NovelToon NovelToon

Passion Of Love By Lucy Ang

Passion of Love by Lucy Ang bab 1 judul Tamu orang luar

Satu

“Sayang, hmm … bosku ada tamu dari luar negeri, …“

David ragu untuk melanjutkan kata-katanya.

Ia menghela napas berat, berusaha berbicara lagi tapi kemudian mengurungkan niatnya untuk melanjutkan kata-katanya.

Stella menunggu suaminya meneruskan perkataannya tapi suaminya tampak enggan untuk meneruskan ceritanya.

“Terus?“ tanya Stella penasaran.

David meletakkan kacamata bacanya lalu memandangi istrinya. Ia bingung bagaimana harus menyampaikan amanat yang disampaikan bosnya kepada istrinya.

“Sebelum kita pindah kesini, dia selalu tinggal disini dan kali ini pun …,“ David menghela napas lagi sambil memberi isyarat lewat mimik wajahnya.

“Jadi dia mau tinggal disini? Kapan dia datang? Dan berapa lama?“  tanya Stella dengan tenang.

“Lusa,“ jawab David sambil merasa cemas mendengar tanggapan Stella. Ia hanya bisa menggigit bibirnya.

Stella melotot tidak percaya mendengar kata-kata suaminya.

“Mana mungkin aku bisa membereskan semuanya ini dalam satu hari, sayang! Kalau hanya tempat tinggalnya saja sih tidak masalah bagiku, tapi inikan juga tempat usahaku! Ini sama saja Pak Bram menyuruh untuk menutup usahaku!“ kata Stella dengan panik.

“Tenang sayang, tenang. Bosku memahami hal itu. Makanya, dia hanya meminta kita menyiapkan kamar ini untuk tamunya tinggal, yang lainnya tidak perlu kita benahi, benar cuma begitu aja kok!“ kata David buru-buru menambahi.

Stella terdiam mendengar penjelasan suaminya lalu tersenyum sambil menarik napas lega.

“Oke-lah kalau begitu!“ sahut Stella sambil tersenyum.

“Tidak masalah bagiku tidur diruangan manapun, selama aku masih bisa mencari uang,“ kata Stella sambil terkekeh.

“Sayang,… hmm ,…“ kata David lagi dengan ragu.

“Apa lagi?“ kata Stella menunggu dengan sikap waspada.

“Bosku juga meminta tolong agar kamu menjamu tamunya itu juga kalau kamu nggak keberatan.“

Kening Stella mengerut.

“Uangnya diganti?“ tanya Stella.

David mengangguk lalu membuka laci dan menyerahkan amplop ke tangan istrinya.

Stella membuka amplop itu lalu tersenyum saat melihat isi dalam amplopnya.

“Memangnya berapa lama dia akan tinggal disini?“

“Satu bulan lebih kurang.“

“Tumben lebihan ngasihnya,“ sindir Stella sambil tersenyum dan memasukkan uang itu kembali kedalam amplop.

“Soalnya tamunya ini, seleranya jauh berbeda dari kita.“

“Maksudnya bagaimana?“ tanya Stella tidak mengerti.

“Biasanya kita makan tempe, dia makan keju. Kalau kita makan ikan, dia makan steak daging. Begitu maksudnya.“

“Pantes! Memang asalnya dari mana sih?“

“Australia.“

“Orang luar?!“

David mengangguk.

“Terus bisa ngomong Bahasa Indonesia?!“

David menggeleng.

“Pantesan dioper kesini, sudah kuduga! Bilang aja pengiritan, tidak mau bayar lebih buat jasa transletter, pinter banget!“ sahutnya sambil merengut.

“Tapi, ngomong-ngomong bulenya ganteng tidak?“ timpalnya lagi mata berbinar dan senyum yang lebar.

“Apa maksudnya itu?!“ tanya David sambil tersenyum dan berbaring menghadap Stella.

“Lumayan buat sumber inspirasi! Memangnya apa?“ sahut Stella balik bertanya dengan polos.

“Tidak, tidak apa-apa,“ sahut David sambil tersenyum lalu mengecup bibir Stella dengan lembut dan membelainya.

Stella membalas ciuman David dengan mesra lalu bergegas membuka gaun satinnya hingga ia hanya mengenakan ****** ******** saja lalu berbaring telungkup sambil memberi isyarat kepada suaminya, massage dulu  sebelum bercinta.

Tanpa banyak protes, David mulai memijat Stella.

Ia tahu, Stella belum sepenuhnya terbuai dengan pijatannya tapi ia mengambil kesempatan untuk memulai percintaan mereka.

Stella berbalik sambil melotot!

“Pijit!“

David terkekeh lalu berkonsentrasi memijat tubuh istrinya agar relaks dan menunggu istrinya memberi kode padanya, saat ia sudah siap menerima kenikmatan yang lebih dari yang ia lakukan saat ini.

Passion of Love bab 2 judul beres beres

Bab Dua

Stella menyuruh para pelayan untuk membantunya memindahkan barang-barang pribadi mereka dari dalam kamarnya ke kamar tamu.

Ia juga menyuruh para pelayan untuk membersihkan setiap sudut kamarnya, lalu mengganti sprei dan tirai yang lama dengan yang baru.

Ia juga berinisiatif memetik bunga mawar dan lily yang ditanam dihalaman samping untuk menghias keindahan kamar tamunya. Ia tidak mau mempermalukan Pak Bram didepan relasi bisnisnya, bagaimanapun Pak Bram adalah orang yang telah berjasa dan membuka jalan baginya untuk bisa menjalankan bisnisnya hingga bisa berkembang seperti sekarang ini.

Setelah memastikan semuanya sempurna, baik dalam segi kebersihan dan keindahan, ia baru bisa merasa lega. Ia langsung mengunci pintu kamar utama yang sudah disiapkan karena ia tidak mau Samuel, putranya mengacak-acak kamar yang sudah ia siapkan untuk menjamu tamu Pak Bram yang akan tinggal bersama mereka.

Ia juga memastikan semua pelayan sudah membersihkan setiap ruangan termasuk ruang perpustakaan yang berfungsi ganda sebagai ruang kerja. Setelah menimbang, akhirnya ia memutuskan untuk menambah bahan makanan untuk menjamu tamu titipannya itu.

Ia harus mulai memikirkan, apa saja yang harus ia siapkan, untuk menjamu tamunya itu!

Meskipun belum tahu dengan selera  tamunya, Stella memutuskan memasak dua hingga tiga menu masakan untuk sarapan pagi. Untuk selanjutnya, ia akan menanyakan langsung kepada tamunya, makanan apa saja yang perlu ia siapkan.

Ia memutuskan untuk mengajak Samuel ikut serta ke supermarket, karenanya ia menjemput Samuel disekolah.

Ada enaknya juga memiliki beberapa asisten untuk membantu menjalankan usahanya.

Usahanya masih bisa tetap berjalan tanpa kehadirannya kecuali pada hari H tentu saja. Saat itu ia harus mengerahkan segenap kemampuannya untuk merias pengantinnya agar bisa tampil memukau dan pangling pada hari pernikahannya! Dia merasa bahagia, ketika melihat tatapan puas dari pengantinnya ketika membuka kelopak matanya, saat ia selesai merias mereka.

Stella sangat mencintai dunia usahanya ini!

Salon Make Up dan Butik Gaun Pengantin Stella Atmanegara, terukir jelas dipintu masuk mansion Green Woods. Hal pertama yang akan dilakukannya jika berhasil membeli mansion ini adalah mengubah namanya!

Samuel senang Mami mengajaknya ikut berbelanja. Itu tandanya, ia juga bisa ikut membeli barang-barang yang dia inginkan. Mami biasanya tidak pernah melarangnya untuk mengambil barang apapun dan memasukkannya kedalam kereta dorong tapi kalau dirasanya makanan itu tidak baik untuk kesehatannya, pasti Mami-nya akan menyuruh menaruh kembali makanan atau minuman itu, tanpa mau dibantah. Samuel sudah jelas sekali mengenal tabiat Mami-nya.

Lain lagi, kalau Papi-nya ikut bersama mereka! Samuel tersenyum senang. Jika mereka berbelanja bersama, Samuel bisa selalu merajuk benda-benda yang diinginkannya tapi tidak diperbolehkan oleh Mami-nya dan biasanya setelah dibujuk Papi-nya, akhirnya Mami-nya bersedia menuruti keinginannya dengan catatan! 'Kalau sampai batuk, Papi yang akan dimarahi bukan dia.' Dan biasanya Papi-nya menyanggupi hal itu asalkan bisa melihat senyuman menghiasi wajahnya!

Setelah selesai berbelanja, Stella menyuruh supirnya untuk memasukkan barang-barang belanjaan kedalam mobil, lalu ia mengajak Samuel ke pusat permainan anak dan bersenang-senang disana bersama anaknya.

Enaknya punya bisnis sendiri ini begini, kita bisa bebas meluangkan waktu kosong untuk menemani anak kita. Kita tidak akan kehilangan waktu untuk melihat tumbuh kembang mereka. Itulah salah satu alasan Stella membuka bisnisnya sendiri. Selain dapat menghasilkan uang sendiri, dia juga bisa menjaga dan merawat anaknya sendiri meski harus tetap didampingi pengasuh.

Passion of Love bab 3 judul Dikira pelayan

Tiga

Sedari pagi, Stella sudah sibuk menyiapkan sarapan pagi.    

Pagi ini dia menyiapkan omelet dengan irisan daging sapi dan sayuran. Sebagai pelengkapnya, ia menaburkan keju diatasnya dan memanggangnya dioven untuk memperoleh warna yang menggiurkan.

Sayur Kailan cah udang dan sup asparagus menjadi menu berikutnya dalam catatannya. Bagaimanapun sarapan pagi mesti sehat, ‘kan!?

Setelah selesai menyiapkan semua masakan, ia mengatur meja makan lalu memanggil suami dan anaknya sambil menunggu reaksi keluarga kecilnya.

“Busyet! Sarapan pagi apa masakan pesta nih, cantik bener penampilannya?!“ goda David sambil merangkul istrinya dan menciuminya.

“Deh!“ erang Samuel sambil memutar kedua matanya dengan jenaka saat melihat kedua orang tuanya berciuman.

Stella dan David tertawa melihat reaksi anaknya.

“Misternya sudah dipanggil?“ Tanya David tanpa mengalihkan pandangannya dari masakan Stella.

“Masih cape kali, Pi. Enak tidak yah, dibangunin sekarang?“ tanya Stella ragu.

“Yah enak tidak enak sayang, tapi tidak mungkin juga, kita kasih dia makanan sisa kita 'kan Mi?“

“Iya juga sih. Yah sudah, kalau begitu Papi tolong panggillin yah?!“ kata Stella sambil merapikan pakaian Samuel.

"Papi tunggu disini aja sama Muel, bagaimana?“

“Kebiasaan deh ih, mau enaknya aja! Yah udah, Mami panggil dulu. Ngomong-ngomong, namanya siapa,Pi? “

“Gary Machunn.“

“Oke,“ sahut Stella sambil mengangguk.

Tadi malam Stella dan suaminya tidak sempat menyambut kedatangan tamunya karena tamunya baru sampai jam tiga pagi. Tidak sesuai dengan jadwal yang telah diberikan bos suaminya. Wajar saja rasanya, meskipun waktu sudah menunjukkan pukul tujuh, belum ada tanda-tanda kehidupan dari balik kamar.

Stella mengetuk pintu dengan ragu dan menunggu lagi. Masih belum juga ada jawaban.

Dalam hatinya ia merasa ragu, masih perlu mengetuk pintu lagi ataukah membiarkan Mr. Machunn tetap beristirahat dikamarnya. Setelah menimbang, akhirnya ia memutuskan untuk mengetuk sekali lagi, sebelum memutuskan meninggalkan kamar tamunya kalau belum ada jawaban, ia akan menunggu sampai Mr. Machunn bangun dan  mencarinya sendiri.

“Apa!?“ bentak Gary sambil membuka pintu.

Stella kaget melihat wajah pria asing yang tampak sangat berantakan menurutnya, muncul tiba-tiba dari balik pintu. “Maaf karena telah membangunkan anda Mr. Machunn tapi saya ingin memberitahu kalau sarapan pagi sudah siap,“ kata Stella berusaha bersikap seramah mungkin.

Gary tampak tertegun saat melihat wanita didepannya lalu tersenyum kikuk kepadanya. Ia merasa bersalah karena telah membentak wanita ini, “Kau bisa berbahasa asing?!“ Tanya Gary dengan heran.

“Yah, sedikit,“ jawab Stella merendah.

“Apa semua pelayan bisa berbahasa asing sepertimu?“

“Pelayan?!“ Tanya Stella memastikan pendengarannya karena ia tidak mengerti pernyataan Mr. Machunn tapi setelah melihat celemek yang masih melekat ditubuhnya, akhirnya ia mengerti, mengapa Mr. Machunn mengiranya pelayan. Ia tersenyum lagi mencoba menyembunyikan tawa gelinya. “Oh, tidak semua bisa tapi ada beberapa yang bisa,“ jawab Stella tanpa meralat pemikiran Mr. Machunn.

Dalam hati, Stella tersenyum sekaligus merasa sedikit sedih, cantik-cantik begini disangkain pelayan!? Sedihnya, desahnya dalam hati.

“Bisakah saya minta kopi?“

“Yah tentu, tapi apakah perjalanan anda nyaman, Mr. Machunn?“

“Banyak delay dan sangat melelahkan.“

“Apakah siang ini anda sudah harus bertemu dengan orang-orang? Maksud saya, apa ada meeting penting yang sudah terjadwal yang harus anda hadiri?“ Tanya Stella lagi.

“Tidak, kenapa kau tanyakan itu?“ tanya Gary bertambah heran. Ia menyukai kehadiran pelayan cantik didepannya itu tapi ia tidak senang dengan denyutan yang ia rasakan saat ini.

“Kalau boleh saya sarankan, lebih baik saya membuatkan teh hijau untuk anda agar anda bisa lebih tenang dan bisa melanjutkan istirahat setelah sarapan, bagaimana?“

Gary memandangi Stella dengan heran sebelum menjawab. “Teh, boleh juga tapi saya tidak akan sarapan pagi ini. Saya mau langsung tidur lagi tanpa adanya gangguan. “

Stella meringgis. Yah, termasuk gangguan darinya, tambahnya dalam hati. “Baiklah kalau begitu. Kalau boleh saya tahu, jam berapa anda biasa makan sore dan malam?“

“Jam 4 dan jam 7 malam.“

“Baiklah, siang ini akan ada cemilan yang diantar ke depan pintu anda. Atau kalau ada yang diperlukan lagi anda bisa mengangkat airphone dan menekan angka 0 untuk ruang pelayan dan anda bisa meminta segala keperluan anda disana. Saya minta maaf sudah mengganggu istirahat anda tapi saya harap nanti Mister jangan mengunci pintu, agar kami bisa masuk tanpa harus membangunkan anda,“ kata Stella sambil permisi keluar dan menutup pintu.

Meskipun agak sebal dikira pelayan tapi ia tidak tega kalau sampai tamunya masuk angin karena kurang tidur dan perubahan cuaca selama di perjalanan, itulah sebabnya, selain membuatkan secangkir teh hijau dan seteko teh manis aroma melati. Dia juga membuatkan roti panggang dengan taburan gula manis dan mentega diatasnya. Setelah selesai, ia berniat untuk mengantarkannya langsung tapi mengingat kesibukannya yang sudah menunggunya dibawah akhirnya ia menyuruh pelayan dan asistennya untuk mengantar nampan berisi makanan dan teh kedalam kamar Mr. Machunn, tentu saja dengan pesan tidak usah mengetuk dan langsung masuk tanpa berbasa basi bila menemukan Mr. Machunn masih berbaring diranjangnya.

Suaminya tertawa keras saat ia menceritakan tentang salah paham yang telah ia alami.

Stella merasa kesal karena suaminya menertawakan kesalahpahaman itu. “Apa iya, tampangku ini seperti pelayan?!“

"Dia mungkin masih ngantuk, sayang jadi belum melihat jelas siapa dirimu sesungguhnya," kata David menghibur istrinya, sambil menciumi tengkuk istrinya dengan lembut.

“Sudah, geli tahu! Hus, hus cepetan pergi sana, 'ntar aku kepengen baru tahu kamu.“

“'ntar malam, bersambung!“ kata David sambil mengerling jahil.

Stella tersenyum senang mendengar janji suaminya lalu mengantarkannya sampai kedepan mansion.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!