NovelToon NovelToon

Cinta Nagin

Bab 1 " Kisah Nagin Dan Kehidupannya "

Siang itu, didesa Bayaman sangatlah panas, cuaca sangat terik.

Nagin masih sibuk saja mencari kayu bakar ditengah hutan. Kayu yang dikumpulkan pun masih sedikit.

Nagin tidak mengeluh, dia tetap mencari kayu bakar agar bisa dijual kepasar.

Ya..beginilah kehidupan Nagin, gadis cantik, berhati mulia dan tidak sombong itu, pekerjaan sehari - harinya hanyalah mencari kayu bakar di hutan.

Nagin hanya hidup sebatang kara. Kehidupannya sangatlah memprihatinkan. Tak sedikit caci maki yang ia terima.

Orang - orang didesa selalu menghina dan menertawakan Nagin. Tapi Nagin tetap sabar menghadapi perilaku warga desa.

Nagin tetap berjalan sambil melihat-lihat apakah ada kayu ranting yang patah.

Waktu pun berjalan hingga sore hari, hasil kerja keras Nagin kali ini sangat lumayan. Bisa dijual kepasar dan bisa membeli beberapa keperluan untuk didapur.

"Naginnn..." sapa seorang nenek yang melintas ditengah hutan. Nagin pun menoleh dan menjawab sapaan si nenek.

" Ya nek.." Jawab Nagin.

" Pulanglah sudah mulai sore, tidak baik seorang gadis masih berkeliaran ditengah hutan mencari kayu". Kata si nenek. Dan Nagin pun bergegas pulang.

Ditengah perjalanan, Nagin bertemu dengan Bibi Mia. Bibi Mia adalah tetangga Nagin. Bibi Mia mempunyai sifat yang kurang baik, terkadang ia baik dan terkadang pula ia suka menjelekan Nagin. Sifatnya berubah - ubah.

" Nagin....apa kamu tidak malu, sehari - hari mencari kayu bakar terus?? pergilah merantau ke kota Nagin, agar kamu tahu bagaimana kehidupan di kota. Apakah kamu tidak ingin menikah? punya keluarga?punya anak? lihatlah anak saya, Mooly. Dia sudah kaya raya, punya anak yang cantik dan tampan, punya suami yang baik, kehidupannya sudah enak. Sedangkan kamu?kamu hanya pencari kayu bakar Nagin. Apakah kamu tidak ingin merubah nasib mu?, apakah kamu mau hidup kamu terus - terusan seperti ini? kamu lihat Nagin, kamu memang cantik, tapi apa ada lelaki yang suka sama kamu? nggak adakan Nagin??kenapa??ya karena kamu hidup miskin, kerja kamu saja hanya mencari kayu bakar hahahahahaha".

" Bibi Mia...bagaimana saya mau kekota?saya tidak mempunyai keluarga dikota. saya harus tinggal dimana?" Jawab Nagin dengan sedihnya.

" Kasihan sekali kamu Nagin, sudah miskin, tidak punya keluarga. Ya sudah, kalau kamu mau, kamu bisa tinggal di rumah Mooly. Bibi akan menyuruh Mooly untuk menjemput mu di terminal. Nagin, kamu itu hidup sebatang kara, carilah pasangan mu Nagin, agar kelak masa tua mu ada yang mengurus mu". Kata bibi Mia dengan ketusnya.

" Ia bi, saya akan pikirkan. Terimakasih banyak ya Bi". Nagin pun pergi meninggalkan bibi Mia.

Nagin selalu memikirkan perkataan bibi Mia. Ada baiknya juga apa yang bibi Mia katakan.

Nagin gadis cantik, yang berhati mulia itu tinggal di Desa Bayaman, desa yang asri dan sejuk.

Disana banyak para warga hidup dengan bertani, ada padi dan sayur - sayuran.

Nagin hidup sebatang kara, kedua orang tuanya sudah lama meninggal ketika Nagin duduk dibangku SMP.

Untuk menghidupi kebutuhannya, Nagin setiap harinya pergi ke hutan mencari kayu bakar untuk dijual kepasar.

Didesa itu, anak sebaya Nagin sudah pada pergi merantau, ada juga yang sekolah atau kuliah diluar kota.

Hanya Nagin lah gadis satu - satunya yang tinggal di desa. Ia tidak punya teman. Karena itulah ia selalu sibuk dengan kayu - kayunya.

Nagin tinggal dirumah tua, yang hanya beralaskan dinding anyaman bambu, beratapkan jerami dan berlantaikan tanah.

Dan penerangan yang masih memakai minyak tanah, padahal tetangga Nagin rata - rata sudah memakai listrik PLN.

Ya...karena Nagin hidup sangat susah, ia tak sanggup untuk memasang listrik.

Nagin hanya punya rumah tua peninggalan kedua orang tuanya. Jika hujan tiba, rumah tua itu akan bocor.

Didesa itu, tidak banyak yang suka atau peduli dengan Nagin, karena Nagin hidup miskin, banyak yang mengejek Nagin bahkan tidak ada yang mau memperkerjakan Nagin menjadi buruh harian di kebun mereka.

Ntahlah, ntah apa alasan warga tidak begitu menyukai Nagin. Di desa Bayaman , banyak bantuan datang untuk warga sekitar, tetapi Nagin tak pernah mendapatkan bantuan itu. Ia selalu saja sabar akan perilaku dan sikap warga terhadapnya.

Waktu pun berlalu dan akhirnya Nagin berniat pergi kekota. Untuk sementara Nagin akan tinggal di rumah Mooly.

Mooly adalah anak dari bibi Mia. Mooly mempunyai 2 orang anak dan 1 orang suami.

Kehidupan Mooly sangatlah enak, Mooly kaya raya, suaminya pengusaha sukses karena itulah bibi Mia sangat angkuh. Dia selalu pamer akan kekayaan anaknya itu.

Setibanya Nagin di kota, awalnya ia sangat terkagum - kagum akan keindahan kota. Nagin berharap ia akan bahagia tinggal bersama Mooly.

Tetapi, tidaklah mudah tinggal dirumah orang, sekali pun orang tersebut kita kenal.

Nagin, wanita yang polos dan baik hati itu, terpaksa harus bekerja sebagai asisten rumah tangga dirumah Mooly.

Bukannya mendapat perlakuan yang baik, tetapi Nagin selalu mendapatkan perlakuan yang kasar dari Mooly.

Setiap hari Nagin selalu dimarahi, dicaci maki, dilempar dengan barang - barang jika ada pekerjaan yang kurang berkenan di hadapan Mooly.

Suatu hari, Nagin sedang memasak makanan untuk makan malam. Ketika semua sudah duduk dimeja makan, tiba - tiba Mooly marah dan memanggil Nagin.

" Kamu ga tau masak ya? atau kamu sengaja mau kasih kita makan dengan makanan kampung seperti ini???" Tanya Mooly sambil marah dan melempar mangkuk sop itu ke lantai.

" Maaf mbak, Mooly.... Saya sudah masak sesuai resep mbak Mooly". Jawab Nagin dengan lirihnya.

" Mbak? kamu bilang saya mbak???saya kan uda bilang, kamu panggil saya dengan sebutan Nyonya. Kamu ngerti???" Tanya Mooly sambil mendorong Nagin. " Sekarang bersihkan lantai ini, jangan ada sisa serpihan kaca. Dan kamu ingat, karena kamu uda buat kesalahan, gaji kamu akan saya potong bulan ini. Paham???kita akan makan diluar, minggir kamu....!!" Dengan kesalnya Mooly dan keluarganya pergi meninggalkan meja makan itu.

Masalah yang selalu datang bertubi - tubi membuat Nagin tidak tahan lagi tinggal dirumah itu.

Tinggal dikota bukan membuat Nagin lebih nyaman dan bahagia tetapi sebaliknya.

Nagin mengutip serpihan kaca itu sambil menangis. Sesekali ia melihat makanan yang ia masak.

Ia teramat sedih, hidupnya begitu menderita. Tinggal sebatang kara, tak seorang pun ada yang mengasihinya.

Bulan ini sudah 2x gajinya dipotong. Ia tidak tau apakah ia bisa menyisihkan gajinya untuk bisa di tabung. Ia harus bisa berhemat. Ia pun rela makan bekas sisa - sisa majikannya itu.

Pagi itu, Nagin pergi ke pasar. Ia tidak sengaja membaca sebuah iklan. Iklan tersebut mencari seorang asisten rumah tangga.

Nagin mengambil kertas itu dan pergi mencari alamat tersebut. Nagin memberanikan diri mencari alamat itu dengan bertanya kepada semua orang.

Kali ini Nagin tidak bisa menemukan alamat tersebut. Nagin tetap menyimpan kertas itu. Jika ada waktu luang, ia akan pergi mencarinya kembali.

Malam itu Mooly dan keluarga ingin makan diluar. Mereka ingin makan di sebuah restaurant yang terkenal di kota itu.

Mooly mengajak Nagin, bukan berarti Nagin bisa ikutan makan di restaurant itu. Jika Nagin ikut makan, maka gaji Nagin akan dipotong sesuai harga pesanan makanan yang ia makan.

Nagin pun mempersiapkan semuanya terlebih keperluan anak - anak Mooly. Mereka pun pergi.

Diperjalanan, Mooly selalu mengatakan kepada Nagin, jangan pernah pesan makanan atau minuman atau gaji yang akan melayang.

Setelah mereka mencari tempat duduk, Mooly mengingatkan kembali agar Nagin tidak memesan makanan atau minuman.

Mooly menyuruh Nagin untuk duduk dibangku saja atau diluar menunggu.

Nagin hanya bisa pasrah, dan ia harus menahan lapar dan haus. Nagin pun keluar dari restaurant itu. Ia hanya bisa berdiri bak manekin.

Begitu kejamnya Mooly terhadap Nagin. Tapi semua dilakukan Nagin agar gajinya tidak dipotong lagi.

Tetapi dari kejauhan ada seorang pria tampan yang memperhatikan tingkah laku Mooly dan Nagin. Pria itu bernama Bay.

Bay yang dari awal sudah melihat kedatangan Mooly dan keluarganya, benar - benar membuat mata Bay risih dengan sikap Mooly terhadap Nagin.

Kaki Nagin sudah lelah berdiri berjam - jam. Akhirnya ia pun terduduk di koridor restaurant itu.

Perut yang lapar, tenggorokan yang kering, harus ia tahan demi gaji yang tidak seberapa. Bay pun memanggil pelayan restaurant itu dan menyuruh agar Nagin disuru masuk dan diberikan makanan. Pelayan itu melakukan sesuai perintah Bay.

" Selamat malam nona...! maaf jika saya mengganggu. Nona, silahkanlah masuk ke dalam, saya akan menghidangkan makanan dan minuman untuk nona. Mari silahkan masuk nona". Pinta pelayan itu.

" Tidak pak, saya tidak makan atau minum. Saya tidak punya uang untuk membayarnya ". Jawab Nagin menunduk sedih dan malu.

" Tidak perlu khawatir nona, ada seseorang yang akan membayarnya. Mari silahkan masuk nona...!"

Akhirnya Nagin pun masuk. Sudah tidak tertahankan lagi lapar dan hausnya.

Pelayan itu menanyakan apa menu yang mau ia pesan. Nagin masih saja takut untuk memesan makanan, karena ia tak punya banyak uang, apalagi makanan di restaurant itu sangat mahal.

Tapi pelayan itu tetap menenangkan hati Nagin. Nagin hanya memesan sepiring nasi dan sepotong ayam goreng beserta orange jus.

Itu adalah menu yang paling murah di restaurant itu. Ia masih takut, dan bertanya - tanya. Mengapa masih ada orang yang baik dikota ini dan siapa orang yang telah berbaik hati kepadanya.

Makanan pun dihidangkan. Dan Nagin pun makan dengan lahapnya. Tiba - tiba Mooly dan keluarganya melihat apa yang dilakukan Nagin.

Mooly menghampiri Nagin dan bertanya dari mana uangnya bisa makan di restaurant ini, apakah ia mengemis atau bagaimana.

Nagin hanya bisa diam dan menangis. Ia tidak tau bagaimana ingin menjelaskan kepada Mooly, ia takut.

Tetapi Mooly selalu saja marah kepada Nagin, sehingga orang - orang yang di dalam restaurant itu melihat.

"Nagin....! kamu bisa makan, berarti kamu bisa pulang sendiri kan?? kamu cepat makan dan habis itu pulang. Kamu naik kendaraan umum saja karena kita masih ada urusan yang lain. Sesampainya dirumah, kamu beresin rumah sampai bersih. Ingat Nagin sampai bersih". Kata Mooly. Nagin hanya bisa tertunduk dan malu karena dilihati banyak orang.

Mooly dan keluarganya pun pergi meninggalkan tempat tersebut. Bay masih saja melihat keadaan Nagin.

Nagin pun terus memakan makanannya sampai habis tidak bersisa. Setelah selesai makan, Nagin pergi mengantarkan piring dan gelasnya itu kepada pelayan restaurant itu. Dan sambil mengucapkan banyak terimakasih.

Semua orang melihat perbuatan Nagin itu. Ia merasa malu dan langsung pergi meninggalkan tempat itu.

Di tepi jalan Nagin menangis. Ia sedih sekali karena kehidupannya harus sampai seperti ini. Nagin selalu berharap, kelak ia akan bahagia.

Bab 2 " Nagin Dapat Pekerjaan Baru "

Pagi hari, seperti biasa Nagin pergi kepasar membeli perlengkapan dapur.

Ia tak lupa membawa kertas yang berisikan iklan itu. Ia tetap mencarinya.

Tak henti - hentinya ia trus mencari. Ntahlah seperti ada malaikat yang menuntunnya hingga ia dapat menemukan alamat itu.

Nagin pun melihat rumah yang mewah dan besar itu. Ia tak habis pikir rumah itu amatlah bagus, seperti istana kerajaan saja.

Sesaat ia lupa akan Mooly dan lupa akan belanjaannya. Dari kejauhan, seorang petugas penjaga rumah melihat Nagin. Dan petugas itu pun menghampirinya.

" Ada yang bisa saya bantu nona?" . Tanya petugas itu.

"Maaf pak, apakah benar alamat ini?". Sambil menunjukkan secarik kertas itu.

"Ohh ia benar, ini pas alamatnya" . Jawab petugas itu dengan ramahnya.

" Pak...apakah tuan yang punya rumah ini membutuhkan asisten rumah tangga?"

"Ia benar Nona. Apakah anda berminat kerja disini? Kalau anda berminat, saya akan beritahu tuan rumah".

" Ia Pak, saya berminat". Kata Nagin dengan mantapnya.

"Baiklah, tunggu disini ya. Saya akan kembali lagi".

Petugas itu pun pergi memberitahukan bahwa ada seorang gadis cantik yang ingin bekerja dirumah tuannya itu.

Ya..rumah yang besar dan megah itu adalah milik tuan Bay Hardinata anak tunggal pengusaha sukses Chandra Hardinata dan ibunya Leoni Hardinata.

Pemuda yang tampan, kaya raya, pengusaha muda itu sangatlah baik kepada semua orang. Karena kebaikannya dan kegigihannya bekerja, ia pun masuk kategori orang terkaya dikota itu.

Siapa yang tidak mengenal Bay, semua orang mengenal pemuda kaya itu. Banyak wanita yang tergila - gila akan ketampanannya.

Sudah hampir 3 bulan ini, Bay mencari asisten rumah tangga. Tidak ada yang betah bekerja dirumah mewah itu.

Bukan karena Bay pelit tetapi karena rumah itu terlalu besar sehingga membuat pekerjanya lelah, tidak sanggup mengerjakannya.

Rumah tersebut memang terkesan angker, karena hanya Bay lah penghuni dirumah itu. Sedangkan kedua orang tuanya sudah lama meninggal, akibat kecelakaan ketika berada diluar kota.

Petugas penjaga rumah itu menyuruh Nagin untuk masuk. Nagin pun masuk sambil membawa belanjaannya itu, ia terpukau akan rumah mewah itu.

Ia melihat banyak sofa yang bagus, ya mungkin itu di impor dari luar negeri, lemari hias yang unik, lampu kristal yang menjulang tinggi dengan hiasan yang sangat cantik, tangga yang menjulai tinggi dilengkapi dengan karpet merah, ia sangat terkagum - kagum.

Beda dengan rumah Mooly pikirnya. Ia memberikan salam kepada Bay. Bay yang sedang sibuk menyusun beberapa berkas diruang tamu, ia tak melihat wajah Nagin dan hanya menjawab sapaan Nagin saja.

" Selamat pagi tuan...!'' Sapa Nagin.

" Selamat pagi...Oh ya, kamu yang mau kerja disini? kalau kamu mau, kamu bisa kerja hari ini ya? nanti kamu minta bantu sama pak Jo untuk menunjukkan dimana dapur dan kamar kamu. Masalah gaji kamu, kamu mau minta berapa terserah kamu, yang penting rumah ini bersih dan tidak ada debu sama sekali. Maaf ya saya sibuk sekali hari ini".

Bay sepertinya tidak memperdulikan calon pembantu barunya itu.

Bay berbicara, tetapi tidak melihat Nagin, ia hanya sibuk dengan berkas - berkasnya.

Ya pagi itu Bay sangat sibuk sekali, ia harus bertemu dengan beberapa klien untuk masalah proyeknya.

Nagin melihat calon majikannya itu masih muda, tampan dan wangi sekali. Ia tidak akan tahu parfum apa yang dipakai majikannya itu. Mungkin itu adalah parfum yang sangat mahal.

Dalam hidupnya tidak pernah ia pakai parfum, jangan kan parfum, bisa makan saja sudah bersyukur sekali.

" Tuan, apakah saya boleh kerumah saya dulu, untuk mengambil baju - baju saya? saya janji, saya akan cepat kembali.

"Oke, silahkan..!"

Tanpa melihat Nagin. Dan Nagin pun pergi meninggalkan rumah itu. Betapa senangnya Nagin, akhirnya ia bisa bebas dari Mooly.

Diperjalanan Nagin selalu tersenyum dan selalu mengucap syukur untuk rejeki hari ini. Nagin tidak perduli hari ini Mooly marah besar atau akan melemparkan barang - barang lagi kepadanya. Nagin sudah siap akan pergi dari rumah Mooly.

Nagin mengatakan kepada Mooly, bahwa ia harus pergi dari rumahnya sekarang juga dan ia sudah mendapatkan pekerjaan baru.

Mooly pun marah besar dan kesal, karena masih pagi Nagin sudah mencari masalah dengan ingin pergi dari rumahnya.

Nagin pun terus dihina Mooly, tapi Nagin tidak perduli. Ia tetap dengan pendiriannya, ia akan keluar dari rumah Mooly sekarang juga.

Mooly pun menyuruhnya pergi. dan tidak memberikan gajinya bulan ini. Dengan baju yang lusuh, sendal jepit yang kusam dan hampir putus, Nagin pergi meninggalkan rumah Mooly.

Sebelum ia pergi, ia meminta maaf kepada Mooly dan suaminya dan mengucapkan banyak terimakasih karena sudah menerima Nagin dirumahnya.

Nagin melangkah dengan mantap memasuki halaman rumah mewah itu.

Ia merasa kuat dan mampu mengurus dan membersihkan rumah yang besar dan megah itu.

Dengan menenteng tas kusam, baju lusuh dan rok yang sedikit gelap, dan sendal jepit yang hampir putus, Nagin memasuki rumah itu.

Pak Jo, seorang petugas keamanan rumah itu mengantar Nagin masuk kedalam. Pak Jo menunjukkan lokasi dapur, kamarnya dan ruangan yang lainnya.

Pak Jo sudah lama bekerja dengan Tuan Bay. Hanya dialah yang bertahan bekerja dirumah itu.

Nagin merasa senang. Setelah melihat - lihat ruangan , ia pun memasuki kamar tidurnya.

Sungguh ia sangatlah heran melihat kamar itu, kamar itu besar, mempunyai tempat tidur yang empuk dan bagus.

Ia seperti mimpi, seperti tinggal di sebuah kerajaan. Tidak lama telepon rumah berdering. Bay menelepon untuk menyuruh Nagin agar ia masak makan malam.

Nagin pun siap melaksanakan perintah Tuannya itu. Nagin pergi ke dapur dan melihat bahan apa saja yang bisa di masak.

Dibukanya kulkas yang besar itu, ia melihat hanya ada mie instan dan beberapa telur. Ia pun langsung cepat memasak.

Ia tak mau melihat Tuannya itu kecewa. Ia hanya memasak mie goreng dan orek telur mentega.

Selesai masak, ia langsung membersihkan rumah itu. Ia mengelap debu - debu yang ada di setiap sofa, meja, lemari hias, beberapa guci yang besar kecil dan anak tangga.

Tidak berapa lama, rumah megah itu pun bersih, bebas dari debu. Ntah tenaga apa yang merasuki Nagin, sehingga rumah itu cepat selesainya.

Pukul 18.00 wib..mobil mercedes - Benz C300 berwarna hitam pekat itu pun berhenti didepan rumah. Bay sudah pulang dari kantornya. Ketika ia membuka pintu rumahnya, ia sangat terkejut. Semua barang - barang sudah rapi, rumah itu wangi seperti wangi bunga - bunga ditaman pada pagi hari.

Lantai rumah begitu mengkilat, tidak tampak debu menempel. Semua bersih, tidak pernah ia temukan rumahnya sebersih ini.

Perlahan ia naik ke tangga, ia juga melihat dilantai atas bersih. Bay semakin penasaran dengan sosok pembantunya itu.

Makan malam pun tiba, Bay turun. Dilihatnya makanan yang tersedia dimeja makan. Hanya ada mie goreng dan telur orek.

Hampir saja Bay marah kepada pembantu barunya itu. Tapi ia bisa menahan emosinya.

"Bi....bibi...bibi..." Panggil Bay.

" Ya tuan....!" Nagin pun menghampiri majikannya itu.

"Kenapa hanya ini makanannya?". Bay belum juga melihat wajah gadis cantik itu.

"Maaf tuan, dikulkas hanya ada mie instan dan beberapa telur. Selain itu tidak ada lagi tuan".

"Ohh gitu...ya ampun, saya lupa beritahu kamu, kalau stok makanan habis".

Sambil melihat wajah Nagin. Bay pun sangat terkejut sekali, ia tidak menyangka bahwa pembantu barunya itu adalah Nagin, wanita yang cantik, mempunyai rambut yang panjang, berkulit putih mulus.

Nagin tidak seperti gadis desa pada umumnya. Nagin adalah wanita yang pernah ia beri makan ketika Mooly melarangnya untuk memesan makanan disebuah restaurant.

"Kamu ???? kamu yang dulu pernah makan bersama majikan kamu trus kamu disuru keluar kan??benerkan??tanya Bay penasaran.

Nagin pun terkejut, kenapa majikannya ini bisa tahu. Nagin pun menjawab dengan berhati - hati.

"Ia tuan...kenapa tuan bisa tahu?"

"Hahahahahahaha ya bisalah, waktu itu kan saya ada di sana. Oh ya nama kamu siapa?" Tanya Bay dengan penasaran.

"Nama saya Nagin tuan". Jawab Nagin dengan lembutnya.

" Oh...Nagin. Nama yang bagus. Asal kamu dari mana?" Tanya Bay lagi sambil mengaduk - aduk mie goreng yang ada dihadapannya.

" Saya berasal dari Desa Bayaman, tuan." Jawab Nagin lagi.

" Desa Bayaman? dimana itu?saya baru aja dengar nama desa itu. eeemmm...ya sudahlah yang penting kamu betah kerja disini, kalau ada kendala kamu beritahukan aja ke pak Jo. Pak Jo akan menghandlenya semua. Ohh ya,v masalah gaji kamu, saya akan berikan di akhir bulan ya. Ada lagi yang mau kamu tanyakan?" tanya Bay sambil menatap wajah cantik gadis itu.

"Kruk..kruk..kruk..kruk.." Perut Nagin bunyi keroncongan.

" Hahahahahahaha kamu lapar ya? ya sudah ambil saja mie ini, kamu makan disini, kamu habiskan. Saya keluar sebentar ya". Kata Bay kepada Nagin.

Bay pergi , mobil mercedes itu pun melaju kencang meninggalkan rumah itu. Kali ini Bay pergi mencari makan di luar rumah.

Ntahlah , apa Bay tidak menyukai masakan Nagin atau kasihan melihat Nagin kelaparan. Nagin duduk dimeja makan yang super besar itu seorang diri, ia menghabiskan makanan itu. Secepat kilat makanan itu pun habis, ya kali ini Nagin benar - benar kelaparan.

Pukul 22.15 wib, tuannya itu pun belum kunjung pulang juga. Nagin pun mulai panik sendirian dirumah yang besar itu. Ia tetap sabar menunggu tuannya pulang.

Ia memberanikan diri berada diruang tamu menunggu sambil sesekali melihat jam dinding. Tidak berapa lama, Bay pun pulang. Nagin langsung cepat membukakan pintu rumah itu.

" Terimakasih ya Nagin, oh ya ini ada pancake, kalau kamu mau, silahkan dimakan". Sambil menyerahkan bungkusan itu kepada Nagin lalu pergi ke kamarnya.

" Terimakasih ya tuan..!!! Jawab Nagin sambil pergi ke arah dapur.

Didapur Nagin membuka bungkusan itu, ia melihat pancake itu, dan menaruhnya di sebuah piring. Ia memakan sepotong pancake itu, sambil berkata " Terimakasih Tuhan, akhirnya saya bisa makan, makanan yang layak untuk dimakan, berikan rejeki untuk Tuan Bay Tuhan..amin". Sambil mengusap air matanya yang mengalir.

Hari - hari pun berlalu, sudah hampir 3 bulan Nagin bekerja dirumah pemuda tampan itu. Sepertinya Nagin merasa betah bekerja dirumah itu, walaupun terkadang ia merasa lelah karena rumah itu terlalu besar, tapi Nagin tetap semangat, demi kehidupannya.

Pagi itu, setelah selesai membuat sarapan dan beberes rumah, Nagin membersihkan taman, bertepatan hari itu adalah hari Minggu.

Bay, Tuannya itu tidak pergi ke kantor. Bay diam - diam melihat Nagin membersihkan taman dari balkon atas. Bay sangat kagum akan kecantikan pembantunya itu, tapi seketika itu ia sadar, Nagin hanyalah seorang pembantu.

" Naginnnnn....ambilin sarapan dong?" Pinta Bay dari atas balkon. Nagin menoleh ke atas balkon sambil tersenyum.

" Baik tuan...". Sambil meninggalkan taman itu dan masuk kedalam rumah. Nagin menyiapkan sarapan untuk tuannya itu.

Sarapan pun selesai dihidangkan, Bay turun dari atas. Ia menikmati sarapannya. Sepotong roti dan segelas susu putih sarapan untuk pagi ini.

Baru kali ini Bay bisa sarapan dengan tepat waktu. Biasanya, ia hanya minum air putih terkadang malas untuk membeli roti. Selesai sarapan, ia meninggalkan meja makan itu, lalu pergi keruang kerja dilantai atas.

Nagin masih sibuk membersihkan taman. Ia tak mengenal lelah, demi kelangsungan hidupnya ia terus bekerja keras. Waktu pun berlalu, Bay dan Nagin masih saja sibuk dengan pekerjaannya.

Hari ini Bay sangat malas untuk pergi keluar rumah, ia menghabiskan waktunya diruang kerja. Ntah kenapa tiba - tiba Bay ingin sekali minum kopi. Sudah lama juga ia tidak minum kopi. Ia pun meminta Nagin untuk membuatkan secangkir kopi. Nagin menghidangkan kopi tersebut.

"Terimakasih ya Nagin, saya sudah lama ga minum kopi, mudah - mudahan kopi kamu enak ya hehehehe". Sambil melihat Nagin dengan tatapan manja.

Bay selalu menghargai pembantunya itu. Karena bagi Bay, Nagin bukan hanya sebagai pembantu saja, tapi sudah sebagai teman dirumah yang besar itu. Bay pun tidak kesepian lagi, ia sudah punya teman ngobrol.

" Ya tuan...silahkan diminum....!" Kata Nagin sambil meletakkan kopi itu disamping laptopnya.

Sore hari pun tiba, Nagin masih saja sibuk didapur. Tiba - tiba Bay datang menghampirinya. Nagin tersontak kaget, ia sangat terkejut tuannya itu ada didapur.

" Nagin, stok makanan kita kan sudah habis, gimana kalau kita pergi ke supermarket untuk belanja ?"

"Ohh ya, baik tuan. Saya siap - siap dulu ya, karena saya masih bau hehehehe ". Sambil mencium bajunya yang lusuh itu.

" Ya baiklah, kamu bersihkan dulu badan kamu, habis itu kita pergi. Kalau sudah selesai, panggil saya ya".

Ketika menaiki mobil, Bay menyuruh Nagin untuk duduk didepan. Bay melihat penampilan Nagin.

Nagin hanya memakai baju tshirt pink polos dengan rok selutut model lama berwarna hitam agak kusam dan sendal jepit warna hitam pekat.

Rambutnya yang panjang, ia gerai dengan memakai bando hitam. Tidak ada wangi parfum sama sekali yang ada hanya wangi minyak telon baby, begitu juga dengan wajahnya, tidak ada sama sekali polesan bedak.

Bibir mungilnya juga sama sekali tidak ada memakai lipstik. Nagin benar - benar begitu polos, ya gadis desa itu sangat lugu sekali.

Bay hanya bisa tersenyum. Tak sedikit pun pemuda itu protes dengan penampilan Nagin. Ia tak malu membawa Nagin pembantunya itu ke supermarket dengan dandan apa adanya.

Bay sangat menghargai penampilan Nagin sore itu. Nagin sangat gugup sekali ketika tuannya itu menatapnya. Tetapi ketika hendak memakai self belt, Nagin tidak tahu cara memakainya.

Ia tertunduk malu, wajahnya merah merona. Ia malu bertanya kepada tuannya itu, ia hanya menarik - nariknya saja, tetapi tidak memasukkan ke liang self beltnya.

Bay hanya tersenyum melihat Nagin, sambil memperbaiki self beltnya. Nagin sangat malu, dia menatap wajah tuannya itu.

Sangat baik sekali tuannya itu pikirnya. Ahh..wajah tampan itu hari ini seperti malaikat, sudah tampan, tidak sombong lagi pikir Nagin.

Sesampai di supermarket, mereka pun memilih apa saja yang akan dibeli. Selesai belanja, Bay mengajak Nagin makan malam.

Malam ini mereka makan ala - ala Korea. Mereka memasuki sebuah restaurant Korea. Bay meminta daftar menu makanannya. Bay melihat daftar tersebut.

" Nagin..kamu mau makan apa?" Tanya Bay sambil menyerahkan daftar menu makanan itu.

"Saya ?? ehhmmm, saya makan?? tuan, saya ga tau mau makan apa? saya ga pernah makan seperti ini?" Sambil menyerahkan daftar menu makanan itu kepada Bay.

" Ya dah, saya pilihkan aja ya? Oh ya, kamu jangan takut makan ya, saya ga akan potong gaji kamu kok ". Sambil tersenyum dan membaca ulang daftar menu makanan itu.

Bay pun memesan makanan untuk mereka, tak berapa lama makanan itu pun tiba. Bay memesan Bimbimbap, Kimchi, Tteokbokki dan Gyoza.

Nagin merasa aneh dengan makanan tersebut. Dia tidak pernah melihat makanan seperti itu, apalagi memakannya.

" Nagin..silahkan dimakan..!!'' kata Bay

"I..i..ia..tuan...saya akan makan".

Dalam hati Nagin, pengen rasanya menangis, karena ia tak biasa makan seperti ini. Ia takut tidak sesuai dengan lidahnya.

Tapi karena tuannya itu sudah memesankan untuknya, terpaksa ia harus memakannya. Nagin pun mencoba salah satu makanan itu. Begitu makanan ia masukan kedalam mulutnya, ia langsung merasa mual.

" Nagin ???kamu baik - baik saja???" Tanya Bay penasaran.

" Ia tuan..saya baik - baik aja".

" Gimana dengan makanannya? enak??". Tanya Bay lagi.

" I..i..iaaaa tuan, makanannya enak sekali". Sambil mengerutkan keningnya.

" Hahahahaha, kamu jangan bohong Nagin, saya tahu kamu kurang suka. Ya uda, kalau kamu ga suka, nanti kita cari makan ditempat yang lain ya" . Kata Bay.

Seorang Bay, pemuda kaya raya itu begitu sabarnya melihat pembantunya itu. Tidak ada rasa malunya sama sekali, karena bagi Bay, semua manusia sama saja dihadapan Tuhan.

Jika hari ini Bay bisa menikmati semua fasilitas yang ada, itu bukan karena kekuatannya sebaliknya karena kegigihannya bekerja dan itu juga sudah takdir dari yang kuasa.

Dan Nagin, jika hari ini nasibnya seperti ini, bukan karena ia malas untuk bekerja tetapi karena ini juga sudah jalan hidupnya dari Tuhan.

Semua orang sudah ditakdirkan dan diberi jalan kehidupan yang berbeda, dan tinggal ke pribadinya masing - masing bagaimana cara mensyukuri apa yang sudah Tuhan berikan.

Bab 3 " Pertemuan Bay dengan Jenni "

Pagi itu Bay sangat buru - buru sekali. Ia sampai tak sempat untuk sarapan. Nagin sudah mengingatkannya untuk sarapan terlebih dahulu, tapi Bay tetap saja menolaknya.

Nagin pun tak tega melihat majikannya itu jika kelaparan nantinya. Nagin langsung membuatkan sarapan dan membuatnya di tempat bekal dan memberikannya kepada Bay.

Tapi Bay menolaknya dengan alasan nanti ga sempat buat sarapan. Nagin selalu memaksanya. Tetapi , tetap saja Bay menolaknya.

" Tuan, bawalah bekal ini. Diluar sana kurang baik makanannya, nanti tuan bisa sakit kalau tidak sarapan. " Bujuk Nagin dengan memohon.

" Naginnnn, saya harus buru - buru. Beberapa klien menunggu saya. Saya harus meeting pagi ini. Kamu makan aja sarapannya, nanti saya cari makanan diluar. Oke ya, saya pergi."

Bay langsung pergi meninggalkan Nagin. Mobil mewah itu secepat kilat langsung meluncur. Ahh, tuan Bay sudah mulai melupakan sarapan paginya.

Nagin begitu takut jika tuannya itu sakit, karena Bay mempunyai riwayat asam lambung.

Waktu pun berlalu, jam dinding sudah menunjukkan pukul 10.30 wib. Nagin hari ini memasak makanan kesukaan tuannya itu, yaitu ayam rica - rica.

Ingin rasanya, Nagin mengantarkan bekal makan siang tuannya itu. Tapi, ia tidak tahu alamat kantornya. Nagin pun mencari alamat kantor tersebut di ruang kerja Bay.

Dan akhirnya, ia pun menemukan alamat tersebut. Nagin dengan semangatnya ingin pergi ke kantor tuannya itu. Ia pun bergegas mengemasi makanan itu.

Nagin pun pergi dengan berjalan kaki. Walaupun lelah, ia tetap berjalan menyusuri jalanan kota, ia selalu bertanya kepada orang - orang dimana jelasnya alamat itu.

Siang itu cuaca sangat terik sekali, keringat pun mengucur deras membasahi kening dan pipi gadis cantik itu. Ia pun semakin lelah. Sejenak ia berhenti tepat digedung yang besar dan tinggi itu.

Ia melihat nama perusahaan itu terpampang nyata. Ia membaca tulisan yang ada di atas gedung itu. Ia menyamakan dengan secarik kertas yang ia bawa.

Ia pun mulai melangkah masuk kedalam gedung itu, dan tiba - tiba saja petugas security memberhentikan langkahnya. Dan security itu menanyakan keperluannya.

" Selamat siang bu? ada yang bisa saya bantu?" Tanya security itu.

" Selamat siang juga pak." Jawab Nagin dengan merangkul bekal tuannya itu.

" Maaf bu. Ibu dari mana, dan ingin bertemu dengan siapa? dan kalau boleh, saya ingin melihat KTP ibu terlebih dahulu." Tanya security itu lagi.

Nagin pun langsung saja terkejut ketika security itu meminta KTP nya.

" Maaf pak. Saya tidak membawa KTP. KTP saya tertinggal dirumah Pak. Pak, saya mau nanya, apakah ini kantor tuan Bay Hardinata?"

" Ya benar bu. Maaf bu, ada keperluan apa ibu dengan pak Bay?"

" Begini pak. Saya asisten rumah tangga tuan Bay. Nama saya Nagin pak. Saya kesini membawakan bekal untuk tuan Bay. Saya takut kalau tuan Bay makan sembarangan pak. Bapak tau sendiri kan, kalau pak Bay itu punya riwayat asam lambung?".

" Ohh begitu. Pak Bay hari ini sangat sibuk sekali, beliau tidak bisa diganggu karena lagi ada meeting dikantor. Kalau boleh bekalnya dititip sama saya aja Bu. Nanti akan saya sampaikan ke pak Bay."

" Ohh begitu. Baiklah, bekal ini saya titip ke bapak saja. Tapi, nanti tolong disampaikan ya pak? bilang sama tuan Bay, makanannya harus dihabiskan ya ?."

" Baiklah. Nanti saya akan berikan bekal ini kepada pak Bay. Kalau begitu, sebaiknya ibu silahkan pulang saja. " Kata security itu. Dan security itu pun meninggalkan Nagin seorang diri.

Nagin masih saja cemas tentang keadaan tuannya itu. Mau tidak mau, Nagin pun pulang. Kembali lagi ia berjalan dengan cuaca yang panas.

Meeting dikantor pun selesai. Semua para peserta meeting pun mulai meninggalkan ruangan meeting itu. Bay, Direktur di perusahan itu pun juga meninggalkan ruangan meeting dan kembali ke ruangannya.

Tidak berapa lama, security itu pun memanggil atasannya itu.

" Selamat siang pak? maaf pak, ini ada bekal makan siang bapak. Tadi Nagin yang mengantarkannya kekantor pak." Kata security itu sambil menyerahkan bekal itu.

" Ohh ya, terimakasih ya? jadi Nagin sekarang dimana?" Tanya Bay.

" Maaf pak, Nagin sudah pulang pak. Kalau begitu, saya permisi pak. Mari pak...." Security itu pun pergi meninggalkan atasannya itu.

" Ya ampun Nagin, repot amat jadi orang...!" Sambil masuk keruangannya.

Bay pun langsung membuka bekal itu, dan ia melihat menu makanan itu. Bay menghela nafas nasinya begitu banyak sekali, lauknya juga banyak.

^^^" Nagin mau memberi makan satu orang atau tiga orang ?" Gumam Bay. ^^^

Bay pun jadi tidak selera makan. Ia tidak jadi makan masakan Nagin. Ia langsung keluar dan memberikan makanan itu kepada office boy kantor. Bay pun langsung keluar cari makan siang.

Bay memilih makan siang hari ini, di salah satu mall yang terdekat dengan kantornya. Ia pun melangkah menyusuri mall tersebut. Ketika mau masuk ke salah satu restaurant, ia tak sengaja menabrak seorang wanita cantik.

Wanita cantik itu bernama Jenni. Sahabat lamanya ketika masih jaman kuliah dulu.

" Oowww sorry...sorry... saya tidak sengaja, maaf ya ?" Kata Bay sambil menyerahkan tas wanita itu.

" Aduhh ? gimana sih kamu? kamu ga lihat jalan ya?" Tanya si wanita itu sambil merapikan rambutnya.

Bay melihat wajah wanita itu. Seperti tak asing baginya. Dan ia pun memberanikan diri menyapa wanita itu.

" Kamu, Jenni kan?" Tanya Bay.

" Ia bener...." tunggu..tunggu..tunggu..kamu Bay Hardinata kan?" Tanya Jenni.

" Ia hahahaha..., kamu apa kabar? uda lama juga kita ga ketemu." Kata Bay

" Ya ampun Bay, kamu cakep banget sekarang? hahahahah..." Sambil menyalam Bay.

" Makasih Jen. Kamu juga makin cantik. Oh ya, gimana kalau kita ngobrolnya didalam aja, biar lebih santai gitu?"

" Boleh, yukk."

Hari itu adalah hari pertama Bay dan Jenni bertemu. Setelah hampir 8 tahun tidak bertemu setelah tamat dari kuliahnya. Bay dan Jenni, mereka dulu satu kampus tetapi beda fakultas.

Awal mereka kenal karena kedua orang tua mereka saling kenal dan kompak. Mereka berdua pun memasuki restaurant itu. Dan mencari meja yang kosong. Lalu memesan makanan dan minuman.

" Oh ya Jen, sekarang kegiatan kamu apa?" Tanya Bay sambil makan makanan yang ia pesan.

" Sekarang saya buka butik Bay. Kamu tahukan , kalau dulu saya itu pengen jadi desainer. Butik saya uda banyak cabangnya disetiap daerah lho..." Jawab Jenni.

" Wawww, bagus dong ?" Puji Bay.

" Oh ya Bay, boleh dong saya main kerumah kamu ? masih dialamat yang lama kan?" Tanya Jenni.

" Eehhmmmm boleh, datang aja."

Semenjak pertemuan itu, Jenni jadi semakin rajin menghubungi Bay. Jenni senang sekali, akhirnya ia dapat bertemu kembali dengan orang yang ia pernah suka pada jaman kuliah dulu. Sampai sekarang Bay tidak berubah, ia masih tetap sosok pria yang ramah dan baik hati.

Tapi ntahlah, apakah Bay mempunyai perasaan yang sama terhadap Jenni.

Suatu sore, ketika Bay pulang dari kantor, Nagin langsung buru - buru menanyakan bagaimana rasanya bekal makan siang tadi. Dan dimana tempat bekal itu.

Awalnya, Bay ingin berbohong. Tapi begitu melihat wajah Nagin yang cantik dan polos itu, Bay pun mengurungkan niatnya.

" Nagin, maaf ya? bekal siang tadi tidak saya makan. maaf ya ? bekalnya saya kasih ke OB kantor. Maaf ya Nagin ? saya kekamar dulu ya ? mau mandi." Buru - buru Bay pergi meninggalkan Nagin.

" Ya tuan...!" Sambil melangkah kedapur dengan wajah yang sedih.

Ya sore itu, Nagin sedikit kesal melihat majikannya itu. Karena bekal yang ia buat, tidak dimakan melainkan diberikan kepada orang lain.

Ia sangat perduli dengan kesehatan tuannya itu. Ia takut, kalau tuannya itu jatuh sakit karena hal sepele. Tapi Nagin wanita yang sabar, ia tak putus asa untuk selalu berbuat baik dan perhatian kepada tuannya itu.

Karena ia tahu juga tuannya itu adalah orang yang baik.

Ketika malam hari tiba, Nagin telah mempersiapkan makan malam. Ia menatanya di meja makan. Tak berapa lama, bel rumah pun berbunyi.

Nagin langsung bergegas membuka pintu. Ketika membuka pintu, ia tersontak kaget melihat wanita cantik dihadapannya dengan rok mini pendek, sepatu dengan hak tinggi, dengan membawa tas tangan yang mungil, rambut pirang kecoklatan yang digerai dan wangi parfum khas wanita.

Nagin pun menyapa wanita itu dan menanyakan maksud kedatangannya.

" Selamat malam mbak ? maaf, mbak siapa ya? ehhhhmmm, ada keperluan apa malam - malam datang kesini?" Tanya Nagin dengan berhati - hati.

" Selamat malam juga, saya Jenni. Saya mau bertemu dengan Bay. Apakah Bay nya ada?" Tanya Jenni.

" Ohhh, mbak temannya tuan Bay? kalau begitu silahkan masuk mbak, tuan Bay ada diatas. " Nagin mempersilahkan Jenni masuk dan ia pun memanggil Bay.

Tak berapa lama, Bay pun turun. Sepertinya Bay sangat senang karena kehadiran Jenni. Bay langsung menyapanya dan mempersilahkan Jenni duduk.

" Hai Bay ? maaf ya malam - malam saya ganggu kamu. Habisnya saya kangen sih hehehehe."

" Ga papa Jen. Santai aja kali. Oh ya kamu dari mana? da makan belum? tanya Bay."

" Dari rumah mau kesini. Kan uda dibilang kangen sama kamu, gimana sih? saya belum makan Bay. Ini mau ngajak kamu makan diluar, gimana? kamu mau ga?"

" Waduhh, kayaknya ga bisa, Jen? Nagin uda masak buat makan malam. Gimana, kalau kita makan disini aja ya? masakan Nagin enak kok. Pasti kamu suka, gimana?? mau ga?"

" Oh ya, Nagin itu siapa Bay?"

" Nagin itu pembantu dirumah ini, kenapa?"

" Ga papa , saya cuma nanya aja kok, emang ga boleh ya? tapi kok pembantu kamu?"

" Kenapa dengan pembantu saya? cantik ya? hahahahahah..... kamu cemburu ya?"

" Enak aja cemburu, ga level kali."

" Ya uda, kita makan dulu ya ntar keburu dingin makanannya."

" Ya uda dehh...!" Wajah Jenni langsung cemberut, ia memonyongkan bibir seksinya.

Bay pun memanggil Nagin, agar Nagin mempersiapkan semuanya. Bay dan Jenni pun duduk manis di meja makan yang besar itu. Malam itu, Nagin melihat Bay dan Jenni seperti sepasang kekasih.

Mereka sangat serasi sekali. Dalam pikiran Nagin, mungkin Jenni adalah kekasih tuannya itu.

" Jen, ayok silahkan dimakan. Makanannya enak lho? atau mau saya ambilin? kamu mau apa? ayam goreng ?"

" Ga Bay, makasih. Kamu Taukan dari dulu saya ga suka makan - makanan kayak gini. Ayok dong kita cari makan diluar. Kamu tega banget sih liat teman kamu kelaparan gini." Jenni mulai cari perhatian kepada Bay.

" Jen, makan diluar nya lain kali ya? Nagin uda masak. Sayang banget kalau makanannya ga dimakan. Saya janji deh, lain kali kita makan diluar. Malam ini, kita makan ini aja ya? ayok dong masa cemberut, nanti wajah cantik kamu ilang lho heheheheh." Goda Bay sambil mengambil nasi buat Jenni.

Ahh Bay sangat romantis sekali. Jenni jadi terharu karena mendapatkan pujian dari Bay. Ya namanya juga wanita, jika dipuji karena kecantikannya pasti langsung berbunga - bunga.

Diam - diam, Nagin mengintip mereka berdua makan. Bahagia sekali mereka. Mereka berdua saling menatap, saling tertawa dan saling bercanda.

Dalam hati kecil Nagin, apakah ia kelak bisa seperti itu dengan lelaki yang ia suka? apakah ada lelaki yang akan menyukainya? menerima dia apa adanya?

Hidup sebatang kara, hidup susah, pekerjaan hanyalah sebagai asisten rumah tangga, tidak bisa dandan cantik, tidak punya baju yang bagus semua itu menjadi kesedihan buat Nagin.

Ahh ntahlah hanya waktu yang bisa menjawab. Nagin pun menghapus air matanya, ia hanya bisa berdoa, suatu hari Tuhan bisa mengangkat derajatnya dan memberi kebahagiaan buatnya.

Hari - hari pun berlalu. Nagin gadis polos itu semakin giat saja bekerja. Tak pernah ia merasakan kelelahan.

Bay, tuannya itu pun semakin menyukai hasil kerja Nagin, Nagin orang yang bersih dan rumah itu pun semakin banyak di tumbuhi bunga - bunga cantik nan indah. Tidak hanya di taman saja banyak bunga - bunga indah, didalam rumah pun, Nagin menata bunga - bunga indah itu.

Setiap pagi, Nagin disibukkan dengan vas dan bunga - bunga dari hasil taman. Dan pada suatu ketika, Nagin pergi kepasar membeli beberapa keperluan dapur.

Bay tinggal sendiri dirumah. Karena berketepatan hari itu adalah hari libur. Nagin pun berpamitan kepada Bay.

Setelah Nagin pergi, ntah kenapa Bay ingin sekali melihat kamar Nagin. Bay pun turun dari atas dan melangkah dan memasuki kamar Nagin, pembantunya itu. Bay begitu kagum melihat kamar Nagin, ia melihat barang - barang tertata rapi.

Dimeja kecil ada bedak baby, sisir, minyak telon dan bando berwarna hitam. Hanya itu saja barang - barang yang dimiliki Nagin. Lotion atau parfum tidak ia temukan sama sekali.

Kamar itu seperti kamar baby baru lahir, wangi minyak telon. Disudut kamar ada meja kecil. Bay melihat ada fhoto Ayah, Ibu dan Nagin ketika masih kecil. Bay melihat fhoto itu.

Nagin sangat cantik sekali ketika masih kecil. Rambutnya sama seperti sekarang ini, panjang dan hitam berkilau. Dikamar itu tidak ada hiasan yang bagus seperti dikamarnya.

Bay hanya melihat setangkai mawar merah di vas kecil yang diletakkan diatas meja mungil itu. Bay memberanikan diri membuka lemari Nagin. Ketika ia membukanya, betapa terkejutnya Bay.

Ia hanya melihat 5 pasang baju yang sudah agak sedikit kusam, beberapa rok model lama yang warnanya sama semua warna hitam. Tas lusuh yang hampir saja putus talinya.

Dan Bay juga menemukan bungkusan yang dibungkus dengan kain sarung. Ia membuka bungkusan itu, ia melihat ada beberapa dokumen penting. Ada surat rumah yang ukuran rumahnya sangat kecil sekali, KTP dan ijazah waktu jaman SD, SMP dan SMA.

Bay melihat semua dokumen itu. Perlahan ia mengambil KTP Nagin, ia melihat KTP tersebut. Ternyata 2 hari lagi Nagin akan ulang tahun yang ke 25.

Seketika itu, Bay menghela nafas. Ia tidak menyangka wanita yang cantik itu, hidupnya begitu susah. Tidak punya pakaian atau barang - barang yang bagus.

Bay pun sibuk merapikan semua dokumen itu. Dan membungkusnya kembali dengan rapi. Ia juga mencari apakah Nagin mempunyai ponsel.

Semua laci dilemari itu ia buka satu persatu. Ia tidak menemukan barang yang ia cari. Dalam benak Bay, apakah Nagin juga tidak mempunyai ponsel?

Kali ini, Bay begitu sedih melihat pembantunya itu. Kenapa baru ia sadar, kalau Nagin itu sama sekali belum memiliki ponsel, seperti orang pada umumnya.

Padahal barang itu sudah mudah ditemukan. Ketika hendak menutup lemari itu, ia tak sengaja melihat ke atas lemari, ia melihat ada sebuah celengan ayam berwarna merah.

Ia pun mengambilnya dan melihat celengan itu. Celengan ayam itu belum berat sama sekali. Ia tak bisa melihat lubang celengan itu. Karena lubangnya yang terlalu kecil.

Bay pun meletakkan celengan ayam itu kembali pada tempatnya. Tak berapa lama setelah Bay meninggalkan kamar itu, Nagin pun tiba. Bay melihat wajah cantik itu kelelahan, agak sedikit kusam karena dari pasar. Baju kaos oblong itu agak sedikit basah.

" Nagin, kamu sudah pulang ? gimana dengan belanjaannya? apa dapat semua?" Tanya Bay sambil mengeluarkan ponsel dari saku celananya.

" Ya tuan, semua belanjaannya lengkap. Saya permisi kebelakang dulu ya Tuan ?" Nagin pun pergi ke belakang sambil membawa keranjang belanjanya.

Bay hanya bisa menatap Nagin, ia begitu iba dan kasihan melihat Nagin. Selama ini, ia tak begitu tahu tentang asal usul pembantunya itu. Yang penting bagi Bay, rumah bersih dan makanan selalu tersedia dimeja makan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!