~Kita tidak seharusnya menaruh harapan besar kepada orang lain selain kepada diri kita sendiri~
Selamat Membaca....
•••••
Sebuah Kota baik itu Kota besar maupun Kota kecil pastinya banyak penduduknya. Kalau kota besar banyak penduduk akan lebih baik dan teratur, akan tetapi kalau Kota kecil banyak penduduk apakah akan terpenuhi tempat tinggal mereka?
Mungkin bisa akan tetapi lapangan pekerjaan pun akan semakin terbatas dan pengangguran akan semakin banyak.
Kota D termasuk Kota kecil yang cukup maju dengan gedung-gedung tinggi berjejer pada tempat tertentu.
Kota D kecil? Ada kota yang lebih kecil lagi. Seperti Kota E, F dan seterusnya, bahkan kemungkinan ada Kota kumuh.
Tak semua Daerah di Kota D memiliki kehidupan yang baik, namanya saja kota kecil.
Meski tak sebesar kota diatasnya kota D memiliki orang-orang yang akan pulang pergi untuk bekerja juga, tapi ya seperti yang di katakan sebelumnya tak semua orang akan mendapat kan pekerjaan.
Kalau tidak memiliki latar belakang pendidikan yang mumpuni, pasti nya akan sulit mendapatkan pekerjaan yang kayak.
Dan juga tak luput yang namanya masyarakat pinggiran yang mana untuk makan sehari-hari saja harus bekerja dari siang sampai larut malam, bahkan bila perlu tak pulang.
Beralih ke Kota lain yaitu Kota utama, Kota termaju, Kota terluas dan Kota yang paling banyak orang yang ingin tinggal di sana, tapi sayangnya hanya orang yang memiliki kekayaan di atas rata-rata yang akan mampu tinggal di sana, yaitu kota A. Dimana gedung-gedung yang menjulang tinggi ke langit berjejer di setiap sudut Kota bahkan tak ada gedung kecil, rumah kecil dan sebagainya yang berukuran kecil.
Orang-orangnya pun semuanya berpakaian modis tak ada satu orang pun berpakaian lusuh. Bisa dianggap satu orang kaya di kota A ini sama dengan salah satu penguasa tertinggi di sebuah kota dibawah kota C yaitu Kota D, E dan seterusnya.
Tapi di lihat dari itu semua Kota A masihlah termasuk Kota yang satu persen ada orang yang masih kesulitan untuk bertahan hidup karena biaya hidup di sana sangatlah mahal.
Berbeda lagi dengan Kota di wilayah lain atau negara lain. Kota A hanya Kota kecil bagi negara lain karena dia sana sudah sangat maju dan modern.
¤¤¤¤¤
Terdapat seorang wanita berpakaian serba merah yang sebagian wajahnya tertutup oleh topeng berukir mawar merah.
Dia sedang berlari tertatih-tatih sambil memegang perut bagian kirinya. Dia sesekali menoleh kebelakang memastikan bahwa, orang-orang yang mengejarnya telah jauh darinya saat ini.
Tiba-tiba saat dia menatap kembali ke depan dia dikejutkan oleh tiga orang yang telah berada di depannya dan sedang bersiap menembaknya dengan pistol di masing-masing tangan mereka.
"Berhentilah melarikan diri!" Ucap salah satu dari tiga orang yang menodongkan pistol. "Cepat serahkan benda itu!" lanjutnya dengan dana marah dan mengancam.
"Ck, jangan harap aku akan menyerahkannya! Meskipun aku mati," Sahut sarkas sang wanita yang terluka. Perut bagian kiri yang sedang di tekan nya itu terdapat luka tembak. Jikalau hanya luka tembak biasa itu tak masalah baginya, tapi masalahnya peluru yang menembusnya tersebut terdapat racun yang menyelimutinya.
Mereka menggeram marah dan akan menembakkan isi peluru mereka kepada sang wanita, tapi di wajah sang wanita tak ada rasa takut sedikit pun. Wajahnya dingin, datar tanpa ekspresi, itu semakin membuat mereka marah dan geram.
"Tembak!"
"Tunggu!"
Suara seorang perempuan dari belakang sang wanita menginterupsi untuk jangan menembak. Dia mendekat dan akhirnya tepat berada di belakang sang wanita terluka.
Wanita yang terluka itu sekarang di kelilingi oleh sepuluh orang satu diantaranya yaitu seorang perempuan. Sang perempuan mendekat ke arah sang pria yang tadinya ingin menembak lalu dihentikan olehnya dan berkata.
"Tenanglah! Dia akan mati cepat atau lambat! Kita hanya perlu bersenang-senang sekarang!"
Terlihat wajah sang pria yang mulanya terlihat sangat marah mulai rileks.
"Maya, menyerah lah dan berikan benda itu kepada kami dan kau akan kami lepaskan! Jangan membuang waktu terlalu banyak, lihatlah dirimu saja sudah sekarat, jadi cepat serahkan benda itu dan aku dan yang lain akan mengobati mu,"
Perempuan itu bernama Jesica, dia adalah teman Maya, bahkan pria yang sekarang sedang mengelilingi dan menodongkan pistol kearah Maya merupakan teman satu geng yang mulanya hanya untuk senang-senang bagi anak-anak muda yang rata-rata dari mereka telah lulus dari sebuah universitas. Tapi lama-kelamaan sebuah geng itu menjadi terkenal dan di takuti oleh geng-geng lainnya.
Maya merupakan seorang agen pembunuh yang jika di luar hanyalah seorang perempuan biasa yang seperti perempuan pada umumnya bermain, bersenang-senang dan sebagainya bersama teman-temannya.
Sedangkan disisi lain, dia adalah seorang agen pembunuh yang telah dilatih sejak kecil bahkan saat itu dia masih berusia 10 tahun dan sekarang dia telah berusia 23 tahun yang mana dia telah menerima pelatihan mengerikan selama 10 tahun. Dan dia kabur dari Organisasi yang mendidiknya jadi mesin pembunuh saat berusia 20 tahun.
Kembali ke kenyataan. Mengapa situasi sekarang terjadi?
Itu karena Jesica teman sekaligus sahabat yang sangat dipercaya dan telah dianggap keluarga oleh Maya mengkhianati nya setelah dia tahu identitas sesungguhnya dari Maya yang merupakan seorang agen pembunuh nomor satu di dunia yang di cari-cari keberadaannya.
Maya tidak menduga kalau setelah dia menceritakan segalanya terhadap Jesica, ternyata Jesica memiliki niat terselubung kepadanya. Mungkin dibutakan oleh kepercayaan yang mendalam dikarenakan sudah bersahabat selama lebih dari lima tahun membuat Maya tak menaruh curiga sedikit pun terhadap Jesica.
Bukan hanya Jesica yang telah dianggapnya keluarga, tapi Aldo dan lainnya juga. Tapi dia tak dipercaya dengan Jesica jadi Maya berfikir Jesica tidak akan membocorkan identitasnya.
"Kenapa? Kenapa kau,...kalian berbuat seperti ini kepadaku? Apakah aku pernah membuat salah kepada kalian?" Tanya Maya dengan nada marah tapi dia menahannya sampai setiap perkataannya itu tertekan oleh amarahnya.
"Kenapa ya?" Jesica pura-pura berpikir dan menatap Aldo, pria yang di dekatinya semula. "Mengapa ya sayang?" Dia bertanya kepada Aldo. Terlihat wajah Aldo tersenyum menyeringai, mengejek Maya.
"Tentu saja karena dia sudah tidak berguna lagi, dan juga dapat mengancam kita dan ah satu lagi karena barang yang di dapatnya sekarang sangatlah berharga dan itu akan membuat kita akan menjadi orang yang menguasai dunia bawah,"
Hati Maya seperti disayat ribuan silet, hatinya sakit. Dia telah menganggap orang-orang didepannya ini sebagai keluarganya sendiri, karena dia telah sendiri sejak dia diculik dan dibawa ke markas agen pembunuh dan berakhir dapat kabur dari sana saat berusia 18 tahun dan bertemu mereka semua.
Tapi sekarang hatinya telah mati rasa dan tak dapat mentolerir orang-orang yang berkhianat.
Wajahnya sangat marah sekarang. Biasanya kalau dia marah, dia tak menunjukkannya, tapi sekarang dia tak dapat menyembunyikannya lagi.
"Bermimpi lah kalian akan mendapatkan benda itu!" Sarkas Maya. Dia berusaha berdiri tegak setelah sebelumnya dia sedikit membungkuk karena menahan sakit diperut kirinya. Tapi sebelum dia dapat mendongak menatap Jesica, Aldo dan mantan teman-temannya itu, sepertinya Jesica tidak memiliki kesabaran lagi untuk berbicara manis kepada Maya.
Dor!
Suara tembakan bukan berasal dari Aldo tapi dari tangan Jesica.
Aldo hanya tak mampu menahan Jesica untuk tidak menembak karena mereka belum mendapatkan benda yang mereka inginkan. Tapi itu sudah terlambat, karena Jesica sudah menembakkan timah panas tepat ke jantung Maya.
"Apa kau gila? Bagaimana kalau dia mati?"
"Itu bagus!" Jawab santai Jesica melihat Maya kembali kesakitan dan sekarang sedang terkapar di tanah sambil berusaha bangun kembali tatkala Jesica menembak tepat di bagian tulang kering.
"Kita belum mendapatkan benda itu!" Ucap Aldo tak sabar, dia marah, kesal tapi tak dapat disalurkannya kepada sang pembuat onar.
"Dia tidak akan mengatakan apa pun, jadi lebih baik cepat di bunuh," seringaian licik dan menatap jijik Maya terlihat jelas di wajah Jesica.
Maya sekarang benar-benar dalam keadaan yang sangat menyedihkan.
'Apakah ini akhir dari perjalanan hidupku? Aaaah sudahlah, aku tak punya siapa-siapa juga di dunia ini, jadi aku tak memiliki penyesalan untuk mati sekarang,' batin Maya meratapi hidupnya yang penuh darah dan tanpa kasih sayang.
Dor!
Dor!
Dor!
Peluru menghujam tubuh Maya yang sudah bersimbah darah. Tapi kemungkinan tak ada niatan si penembak menghentikan aksinya sebelum peluru di pistolnya habis. Entah dendam apa yang dia miliki terhadap Maya.
¤
¤
¤
Semoga suka...
~Kita tidak tahu hati seseorang, jadi jangan beranggapan sembarangan terhadap orang lain~
Selamat Membaca
•••••
Di tempat, wilayah lain atau bisa di katakan di kota lain, yaitu kota D, kota yang di jelaskan diawal cerita.
Di dalam sebuah ruangan yang bernuansa putih dan juga mempunyai bau yang khas obat-obatan serta banyaknya peralatan medis untuk menunjang pasien.
Itu merupakan salah satu kamar pasien di salah satu rumah sakit. Rumah sakit tersebut bernama 'harapan hidup'. Rumah sakit ini termasuk rumah sakit yang paling bagus di kota D, tapi tidak bagi Kota A yang menganggap rumah sakit ini hanya merupakan salah satu rumah sakit kecil di kota A.
Di dalam ruang tersebut ada empat tempat tidur, akan tetapi hanya satu yang di dekat dinding paling pojok yang di tempati oleh seseorang yang terbaring hanya dengan infus yang menunjang kehidupannya.
Sosok itu kalau di lihat tidak akan mungkin bangun karena tak ada pergerakan sama sekali dari dirinya.
Dia adalah seorang gadis, dia berusia sekitar enam belas tahun. Kepala nya terbungkus perban kain kasa, dia adalah seorang gadis dengan wajah yang cantik.
Tapi tidak seperti keadaan yang terlihat koma, ternyata ada pergerakan kecil dari kelopak matanya.
Dan ya matanya perlahan terbuka dan beberapa kali mengerjapkan nya menyesuaikan cahaya yang masuk ke retinanya.
Setelah di rasa dapat menyesuaikan cahaya yang masuk pada matanya dia pun menatap ke segala arah ruangan serba putih itu.
"Dimana aku? Bukan kah aku sudah mati?" Gumamnya kebingungan.
Saat dia kebingungan tiba-tiba kepada nya sangat sakit dan memori-memori seseorang berputar seperti kaset rusak di kepalanya membuat dirinya mengerang pelan kesakitan.
Setelah beberapa saat akhirnya rasa sakit di kepalanya telah hilang dan putaran memori di kepalanya juga telah berhenti dan sekarang dia mengerti dia sedang di mana.
Merasa bosan dia pun menyalakan televisi yang ada di kamar pasien tersebut. Dia memasang wajah yang serius dan memusatkan pandangan nya pada berita yang sedang di siarkan di televisi.
Berita itu mengatakan bahwa mayat dari seorang wanita telah di temukan di sebuah tanah tak berpenghuni di pagi hari tadi, tepatnya di semak-semak dengan di tumpuk dengan rerumputan. Mayat wanita itu di perkirakan berusia 23 tahun dan telah membusuk karena kemungkinan sudah tiga hari mati.
Menurut investigasi mayat wanita itu adalah seorang agen pembunuh berdarah dingin yang sudah menjadi buronan polisi selama ini. Dia merupakan agen pembunuh nomor satu yang di cari, karena telah menyebabkan kekacauan di kota A.
Sambil menonton berita di televisi tersebut, ekspresi gadis remaja yang kepala nya terbungkus kain kasa itu masih menonton dengan sangat serius. Matanya tak lepas dari layar televisi.
Tidak ada yang tahu bahwa jiwa gadis remaja itu secara tidak sengaja atau kah memang takdir di ganti kan oleh jiwa yang di miliki oleh tubuh mayat wanita yang sedang berada di berita itu.
Dia adalah Maya Klingtons yang telah di lahir kan kembali. Memang pada dasar nya kenyataan ini sangat sulit bisa di percaya, akan tetapi memang seperti itu fakta nya, bahkan Maya Klingtons yang jenius akan segala hal mampu dengan cepat beradaptasi untuk menerima dan menghadapi kenyataan yang telah terjadi saat ini terhadap dirinya.
Jiwa Maya terlahir kembali ke dalam tubuh yang memiliki nama Nadhira Maharani. Dia merupakan seorang gadis yang masih berumur enam belas tahun, dia di lahir kan di keluarga dengan orang tua yang normal dan keluarga yang biasa-biasa saja.
Sayangnya dia di lahir kan di keluarga yang hanya menghormati anak laki-laki, sedangkan ibunya yang suami atau ayah Nadhira telah meninggal hanya memiliki satu anak laki-laki bernama Andara dan Nadhira sendiri, tapi sayangnya hanya Andara yang kelurga mereka anggap, sedangkan Nadhira tidak. Untungnya Andara sebagai seorang anak dan juga kakak tidak mengasingkan ibu dan adik perempuannya tersebut.
Sekarang Andara sedang bersekolah di salah satu SMA terkemuka di kota B, karena dia merupakan anak yang cerdas dan berprestasi berbanding terbalik dengan Nadhira yang hanya bersekolah di SMA pinggiran di kota D akibat nilainya yang sangat buruk.
Dan karena itu, ibu dan juga putri nya itu di remehkan dan juga di bully oleh kerabat saudara mereka sejak lama, ada pun Nadhira dia selalu di panggil 'Anak pembawa sial' karena dia itu bodoh dalam pelajaran, ceroboh dalam bersikap dan pemalu.
Selain itu, teman-teman di sekolah nya mengucilkan dan juga menindas nya, itu juga menjadi alasan mengapa Nadhira menjadi gadis yang sangat penakut, lemah, dan terlihat tidak aneh. Itu juga alasan dia meregang nyawa, akibat di bully dan sudah tidak sanggup menerima kenyataan dan berniat bunuh diri.
¤¤¤¤¤
Ibu nya Nadhira bernama Puspasari, dia adalah seorang buruh di salah satu pabrik yang tak jauh dari rumah mereka tinggali.
Disebabkan tak memiliki latar pendidikan yang memadai untuk bekerja lebih dari itu, dia hanya memiliki penghasilan sekitar beberapa juta rupiah per bulan dan juga mereka selama ini menjalani kehidupan yang begitu sulit. Nadhira adalah seorang siswi kelas sepuluh di sekolah menengah atas di kota D, meskipun di pinggiran itu juga memerlukan biaya. Sedangkan Andara memerlukan lebih banyak lagi, karena dia akan mengikuti ujian nasional dalam satu tahun ke depan dan pastinya dia akan memasuki ke jenjang pendidikan lebih tinggi lagi.
Nadhira tidak memiliki kelebihan di bidang akademis jadi mungkin agak sulit bagi nya untuk di terima di perguruan tinggi nasional. Tapi tak masalah dengan adanya Andara yang sebentar lagi lulus maka kemungkinan akan meringankan beban Puspasari.
Bahkan kerabat tidak ada niatan sama sekali untuk membantu, barang hanya untuk memberikan hutang berupa uang untuk keperluan sekolah. Mereka menganggap kalau mereka meminjamkan Puspasari uang maka ujung-ujungnya tidak akan ada hasilnya dan malahan akan awam Puspasari dapat membayarnya, kecuali Andara telah bekerja setelah lulus dan masuk ke perguruan tinggi, tapi itu masih terlalu lama, mereka tak akan memiliki kesabaran untuk menunggu.
Setelah Maya memikirkan alasan mengapa Nadhira sekarang berada di rumah sakit, jiwa Maya yang saat ini berada di dalam tubuh Nadhira menjadi menjadi marah dan ekspresi wajahnya menunjukkan ekspresi ketidaksenangan.
Bukan karena rasa simpati, tapi karena sekarang dia berada di dalam tubuh Nadhira.
Sebab kematian Nadhira disebabkan oleh pembullyan di sekolah. Di mana Nadhira dikejar-kejar atau bisa diartikan selalu diperhatikan oleh salah satu pria tertampan di SMA Sederhana. Pemuda itu bernama Bima, dia playboy, merupakan senior kelas dua, pemuda yang lumayan kaya kalau dibandingkan dengan siswa lainnya. Karena Bima itu seorang playboy dan saat itu dan kebetulan Nadhira adalah targetnya yang selanjutnya.
Tapi sayangnya siswi perempuan yang merupakan pacarnya yang terakhir tidak terima diputusin dan menganggap Nadhira lah telah merayu Randy, mengakibatkan hubungan mereka berakhir padahal kenyataan tidak.
Nadhira dibully habis-habisan hingga tidak tahan lagi dan bunuh diri dengan melompat dari gedung sekolah berlantai dua. Membuatnya masuk rumah sakit.
Tepat pada saat ini, dua suara wanita yang kesan nya lembut sekaligus khawatir terdengar di luar pintu, membuat Maya menghentikan apa yang sedang di pikir kan nya dan berfokus pada suara itu.
"Ini 30 juta rupiah, semua uang itu adalah tabunganku dan suamiku selama ini, akan tetapi uang ini pastinya belum cukup untuk membayar biaya rumah sakit ini kan," dia adalah bibi nya Nadhira, yaitu bibi Mayangsari. Bibi dari pihak ibu, yang berarti saudari kandung Puspasari. Setelah beberapa saat dia melanjutkan.
"Jadi mengapa kau tidak meminta bantuan kepada saudara pertama kita, Fahmi?" Dia mengusulkan walau pun dia sendiri tidak yakin akan hal yang usulkan nya itu.
"Aku sudah menelpon nya dan meminta nya untuk meminjami ku uang untuk biaya rumah sakit Nadhira akan tetapi dia mengatakan kalau mereka baru saja menginvestasikannya ke perusahaan yang dia kerjasama i dengan perusahaannya yang saat ini semakin berkembang, katanya dia sekarang juga lagi butuh uang, sebenarnya kamu sendiri tahu kan bagaimana saudara pertama kita itu, bagi nya uang adalah segala nya, tidak boleh meminjamkan uang kepada seseorang yang dianggapnya tak dapat membayar kedepannya. Dan seseorang baru bisa meminjam uang kepada nya setelah dia yakin orang tersebut memang mampu membayar kembali," Puspa merasa pasrah, karena memang pada kenyataannya saudara laki-laki pertamanya itu merupakan saudara terkaya diantara saudara-saudari nya dari pihak ibu, dan juga yang paling kuat.
¤
¤
¤
Semoga Suka...
~Sejauh-jauhnya jarak antara rumah keluarga satu dengan yang lainnya, tetap saja ikatan darah lebih kental daripada air~
Selamat Membaca...
•••••
Bu Puspa dan bibi Mayang tahu bahwa itu hanya alasan saudara pertama mereka, tapi mereka tak dapat melakukan apa pun. Itu terserah pada sang pemilik hak.
"Memang sudah begitu ada nya! Lalu bagaimana dengan saudara kedua kita?" Tanya bibi Mayang lagi.
"Dia mengatakan kalau dia baru saja membeli rumah baru, dan tidak memiliki uang lagi," jawab bu Puspa.
"Ini semua adalah salah ku yang tidak mampu menjaga Nadhira dengan baik selama bersama ku, jika saja Nadhira tidak bangun, aku tidak bisa memaafkan diriku sendiri," lanjut bu Puspa berkata dengan sedih dan juga putus asa. Pasalnya sepengetahuannya atau kata dokter Nadhira saat ini
dalam keadaan koma entah kapan bisa bangunnya.
Beralih kepada Maya yang sekarang berada di dalam tubuh Nadhira yang dia ketahui namanya dari ingatan pemilik tubuh.
Meskipun pada saat ini Maya tidak berada di dalam tubuh Maya yang dulu lagi, akan tetapi dia masih memiliki kemampuan hebatnya bersama nya.
Dengan demikian dia dapat mendengar suara-suara dari luar dengan jelas tidak peduli seberapa kecil nya suara itu. Dan pembicaraan yang tak sengaja di dengar nya itu membuat Maya merasa sangat tersentuh dan hangat di hatinya. Entah itu bawaan dari tubuh ini atau memang perasaan Maya yang menghangat.
Ketika dia bangun pagi ini, dia mendapati dirinya berada di sebuah rumah sakit dan yang membuatnya tak percaya dia berada di tubuh yang bukan miliknya.
Serangkaian ingatan memasuki kepalanya membuatnya mengetahui bahwa dirinya sekarang tidak lah lagi berada di dalam tubuhnya. Dan untuk jiwa pemilik tubuh dia tidak tahu kemana.
Dan saking fokusnya mencerna apa yang terjadi pada dirinya, dia sampai lupa untuk memberitahukan kalau dirinya sudah sadar meski bukan anak dari wanita paruh baya yang bernama Puspa itu atau ibu nya Nadhira.
Saat ingin beranjak dari duduk di atas ranjang pasien. Terdengar suara langkah yang cepat berjalan ke arah pintu, dan kemudian terlihat pintu kamar di dorong dan terbuka menampakkan dua wanita paruh baya dengan usia yang kemungkinan hampir sama masuk ke dalam kamar pasien itu.
Mereka berdua memakai pakaian yang sama. Mungkin mereka bekerja di tempat yang sama,pikir Maya. Dan meskipun pakaian mereka terlihat usang akan tetapi pakaian itu bersih dan juga rapi.
Wajah mereka yang kusam dan memiliki lumayan banyak keriput sangat jelas tercetak di wajah mereka.
Mungkin karena pekerjaan mereka yang hanya cukup untuk makan sehari membuat mereka tidak bisa merawat tubuh serta wajah mereka.
"Ibu.. Bibi.." Maya memanggil kedua wanita itu dengan kaku. Dia merasa aneh setelah mengucapkan itu, karena dia sudah sangat lama dan tidak terbiasa dengan panggilan itu semenjak dia tak lagi memiliki orang tua. Tapi demi memerankan dirinya sekarang yang sebagai anak dari wanita paruh baya bernama Puspa itu, dia mencoba sebisa nya.
Dalam ingatan Nadhira, Maya mengetahui bahwa bu Puspa sangat menyayangi Nadhira.
Saat kedua wanita paruh baya itu melihat sosok yang mereka kenali sedang akan beranjak dari ranjang pasien mereka mematung di tempat.
Pasalnya yang dia ingat dokter mengatakan puteri nya itu koma dan entah kapan akan bangun karena terjadi penyumbatan di aliran darah di otaknya membuatnya harus di operasi, tapi sekarang? Puteri nya dengan sangat sehat dan senyuman nya akan beranjak dari ranjang pasien?
Terlepas dari itu semua, tak menutup sekarang dia sangat bahagia, senang, terlihat dari raut wajah kedua wanita setengah baya tersebut saat melihat orang yang sangat di khawatirkan telah sadar dan duduk di ranjang pasien dengan tersenyum.
"Na-Nadhira? Kau sudah bangun nak?" Meskipun sangat terkejut, Puspa segera menghampiri ranjang pasien di mana Nadhira berada, dia langsung menangis dan memeluk Nadhira dengan lembut.
"Nadhira akhir nya kamu sadar," bibi Mayang bergegas menghampiri Nadhira juga setelah sadar dari keterkejutannya.
Setelah di rasa cukup, Puspa melepaskan pelukannya dari puteri nya dan memandang sendu puteri nya tersebut.
"Bu, Bibi aku sudah tidak apa-apa lagi," ucap Maya yang sekarang adalah Nadhira kepada wanita paruh baya tersebut.
(Nama Maya akan di ganti dengan Nadhira di bab-bab selanjutnya)
"Jadi tidak memerlukan operasi yang kalian bicarakan barusan di luar kamar," ucap Nadhira berusaha membuat kedua wanita paruh baya itu tenang, meski tidak dapat membuat tatapan sedih di wajah mereka menghilang.
"Bagus...bagus, ibu merasa sangat lega ketika melihat kau sudah bangun," Puspa tidak dapat menyembunyikan rasa bahagia nya. Sambil menggenggam tangan Nadhira dia berusaha menahan tangis harunya.
Bibi Mayang tersadar dan berkata. "Oh ya, aku akan memanggil dokter terlebih dahulu," kemudian dia pergi keluar untuk memanggil dokter.
Tidak lama kemudian dokter laki-laki masuk ke dalam ruangan itu bersama seorang perawat perempuan. Di belakangnya di susul oleh bibi Mayang.
Dokter itu sangat terkejut dengan kenyataan bahwa Nadhira sudah bangun, itu sungguh keajaiban, dia tidak pernah mendapati hal seperti ini selama dia menjadi dokter.
Tapi mengingat gadis remaja ini awalnya koma, jadi dia masih perlu memeriksa lebih lanjut dan menyeluruh agar tidak terjadi hal-hal yang tak di harapkan ke depannya.
Oleh karena itu, dokter segera mengatur untuk pemeriksaan Nadhira secara menyeluruh.
Tersisa bibi Mayang, Puspa dan Nadhira sendiri di dalam kamar pasien.
Lagi-lagi bibi Mayang baru ingat bahwa Nadhira baru bangun dari koma nya, jadi kemungkinan besar dia akan merasa lapar.
"Aku akan membeli makanan untuk mu Nadhira. Kau pasti lapar bukan," ucap bibi Mayang kemudian di angguki oleh Nadhira.
Dia pun keluar untuk membeli makanan, sementara Puspa tetap berada di samping Nadhira untuk menjaga nya.
"Bu, ibu istirahat ya! Ira lihat ibu sangat kelelahan," ucap Nadhira berusaha selembut mungkin. Pasalnya dia tak terbiasa akan hal itu.
"Tidak apa! Ibu tidak lelah kok, kan ibu sudah ijin istirahat dari pabrik ibu bekerja," ucap Puspa dengan senyum hangat, menghangatkan hati Nadhira yang sekarang jiwanya adalah Maya.
"Ibu...Ira gak mau kalau ibu sakit. Itu kan istirahat dari tempat ibu bekerja, tapi Ira tahu ibu tidak istirahat karena selalu menjaga Ira selama Ira sakit," Nadhira berusaha keras agar Puspa mau istirahat. Sangat jelas tercetak di wajahnya kalau dia lelah, tapi dia berusaha menutupinya dengan selalu menampilkan wajahnya cerah, tapi sepandai-pandainya menutupi kelelahan pasti akan kelihatan juga.
Seseorang membuka pintu dan muncullah bibi Mayang. "Benar kata Nadhira Puspa! Kau istirahatlah. Jangan saat Nadhira sembuh kau yang selanjutnya sakit, tidak lucu kan jadinya," dia juga menyarankan Puspa istirahat sambil menaruh beberapa kantung kresek di tangan nya ke atas meja samping ranjang pasien Nadhira.
Puspa pun mau tak mau dengan paksaan kedua perempuan yang di sayangi nya akhirnya mau untuk beristirahat.
¤¤¤¤¤
Keesokan paginya Nadhira bangun lebih awal tepatnya hari masih menunjukkan jam 5 pagi.
Tidak ada ibu maupun bibinya saat ini, karena mereka kembali ke rumah mereka untuk mengambil keperluan Nadhira maupun keperluan mereka sendiri dan untuk bibi Mayang dia bersiap untuk pergi bekerja.
Dia turun dari ranjang dan keluar dari kamar dimana dia dirawat.
Meski masih merasa lemah pada bagian kaki, Nadhira pun berhasil mendapati lift dan masuk ke dalam sana, tapi saat dia akan benar-benar masuk seseorang menabraknya dan membuatnya jatuh terduduk di keramik keras.
"Ugh, sial! Sakit," gumam Nadhira merasakan sakit yang teramat di bokongnya.
Nadhira mendongak mencari tahu siapa yang menabraknya dan lagi tidak membantunya untuk sekedar berdiri.
Seorang pria, menggunakan pakaian hitam, topi, masker serta kacamata. Laki-laki itu menatap tajam Nadhira dan langsung berbalik meninggalkan Nadhira tanpa meminta maaf, maupun membantu berdiri.
Laki-laki itu tampak seperti penguntit bagi Nadhira. Mata Nadhira menatap siluet yang tak asing dimatanya, itu adalah sebuah pistol. Dia merasa curiga dan jiwa ke kepoan nya meronta-ronta minta dipuaskan.
Dan jika laki-laki itu benar-benar melakukan sesuatu yang mengancam seseorang, dia tidak akan tinggal diam.
Meski dulu dia seorang agen pembunuh berdarah dingin, akan tetapi dia membunuh seseorang yang memang pantas di bunuh bukan membunuh sembarangan.
Nadhira takut kalau ada seseorang yang tidak bersalah terluka dan dia pun langsung mengikuti laki-laki tersebut dengan keahlian bersembunyi nya yang sangat hebat bagi seorang agen pembunuh nomor satu yang di cari.
Mengapa dia merupakan seseorang yang dianggap jahat oleh para pemerintah? Itu karena dia membunuh orang yang bersalah tapi hanya dia sendiri yang tahu orang yang di bunuh nya itu bersalah tidak dengan orang lain yang menganggap dia membunuh karena hanya kesenangan.
¤
¤
¤
Semoga Suka...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!