NovelToon NovelToon

Tawanan Cinta Sang Raja

Penangkapan

"Lepaskan aku!" pekik Sara dengan berusaha keras untuk melepaskan diri dari jeratan pengawal istana. 

"Ikut dengan kami, Nona. Raja menyukai dirimu dan menginginkan dirimu sebagai selirnya," kata pengawal kerajaan. 

"Lepaskan putriku," pinta Ibu Sara dengan lirih. 

"Hidupmu akan makmur, jika putrimu yang cantik ini menjadi seorang selir raja," ucap pengawal. 

"Katakan kepada raja kalian, aku sudah mempunyai tunangan dan kami akan menikah," ucap Sara dengan amarahnya. 

Sara Helowit adalah putri satu-satunya penerus dari keluarga Helowit. Ayahnya sudah tiada disaat usianya menginjak umur satu tahun. 

Sara bukanlah seorang gadis dari keturunan bangsawan, ia hanyalah gadis biasa yang hidup sederhana. Setiap harinya Sara hanya mencari kayu bakar serta berburu rusa untuk mencukupi kebutuhan hari-harinya bersama sang ibu yang sudah tua renta. 

Para tetangga hanya diam melihat Sara yang dipaksa untuk ikut masuk ke dalam kereta kuda. Mereka takut dihabisi saat itu juga, jika melawan kehendak sang raja. Bagaimanapun juga, Sara ditangkap atas perintah dari sang raja.

"Sara," teriak Elios. 

"Elios," pekik Sara saat melihat tunangannya datang untuk menyelamatkan dirinya.

Bruuk ... ! 

Elios ditendang dari belakang hingga terjatuh di atas lantai kayu. Sebuah senjata berbentuk melengkung, panjang dan bermata tajam diletakkan pada lehernya. 

"Ikut kami atau kepala kekasihmu akan kami penggal," ucap kepala pengawal dengan nada ancaman. 

"Elios," lirih Sara. 

"Sara ... bertahanlah, aku akan menyelamatkanmu," ucap Elios. 

Bugh ... bugh ... !

"Elios," lirih Sara. "Jangan sakiti kekasihku." Sara tidak tega melihat Elios dipukuli oleh para pengawal. 

"Ikut kami dan jangan melawan," ucap kepala pengawal.

"Baik ... aku akan ikut, tapi jangan sakiti ibu dan kekasihku," pinta Sara memelas. 

"Tenang saja ... selagi kamu bisa bekerja sama," sahut kepala pengawal. 

"Aku akan ikut kalian," ucap Sara. 

Kepala pengawal melempar satu kantung koin emas kepada ibu Sara dan satu kantung emas lagi untuk Elios, lalu setelah itu Sara dibawa naik ke kereta kuda. 

"Sara," teriak Ibu Sara. 

"Sara ... jangan pergi," teriak Elios dengan mengejar tunangannya yang sudah berada di dalam kereta kuda dan pergi. 

Sara menutup bibirnya agar suara tangisannya tidak keluar. Entah suatu keberuntungan atau suatu keburukkan bagi Sara harus menjadi seorang selir bagi raja yang kejam itu. 

Raja yang bernama Aran Odelia Courtney adalah raja yang dikenal bengis oleh rakyat dan juga para musuhnya. Baru dua tahun Aran diangkat menjadi raja baru di istana Whiteland mengantikan ayahnya yang sudah tiada karena sakit keras. 

Dalam dua tahun Aran melakukan perubahan besar-besaran dalam istananya. Dimulai dari para pekerja di istana yang sudah tua diganti dengan yang muda. Lalu merekrut para pria tanah negara Whiteland sebagai prajurit baru.

Sang raja dikabarkan masih berusia muda, sekitar berumur dua puluh lima tahun, namun kabarnya wajah dari sang raja cacat akibat perang perebutan wilayah kekuasaan. 

Dalam dua tahun raja baru Whiteland sudah menguasai daerah barat yang berbatasan dengan negara Inggris. Para pemberontak juga dimusnahkan oleh raja baru itu.

Karena keberhasilannya itu, banyak para wanita yang ingin menjadi milik raja. Bahkan banyak dari para wanita yang menginginkan anak darinya.

Raja Aran memilik dua orang istri. Satu istrinya bernama Jessica Carey yang merupakan putri dari seorang bangsawan.  Dari pernikahannya itu, raja dikaruniai anak laki-laki yang berumur satu tahun.

 

Lalu istri kedua bernama Izzy Bren, seorang putri dari keluarga bangsawan yang baru dinikahi sang raja enam bulan lalu. Kemudian ada empat puluh selir yang tinggal di harem. 

Pintu gerbang istana dibuka oleh para penjaga. Dapat Sara lihat betapa megahnya bangunan yang terbuat dari bebatuan alam itu. Namun hatinya tidak tersentuh oleh kemegahan istana, ia memikirkan nasib buruk yang akan dihadapinya setelah masuk ke dalam bangunan megah itu.

Pintu kereta dibuka dan Sara dipersilakan untuk turun. Sudah ada dua wanita yang menyambut kedatangannya. 

"Bawa dia ke dalam harem," perintah kepala pengawal. 

Dua wanita itu bingung dengan perintah dari kepala pengawal. Gadis baru tidak boleh langsung masuk ke dalam harem, mereka akan dijadikan pelayan sang raja dulu dan setelah raja menyukainya, barulah gadis itu akan dijadikan selir. 

"Kalian berdua jangan bingung begitu, ini semua atas perintah sang raja, siapkan dirinya malam ini. Raja akan bersamanya," perintah kepala pengawal.

"Baik, Tuan," ucap serempak wanita muda yang seumuran dengan Sara. 

Sara baru berusia dua puluh dua tahun dan rencananya bulan depan ia dan Elios akan mengikat janji suci satu sama lain. Namun nasib malah berkata lain, Sara ditangkap dan dijadikan selir oleh sang raja yang Sara sendiri tidak pernah lihat wajahnya. 

"Ayo, Nona," ucap dua wanita itu mempersilakan. 

Jika dilihat dari penampilannya, kedua wanita muda itu adalah pelayan di harem yang khusus menyiapkan wanita untuk menemani sang raja. 

Sara melihat bangunan tinggi yang ditutup pintu besi dan pintu itu digembok dengan kunci rantai besi.

Salah satu wanita yang membawa Sara, mengeluarkan kunci dari dalam kantung bajunya. Ia membuka rantai gembok itu kemudian mendorong pintu besi yang berat itu dengan dibantu oleh rekannya.

Mata Sara membulat melihat para wanita bercengkerama, menari, dan tertawa satu sama lain. Semua wanita itu begitu cantik dan anggun, layaknya wanita bangsawan pada umumnya.

"Apa raja kejam itu masih kekurangan wanita," gumam Sara pelan. 

Prok ... prok ... prok ... !

Tepukkan tangan membuat para wanita yang bersenda-gurau itu terdiam. Mereka lalu berbisik-bisik tak kala melihat Sara yang berada di depan pintu. 

"Perhatian kalian semua. Ada anggota baru penghuni harem," ucap wanita yang membuka kunci. 

"Perkenalkan namamu, Nona," ucap wanita pelayan berdiri di samping Sara.

Sara melangkah maju ke depan. "Kenalkan, namaku Sara. Senang bertemu kalian semua."

"Dari keluarga bangsawan mana kamu?" tanya wanita bergaun biru. 

"Aku dari kelas bawah dan kalian tahu mengapa aku bisa di sini? Itu karena raja kejam kalian telah membawaku secara paksa," beber Sara. 

"Jaga  bicaramu, Nona," bisik pelayan wanita yang berdiri di samping Sara.

"Wah ... berani sekali wanita ini," seru yang lain. 

Para selir menjadi heboh karena ucapan dari Sara. Karena tidak ingin terjadi keributan, dua wanita itu segera membawa Sara ke kamar yang akan ia tempati. 

*****

"Aku dengar kamu mendatangkan wanita baru lagi," ucap Jessica.

"Iya ... aku melihat wanita itu membawa daging rusa hasil tangkapannya," beber Aran. 

"Lalu kamu tertarik hanya karena wanita itu membawa seekor daging rusa?" tanya Jessi. 

"Ayolah, Jes ... jangan katakan kamu cemburu," ujar Aran. 

"Ada banyak wanita di harem dan kamu masih saja kurang," ucap Jessi dengan kesal.

"Memang ada banyak, tetapi aku hanya meniduri dua istriku saja. Mereka itu selir dari ayahku," ucap Aran.

"Lalu wanita itu? Aku tidak menginginkan wanita itu menjadi istri ketigamu," ucap Jessi dengan tegas. 

Bersambung. 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Bertemu Sang Raja

"Sara ... cepat bersihkan dirimu, malam ini raja ingin bersamamu," ucap dayang yang bernama Dory.

"Berani sekali raja itu memerintahkan diriku untuk melayaninya. Apa selir sebanyak empat puluh orang masih kurang untuknya?" tanya Sara dengan nada kesal dan heran.

"Jika kamu ingin tinggal lebih lama di istana, maka turuti aturan yang ada di  sini," tutur Dory.

"Aku tidak berniat untuk tinggal di sini, raja lalim kalian yang membawaku ke mari secara paksa. Aku sudah punya pria yang kucintai dan kami akan menikah," ungkap Sara. 

"Jika kamu protes, maka protes saja pada sang raja saat kamu menemuinya, aku hanyalah wanita yang melayanimu saja," ucap Dory dengan kesal. 

Pintu kamar diketuk dari luar, segera Dory beranjak membuka pintu kayu yang dikunci geser dengan besi.

"Kalian rupanya ... masuklah," ucap Dory mempersilakan. 

Dua orang wanita masuk dengan membawa kotak kayu di tangan mereka, lalu meletakkannya di lantai. 

"Jadi wanita ini selir baru raja?" tanyanya pada Dory. 

"Kalian keluarkan saja pakaian serta perhiasannya, aku akan membantu Sara mandi," ujar Dory. 

"Baiklah ... kami akan bersiap," sahut mereka. 

"Ayo, Sara ... kita pergi membersihkan diri," ajak Dory. 

Mau tidak mau Sara menuruti permintaan Dory, ia mengikuti langkah kaki Dory keluar dari dalam kamar menuju ruangan mandi khusus bagi selir yang terpilih melayani sang raja.

Dory menuangkan minyak dari bunga ke dalam bak kayu yang sudah terisi dengan air hangat, ia menyuruh Sara untuk membuka gaunnya kemudian masuk ke dalam bak kayu besar. 

"Sudah berapa lama kamu bekerja di sini?" tanya Sara pada Dory yang sibuk mencuci rambut panjangnya. 

"Sekitar sepuluh tahun, aku adalah seorang selir dari raja terdahulu. Karena aku tidak lagi diperdulikan, statusku diturunkan menjadi seorang dayang," ungkap Dory menjelaskan pada Sara.

"Kamu punya anak?" tanya Sara lagi.

Dory mengelengkan kepala meski Sara tidak dapat melihatnya. "Tidak ... seorang selir lebih baik tidak punya anak, hanya ratu yang berhak mempunyai seorang anak."

"Kenapa begitu?" tanya Sara.

"Itu hanya pemikiranku, Sara. Aku tidak mau anakku nantinya dihabisi hanya karena perebutan takhta," jawab Dory.

"Apa kamu pernah berencana untuk pergi dari istana?" kembali Sara bertanya.

"Sering kali, tapi aku tidak punya siapa-siapa di luar sana, lebih baik aku di sini saja dengan para teman-temanku," jawab Dory.

Dory hanya berbeda sepuluh tahun dari Sara, ia pernah menjadi selir dari raja sebelumnya, namun hanya sampai beberapa bulan saja ia disayang. Setelah raja mendapat selir yang baru, Dory tidak lagi dipedulikan. 

Setelah Aran menjadi seorang raja, selir rendahan seperti Dory dijadikan dayang bagi selir terhormat dan menurut Dory, pekerjaan itu lebih baik daripada harus menunggu cinta dari sang raja.

Tubuh Sara dibalur dengan serbuk yang membuat tubuhnya menjadi wangi. Sara memejamkan matanya menikmati setiap pijatan yang Dory berikan pada tubuhnya. 

"Kamu adalah selir pertama yang akan melayani sang raja," ucap Dory 

"Apa raja tidak pernah meniduri selirnya?" tanya Sara.

"Tidak pernah ... selir-selir itu adalah selir dari ayah sang raja, setelah raja sebelumnya tiada, maka selir itu menjadi miliknya. Raja hanya tidur dengan para ratu," jelas Dory.

"Wow ... menakjubkan sekali, lalu saat ini ia malah ingin menampung selir baru," ucap Sara.

"Aku tidak mau membahasnya, sebaiknya kita segera kembali. Kamu harus bersiap," kata Dory dengan mengambil handuk lalu memberikannya kepada Sara.

Sara dan Dory keluar dari tempat pemandian, mereka bergegas menuju kamar dan di dalam sana dua pelayan tadi sudah menyiapkan gaun dan perhiasan untuk dipakai. 

"Pakailah gaun ini," ucap dayang bernama Esme yang menunjukkan gaun berwarna merah.

"Aku tidak suka warnanya," tolak Sara.

"Kamu mau yang mana? Pilih saja sendiri," kesal Esme.

"Berikan aku gaun berwarna putih dan biarkan aku merias diriku sendiri," pinta Sara.

"Biarkan saja Sara melakukan apa yang ia mau, tapi Sara ... jangan membuat kami bertiga dihukum karena ulahmu," ucap Dory.

"Tidak akan ... kalian keluarlah dulu," pinta Sara.

Dory, Esme, serta pelayan wanita bernama Lily keluar dari kamar dan membiarkan Sara menghias dirinya sendiri.

Sara memakai gaun berwarna putih serta memakai perhiasan yang ia inginkan. "Aku tidak akan membiarkan raja lalim itu menyentuhku."

Tidak berapa lama pintu kamar diketuk dari luar. Sara mempersilakan para pelayan wanita itu untuk masuk. 

"Sara ... kamu sangat cantik," puji Dory. "Pantas saja raja ingin menjadikanmu selir ... kamu benar-benar sangat cantik."

"Terima kasih, Dory," ucap Sara.

"Kita harus pergi, pengawal sudah datang menjemput kita," kata Dory.

"Baiklah," kata Sara dengan senyum manisnya.

Sara dikawal oleh pengawal serta Dory menuju kamar sang raja, para selir memperhatikan penampilan Sara dan mulai berkasak-kusuk saat wanita itu lewat di hadapannya.

Sara merasa takjub memandangi ruangan yang ia lewati bersama pengawal dan Dory. Sangat indah namun dibalik keindahan itu ada kesedihan dari banyak wanita, yaitu para selir yang menunggu raja membagi cintanya.

Pintu kamar raja diketuk dan itu berhasil membuat Sara menjadi gugup. Seorang pengawal membuka pintu kamar dan mempersilakan Sara untuk masuk.

Sara dapat melihat sosok pria tinggi besar, memakai pakaian khas bangsawan yang membelakanginya. 

"Yang Mulia," ucap Pengawal.

Aran melambaikan tangannya agar pengawal itu pergi dan pengawal segera meninggalkan Aran dan Sara di dalam kamar.

"Salam Yang Mulia ... saya Sara," ucapnya memperkenalkan diri dengan menurunkan tubuhnya sebagai tanda hormat.

Aran membalik tubuhnya. "Bangunlah."

Sara dapat melihat pria tampan yang berdiri di hadapannya, rambut gelap dan memiliki mata hitam pekat. Tubuh kekarnya dibungkus dengan pakaian khas bangsawan yang terbuat dari sutra berbahan licin.

Wajah Aran tidaklah cacat seperti yang gosip katakan, malahan pria yang berdiri di depan Sara sangat tampan dan berkarisma.

Aran melihat Sara yang tampil sederhana, namun tampak sangat cantik. Mata Sara berwarna zaitun gelap dengan rambut berwarna coklat gelap serta tubuh yang begitu ramping, membuat siapa saja akan terpesona padanya.

Aran mendekat pada Sara. "Aku tidak suka berbasa-basi ... lepaskan perhiasan serta gaunmu."

Sara tersenyum. "Tentu, Yang Mulia."

Sara melepas cincin, gelang serta anting di telinganya, ia sedikit kesusahan saat ingin melepas kalung yang melekat pada lehernya.

"Berbaliklah ... biar aku membantumu melepasnya," ucap Aran. 

Sara membalik tubuhnya ke belakang dan membiarkan Aran melepas kalung yang melekat di lehernya. Kalung itu terlepas dari leher Sara berkat Aran. 

Sara melepas tusuk konde dari rambutnya lalu dengan gerakkan cepat membalikkan diri dan mencoba menusuk Aran. 

"Berani sekali kamu ingin membunuhku," murka Aran.

Sara mencoba menarik tusuk konde yang ditahan oleh Aran, tusuk konde itu tidak dapat menembus perut sang raja.

"Kalaupun aku harus tiada hari ini, aku rela asal aku tidak pernah menjadi selirmu. Kamu mengambil wanita dari ibunya, lalu mengambil wanita dari kekasihnya secara paksa, kamu pantas mati, Yang Mulia," desis Sara.

Bersambung.

Melepaskan

Dengan tenaganya Aran merebut tusuk konde dari tangan Sara, lalu melemparnya ke sembarangan arah. Ia menarik tangan Sara kemudian membalik tubuh wanita itu ke belakang.

Aran menahan sebelah tangan Sara ke belakang lalu tangannya menahan leher wanita itu, hingga Sara seperti seorang tawanan. 

"Kamu sungguh tidak takut untuk mati, wanita sepertimu membuatku semakin bergairah." Aran mengigit daun telinga Sara dan itu berhasil membuat wanita itu meringis. 

"Sebagai seorang raja, kamu terlalu semena-mena, aku bukanlah milikmu dan lepaskan aku!" pekik Sara meronta untuk minta dilepaskan. 

"Semua yang ada di negara Whiteland adalah milikku termasuk dirimu, meskipun kamu sudah memiliki tunangan," desis Aran.

"Kamu sungguh seorang Raja lalim," sarkas Sara.

"Aku hanya menginginkanmu sebagai penghangat ranjangku, sebagai imbalannya kamu akan menjadi selir kesayanganku," tutur Aran.

"Sampai kapanpun ... aku tidak akan pernah menjadi selirmu," pekik Sara.

Aran geram mendengar perkataan Sara, Wajahnya menggelap karena harga dirinya seolah dinjak-injak oleh rakyat biasa seperti Sara.

Aran menarik lengan gaun yang Sara kenakan hingga robek, Sara berusaha untuk melepaskan diri, ia mengigit lengan Aran hingga pria itu melepaskan tangannya. 

Sara berlari menuju pintu lalu menarik gagang besi agar terbuka, namun sayangnya pintu itu tidak bisa dibuka karena dikunci dari luar.

"Buka pintunya ... kumohon buka," teriak Sara dengan menarik gagang besi agar pintu kamar terbuka. 

Pengawal yang bertugas menjaga kamar hanya diam dan tidak menggubris teriakkan lirih Sara.

Aran tertawa terbahak-bahak melihat Sara yang berusaha untuk kabur darinya. Sara kesal lalu menendang pintu kayu itu. 

"Pintu itu tidak akan terbuka kecuali aku yang memerintahkannya," ucap Aran." Cukup sudah  bermainnya, lebih baik kita bermain di atas ranjang sutra."

Sara menggeleng. "Jangan lakukan itu padaku." Sara menyilangkan kedua tangannya pada bagian tubuh bagian atas.

Aran berjalan mendekati Sara yang tersandar di depan pintu, ia menarik tangan Sara lalu melemparnya ke atas tempat tidur yang beralaskan seprai sutra berwarna coklat tua. 

Aran membuka paksa gaun yang dikenakan oleh selir barunya, ia merobeknya hingga tubuh mulus Sara terlihat.

"Jangan lakukan ini, kumohon padamu," pinta Sara dengan lirih.

"Kamu berusaha untuk melenyapkanku dan berterima kasihlah, karena aku tidak menghukummu dengan memasukkanmu ke dalam jeruji besi," desis Aran sembari membuka pakaiannya. 

"Kamu mengkhianati istrimu dan aku dengar kamu tidak pernah meniduri para selir di sini," ucap Sara.

"Oh ... rupanya gosip sudah menyebar sampai ke telingamu. Jadi berbahagialah karena kamu termasuk wanita yang beruntung itu," tutur Aran.

"Aku bahkan menganggap ini sebagai kemalangan," sarkas Sara.

"Berhenti bicara! Jangan mencoba untuk mengulur waktuku," marah Aran.

Aran memerangkap kedua tangan Sara, ia merendahkan dirinya agar bisa mengecup bibir mungil berwarna kemerahan itu.

"Nikmati ini ... aku akan membawamu pada puncak kenikmatan yang tiada taranya," bisik Aran di telinga Sara.

Aran menyapukan bibirnya pada bibir Sara, menyapunya dari ujung hingga ke ujung. Aran mencoba membuat wanita itu tergoda agar membalas setiap pergerakkannya. 

Tangan Aran membelai pipi Sara, namun ia terhenti dan menarik bibirnya karena pipi Sara basah oleh air mata.

Aran menatap kedua mata berwarna zaitun itu mengeluarkan air mata. Wanita yang tadinya memberontak, kini lemah dan sangat rapuh. 

Aran bangun dari atas tubuh Sara, ia memakai kembali pakaiannya. "Malam ini aku melepaskanmu, tapi ingatlah ini ... jangan pernah untuk bermimpi jika aku akan membiarkanmu bebas dari istana ini. Kamu sudah menjadi selirku dan rumahmu adalah di sini, lupakan kekasih serta orang-orang yang kamu sayangi di luar sana."

Sara mengerjap karena Aran melepasnya begitu saja, apakah dia raja lalim itu? Raja yang bertindak semaunya demi mendapatkan apa pun yang ia inginkan. 

Aran melangkah menuju pintu lalu memerintahkan pengawal yang berjaga di luar untuk membuka pintu kamar. 

"Jaga kamar ini dan kunci pintunya dari luar, besok pagi aku akan ke mari," perintah Aran.

"Laksanakan, Yang Mulia," ucap pengawal.

Aran melangkah dengan diikuti oleh pengawal lainnya, sedangkan pengawal satunya mengunci pintu dan berjaga di luar.

Sara menarik selimut hingga batas lehernya, ia mengusap air mata yang meleleh di pipi, namun air mata itu tidak kunjung berhenti.

"Elios, ibu ... aku merindukan kalian," lirih Sara.

Seharusnya seminggu lagi Sara akan menikah bersama Elios, gaun pengantin yang ibunya jahit sudah selesai dan dipajang di dalam kamarnya. 

Hanya tinggal menghitung hari saja, hari kebahagian itu akan datang, tapi nasib malah membawanya masuk ke dalam istana dan menjadi selir yang keempat puluh satu. 

Aran mengunjungi istri keduanya bernama Izzy Bren, ia ingin menyalurkan gairahnya yang belum meledak karena penolakkan Sara. 

Baru kali ini ada seorang wanita yang menolaknya, biasanya para wanita memujanya bahkan para selir yang lain menunggu Aran untuk membagi cinta dan kasih sayangnya.

Tapi berbeda dengan Sara Helowit, wanita itu menolak dirinya, menolak untuk disentuh olehnya. Jika Sara menginginkannya, Aran bisa menjadikannya seorang ratu.

Sara bahkan secara terang-terangan mengatakan, jika bersamanya merupakan suatu kemalangan. Sekian banyak gadis bermimpi untuk hidup di dalam istana yang mewah. Menjadi selir raja dan dilimpahi perhiasan merupakan impian setiap gadis di negara Whiteland. Namun berbeda bagi Sara dan Aran tidak percaya dengan hal itu. 

Aran tertarik pada Sara saat ia melihat gadis itu menenteng seekor rusa di tangannya dengan membawa panah. Rambutnya yang berkilauan serta kulitnya bersinar tak kala sinar mentari menerpa.

Sara bagaikan seorang wanita tangguh, namun begitu cantik dan anggun di mata Aran. Saat itulah Aran memerintahkan pengawalnya untuk membawa Sara ke istana untuk dijadikan seorang selir. 

"Yang Mulia," hormat Izzy dengan merendahkan tubuhnya.

"Malam ini aku ingin bersamamu," ucap Aran.

"Bukannya malam ini kamu bersama selir baru itu?" tanya Izzy sembari melepas pakaian Aran. Matanya membulat saat melihat tangan Aran yang terluka. "Tanganmu?"

"Tidak apa-apa ... hanya luka kecil, lupakan saja, ayo kita tidur," ajak Aran.

"Baiklah," ucap Izzy.

Aran menggiring istrinya menuju tempat tidur lalu melaksanakan tugasnya sebagai seorang suami. 

Aran turun dari ranjang setelah selesai menuntaskan ledakkan dalam dirinya. Izzy sudah tertidur dalam balutan selimut karena kelelahan.

Aran mengenakan pakaiannya namun kancing baju itu tidak ia kancingkan. Aran berjalan menuju balkon kamar, ia menatap gelapnya malam yang dihiasi bintang serta rembulan.

Pikirannya melayang pada Sara Helowit, wanita itu bagai bintang dan rembulan yang sulit untuk Aran raih.

"Ini baru malam pertama, Aran. Bersabarlah ... wanita itu akan bertekuk lutut di hadapanmu," ucap Aran pada dirinya sendiri.

Aran tidak mengerti dengan hatinya, mengapa ia sangat tertarik pada gadis pemilik mata zaitun itu. Aran ingin bersamanya, mendekapnya ke dalam tubuhnya. Berhari-hari Aran terbayang-bayang wajah Sara, hingga akhirnya wanita itu berada di dalam genggamannya.

Bersambung.

 

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!