Guardian Company, London.
Senyum manisnya terukir di wajah cantik bermata hitam, gadis cantik bernama Alea Anjanie menatap cincin berlian yang tersemat di jari manisnya.
Alea baru saja dilamar oleh sang kekasih. Walau sebuah lamaran yang tak resmi karena proses lamaran sang kekasih tidak disaksikan secara langsung oleh keluarga kedua belah pihak dan juga beberapa sahabatnya. Tetapi, bagi Alea ini sudahlah cukup. Alea bahagia.
Pelukan sang kekasih dan kecupan sang kekasih tak henti menerpa pipi dan juga bibirnya. Alea bak dihujani jutaan kelopak bunga saking bahagianya hari ini.
“Aku akan jadikan kamu Nyonya Shander, Alea,” gumam sang kekasih bernama Mike William Shander.
Sayangnya, gumam itu hanya di dalam hati, saja. Sang kekasih yang ikut bahagia pun tak bisa di pungkiri kalau rasa bersalah yang teramat besar pun menyelusup hatinya.
Mike telah berdusta bahkan dia sudah mengkhianati kepercayaan Alea begitu juga cintanya.
“Cincin itu menandakan kalau kamu hanya milikku, Alea. Sekalipun aku telah menduakanmu,” ucap Mike dalam hati.
Ada hati yang tak tenang. Meski wajahnya terpancar kebahagiaan kini Alea miliknya, namun tidak Mike yakin kalau perbuatan bodohnya ini akan dimaafkan oleh Alea.
Alea menatap sang kekasih yang diiringi senyuman. Ah, Alea bahagia. Dia bahagia bisa datang ke Inggris bertemu dengan sang pujaan hati, meski keberangkatannya menuju Inggris harus diwarnai perdebatan yang amat memusingkan dan juga melelahkan.
Jessie sahabatnya tidak mengizinkan untuk datang seorang diri ke Inggris. Apa lagi hanya untuk menemui kekasihnya, Mike.
Sahabatnya itu memang tidak suka dengan kekasihnya bagi Jessie, Mike adalah pria brengsek yang telah menghianati cintanya, seolah penolakan sahabatnya itu tahu keburukan sang kekasih di belakangnya.
Tetapi, nyatanya. Cincin ini dan lamaran ini lah yang menepis semua prasangka buruk perihal sang kekasih. Alea percaya kalau Mike adalah pria baik yang sudah lama dia kenal.
“Apa kamu tidak akan bekerja?”
“Sebentar lagi, aku masih merindukanmu, Bee.”
Alea menyandarkan wajahnya di bidang dada Mike diiringi senyuman cantiknya. Gadis berusia dua puluh tiga tahun itu menjulurkan cincin berlian yang tersemat di jarinya.
“Apa kamu senang, Bee?” Mike bertanya yang diiringi menatap sang kekasih. Tak lupa bibirnya kembali mengecup kening Alea.
Alea berikan anggukan pelan. Sumpah demi apa, dia tidak menyesal dengan liburannya kali ini di mana sepanjang waktunya Jessie selalu sibuk menghubunginya. Mungkin sahabatnya itu ketakutan karena dia tidak meminta izin terlebih dulu pada Jeon sang kakak angkatnya.
Selama ini, Jessie dipercaya untuk menjaga Alea di mana Jeon tidak ada selalu ada bersama dengan Alea.
“Tentunya aku senang Bee. Terima kasih,” ucap Alea menatap penuh bahagia.
Mike Shander kembali mengecup bibir Alea. “Jangan pernah berterima kasih karena kamu pantas mendapatkannya.”
“Aku akan menghubungi paman dan bibiku di Amerika. Mereka pasti senang mendengarkan lamaran ini,” ucap Mike yang dianggukan Alea.
Alea mengenal dekat paman dan bibi Mike. Pria bertubuh atletis itu warga asli Amerika, dimana Mike Shander sudah lima belas tahun hidup dan menetap di London–Inggris untuk meneruskan bisnis keluarganya.
“Aku pun akan menghubungi ayahmu, tentunya aku ingin kita bertunangan secara resmi di depan ayah, keluarga dan juga teman-teman kita.”
Alea kembali mengangguk. Dua tahun sudah mereka hubungan jarak jauh Singapore-London dan hasilnya membuat hati Alea berbunga-bunga, secepat ini Mike akan melamarnya.
“Aku ingin kamu jadi ibu dari anak-anakku, Alea. Kamulah wanita yang aku cintai di dunia ini. Tidak ada yang lain, kamu percaya kan padaku?” tanya Mike seraya mengecup punggung tangan Alea.
“Aku percaya padamu, Mike.”
“Ck! Sungguh wanita bodoh, begitu saja percaya pada pria brengsek seperti Mike Shander. Kau tidak tahu Alea, bagaimana kekasihmu itu di sini,” gumam seseorang yang berdiri diambang pintu.
Seseorang itu mengintip di celah kecil pintu yang terbuka. Dia menatap benci pada Alea saking bencinya seseorang itu mengepalkan kedua tangan nya dengan hati yang mendidih penuh dendam.
"Lihat saja. Aku akan menghancurkan semua kebahagian kalian! Aku tidak sudi melihat semua kebahagian ini. Aku akan menghancurkanmu Alea karena Mike Shander hanya milikku seorang!"
“Dan kau, honey. Tunggulah pembalasanku, karena kau sudah berani bermain denganku,” tegasnya dalam hati.
Kedua matanya tak sengaja menangkap cincin berlian yang tersemat di jari manis Alea. Amarahnya semakin menggebu.
“Cincin itu seharusnya jadi milikku kan, honey? Tentunya kau pun hanya milikku seorang,” gerutu tak henti di ambang pintu.
Melihat kemesraan mereka, sungguh seseorang itu tidak rela.
“Oh, ya, Bee. Apa kamu tahu kalau aku sudah lama ini merencanakan hal ini untukmu. Lamaran ini.”
"Benarkah?"
Mike mengangguk pelan, membenarkan.
Suara ketukan pintu hentikan obrolan mereka sejenak.
"Ya masuk..." seru Mike.
Seseorang wanita cantik pun masuk ke dalam ruangannya.
“Sebentar ya, Bee.”
“Oke.”
“Ya, ada apa Gina?” tanya Mike.
Sebenarnya dia ingin sekali menegur cara berpakaian sekretarisnya yang terlampau seksi. Spannya terlalu pendek dan bila berjongkok sudah jelas segitiganya akan kelihatan.
Gina berikan senyuman yang dipaksakan untuk melengkung pada bosnya.
“Maaf, Tuan. Hari ini anda ada meeting penting dengan para pemegang saham,” kata Gina, lagi wanita itu tersenyum ramah pada bos dan juga pada wanita yang duduk di samping bosnya itu.
"Baiklah, Gina. Kamu tunggu saya di luar. Saya akan segera menyusulmu.”
“Baik, Tuan.” Gina berlalu pergi keluar dari dalam ruangan tersebut, sementara Mike berikan kecupan terdalamnya pada sang pujaan hati, Alea Anjanie.
“Aku meeting dulu ya, Be. Tidak apa kan kamu di sini dulu menunggu sebentar?”
“Ya. Aku akan menunggumu.”
“Bagus. Pulang pun untuk apa bukan karena pastinya kamu akan bosan di dalam rumah tanpa melakukan apa-apa.”
"Kamu boleh membaca buku-buku ku di sana, bila kamu jenuh karena menunggu lama."
Alea menjulurkan ibu jarinya setuju dan tak ketinggalan kerlingan mata. Mike pun tersenyum menawan dan mengecup punggung tangan Alea.
"Terima kasih sayang. Jangan kemana-mana tunggulah calon suamimu ini," ujar Mike yang membuat Alea tersenyum malu.
"Iya aku akan menunggumu. Pergi sana, jangan cemaskan aku di sini."
Mike memeluk Alea erat, ia menatap sang pujaan hati hingga Mike mendekatkan wajahnya sampai kedua hidung mancung Alea saling bertemu, lalu mengecup bibir merah muda itu sejenak.
"Tunggu aku."
"Ya, bawel amat sih," gerutu Alea.
Mike pun terkekeh, meski langkahnya berat meninggalkan Alea. Tetapi, ia harus segera keluar dari ruangannya untuk meeting bersama dengan para pemegang saham.
Dari balik pintu, Gina melihat kalau cinta Mike begitu besar pada wanita pujaanya itu.
Melihat sekretarisnya yang masih menunggunya di luar, Mike membuang nafas pelan seraya berjalan keluar menuju ruangan meeting.
Gina mengikuti Mike dari arah belakang, tepatnya mengekor langkah sang bos dengan cepat hingga dia bisa berjalan saling berdampingan dengan Mike.
Gina pandangi ke samping, di mana bosnya nampak bahagia, wajah tampan itu berseri senang. Gina tersenyum miring, menatap tidak suka pada bosnya itu.
Bos nya adalah pria brengsek yang pandai merayu wanita, hingga wanita bodoh yang ada di dalam ruangan tersebut pun seolah termakan oleh rayuan gombalnya saja. Alea tidak tahu siapa sebenarnya kekasih yang diagung-agungkan itu.
Hanya sebuah cincin berlian yang seolah sebuah sogokan saja. Gina tahu betul dengan kebiasaan yang dilakukan oleh bosnya sendiri.
Pria itu sudah menghianati cintanya. Cinta Alea. Gina tahu, semua keburukan yang sudah dilakukan oleh Mike Shander selama ini, termasuk perselingkuhannya dengan wanita lain.
Lirikan mata Gina yang tajam membuat Mike risih. Ia mendengus kesal, pada wanita yang berjalan di sisinya. Gina adalah sahabat dekatnya yang bekerja menjadi sekretarisnya. Mike tau, kalau Gina pasti sudah mengetahui tentang lamarannya dengan kekasihnya itu.
Tapi itu bukannya urusan Gina kan? Mau Make melamar Alea atau menikahi Alea. Itu bukan urusan Gina kan?
Lalu kenapa dengan wanita di sampingnya itu yang memperlihatkan raut wajah yang tak begitu suka pada Alea dan juga padanya? Apa lagi melihat dirinya selama ini bahagia?
Oke, Mike tau kalau Gina tentunya mengetahui semua kebusukanmu selama ini. Tapi cintanya yang begitu besar pada Alea tidaklah main-main, meski di belakang Alea dia berselingkuh
Cincin yang tersemat di jemari lentik Alea pun bukan rayuan gombalnya, melainkan bukti keseriusan Mike pada Alea. Mike ingin menjadikan Alea istri satu-satunya dan sekaligus Nyonya Shander.
Mike lelah dengan semua kebrengsekannya. Ia butuh kehidupan yang sesungguhnya, berkomitmen dengan wanita yang dicintainya, menikah dan memiliki keluarga kecil.
"Ada apa denganmu?" tanya Mike tanpa menoleh ke samping di mana Gina berada.
"Apa pedulinya kamu padaku?"
Mike mendengus jengah. "By the way, cincin berliannya bagus. Sudah pastikan nilai dan harganya fantastis bukan," sindir Gina pada bosnya itu.
Mike hanya terdiam, berjalan lurus. "Lalu apa yang sudah kau berikan pada selingkuhanmu, hmm? Padahal selama ini wanita itulah yang selalu menghangatkan malammu.”
Mike berhenti, kedua matanya menatap Gina dengan sudut bibirnya yang tertarik ke samping. Mike menatap benci pada wanita yang sok ikut campur urusannya.
"Kenapa berhenti? Ruangan meetinga ada di sana?" tunjuk Gina sembari membalikan badannya.
"Maksudmu apa berkata seperti itu hmm?"
"Tidak ada. Kenapa?"
Lagi-lagi Mike menghembuskan napas. "Apa kau tau. Cincin berlian itu tidak ada apa-apa dengan apa yang sudah aku berikan pada jallangku!"
Mike menjeda kalimatnya, seraya menatap Gina. "Apa mau aku sebutkan, apa saja yang sudah aku berikan pada selingkuhanku selama ini, hmm?”
"Bahkan sebuah cincin berlian itu tidak ada apa-apanya dengan semua kemewahan yang telah aku berikan pada jallangku!"
Mike memasukan kedua tangannya ke dalam saku celana katun, berjalan mendekat Gina. Mata elangnya menatap tajam seolah ingin membunuh wanita itu hidup-hidup.
"Apa wanita jallang itu menginginkan cincin berlian juga?" tanya Mike.
Namun, sorotan matanya yang tajam terus menatap Gina tanpa menoleh ke lain arah, hanya terfokus pada Gina seorang.
"Maybe…”
"Maka sampaikankanlah pada jallangku itu. Dia bisa membeli cincin berlian sendiri tanpa harus meminta padaku!
"Uang yang aku berikan padanya lebih dari cukup untuk membeli berlian! Seharusnya jalllangku itu, cerdas memakai uangku bukan malah menghabiskan uangku di meja judi!"
Mike melanjutkan kembali jalanya tanpa mempedulikan Gina di belakangnya.
“Tapi aku dengar kau sudah membatasi uang di atm nya?”
"Cih! Segitu aku masih memberikan uang kepada jallang itu! Di mana setiap harinya dia menjual tubuhnya padaku! Bukankah semua itu demi uang?" jawab Mike tanpa membalikan badan.
"Katakanlah kepadanya berhentilah berjudi, sebelum aku tarik semua fasilitas yang sudah aku berikan kepadanya!" tegas Mike tanpa menghiraukan lagi apa yang dibicarakan Gina.
“Kau mengancamnya?”
Tangan Gina mengepal erat. Kedua netranya menatap tajam pada punggung tegap Mike yang mengacuhkan dirinya.
"Jika kau mengancamnya seperti itu. Apa kau tidak takut kalau dia akan memberitahukan semua rahasiamu kepada Alea? Siapa sebenarnya dirimu dan hubunganmu dengan jallang itu?"
Mike memberhentikan langkah kakinya kembali, cukup bosan Mike berdebat dengan sekretarisnya itu. Ia menghela napas dengan menoleh ke belakang di mana Gina masih menatapnya.
Mike berbalik badan berjalan kembali menghampiri sekretarisnya, Gina.
"Jika dia memberitahukan semuanya pada Alea. Aku sendiri yang akan membunuhnya dengan tanganku. Jadi jangan macam-macam kepadaku apa lagi mengancamku! Camkan itu!”
Mike memhembuskan nafas dengan sorotan matanya yang tajam ingin sekali ia membunuhnya detik ini juga.
'Kau jangan main-main denganku wanita jallang, tugasmu hanya untuk menghangatkanku di ranjang bukan mengancamku! Wanita jallang tetaplah wanita jallang. Jangan berpikir dia akan menjadi Nyonya Shander karena gelar itu tidak pantas didapatkan!
'Gelar Nyonya Shander hanya untuk wanita berhati baik, seperti Alea Anjanie,' gumam Mike di dalam hati.
Dia kembali melanjutkan jalannya menuju ruang meeting yang selalu terhalang oleh sekretarisnya yang banyak menanyakan hal pribadi ini.
“Sialan Mike!”
Alea duduk di kursi kebesaran kekasihnya. Wajah Alea masih berseri bahagia. Apalagi saat ia melihat di meja kerja sang kekasih terdapat foto dirinya bersama dengan Mike Shander.
'Ya Tuhan, so sweet banget sih kekasihku,' batin Alea seraya mengambil dan mengusap foto ia dan Mike.
Alea kembali melihat cincin berlian bermata satu yang melingkar di jemari lentiknya.
Cincin bermata satu yang menyilaukan netranya itu seraya menepis sudah semua kegelisahan hatinya mengenai kekasihnya itu.
Hingga semua yang sahabatnya katakan padanya pun seolah ditepis jauh-jauh. Bahwa Mike tidak seperti itu.
Kekasihnya itu tidak mungkin berselingkuh dengan wanita lain. Apa lagi foto di meja kerja Mike yang menunjukkan Mike sungguh-sungguh mencintainya.
Tiga puluh menit kemudian…
Gina masuk ke dalam ruangan Mike, ia berjalan menuju meja kerja bosnya. Ia meletakan sebuah catatan hasil meeting tadi bersama dengan para pemegang saham.
"Cincin baru kah?" tanya Gina mendekati Alea yang duduk di single sofa.
"Ohh ini?"
Gina mengangguk pelan, ia berdiri di depan Alea di mana meja sofa itu memisahkan jarak kedua wanita tersebut. Sedari tadi Gina menatap cincin tersebut.
Ekspresi wajah Alea yang terlihat bahagia itu membuat Gina merutuki Alea yang begitu bodoh! Wanita itu menatap jemarinya yang terpasang tanda cinta dari Mike Shander.
"Ini dari Mike. Dia melamarku tadi sebelum meeting," gumam Alea senang.
Bila Alea bisa menatap Gina dengan tatapan senang tanpa sekali ada curiga dan tanpa berpikiran buruk, namun jauh berbeda dengan Gina yang menatap Alea dengan tatapan tidak suka.
Dada Gina rasanya terbakar hanya melihat cincin berlian yang melingkar di jemari wanita bodoh di hadapannya itu.
Namun demi apapun Gina duduk di samping Alea. Netra Gina tak berhenti menatap cincin bermata satu yang melingkar begitu cantik di wajah Alea.
'Sial! Seharusnya cincin itu jadi milikku. Bukan milik wanita bodoh itu!' batin Gina.
"Bee..." sapa Mike tersentak kaget, saat Gina duduk di samping Alea. Mike tidak tenang.
"Ya sayang..." jawab Alea.
Mike mendekat. Gina langsung bangkit dari duduknya.
Lirikan mata Mike yang tajam seolah memberi isyarat kalau Gina tidak boleh dekat dengan wanita pujaanya ini.
'Sebenarnya apa yang diinginkan Gina pada Alea?'
Mike menarik Alea, hingga tubuhnya terangkat dan mendudukan Alea di atas pangkuannya. Lirikan mata Mike dan diamnya Mike tak lepas berpikir akan maksud wanita itu duduk berdekatan dengan Alea.
'Apa Gina akan memberitahukan Alea. Kalau aku memiliki wanita lain selain Alea?
‘Apa senekat itu Gina akan padaku? Apa dia tidak tahu kalau ancam aku bukan main-main?'
Mike bermain mata dengan Gina, ia mengisyaratkan untuk wanita itu pergi dari ruangannya.
Namun Gina tidak menggubris. Wanita itu masih membandel tetap duduk di sofa sampingnya.
"Bee..."
"Ya sayang..."
"Sudah sore. Sebaiknya kita pergi keluar. Kita cari makan lalu mengantarkan kamu ke apartemen Tiara."
Alea mencebikkan bibirnya menatap Mike. Namun Mike menunjukkan ponselnya yang bergetar dengan nama yang tertera di layar ponselnya 'Jessi'
"Dia sudah meneleponku. Bisakah kita pergi sekarang karena aku malas mendengarkan sahabatmu yang terus mengomel padaku. Ayo..." ajak Mike seraya mengulurkan tangannya untuk menyambut tangan Alea.
Alea mengangguk pelan, mengapitkan jemarinya untuk menggenggam telapak tangan Mike dan bangkit dari duduknya meninggalkan Gina seorang diri di ruangan Mike.
Gina mendengus kesal. Kedua tangannya terkepal.
"Awas kau Mike. Aku akan membalasmu lebih kejam lagi dari pada ini!" batin Gina.
Luxs Club, London.
Suasana yang ramai di sebuah ruangan yang cukup luas, sebuah club dengan fasilitas yang lengkap. Tidak hanya diperuntukan untuk penikmat dunia malam.
Namun, club berlantai dua itu memiliki sebuah ruangan khusus di mana tempat kasino berada. Tidak hanya untuk para orang kaya yang gila berjudi.
Siapapun yang mempunya banyak uang di perbolehkan masuk ke sana. Kebanyakan di lantai khusus kasino selalu didatangi oleh para pebisnis kelas atas.
Tidak hanya itu, para bisnis prostitusi, pengedar obat-obatan terlarang, senjata api dan lain sebagainya bertransaksi di dalam sana.
Bukan hanya para orang kaya, pengusaha, para menteri yang menjejakkan kakinya di sana dan ada beberapa para mafia ada disana dengan bertransaksi di sebuah club dengan keamanan dan penjagaan yang cukup ketat aman dan privasi.
Wanita berparas cantik, berkulit mulus duduk dengan tersenyum licik pandangi lawannya. Hari ini adalah sebuah keberuntungannya.
'I win,' lirih wanita itu dengan senyuman devil menatap ketiga pria yang duduk di hadapannya.
Tangan kecilnya melingkar di meja judi menyapu habis semua uang yang berada di atas meja judi. Ia berhasil memenangkan taruhannya.
"Oh God. Thank you so much. Karena hari ini hari keberuntunganku. Aku menang banyak malam ini," soraknya bahagia.
Ketiga pria di hadapannya hanya tersenyum tipis, menatap kesal karena sudah dikalahkan oleh seorang wanita.
"Apa kalian mau main lagi?" tanyanya, seraya mengedipkan sebelah matanya.
Tatapannya yang menggoda membuat ketiga pria di hadapannya itu pun mengangguk karena penasaran ini mengalahkan wanita di depannya itu.
Bila pria itu masih penasaran dengannya. Lain halnya dengan si wanita yang belum puas ingin menyapu bersih uang milik ketiga pengusaha kaya raya.
"Baiklah honey aku akan menyerahkan semua uangku untuk menjadi taruhannya.
“Tapi ingat jika kau kalah, kau harus menyerahkan tubuhmu untukku malam ini. Bagaimana?" tanya salah satu pria.
"Hmm, baiklah tidak masalah bagiku," jawabnya santai.
"Hah—aku tidak akan ikut bermain lagi, karena semua uangku sudah habis oleh wanita cantik itu," ujar salah satu pria berkemeja putih yang terlihat kesal karena ia kalah berjudi.
"Aku akan ikut sayang dan aku akan menaruhkan semua uangku. Tapi ada satu syarat."
"Apa?"
"Kalau aku menang, kamu harus melayani kita berdua bagaimana?" tentang si pria tampan yang mengerlingkan sebelah matanya pada si wanita.
Wanita itu merasa tertantang dengan taruhan besar malam ini. Ia tidak mau menyia-nyiakan kesempatan langka ini.
"Menarik sekali. Aku menantikan hal itu! Aku ingin bercinta bertiga malam ini. Jadi tolong kalahkan aku!" ucapnya penuh kesombongan pada ketiga pria yang begitu tergila-gila dengan tubuhnya ini.
"Good. Kami juga tidak keberatan kalau malam ini kita akan bercinta bertiga malam ini. Ya tidak?" jawab si pria seraya menatap salah satu temannya.
"Ide bagus juga!"
"Hmm, baiklah kita mulai sekarang.”
Mereka bertiga satu persatu membuang kartunya. Si pria tersenyum sengit pada wanita berparas cantik dengan tubuhnya yang aduhai begitu seksi seperti model papan atas.
Kedua pria itu pun sudah menebak, kalau mereka pasti menang. Mereka akan membawa si wanita itu untuk menghangatkan malamnya ini.
"Astaga aku tidak sabar ingin bercinta bertiga. Aku sudah membayangkan betapa indahnya malam ini bila hal itu terjadi," gumamnya.
"Simpanlah gombalanmu Honey. Karena kalian berdua kalah lagi!" lirih si wanita seraya menunjukkan kartu cantik di hadapan kedua pria yang tergelak kaget.
"Tidak semudah itu mengalahkanku malam ini Honey!" sambungnya.
"Oh ****!"
"Sungguh sial malam ini!" umpat si pria.
"Hahahaha…maafkan aku Honey, malam ini aku tidak bisa bercinta dengan kalian dan menghangatkan malammu.
“Padahal aku sudah membayangkan betapa malam ini akan panas karena aku akan menghangatkan kalian.
“Nyatanya aku yang menang. Jadi sorry..." gumamnya seraya menyapu kembali uang yang ada di hadapannya.
'Malam ini adalah malam keberuntunganku,' lirihnya tak henti-hentinya tersenyum.
"Kau perlu bantuan honey?”
Wanita di sampingnya pun tersenyum senang sambil mengangguk dan membiarkan pria itu merangkul dan membawanya pergi dari hadapan kedua pria yang menatapnya tajam.
'Biarkanlah malam ini aku akan bersama dengan kekasih cadanganku bersenang-senang dan akan menghabiskan uang kemenangan yang aku dapatkan.
"Sepertinya cukup besar untuk berpesta bersamanya, karena tidak mungkin juga pria brengsek itu mencariku karena ia sedang bersama dengan kekasih bodohnya,’ batinnya mencium bibir pria bermata biru yang merangkulnya.
Pria bermata biru yang bersamanya itu adalah teman baiknya. Pria yang sering disebut dengan kekasih cadangan nya yang selalu setia menemaninya dan menghangatkan ranjangnya ketika dirinya sedang tidak dibutuhkan oleh pria brengsek di luar sana yang tidak lain, Mike Shander.
Pria bermata biru itu tentunya tau hubungan wanita berparas cantik dengan Mike Shander pengusaha muda yang sedang banyak diberitakan akan kesuksesannya.
Ia pun tidak keberatan sama sekali akan dirinya yang diibaratkan kekasih cadangan wanita itu. Namun dirinya tidak ingin ikut campur akan masalah kisah cinta temannya itu yang hobby berjudi yang ia merangkul saat ini.
"Kita akan ke mana? Rumahmu atau apartemenku?”
"Yang jelas apartemenmu saja. Karena aku tak mau Mike mengetahui hubungan kita honey, kau bukanya sudah paham bukan?”
"Baiklah. Aku akan mengikuti perintah tuan putri. Ohh iyah, jika kau kini sedang mendapatkan uang banyak seharusnya kau bayar dulu hutangmu itu pada pria tua bangka agar kau tenang dan tak dikejar-kejar hutang oleh orang suruhan itu?" nasehatnya.
"Baiklah. Aku akan membayarnya sebagian dan sebagian lagi aku akan berjudi besok. Kau akan ikut denganku, Hon?” tanyanya.
"Tentu honey. Aku akan menemanimu aku punya barang bagus apa kau mau?”Pria itu yang menunjukan beberapa jenis obat kepadanya.
"Aku pasti mau honey. Kita akan berpesta malam ini, huuh," teriaknya penuh kebahagian.
Pria itu pun ikut bersorak bersamaan menaiki mobil sportnya menuju ke apartemenya. Ia bisa dikatakan teman baik yang menasehati wanita gila di sampingnya ini untuk menghentikan kegilaanya akan hobinya yang berjudi.
Tetapi jika masalah percintaan ia hanya bisa diam dan tidak ingin ikut campur apalagi dirinya tidak ingin ada masalah dengan Mike Shander.
Pria tampan bermata biru itu tidak begitu tertarik akan judi, ia lebih tertarik pada obat-obatan terlarang, penyelundupan senjata api dan lain-lain. Namun ke brengseknya selalu menawarkan obat jenis baru pada wanita di sampingnya ini yang sama-sama pemakai.
Ia pun pemakai dan sekaligus pengedar yang mana semua club yang berada di London itu sudah tak asing dengan pria bermata biru. Dia adalah William Burg.
Wanita itu menghisap bubuk putih ke dalam hidungnya beberapa detik kemudian ia tersenyum senang dengan tubuhnya yang memeluk William dan menciumnya.
"Aku sangat senang dengan ini aku sangat suka,” ucapnya menyapu bibir William brutal.
"Aku semakin bergairah honey, Kau benar-benar wanita penghangat ranjang, wanita ****** yang aku gilai. Permainanmu dan tubuhmu yang indah ini, sudah membuatku frustasi kau semakin hari semakin seperti obat-obatan ini.
"Sehari aku tak menyentuhmu membuatku sangat merindukanmu. Apalagi tak bermain denganmu sepertinya senjataku ini seakan melemah. Aku akan membuatmu mengerang sepanjang malam ini honey!"
Wanita itu tersenyum bahagia, belum pernah ia merasa bahagia seperti ini.
"Kau memang kekasih cadanganku yang terbaikku William. Aku tak akan menyerah untuk malam ini," teriaknya keras seperti orang gila.
Di sepanjang perjalanan mereka menuju apartemen William. Keduanya berteriak kencang di dalam mobil sport miliknya, sesekali keduanya yang tertawa lepas menghirup udara bebas akan kemenangan wanita di sampingnya.
'Aku sangat senang, aku senang kebebasan seperti ini. Aku senang dengan pria yang mana selalu mengerti diriku,' lirihnya menatap pria bermata biru di sampingnya yang mengulum senyum mengusap pipinya dengan lembut.
William memarkirkan mobilnya menyapu bibir merahnya dengan brutal dengan keduanya yang bergairah.
Tangan William menjelajah seluruh tubuh indahnya meremas dan menghisap dua bukit kembar di depan matanya.
"Ahhh…honey jangan di sini, sebaiknya kita segera masuk ke apartemenmu, aku sudah tak sabar," pintanya.
William mengangguk setuju ia pun memang tidak bisa leluasa bercinta di dalam mobil yang sempit milikinya.
William menggendong wanita untuk masuk ke dalam apartemennya dengan wanita itu membawa dua tas besar bermerek dan membawa semua uangnya dibawa masuk ke dalam apartemen kekasih cadangan nya.
Ia percaya jika William tak akan menguncaring dirinya. Dia sudah lama mengenal William Brug, pria baik yang hanya tertarik pada obat dan tak pernah sekalipun pria itu menipu dirinya.
"Kau tak akan dicari oleh Mike Shander?”
Ia menghela napas dengan jemarinya yang menyentuh dada bidang William.
“Ia sedang tak membutuhkanku honey, karena ada kekasihnya yang bodoh itu disini sedang berlibur dengannya, menghabiskan akhir tahun di sini.
"Pria brengsek itu sedang tidak membutukan wanita penghangat ranjangnya, seperti diriku. Aku akan dibutuhkan jika dia memintaku," ungkapnya pada William, pria yang selalu menjadi tempat curhatnya, tempat dirinya selalu mengadu akan semua kekesalan akan ke brengsekan Mike Shander.
"Apa kau kini sudah jatuh cinta pada Mike Shander?" tanya William membelai rambut wanitanya.
"Tidak, aku tak pernah jatuh cinta kepada Mike Shander karena yang membuat aku jatuh cinta pada pria brengsek itu hanya uangnya, hanya itu," gumamnya berbohong.
Tidak mungkin wanita yang sudah lama menghangatkan ranjangnya setiap malamnya tidak mencintai pria tampan seperti Mike Shander yang mana selalu memberikan segalanya untuknya. Ia sudah lama mengenal Mike dan mengetahui semua sisi gelap Mike Shander.
Bagaimana dirinya tidak mencintai Mike, karena sikap Mike yang acuh kepadanya membuat dirinya terjatuh di pelukan Mike Shander yang membuatnya menginginkan lebih dari panggilan wanita penghangat ranjangnya menjadi kekasih Mike Shander, pria yang berkuasa namun tak pernah menampakan kekuasaan nya.
Guardian Company, London.
Mike memeriksa semua file yang diberikan oleh Gina. Ekspresinya yang dingin dan acuh dengan sikap Mike yang berubah drastis yang membuat Gina bertanya-tanya.
Wajah Mike yang menakutkan seperti itu pun ia tak berani menanyakan banyak hal padanya tentang apa yang membuat Mike seperti ini.
'Bukanya kemarin ia baru saja melamar kekasihnya itu? Namun kenapa wajahnya saat ini sangat menakutkan?
'Seharusnya Mike bahagia, moodnya hari ini harusnya bagus, namun…sudahlah aku tak harus memikirkan Mike yang bertingkah aneh ini,' lirih Gina.
“Semalam wanita jalang itu ke mana? Pergi bersama dengan kekasih cadanganya, iyah?” tanya Mike pada Gina.
Mike jelas tahu ke mana perginya wanita murahan itu, bersama dengan siapa pergi saat semalam itu, Mike mengetahui semuanya.
Sikap Mike yang seperti ini tentu dirinya kesal karena wanita murahan itu selalu bermain dengan banyak laki-laki di luaran sana.
Mike kesal bukan karena cinta pada wanita murahan itu, melainkan muak akan tingkah wanita itu yang seenaknya.
“Bukanya itu urusanmu? Dia pergi ke mana saja dan dengan siapa saja bukan? Karena kau pun sedang sibuk bersama dengan wanita bodoh itu? Maka dia bebas bukan, pergi bersama dengan pria lain yang tentunya bisa menyenangkanya?”
Mike menatap nyalang pada Gina, “Jelas itu urusanku, karena dia sudah melanggar peraturanku,” ucap Mike dengan nada keras menatap Gina penuh amarah.
“Peraturan?” tanyanya terkejut.
“Jangan pernah main-main denganku, bukanya kau tahu akibatnya apa?” jawab Mike seraya perkataanya itu adalah sebuah ancaman.
***
Di gelapnya malam Ale duduk termenung di balkon rumah Tiara, entah kenapa suasana hatinya mulai ragu setelah ia mendapati sebuah lembar kertas kecil yang kini ia pegangan.
Are menatapnya kembali dengan pikiran yang masih mengehantui kepalanya. Sebuah hasil usg yang entah milik siapa yang ia temukan di laci meja kerja Mike.
Sebenarnya selama hubungan kita yang sudah lama ini kau bersama siapa saja?Apa benar di belakangku kau selingkuh seperti apa kata Jessie katakan kepadaku?
Lalu kau melamarku dan memberikan cincin ini untuk apa? Jika yang aku lihat kini sebuah hasil usg yang entah wanita mana yang kau hamili saat ini Mike, lirih Ale menatap hasil usg.
Sebelum kepergian ke Inggris, empat hari yang lalu.
Orchard, Singapore.
“Kau akan berangkatkah ke London untuk menemui kekasihmu itu?” tanya Jessie sahabat dekatnya.
Jessie melihat wanita itu sejak tadi sibuk merapihkan pakaianya dan barang bawaanya yang hendak akan pergi menemui kekasihnya yang sudah dua tahun ini mereka menjalin hubungan.
“Tentu Jess, aku akan ke sana menemuinya. Karena sudah enam bulan ini aku tak berjumpa denganya, hanya lewat telpone dan video call aku bertemu dengan Mike!"
Ada satu kekhawatiran yang melanda pada diri Jessie. Ia mempunyai sebuah firasat buruk pada sahabatnya ini.
Jessie yang duduk di tepi tempat tidurnya Ale, ia pun memperhatikan gerak-gerik sahabatnya yang tengah bersemangat untuk pergi bertemu dengan kekasihnya, Mike Shander.
“Biasanya Mike yang kemari untuk bertemu denganmu, kenapa kau yang akan pergi ke sana? Bahkan kau tak pernah tau akan kota London! Di mana alamat Mike berada kau tak tau itu bukan?” tanya Jessi kembali karena sesungguhnya hati ini udah tak enak rasanya.
Namun Jessie sulit untuk mengatakanya yang sebenarnya kepada Ale.
Ale menghela napas dengan berdiri di depan Jessie yang kini duduk menatap dirinya.
“Mike sudah memberiku alamatnya Jess ini alamat tinggalnya dan aku pun sempat bertanya kepada Jeon kalo ini memang benar alamat tinggalnya,” kata Ale menyakinkan pada sahabatnya kembali memberikan secarik kertas pada Jessie.
Jessie menerima dan melihat kertas yang diberikan sebuah alamat rumah Mike, apa ini benar alamat rumah Mike karena ia pun hafal dengan kota Inggris itu, karena dulu Jessie berkuliah di London dan masih sering pergi ke sana menemui saudaranya yang tinggal dan berkuliah London.
“Mike akan menjemput aku di bandara Jess, jadi kau tak usah khawatir, Mike bukanya teman Jeon?” tanya Ale pada Jessie.
Tetapi kenapa Jessi sangat tak enak hati seperti ini melepaskan sahabatnya untuk pergi bertemu dengan kekasihnya.
“Baiklah kalo begitu tapi kau harus minta izin ke Jeon karena aku tak mau Jeon marah padaku karena membiarkanmu pergi tampa sepengetahuannya, apa kau tak bawa pak Lee untuk mengantarkan mu ke London?”
Ale mendengus kesal, betapa rasanya ia ingin sekali meledak akan kecurigaan Jessie kepadanya dan pada juga Mike.
“Astagaa Jess, Aku ini kan cuman mau bertemu dengan Mike bukan urusan bisnis tetapi aku ingin menghabisakan dua minggu di sana untuk berlibur dengannya.”
“Baiklah jika kau membandel, memang susah kalo menasehati orang yang sedang jatuh cinta membuat orang menjadi buta, bahkan ia tak bisa melihat mana yang tulus mana yang tidak,” kata Jessie sengaja, karena ia sudah mengetahui siapa Mike Shander yang sebenarnya, pria brengsek dengan wajahnya yang tampan membuat sahabatnya yang polos ini tak percaya.
Ale menghiraukan ucapan Jessie, karena semejak dulu Jessie memang tak menyetujui jika mereka menjalani hubungan ini, karena mengingat hubungan Ale dan Mike yang Long distance.
Ia tak percaya akan kesetian dan ketulusan hubungan yang jarak jauh yang saat ini Ale jalani, meskipun Mike setiap bulannya datang kemari hanya urusan bisnis sekaligus menemui Ale di sini, namun tak bisa di pungkiri jika Mike di sana sudah menghianati ketulusan cinta Ale.
“Kau masih curiga kepada Gina?” Ale menghampiri Jessie memeluk sahabatnya dengan erat. “Gina hanya sekretarisnya saja Jess. Mike dan Gina tidak ada hubungan apa-apa, percaya deh," ucap Ale menyakinkan Jessie.
“Kau ini pandai Ale, seharunya kau harus sedikit curiga kepada dia yang jauh di sana, aku benar-benar tak yakin jika Mike pria yang baik untukmu Ale,” kata Jessie memberikan nasehat kembali kepada sahabatnya yang begitu keras kepala. Jessie mengeratkan genggaman tangan Ale yang melingkar di lehernya.
“Iyah, iyah….”
“Jika besok sampai bandara dan Mike jemput, kau harus menghubungiku langsung, dan satu lagi aku tak mau kau tinggal di rumah Mike, kau harus tinggal bersama Tiara di sana karena aku sudah menelpone saudaraku dan menitipkanmu pada Tiara dan Ryander untuk menjaga dirimu kau harus menuruti apa perkataanku Ale,” minta Jessie.
Ale mengangguk dan mencium pipi Jessie.
”Satu hal lagi Ale, jangan tinggalkan ibadahmu kau wanita baik yang selalu taat beribadah, sebisa mungkin di sana kau jangan berduaan terus dengan Mike ingat bukan muhirm, jika kau macam-macam di sana dan tak bisa menjaga tubuhmu aku tak segan-segan akan menelpone uma agar kau diberi cermah oleh uma langsung,” ucap Jessie sedikit mengancam karena sahabatnya ini paling segan dengan uma yang mana sudah Ale anggap sebagai ibunya setelah beberapa tahun ibu Ale meninggal dunia karena sakit.
Ale berdiri tegap menghormat kepada Jessie yang mana ia akan mengikuti saran Jessi dengan senyuman keduanya yang saling di lontarkan dan berpelukan kembali.
Alea Anjanie wanita berparas cantik, anggun dan cerdas berwarga Negara Indonesia, ia bekerja di salah satu perusahan JP Crops Singapore milik sahabatnya Jeon Park.
Ia sudah lama tinggal di Negara Singa karena suatu pekerjaan yang mengharuskan ia untuk menetap tinggal di sana dan jauh dari keluarganya.
Sang ayah Ale mempercayakan anak sulungnya untuk bekerja di sana yang mana perusahan itu milik sahabatnya Ale. Jeon sang pemilik perusahan menganggap Ale seperti adiknya sendiri.
“Hai…kau kenapa di sini sendirian. Apa ada masalah?”
“Tidak Ra, aku baik-baik saja,” jawab Ale meremas hasil usg di tanganya. Tiara tak boleh tahu akan apa yang sedang aku pikirkan saat ini.
“Biasanya kau jam seginih sudah pergi bersama Mike tumben diem di rumah,” ujar Tiara duduk di samping Ale dengan memandang langit yang bertaburan bintang-bintang di atas sana.
“Mike sedang berada di Ripon ada urusan bisnis di sana makanya ia tak mengajakku keluar,” ucap Ale yang mana Mike memang mengatakan hal seperti itu kepadanya. Ia tak tahu ucapan Mike itu hanya sebuah alasan saja untuk kekasihnya itu bersama dengan selingkuhanya atau mungkin saja Mike benar sedang ke Ripon untuk masalah bisnis.
***
“Faster babby…. Please,” ucapnya dengan sedikit berteriak.
Suara geraman wanita itu yang tengah berada di bawah kungkungan pria yang amat ia cintai.
Ya, wanita itu mencintainya bukan karena uangnya saja namun ia tulus mencintai pria ini, sehingga apapun ia akan lakukan demi bersamanya, bahkan dirinya rela menjadi wanita murahan demi menami pria itu sepanjang malam demi tujuanya, uang, hidup yang layak dan nyonya dari seorang pria kaya ini.
Pria itu bergerak cepat di dalamnya, menggerang penuh peluh menikmati gerakan yang ia hentakan menuju perlepasan.
“Honey…" lirihnya yang terdengar di telinga pria itu menggerakan dengan cepat hingga sesuatu yang meledak di dalam milik wanita berparas cantik bertubuh sexy yang selama ini selalu menghangatkan dirinya di setiap malamanya.
Wanita itu merebahkan diri di sampingnya dengan nafas yang masih terengah-engah menatap pria di sampingnya dengan tubuhnya penuh peluh yang bercucuran di wajahnya dengan hembusan nafas yang cepat mencoba mengatur pernapasanya.
Ia bersandara di bidang dadanya dengan jemari lentiknya bergerak menyentuh bantalan-bantalan kotak di dada pria yang ia peluk yang tak lain Mike Shander.
“Aku harus segera pulang honey, besok pagi aku ada meeting penting dengan klien dan tolong besok kau siapakan dinner untuku di sebuah restoran biasa untuk aku dan Ale,” ucap Mike santai, memungut kembali pakaianya yang berserakan di lantai dan bersiap untuk pergi dari apartemen wanita itu.
“Secinta itukah dirimu kepada kekasihmu hmm? Apa yang sudah ia berikan kepadamu honey, bahkan selama ini kau tak perah menyentuhnya,” ucap wanita itu sedikit tinggin saat ia harus mendengar kata-kata itu kembali.
“Aku tak akan menyentuhnya jika aku sudah menghalalinya, ia wanita baik jauh berbeda dari wanita yang aku kenal selama ini dan ia tak sepertimu, jadi kau harus ingat itu kau yang memulai dan menginginkan ini bukan? yang sudah kau tukar dengan sebuah kemewahan yang sudah aku berikan.
"Apartemen mewah ini, supercar dan uang belanja. Kau sudah tahu bukan jika aku tak mencintaimu?”
“Mike….bahkan kau saat ini sudah menghianatinya kau berselingkuh denganku di belakangnya dan kau pun masih menginginkan tubuhku yang mana kau sudah melamar wanita bodoh itu,” teriak wanita itu yang tak lain Gina Robert yang selama ini selalu menjadi wanita yang selalu menemaninya sepanjang malam.
Ya, Ginalah selingkuhan Mike Shander yang mana wanita cantik itu tahu jika Mike memiliki pacar berwarga Singapore, Alea Anjanie.
Mike menghampiri wanita itu, mencengkram dagunya, dengan sorotan matanya yang tajam.
“Jika kau mengatakan semua ini kepadanya, aku akan pastikan kau akan mati di tanganku Gina.
'Kau hanya wanita murahan bagiku, bahkan kau tak ada apa-apanya dari pada dia, jadi kau harus ingat itu, dan satu lagi jaga sikapmu selama ada Ale di sini. Aku tak ingin Ale curiga apa lagi sampai ia meninggalkanku,” ancam Mike kembali.
Mike tahu jika suatu hari kebusukannya ini dan rahasia akan dirinya pasti akan di ketahui oleh Ale yang mana ia sudah menghianati ketulusan cintanya.
Mike menghempaskan wajah Gina sehingga tubuh wanita itu terjatuh di ranjangnya dan pergi meninggalkan Gina begitu saja.
Gina tak mau kehilangan Mike, meskipun ia tau Mike hanya memandangnya wanita murahan. Namun, kesakitan hatinya ini akan ia balas suatu hari kepada Mike meskipun ia harus membunuh kekasihnya itu, Alea Anjanie.
Bersambung...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!