanya .

" Astaghfirullah...., hei bangunlah aku memanggilmu dari tadi ! " Bentakan Lilis tepat di telinganya membuat ia terkejut .

Lilis telah berdiri di sebelahnya sambil terengah-engah .

" Ada apa..? " Jawab gadis itu malas

" Oh...eyang memanggilmu " ucap Lilis sambil tersenyum .

" Kenapa ?" Tanya Dila heran dengan wajah Lilis yang nampak bahagia .

" ada tamu dari kota.." ucapnya sambil tersenyum

" terus apa hubungannya denganku ? ," tanya Dila heran

" Aku tidak tahu yang jelas eyang mencarimu ! , ayo cepat..." Lilis menarik tangan Dila .

dengan malas gadis itu bangun dari ayunan dan melangkah mengikuti Lilis yang berjalan mendahuluinya dengan semangat .

" Lis... sebenarnya siapa yang datang sampai kamu semangat tujuh belas empat lima gitu..? " Dila bertanya karna penasaran .

" Oh..teman eyang yang datang.." jawab Lilis sambil terus melangkah menyusuri kebun jeruk .

" Ach...orang tua itu terus menggangguku , aku ingin bersantai di liburanku " Dila memonyongkan bibirnya .

Setelah beberapa menit berjalan , mereka tiba di sebuah rumah yang sangat besar .

Dila terdiam sesaat melihat sebuah mobil mewah terparkir di halaman luas rumah eyangnya .

Lilis dengan cepat menyelinap dan masuk lewat pintu belakang . Dila melangkah dengan hati hati menuju ruang tamu lewat halaman samping , di teras depan tampak seorang lelaki berpakaian rapi duduk di kursi sambil menikmati secangkir teh dan makanan ringan . Dila memandang orang itu sesaat , namun suara tawa eyang dari dalam membuat ia cepat menuju ke ruang tamu .

" Ya...ya..itu sudah berlalu cukup lama " suara seseorang yang tidak ia kenal terdengar , yang jelas suara seorang kakek kakek seperti eyangnya .

" Assalamualaikum..." Ucap Dila sopan seraya masuk

" Walaikumsalam...," Sahut sang kakek yang biasa dia panggil eyang , ia segera melambaikan tangan menyuruh Dila mendekat .

" Ini dia yang di tunggu tunggu , Dila kesini neng..." Dila pun hanya menurut berdiri di samping sang kakek .

" Kenalan dulu sama sahabat kakek , Eyang Gunawan dan cucunya Jordi , ini cucuku yang paling cantik Dila " ucapan sang kakek membuat Dila sangat malu .

"

Eyang..., Maaf itu karena Dila cucu perempuan satu satunya " ucapnya seraya menyalami kedua pria beda usia di depannya .

" Ha ha ha..., Dia memang sangat cantik , bukan begitu Jo.." ucap kakek Gunawan sambil menepuk pundak Dila yang Tengah mencium punggung tangannya .

Sang pemuda yang di ajak bicara hanya menatap datar dirinya . Dila mencoba tersenyum pada pemuda itu seraya mengulurkan tangannya .Jordi menyambut tangan itu sambil bermuka dingin .

" Dila aku ini adalah adalah sahabat eyang , dulu kami sama sama Seorang tentara " ucap Tuan Gunawan , sambil menyuruh Dila duduk .

" Oh ya..., " Jawab Dila antusias

" Apa kakek juga pernah bertugas ke Sumatera bersama dengan eyang saat masih muda ? " Tanya Dila bersemangat .

" Tidak...eyang di Kopasus ," jawab Tuan Gunawan .

" Lalu bagaimana bisa ketemu ? " Tanya Dila ingin tahu

" Oh..itu..karna ayah kami berteman " jawab eyangnya cepat

" Emh..." Dila mengangguk-anggukan. Kepalanya .

" Oh ya Dila tolong suruh Lilis membersihkan kamar tamu , juga kamar ayahmu " ucap eyangnya lembut .

" Kamar ayah..?" Tanya Dila memastikan .

" Hem..., Mereka akan menginap di sini , bukan begitu Gun ? " Ucap eyangnya sambil tersenyum .

" Ya tentu saja .., aku sudah tua jadi kurasa lebih baik aku menginap " jawab tuan Gunawan santai .

" Tapi eyang..." Jordi memotong .

" Dokter bilang aku tidak boleh lelah , jika di ijinkan aku ingin menginap beberapa hari , aku ingin menikmati indahnya suasana desa ini " tuan Gunawan menatap Jordi sambil tersenyum .

" Baiklah..Dila akan menyiapkan kamarnya bersama Lilis " ucap Dila seraya beranjak .

Ia meninggalkan mereka mengobrol di ruang tamu sembari mencari Lilis ke dapur . Namun ia tidak menemukannya .

" Lis...Mak..." Panggilnya seraya menuju halaman belakang . Di lihatnya mereka tengah asik mengobrol bersama mang Karman sambil menikmati tahu goreng Di dekat kolam ikan halaman belakang .

" Kalau saya pasti mau dan tidak menolak " ucap Lilis bersemangat

" Tapi dia belum tentu mau sama kamu.., ngaca dulu kamu " jawab mang Karman .

" Mau apa..? " Tanya Dila sambil meraih tahu goreng .

" Eh itu anu.., di desa sebelah ada yang dapat undian berhadiah " Mak asih yang merupakan ibu Lilis menjawab cepat .

" Oh...., Terus..? " Tanya Dila penasaran

" Katanya nggak mau karna bukan seleranya " ucap Lilis sambil melirik pada mang Karman .

" Iya betul , sayang kan ? " Mang Karman menyahut .

" Oh..kenapa mesti di tolak ,, emang apa hadiahnya ? " Tanya Dila

" Pemuda kasep...lain hape hape yang sentuh sentuh itu " Mak Asih menjawab gugup .

" Wah...hari gini siapa yang nggak mau dapat hadiah hp touchscreen ? " Dila keheranan

" Apa dia begog ( anak monyet dalam bahasa Sunda ) ?"

Ketiga orang itu hanya diam sambil tersenyum mendengar kata kata Dila .

" Oh ya eyang meminta untuk membersihkan kamar tamu dan kamar ayah " ucapnya setelah memandang ketiganya dengan heran .

" Oh Iyah..aku bersihkan sekarang " ucap Lilis seraya beranjak pergi .

" Mak..siapa mereka ? , Apa pernah kemari ? " Tanya Dila pada Mak Asih setelah Lilis pergi .

" Tuan Gunawan..., Waktu ayahmu meninggal dia datang Dengan anak perempuan dan juga cucunya " ucap Mak Asih

" Benarkah ? , Apa cucunya yang sekarang datang dengannya ? " Tanya Dila lagi .

" Bukan pak Gunawan ada empat cucu ,tiga lelaki dan satu perempuan .

" Memang berapa anaknya ? " Tanya Dila

" Dua lelaki dan seorang perempuan "jawab mak Asih .

" Oh ..." Dila manggut manggut sambil berlalu ia berniat menyusul Lilis untuk membantunya . jika Mak Asih tahu banyak hal tentangnya berarti orang yang nampak kaya itu memang teman kakeknya , tapi kenapa ia tidak pernah mengenalnya ? Pikir Dila dalam hati .

dan kenapa eyangnya menyuruhnya membersihkan kamar almarhum Ayahnya , bukankah masih ada banyak kamar lainnya ? . Apakah tamu kali ini begitu spesial ? . Dila berjalan sambil terus di penuhi berbagai pertanyaan di kepalanya .Hingga ia tak sadar menabrak tiang teras belakang , gadis itu meringis sambil menepuk nepuk jidatnya karna sakit , dengan kesal ia menendang tiang tersebut sambil mengumpat dalam bahasa Sunda . Tampa ia sadari dari kejauhan Jordi yang pamit ingin berjalan-jalan di dekat situ tersenyum melihat tingkahnya .

Setelah selesai mengganti seprai kamar almarhum sang ayah dan membersihkannya Dila duduk di jendela kamar tersebut sambil termenung . Kamar ayahnya adalah view terbaik menikmati senja , dan halaman samping yang langsung menuju ke kebun jeruk milik sang kakek seluas lima hektare .Dahulu dari jendela itu ia biasanya sang ayah akan memantau dirinya yang sering lupa waktu jika asik berayun di ayunan tali tempatnya tadi bersantai .

Tempat sebuah istana kecil di buat oleh ayahnya untuknya . Sebuah gajebo , di lengkapi dengan ayunan dari tali dan tanaman aneka bunga mawar dan tanaman hias lainnya dan juga penuh aroma jeruk .

Letaknya tak begitu jauh dari rumah utama .tanaman tanaman lain kini sudah meninggi membuat pandangannya tak lagi bisa melihat tempat itu , tentu saja delapan tahun telah berlalu .

" Dila..." Panggilan lembut Lilis membuyarkan lamunannya .

" Ya .." jawab Dila seraya menoleh .

" Eyang menyuruh kamu mencari Tuan Jordi , takutnya dia tersesat di kebun . Tadi ia pamit mau melihat lihat " ucap Dila .

" Apa tersesat ? , Memangnya di hutan ? " Tanya Dila heran dan hanya di jawab dengan gerakan bibir Lilis yang menyebalkan .

" Kamu saja Lis , aku malas lelaki itu kelihatan sombong dan juga bergaya seperti bos besar " ucap Dila sambil turun dari jendela .

" Aku mau bantu emak membersihkan ikan , kamu mau menggantikannya ? " Ucapan Lilis membuat ia cepat cepat menggelengkan kepalanya .

"Euih....baiklah biar aku yang mencarinya " ucapnya seraya bergegas keluar rumah .

Lilis memandangi kepergian gadis itu sambil tersenyum . Mereka seumuran tapi Lilis sudah menikah begitu lulus SMP lalu bercerai 2 tahun kemudian karna suaminya suka judi dam mabuk mabukan .ia kemudian di suruh Eyang Saka untuk tinggal bersama. Keluarga itu dan membantu eyang saka mengurus pembukuan perkebunan karna ia telah sepuh . keluarganya memang telah lama bekerja pada keluarga eyang saka sebagai buruh dan juga pengurus rumah keluarga itu.

2. Malin Kundang

Sudah hampir setengah jam Dila mencari Jordi tapi belum ketemu juga , ia merasa sangat kesal . Karna haus gadis itu memetik buah jeruk dan memakannya sambil berjalan .

" Ya.. laporkan kepadaku jika terjadi hal yang mendesak " sebuah suara dari balik pohon jeruk membuat ia menghentikan langkahnya .

" Belum tau ..., Jika si tua itu tidak mau pulang akan ku tinggalkan dia besok " suara itu terdengar lagi .Dila memasang telinganya lebar lebar .

" Aku tidak perduli jika ia harus mati , yang benar saja ?

Hanya alasannya !

Sakit jantung apanya ia bisa tertawa terbahak bahak di sini ,

" Aku akan bersabar sampai dia mengangkat ku jadi direktur , setelah itu aku tidak perduli dia mau hidup atau mati , kalau mau mati ya mati saja , kenapa harus membuat aku repot pergi untuk menghabiskan waktu ke tempat terpencil seperti ini , sungguh orang tua yang menyebalkan.."

" Hei kau..Malin Kundang..!!" Teriak Dila karna geram mendengar kata kata itu ia bergegas menuju ke arah suara , gadis itu terpaku melihat Jordi yang terkejut sambil menatapnya yang datang tiba tiba .

" Apa kau yang bicara barusan ?! ,

Orang tua yang kau maksud itu kakek mu ? , Oh...dasar anak durhaka ! , " Bentak Dila sambil berkacak pinggang .

Jordi memandang gadis itu sambil memicingkan matanya , tangannya menjauhkan sebuah handphone dari telinganya .

" Apa kau baru saja membentakku ?!" Tanyanya

" Ya ...anak durhaka yang tidak perduli kakeknya mau hidup atau mati , kau lebih pantas di panggil Malin Kundang ?! " Jawab Dila

" Kita bahkan tidak saling kenal dan kau memanggilku Malin Kundang ?! , Siapa kau ? " Bentak Jordi sambil mendekatinya .

" Apa kau lupa ? , Kita sudah kenalan tadi , aku Wulandari Ratnadila , " jawab Dila sambil membesarkan mata bulatnya .

" What is your problem young lady ? " Ucap Jordi sambil mengernyitkan keningnya.

" Masalahku adalah tidak suka mendengar seseorang mengumpat kakeknya di belakangnya , oh ya tuan Malin setidaknya berbahagialah karna kau masih bisa menghabiskan waktu dengan Keluargamu , karna mungkin saja besok tidak ada lagi waktu untukmu bersama mereka ,

temukan jalan pulang mu sendiri jangan membuat aku repot " jawab Dila ketus seraya berlalu tanpa perduli dengan ekspresi wajah Jordi yang bingung .

" Apa gadis itu menguping pembicaraan ku " ucap Jordi dengan wajah merah menahan marah

" Hei kau..kita belum selesai ! " Teriaknya seraya mengejar Dila yang telah berlalu di antara pohon pohon jeruk .

"Dasar anak durhaka , apa kakeknya tau dia seperti itu ?, Sungguh orang yang malang " Dila meracau sambil terus melangkah tanpa perduli panggilan Jordi .

" Hei kau..kita belum selesai " teriak Jordi . Namun Dila tidak perduli ia melangkah dengan cepat karna masih kesal .

" Apa dia serius dengan ucapannya ? , Jika benar mengerikan sekali apa dia keturunan kera, tega sekali berkata begitu tentang kakeknya " Dila terus saja mengoceh sambil berjalan menuju rumah .

" Hei..." teriak Jordi yang tiba tiba menarik tangannya . Membuat ia hampir kehilangan keseimbangan dan terjatuh .

tangan kekar Jordi dengan sigap meraih tubuhnya dan menariknya hingga mereka begitu dekat tanpa ada jarak . Nafas hangat pria itu menerpa wajahnya .

Mereka saling menatap dalam keterkejutan .

" Apa yang kau lakukan.!!, Apa kau juga pria mesum " teriak Dila setelah beberapa saat terdiam di dekapan Jordi .gadis itu mendorong dengan kuat pria di depannya .

" Setidaknya ucapkan terimakasih , kau akan jatuh jika aku tidak menolong mu tadi " teriak Jordi yang hampir saja terjungkal karna dorongan Dila .

" Apa..?! , Kau yang membuatku hampir jatuh ! " Sentak Dila dengan wajah garang .namun di mata Jordi sosok di depannya justru tampak manis dengan wajah kemerahan . Tanpa sadar ia tersenyum .

" Wah..kau tersenyum ?!, Apa kau tidak tahu aku sedang marah " ucap Dila jengkel .

" Hei Nona .. seharusnya aku yang marah , kau memanggilku Malin Kundang dan memarahiku apa masalahmu ? Apa kau sedang menstruasi ? " Tanya Jordi dengan jengkel sambil mendekati Dila .

" Tidak.. menstruasi ku baru selesai kemarin , eh.. sudahlah jangan bicara padaku ! " Teriak Dila sambil berlalu .

" Hei Nona aku bukan Malin Kundang " ucap Jordi sambil mendahului Dila lalu ia berdiri menghalangi langkah gadis itu .

" Oh..kau benar Malin Kundang durhaka pada ibunya , Ach...apa kau Amangkurat dua " ucap Dila sambil membelalakkan matanya .

" Siapa ?" Jordi mengernyitkan keningnya

" Kau tidak tau sejarah ya..?!, Amangkurat dua adalah raja yang naik tahta karna memberi air kelapa beracun pada ayahnya " ucap Dila sambil menghindari tubuhnya gadis itu melangkah setengah berlari .

" Apa gadis itu selalu menjawab setiap pertanyaan orang lain ? " Gumam Jordi sambil berbalik dan melangkah mengikuti Dila .

Keduanya berjalan dengan diam hingga sampai di halaman belakang rumah . tampak Lilis tengah membuat api dari batok kelapa . Ia tersenyum melihat kedatangan Dila yang di ikuti oleh Jordi beberapa langkah di depannya .

" Kau mau apa Lis ? " Dila berseru sambil mendekatinya .

" Mau bakar ikan buat makan malam " jawab Lilis sambil mengipasi batok kelapa yang belum juga jadi api . Dila mendekatinya di ikuti oleh Jordi .

" Ach..sini aku bantu " ucapnya Dila seraya mengambil kipas dari tangan Lilis .

" Ach..asiknya makan ikan bakar " seru gadis itu .

" Apa kau begitu suka ikan ? " Tanya Jordi yang telah berdiri di sampingnya .

" Tentu saja itu favoritku yang kedua .., kau..pergi sana ! " Bentak Dila setelah menoleh ke arahnya .

" Apa favorit no satu mu ? " Tanya Jordi tanpa menghiraukan amarahnya .

" Ikan pepes..Ach..kenapa aku terus menjawab pertanyaanmu " Dila menggeleng geleng kan kepalanya .

" Apa kalian bertengkar " tanya Lilis

" Iya..aku tidak suka orang sepertinya " Dila menutup mulutnya .

" Kau diam.." ucapnya sambil menatap tajam Lilis , gadis itu menahan tawanya , sementara Jordi menatapnya sambil menahan senyum .

" Ini kerjakan sendiri " Dila memberikan kipasnya pada Lilis seraya melangkah meninggalkan tempat itu .

" Apa dia selalu begitu ? " Tanya Jordi pada Lilis .

" Ya .jika kita bertanya dengan Nada tegas dia akan menjawab otomatis , dan itu biasanya adalah apa yang ada di kepalanya saat itu alias kejujuran " jawab Lilis sambil tertawa .

" Oh..." Jordi tersenyum .

" Itu adalah kebiasaan ayah mengintrogasi kami sejak kecil " Lilis bercerita sambil mengusap matanya yang pedih .

" Biar ku bantu " Jordi meminta kipas dari tangan Lilis

" Maksudmu ayah Dila ? " Jordi bertanya sambil mulai mengipasi batok kelapa yang sudah mulai menjadi api , Lilis mengangguk .

tak lama batok kelapa itu sudah menyala .

" Tuan masuk saja , pergilah beristirahat , kalau sudah menyala tidak perlu di kipasi " ucap Lilis seraya berjalan menuju dapur .

Jordi hanya tersenyum , pria itu terdiam di tempatnya sesaat kemudian melangkah menuju halaman depan rumah yang luas , ia melangkah menuju sebuah kursi rotan di sudut teras dan duduk di sana . Ia mengingat kembali kejadian barusan dengan Dila , entah kenapa dia jadi banyak bicara di hadapan gadis yang bahkan baru ia temui hari ini . Gadis yang beberapa hari lalu sangat tidak ingin ia temui .

Ya kakeknya memaksanya untuk bertemu sekali saja dengan gadis yang telah di pilih oleh kakek buyutnya untuk menjadi menantu keluarga mereka . Kejadian itu berlangsung dua Minggu lalu , saat sang kakek tiba tiba pingsan dan harus di rawat di RS , dan ternyata ia terkena serangan jantung .

Seminggu kemudian kakeknya sadar lalu mengumpulkan semua anggota keluarga rumah . saat itulah ia tahu bahwa ia telah di jodohkan dengan seorang gadis , cucu dari sahabat kakeknya yang pensiunan tentara yang tinggal di desa di kabupaten Sukabumi . dan di sinilah ia kini mencoba menuruti permintaan sang kakek yang sangat sulit untuk ia tolak , meski hatinya juga sangat berat menerima kenyataan tersebut .

3.persyaratan eyang saka

tidurlah di sini.., tapi ingat jangan merubah apapun " ucap Dila sambil membuka pintu kamar . Gadis itu kemudian menyerahkan baju tidur milik sang kakek .

" Terimakasih " ucap Jordi sambil menatap Dila , ia tidak menyangka gadis itu belum tahu akan perjodohan mereka . Eyang Saka memberitahu dirinya untuk tidak menyebut tentang perjodohan saat mereka berbincang-bincang tadi , ia ingin menyampaikan hal itu sendiri pada sang cucu .

" Makan malam kami selalu habis Maghrib jadi istirahatlah dulu .

tidak ada shampoo dan sabun akan ku ambilkan sebentar ' ucap Dila seraya berlalu .

Jordi masuk ke kamar yang di sediakan , terdapat foto seorang berseragam tentara di dinding kamar itu , sangat gagah dan tampan . Matanya mirip seperti mata Dila , tentu saja itu foto ayahnya . Lalu ada foto lelaki itu menggendong seorang anak perempuan , sangat imut sekali , mungkin itu foto Dila waktu kecil . Ada sebuah meja kerja di kamar yang luas itu , Jordi segera menggeser kursi dan duduk di sana .

Di atas meja , ada foto seorang bayi yang tengah telungkup telanjang , terlihat sangat montok dan manis , Jordi memperhatikan foto itu , bayi itu memakai anting dan foto itu juga tidak terlihat terlalu jadul mungkinkah..

" Apa yang kau lihat..! " Teriakan Dila yang telah berada di sisinya mengagetkan dirinya , gadis itu dengan cepat meraih foto yang di perhatikannya .

" Dasar mesum..!" Ucap Dila sembari meletakkan sabun dan shampo di atas meja , ia mendekap foto tersebut dengan tangannya yang lain .

Jordi tersenyum melihat wajah merah Dila .

" Wah..kau sangat seksi " godanya sambil tersenyum , Dila tidak menjawab dan langsung pergi .

***

" Wah..yang benar saja , kenapa aku lupa membawa foto ini " Dila mengomeli dirinya sendiri sambil menatap foto bugil dirinya yang masih bayi .

ia meletakkan foto tersebut di lemari pakaiannya .

" Laki laki itu , apa dia benar benar cabul ! , Oh...aku tidak percaya " Dila mengacak acak rambutnya lalu membanting dirinya di tempat tidur . Ia terdiam sambil memikirkan cara agar ia tidak malu ketika bertemu dengan Jordi .

" Dila.." panggilan sang eyang membuat gadis itu terpaksa beranjak dari tempat tidurnya . dengan malas ia membuka pintu

" Iya eyang.." jawab Dila sembari mencoba tersenyum di depan sang kakek yang tengah berdiri di depan kamarnya .

" Kau belum mandi ? " Kakeknya menatapnya tidak percaya .

" Sebentar lagi , aku tengah mengerjakan sesuatu " jawab Dila sekenanya .

" Hem ..apa yang bisa kau kerjakan selain nonton apa itu namanya ? , Dakor ? " Sang kakek mengejeknya .

" Drakor eyang , dan aku bisa mengerjakan banyak hal oke "Dila protes .

" Cepatlah mandi , kita harus menghormati tamu , dan buatkan eyang sambal yang enak " ucap sang kakek sambil tersenyum .

" Apa tidak ada hal lain yang Eyang rindukan selain sambal buatan ku ? " Tanya Dila manja .

" Tidak ada...aku tidak akan rindu gadis nakal seperti dirimu " jawab sang kakek sambil berlalu .

" Terimakasih aku juga sangat ...sangat rindu eyang " Dila berkata setengah berteriak kemudian kembali ke kamarnya .

Eyang Saka hanya tertawa ringan sambil melangkah menuju kamar tamu .

Tok tok tok.. ,

eyang Saka mengetuk pintu kamar itu , tidak menunggu waktu lama pintu kamar itu terbuka .

" Oh..kukira siapa ? , Ada yang ingin kamu bicarakan ? " Tanya lelaki berumur yang muncul dari kamar tersebut yang tak lain adalah Tuan Gunawan .

" Ya...ayo kita bicara di luar " ucap eyang Saka seraya berjalan dengan santai menuju teras rumah .

Tuan Gunawan mengikuti di belakangnya . Mereka berdiri di sana untuk sesaat , tak lama sebuah mobil Jeep masuk ke halaman rumah .

" Sore eyang .." Ucap seorang lelaki berumur tiga puluhan tahun sambil membungkuk setelah turun dari kendaraan itu .

" Sore..., Kamu tidak sibuk , aku tidak menggangu kan ? " Tanya eyang Saka .

" Oh tidak... Istri juga tiba tiba tidak enak badan " ucapnya ramah .

" Oh ya ini kuncinya , terimakasih banyak " ucap lelaki itu sambil menyerahkan kunci mobil .

" Ya..apa kalian bersenang senang ?" Tanya eyang Saka sambil tersenyum ramah dan hanya di jawab dengan anggukan oleh lelaki itu .

" Aku akan keluar sebentar dengan tamuku , kalau mau minum kopi atau apapun panggil saja Lilis atau Dila , tapi kalau ingin pulang ke penginapan pakai saja motor Dila atau minta antar mamang " ucap eyang seraya mengajak Tuan Gunawan menaiki mobil Jeep tersebut .

kedua lansia itu mengendarai kendaraan meninggalkan rumah . setelah berkendara beberapa saat eyang Saka mengehentikan mobilnya di pinggiran persawahan yang di penuhi dengan hamparan padi yang mulai menguning . Tanaman itu nampak berkilau terkena sinar matahari senja. Kedua pria tua itu terdiam sambil memandang lukisan alam di hadapan mereka dari dalam mobil .

" Apa yang ingin kau bicarakan ? " Tanya Tuan Gunawan sambil memandang eyang saka yang nampak tenang .

" Tentang perjodohan ini , dan cucu yang kau bawa " ucap eyang Saka tanpa memandang Tuan Gunawan .

" Kau punya tiga cucu lelaki , kenapa hanya dia yang kau bawa ? " Pertanyaan Eyang saka membuat tuan Gunawan terkekeh .

" Kau menyelidiki keluargaku ? " Tuan Gunawan menggut manggut .

" Kau tau aku mungkin bukan pengusaha hebat , tapi aku juga orang yang di hormati di tempat lain " jawab eyang Saka sambil tersenyum .

" Ya ya..apa seorang Intel yang memberimu informasi ? , Kau masih saja kaku " Tuan Gunawan terbatuk beberapa saat

" Tidak...aku banyak belajar dari menantu dan cucuku " eyang Saka berkata lembut .

" Karna itu aku ingin bicara atau lebih tepatnya meminta syarat " Eyang saka menarik nafasnya dalam

" Bisakah Dila memilih jalannya sendiri " eyang Saka menatap dalam tuan Gunawan .

" Calon menantu yang kau bawa itu..dia seorang pebisnis , kudengar dia sangat kompeten di bidangnya , dan juga sedang dekat dengan seseorang .

Dan cucumu yang lainnya sedang kuliah bukan ? Jurusan Hukum .

Lalu satu lagi anaknya Aditya..ku dengar dia menjadi relawan ke Palestina , ku dengar dia kesana setelah ayahnya berbicara dengannya tentang perjanjian ayah kita " eyang saka tersenyum masam .

" Aku tidak ingin cucuku dinikahi oleh seseorang hanya karena ingin melunasi sebuah janji , baiklah kau bilang ingin meninggal dengan tenang tapi kebahagiaan cucuku tetap yang utama bagiku , lagi pula janji ayahmu adalah " memberi menantu lelaki terbaik pada keluargaku " , hanya Dila yang tau mana yang terbaik untuknya "

" Hah...maksudmu kau ingin menyerahkan segalanya pada cucumu , tapi ayahku memintaku dengan khusus agar aku menikahkan cucuku dengan cucumu jika dia seorang wanita saat pernikahan Rangga dulu , itu wasiat pribadinya padaku .

Kau ingin aku mati dengan mata terbuka ? " Tuan Gunawan membentak eyang saka , lelaki di hadapan tertawa renyah .

" Begini saja ..biar Dila memilih sendiri siapa yang pantas untuknya ? " Jawab eyang saka santai .

" Maksudmu kau ingin dia memilih satu di antara tiga cucuku ?! , Kau gila ?! "

" Eh.. pikiranmu masih saja kolot , aku ingin kau membuat ketiga cucumu berkompetisi untuk memenangkan hati cucuku " sahut eyang saka sambil tersenyum puas .

" Kau licik sekali...." Tuan Gunawan tertawa

" Apa cucumu seorang putri ?" Ucapnya lagi dengan wajah jengkel .

" Oh..ini akan menyenangkan " ucap eyang saka sambil menstarter mobilnya .

" Ayolah..kita ikuti rencana awal , biarkan aku mati dengan tenang " tuan Gunawan merengek seperti anak kecil dalam perjalanan pulang mereka .

" Kau pikir kau akan mati lebih dulu.., aku tidak ingin selalu menjadi yang di tinggalkan " eyang saka menepuk punggung sahabatnya . Mereka terus saja berdebat dalam perjalanan pulang itu .

***

" Kakek dari mana saja ? , Apa kau tidak apa apa " Jordi menyambut kedatangan dua lansia itu dengan wajah khawatir .

" Jangan khawatir kakek mu belum akan mati " eyang saka tertawa melihat Jordi yang berdiri di samping mobil dengan wajah khawatir . lelaki tua itu Dengan lincah turun dari mobilnya dan berjalan dengan senyum lebarnya meninggalkan mereka berdua di halaman .

" Ach..aku baik baik saja , aku harus hidup lebih lama lagi " tuan Gunawan bergumam sambil berjalan pelan di ikuti oleh Jordi .

" apa terjadi sesuatu ? " Tanya Jordi melihat kakeknya yang nampak kesal .

" Ach..tidak , aku ingin minum sesuatu yang hangat dan manis " ucapnya sambil melangkah menuju ruang tamu , keduanya duduk di sana .

"Kakek lihat Kau sudah berbincang dengan Dila? , bagaimana ? " Tanya tuan Gunawan pada Jordi yang sibuk dengan handphonenya .

" Biasa saja , Kenapa kakek bertanya ?Bukannya pendapatku tidak penting ?" Jordi menghentikan kegiatannya .

Keduanya terdiam Sambil memandang satu sama lain .

" Yah ..., Kalian memang hanya mencintai uangku " tuan Gunawan bergumam pelan .

" Kalian ingin shalat berjamaah ? " Eyang Saka tiba tiba muncul dia sudah bersiap pergi ke mushola untuk shalat Maghrib .

" Oh ..., Baiklah aku ikut , ayo Jordi " ucap tuan Gunawan seraya bangkit dari duduknya .

Jordi memandang sang kakek heran , sejak kapan ia shalat , di keluarga mereka ibadah hanya pelengkap , termasuk dirinya .

" Ayo anak muda , hartamu tidak bisa membeli surga " ucap eyang Saka yang melihat Jordi masih duduk .

Dengan sungkan pria itu bangkit dan mengikuti eyang Jordi , di halaman nampak mang Karman sudah mengeluarkan mobil dan menunggu mereka .

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!