Tidak ada yang mulus dan tidak ada yang sempurna dalam hidup. Semuanya mempunyai lika-liku, motif dan juga hasil tersendiri dari setiap akhiran dari kisah yang di Titi.
Prankk....!!
Terlempar sebuah ponsel keluaran terbaru menghantam lantai marmer di sebuah kamar mewah lagi luas.
" Julian! Apa apan kamu main lempar ponselku Hah?" Pekik Tania yang baru saja keluar dari kamar mandi.
Jam masih menunjukkan pukul 05.30 pagi. Para asisten rumah tangga masih sibuk mempersiapkan sarapan untuk sang majikan, tetapi sang majikan sudah saling adu argumen dan mempertahankan ego masing masing.
" Kamu yang apa apaan! Perempuan gampangan, tidak tahu diri! Ada hubungan apa kamu sama muridmu huh?" Cecar Julian pada Tania yang masih berdiri di dekat walk in closet.
" Eh, jaga mulut kamu Ya! Aku bukan perempuan seperti itu. Aku bukan seperti jajaran mantan mantanmu yang suka memanjakan nafsumu dan menghangatkan ranjangmu demi sekeping koin!" Balas Tania tak kalah kencang dengan amarah yang meledak-ledak.
POV Tania.
Aku Tania, usiaku sekarang 30 tahun. Bukan usia muda lagi kan? Iya memang. Aku adalah seorang guru bahasa di sebuah sekolah swasta. Sekolah Menengah Atas. Ya kalian pasti tahu, bagaimana tingkah polah para siswanya jika ada guru yang terbilang awet muda sepertiku. Wajahku terbilang baby face, belum lagi karena tubuhku yang mungil. Aku masih terlihat seumuran dengan mereka. Tak jarang dari mereka juga ada yang suka menggodaku.
Tapi bagiku itu hanyalah bumbu penyedap sekaligus penghibur dalam kepenatanku. Aku tidak beruntung, setelah Ayah meninggal, Ibu menjodohkan ku dengan anak pemilik perkebunan kopi terluas di kampungnya. Dan siapa sangka anak dari pemilik perkebunan teh itu dia adalah lelaki yang tampan. Tak di ragukan lagi ketampanannya tapi aku benci dengan sikap kasarnya.
Dia suamiku, meski begitu aku tetap sangat membencinya. Dia galak dan angkuh. Entahlah pokoknya aku sebel sama dia!!
Suamiku bernama Julian Arsen Prasetya. Tampan? memang, Kaya? Iya, Baik? Entahlah, belum pernah kutemui sisi baiknya selama 6 bulan kami menikah.
Setiap hari dia hanya marah, marah dan marah. Pagi ini ponselku menjadi sasaran amarahnya. Tidak tahukah dia? untuk membeli ponsel ini aku menyisihkan beberapa bulan gajiku?
Ingin rasanya aku menjambak otaknya.
POV Author.
📲: " Hallo, aldo?" Mayang menghubungi salah seorang teman juga sekaligus bawahannya yang baru saja bergabung dengan perusahaan tempatnya bekerja.
📱:" Ya?" Istri Aldo menjawab.
📲:" Bisa berikan ponselnya kepada aldo? ada hal penting yang akan saya sampaikan."Ucap Mayang dengan sopan dan lembut. Mayang yakin jika yang ada di seberang telepon adalah istri dari teman lamanya, Aldo.
📱: " Ini siapa ya?"Tanya istri Aldo yang penasaran karena nomor Mayang masih asing di ponsel Suaminya.
📲: " Saya Eum..." Jawab Mayang terpotong dan Aldo sudah merebutnya dari tangan istrinya.
" Kemarikan, itu pasti dari."
📱:" Hallo, hallo!!"Seru Mayang setengah berteriak hingga terdengar tanpa harus di loud speaker.
📲: " Iya Yang, ada apa?" Ucap Aldo tanpa sadar jika kata kata itu adalah panggilan sensitif di telinga para wanita.
" Apa yang katamu Mas?Oh jadi dia wanita yang sering menghubungi kamu tengah malam itu? Yang membuat kamu sampai di pecat dari kantor?"
" apaan sih? bukan!"Elak Aldo tegas tapi terlambat tangan istrinya lebih cepat dari kilat.
📱:" Hallo! iya kamu apa wanita gatal! Ada perlu apa kamu pagi-pagi begini hubungi suami saya?
Belum puas kamu saya Jambak kemarin?
Apa perlu aku cabein juga tempe busuk kamu itu?" Cerocos istri Aldo tanpa henti.
📲:" Tapi maaf Bu. Saya adalah managernya di..."
📱:" Halah bohong! Tidak Mungkin. Kamu pasti berbohong. Dasar pelakor!Saya sumpahin suapaya suatu saat suami kamu di rebut orang!
Biar tahu kamu bagaimana rasanya tersakiti!" Oceh istri Aldo meledak ledak.
" Bunda! Kamu apaan sih? Dia ini manager baru aku Bun. Dia namanya Mayang teman lema aku waktu di desa." Aldo berhasil merebut lagi ponselnya meski tak berhasil menghentikan ocehan salah sasaran istrinya.
📲:" May, Yang? Mayang?" Panggil Aldo dengan rasamalu yang memnuhi wajahnya.
📱:" Iya apa? Tidak bisa kamu didik mulut istrimu Do? Mulai sekarang kamu tidak usah ke kantor. Kamu saya pecat!" Seru Mayang yang kemudian melempar ponselnya ke atas sofa.
Mayang terdiam dan memijat keningnya. Kepalanya berdenyut-denyut. Kilasan masa lalu kembali lagi. Sepertinya nama Mayang memberikan banyak kesialan baginya. Sampai mengakibatkan dia bercerai dengan suaminya yang terdahulu.
POV Mayang.
Hai, kenalkan.
Namaku Mayang. Mau dari depan atau belakang di sebut, tetap saja menjadi masalah bagi sebagian pasangan.
Berulang kali aku terjebak dalam masalah panggilan seperti ini.
Suamiku yang dulu juga menceraikan ku karena sudah tak mempercayaiku, dia pikir aku adalah wanita yang gemar berselingkuh.
Karena sebagian teman dan partner kerja memanggilku dengan sebutan My atau Yang.
My yang berarti milikku, dan Yang yang berarti sayang. Mayang itu berarti miliku sayang atau bisa juga mungkin sayang itu mereka yang menafsirkan. Siapa lagi kalau bukan para pasangan pencemburu?
Hhh, ingin sekali aku mengganti nama, tapi aku tidak mendapat izin dari Ayah dan Bunda.
POV Author.
📲" Sayang, maaf ya hari ini aku tidak bisa hadir di acar kamu. Sebagai gantinya, aku kirim bunga ya?" Ucap Anam di ujung telepon.
📱: " Alasan apa lagi kamu sekarang? Sudahlah aku sudah muak sama kamu. Selalu banyak alasan.
Dengar, mulai detik ini kita putus!
Kembalikan mobil dan juga ponsel serta satu lagi jam tangan Papaku yang kamu ambil." Ucap Dera yang sudah sangat marah dengan kelakuan pacarnya yang hanya memanfaatkan kekayaan Dera dan Papanya yang merupakan pemilik beberapa mall besar di tanah air.
Panggilan terputus, Dera mengakhiri panggilannya dan kecewa karena Anam, kekasihnya tidak dapat hadir di acara launching cafe baru milik Dera.
" Ambil semua yang aku tulis di sini ke rumahnya. Ini alamatnya!" Dera mengutus beberapa bodyguard untuk melaksanakan tugasnya.
Dera menuliskan daftar barang yang harus di ambil dari si brengsek penggila harta itu. Anam baru kemari Dera mengiriminya uang yang terbilang cukup untuk kantung anak kuliah di semester akhir.
Dera mengirimkan sejumlah uang kisaran 5jt kepada Anam. Anam beralasan jika ibunya sakit di kampung. Dengan baik hati Dera membantunya. Tetapi siapa sangka jika uang itu hanya di gunakan untuk foya-foya.
Dera sendiri yang memergoki Anam sedang berbelanja di sebuah minimarket dengan seorang wanita berambut panjang. Ingin sekali Dera mengacaukan semuanya tetapi Dera harus bisa menjaga nama baik Ayah yang di cintainya.
POV Dera.
Hem, Aku Dera.
Usiaku kini sudah 29. Papa selalu memaksaku untuk segera menikah. Tetapi aku tidak ingin menikah.
Aku takut akan pernikahan, seperti Ayah dan Mama yang selalu berkelahi hingga terakhir kali membuat Ayah koma selama berbulan-bulan setelah gegar otak terjatuh dari lantai dua rumah kami karena di dorong oleh Mama yang malah kabur bersama selingkuhannya.
Aku kapok, aku takut jika nanti pasaganku juga akan begitu.
Tapi di lain sisi aku ingin mencoba.
Untuk itu, aku hanya menyukai pacaran saja.
Bagiku jika hanya sebatas pacaran maka sakit dan pengorbanan yang di berikan tidaklah sebanyak orang yang menikah. Maka aku memilih jalan ini.
Dera duduk terdiam di meja kerjanya sambil menjambak rambutnya dengan frustasi. Matanya berkaca-kaca dan siap menitikan air mata. Lagi-lagi dia hanya di manfaatkan karena hartanya. Ini sungguh memilukan, dimana orang tuanya sama sekali tidak memaksakan perihal jodoh, dan membiarkan anaknya hidup mandiri, tetapi jodoh itu seperti semakin jauh.
Dera menatap foto di meja kerjanya. ia mengusap kasar air mata yang sudah menerobos terjun bebas dari pipinya yang putih mulus.
" Kamu beruntung Tania. Kalau aku jadi kamu, aku akan terus berusaha bersikap lemah lembut dan terus menggoda Julian. Lelaki mana yang tak suka ikan? Kamu sah istrinya, tetapi kamu tidak mau berjuang untuk mendapatkn hatinya."
" Jika aku jadi Kamu, aku akan sangat bahagia. Aku akan membuat suamiku bertekuk lutut dan menjadi budakku. Tapi kamu? kamu malah selalu bertengkar dengan Julian."
" Hahahaha, dunia ini aneh! Dimana apa yang di cari akan selalu lari menjauh. Dan mana yang tak di butuhkan justru semakin mendekat." Dera menertawai dirinya sendiri setelah sebelumnya membayangkan jika dirinya berada di posisi Tania.
Tok!
Tok!
Tok!
" Masuk!" Sahut Dera yang kemudian berhenti menangis dan mengusap kasar wajahnya. Diletakkannya kembali frame fotonya bersama kedua sahabat terbaiknya.
"Hai! Cayangkuh!! Selamat ultah ya!" Ucap Tania dengan antusias.
Tania datang membawa sebuah bingkisan spesial untuk sahabatnya Dera. Tania menyadari akan kusutnya wajah Dera dengan air mata yang sudah merusak make-up nya.
" Hei, Dera. Kamu kenapa Huh? Kamu nangis? Ada apa?" Tania mendekat dan mengusap bulir air mata yang masih merembes dari mata cantik Dera.
" Aku putus lagi, Hua....! Hua...!" Tangis Dera pecah lagi. Nyatanya dia tidak mampu merahasiakan sesuatu dari sahabatnya yang di anggapnya beruntung ini.
" Sssttt! Jangan kenceng kenceng. Nanti di kira karyawan kamu aku ngapa ngapain kamu lagi. Udah dong diem."Dera menyodorkan tisu dan mengusap lembut rambut Dera.
" Kenapa lagi kali ini?" Tanya Dera yang mulai tertarik mendengar curahan hati Dera.
" Aku sebenarnya kemarin sudah memergoki dia sedang berbelanja di minimarket dengan seorang wanita berambut panjang. Aku tahu dari orang suruhanku pagi ini jika ternyata uang yang selama ini aku berikan ternyata hanya untuk membahagiakan wanita lain."
" Aku sakit Tan! Kenapa semua lelaki yang mendekatiku hanya menganggap aku sebagai sumber pencaharian?" Dera semakin menjadi mengeluarkan uneg-unegnya.
" Ya karena kamu itu memang kaya Bego! Kalau kamu miskin sepertiku mana ada yang mau memanfaatkan?" Jawab Tania yang terdengar menyakitkan tetapi memang itulah faktanya.
" Sabarlah, lupakan lelaki jahat itu. Kamu harus bersyukur. Tuhan memperlihatkan dia yang sesungguhnya sama kamu sebelum kalian menjalin komitmen. Coba kalau kalian sudah menikah baru ketahuan busuknya? Hhhh, rugi bandar Kamu Ra!" Celetuk Tania yang membuat Dera tergelak dan diam seketika. Dera berusaha mencerna kata-kata dari sahabatnya.
" Kamu Benar Tan." Dera mencerna dengan baik nasihat sahabatnya.
" Lalu kamu, kenapa nomermu susah untuk di hubungi?" Dera mulai melihat wajahnya di cermin.
" Eeumm...." Tania menggigit bibir bawahnya. Dia nampak ragu untuk berbicara.
Tidak mungkin juga aku bercerita kepada Dera jika ponselku rusak di banting oleh suamiku yang pemarah.
Aku sangat malu jika bercerita kepadanya, Pasti Dera akan membelikan aku ponsel baru, dan itu semakin membuat Julian gencar untuk merendahkan aku.
Mengapa sih, aku harus menikahi pria yang ketus itu? Pikir Tania dalam lamunannya.
" Yak! Astaga!!!" Dera berteriak.
" Allahuakbar!! Ada apa Ra?"Tania terponjak sampai memegangi dadanya. Dia sungguh kaget mendengar pekikan Dera.
" Lihat mukaku seperti dugong! Haduh, mana acaranya tinggal satu jam lagi." Dera mulai mengambil alat make-up.
" Kamu belum jawab lho Tan, kenapa susah di hubungi?" Dera mengajukan pertanyaan yang sama.
"Sini bantuin aku makeup." Dera menarik tangan Tania dan kini mereka saling berhadapan duduk di sofa dan Tania mulai membersihkan wajah Dera dari makeup yang berantakan.
" Jawab kenapa?" Desak Dera lagi sambil mengguncang lutut Tania yang menekuk di depannya.
" Ponselku jatuh dari lantai kamar kami terjun bebas ke ruang tamu. Kau tahukan tingginya?"Tania mulai mengarang cerita menutupi kelakuan minim suaminya pagi ini.
" Kok bisa?" Dera melotot.
" Heum, biasalah, Julian bercandanya sedikit kelewatan. Dia nggelitikkin aku Ra sampai aku ga kontrol dan ga sengaja jatuhin ponselku." Ucap Tania berkilah dan membuat karangan bebas sesuai kemaunnya.
Suami istri adalah saling melengkapi, kami adalah pakaian satu sama lain.
Tidak mungkin aku bercerita bagaimana sebenarnya watak Julian kepadaku.
Aku tidak ingin menambah daftar masalah. Batin Tania mengingat pertengkaran yang menguras emosinya pagi ini.
" Kamu beruntung Tan, Julian sayang banget sama Kamu." Dera tersenyum menatap Tania.
Aku lebih beruntung jika dia tidak menikah atas dasar paksaan.
Tania tersenyum simpul membalas pernyataan Dera.
Belum selesai make-up, Mayang datang sambil berlari dan membuka dengan kasar pintu ruang kerja Dera.
Tentu saja Dera dan Tania yang masih ber makeup ria menjadi terkaget-kaget dan tangan Tania malah mencoret bibir dera dengan lipstik.
" Dera!" Mayang berseru di ambang pintu.
" Astaga! kan, kecoret," Tania melirik tajam Mayang sambil mengerucutkan bibirnya kesal.
Makeup yang hanya tinggal butuh sentuhan lipstik, kini harus mengulang lagi.
" Mayang? Hi.... Hi....!" Dera merentangkan tangannya ingin memeluk Mayang yang menghampirinya.
Mayang dan Dera berpelukan dan mengabaikan Tania yang ada di depannya. Tania yang masih ngambek hanya duduk diam dan memanyunkan bibirnya beberapa centi.
" Iya, bagus anak tirukan saja aku!" Celetuk Tania kesal.
" Ouh...., Sini ssini. Siapa yang anak tiri? kamu kan anak bawang!" Celetuk Mayang yang kini membuat ketiganya tertawa bersama.
" Aku kira kamu ga datang May." Ucap Dera.
" Mana bisa? Ya harus datang lah. Ini kan ultahnya bestie nya aku." Mayang kembali memeluk Dera dan mengusap lembut lengannya.
" Datang dong. Hhhh, lelahnya aku harus ribet urus ini itu." Ucap Mayang sembari melepas blazer yang di pakainya.
" Tapikan sesuai gaji." Sahut Tania yang mengambilkan minum dua sahabatnya.
" Iya sih Tan, tapi yang bikin aku kesel bukan kerjanya."
" Masa tadi pagi-pagi aku udah di semprot sama bininya Aldo. Kalian inget Aldo kan? Temen sekelas kita waktu SMA." Mayang menenggak segelas air yang di suguhkan Tania sampai tandas tak bersisa.
" Gelasmu bocor?" Dera melohat gelas bekas minum Mayang.
" Enggak, cuman rembes aja." Sahut Mayang Asal.
" Kenapa, gara gara Sebutan lagi?" Tanya Tania yang kini duduk di samping Mayang.
"...." Myang mengangguk dan menatap pasrah langit langit kantor Dera.
Mayang berbaring dengan sesuka hati dengan menumpang kan kakinya di atas paha kedua sahabatnya.
" Aku pikir semakin matang usia semakin santai menjalani hidup. Nyatanya, di usiaku sekarang justru semua masalah datang semakin banyak dan silih berganti tiada henti." Ucap Mayang.
" Iya, aku pikir dulu, di usia 30. aku sudah menikah dan hidup bahagia dengan anak dan suamiku. Tapi nyatanya aku di bohongi lagi." Sahut Dera dengan sendu.
"...." Tania hanya terdiam.
Aku pikir juga setelah menikah suamiku akan menjadi lebih baik padaku.
Tapi nyatanya dia semakin merendahkanku yang tak memiliki banyak harta ini.
Hhhh,, aku hanya tak mau kalian ikut sedih.
Dan juga ini masalah rumah tanggaku, tak seharusnya kalian tahu. Batin Tania dalam angannya.
Selesai mereka berkeluh kesah bersama, acara di mulai. Semua berjalan mulus tanpa kendala. Hanya saja, Mayang mabuk berat di acara pesta ulang tahun Dera pada malam harinya. Sedangkan Tania, jangan di tanya. Dia sudah pasti di larang oleh suaminya untuk bergabung.
Julian tidak mau Tania terkontaminasi oleh pergaulan buruk Mayang dan Dera yang terkenal glamour. Sebenarnya Julian lebih suka dengan Tania yang sederhana. Tapi di sisi lain Julian juga masih menjalin hubungan dengan kekasih gelapnya.
Egois kan julian?
Pasti, dia sangat menyebalkan. Author aja sebel.
*
*
*
" Mae! panggil aku Mae. Jangan May atau Yang! Panggilan pembawa sial!" Mayang mengumpat sambil menjinjing high heels miliknya dengan rambut yang sudah berantakan dan dandanan yang acak acakan.
" Laki laki sialan!! Kalian semua brengsek!" Dera mengumpat tak jelas sambil mengangkat sebelah roknya yang panjang selutut kini menjadi diatas paha.
" Kalian sudah saya pesankan taksi online sesuai permintaan. Boleh lihat KTP kalian biar nanti saya mudah memberitahu drivernya." Kata pihak pengamanan yang menjaga di pintu keluar sebuah tempat hiburan malam.
" Ehem, minta lihat KTP ya? Nanti kamu naksir loh lihat Poto aku!" Celetuk Dera yang sudah setengah gila karena menggoda penjaga keamanan yang berperawakan menyeramkan.
"Hustt! sama aku aja yuk, kita nikah. Aku ounya kerjaan yang bagus!" Mayang juga ikut mengoceh tak jelas juntrungannya.
" Ihh, Mas Dion, Eike di godain. Bantuin!" Kata si penjaga keamanan yang ternyata lemah gemulai karena dia adalah penduduk pelangi.
Tau lah ya, maksud kata penduduk pelangi.
Cari di google biar jelas😉.
Sudah pukul 03:00 dini hari.
Keluar juga seorang pria yang tampan dan gagah tapi tubuhnya terseok-seok dan memuntahkan isi perutnya di pinggir tong sampah.
Dera dan Mayang masih meracau tak jelas sambil tertawa-tawa seperti orang gila.
Taksi online datang dan si penjaga merogoh dompet Mayang lalu memberitahukan alamat Mayang kepada driver.
" Antarkan ke alamat ini ya pak!" Kata penjaga keamanan.
" Huek!" Laki laki yang baru keluar juga ikut muntah di dekat si penjaga.
" Pesankan aku juga satu taksi online. Mataku pusing melihat layar ponsel." Keluh si lelaki itu sambil memijit kepalanya.
Tidak mau ambil pusing, si penjaga memasukkannya juga sekaligus ke dalam taksi.
"Dia juga Pak sekalian, sebentar saya lihat alamatnya." Kata si penjaga yang merogoh kantung celana Akbar.
Ya, nama laki laki itu adalah Akbar.
" Oh, kebetulan alamatnya sama dengan mbak yang rambut pendek ini Pak. Antarkan saja mereka ke apartemen ******** land." Katanya yang di ikuti menutup pintu dan si penjaga pergi.
Di dalam mobil ketiganya saling berbicara tak jelas. Ada yang bernyanyi, ada yang menangis, dan ada yang meracau seperti burung beo.
Dera turun terlebih dahulu, karena jarak terdekat adalah rumahnya. Sedangkan Mayang dan Akbar kebetulan menuju arah yang sama bahkan apartemen yang sama.
" Sudah sampai Mbak, Mas." Driver membantu Akbar dan Mayang untuk turun.
Keduanya turun dan dengan terhuyung-huyung berjalan masuk ke gedung apartemen. Entah sudah berapa kali Akbar jatuh dan bangun. Sedang Mayang masih mending, dia masih bisa mengingat tombol lift.
Sampailah di unit mereka masing-masing yang ternyata hanya saling berseberangan.
" Ini rumahku!" Kata Mayang.
" Ini rumahku! buka matamu cantik, lihat nomornya 117." Akbar menunjuk nomor yang menggantung di pintu.
" Hei, tampan bodoh. Buka matamu. Itu nomor 111 Itu pintu rumahku!" Mayang tak mau kalah dan juga menunjuk pintu yang sama.
" Huek!" Akbar muntah dan mengenai dada Mayang.
" Huek!" Mayang juga ikut muntah setelah mencium bau busuk dari muntahan Akbar yang mengenainya.
Klik!
Akbar membuka pintu dengan mudahnya. Ya tentu saja, karena itu adalah rumahnya.
" Huek!" Keduanya saling berebut menuju ke kamar mandi dan memuntahkan seluruh isi perutnya.
" Kepalaku berat sekali!" Keluh Mayang sembari melepas bajunya dan menganggap jika itu adalah kamarnya sendiri.
" Huft....! akhirnya," Akbar menghela nafas lega dan tertidur sambil memeluk Mayang yang hanya memakai bra dan ****** *****. Akbar pun sama, dia bertelanjang dada karena bajunya terkena muntahan Mayang.
*
*
*
Ponsel Mayang berdering belasan kali. Jam sudah menunjukkan pukul 9 pagi. Hari ini ada acara penyambutan kembalinya CEO mereka dari luar negri.
Tentu saja para petinggi dan karyawan sibuk mempersiapkan diri untuk menyambut si CEO yang terkenal tampan dan berwibawa itu.
Kata para pekerja yang lama sih, ketampanannya sekelas Ji Chang Wook, tapi entah juga ya bagaimana.
Mayang masih terjebak di dalam alam tidurnya. Tidak tahu apa yang di mimpikannya tetapi dia terlihat begitu tenang dan damai. Juga seorang Akbar terlihat nyaman berada dalam dekapan dada Mayang. Hingga Mayang yang tidur dengan mulut setengah terbuka alias menganga tersedak oleh air liurnya sendiri.
" Uhuk...! uhuk....!" Mayang terbatuk-batuk dan kemudian duduk bersandar di headboard.
" Minum ini minum!" Kata seorang laki-laki yang memberikannya segelas air putih yang di ambilnya dari atas nakas.
Mayang meraih air putih itu lalu menenggaknya hingga tandas. Mayang mengatur nafasnya lalu mulai melebarkan matanya. Betapa terkejutnya dia. Dia kini tak berada di dalam kamarnya.
Kamar siapa ini?
mengapa aku ada di kamar ini?
Baju, Oh bajuku mana?
Mayang membatin sambil menunduk melihat tubuhnya sendiri.
Dia siapa?
Kenapa tidak memakai baju dan ada di hadapanku?
Apa dia adalah salah satu mantanku?
Atau...?
Tapi aku juga tidak memakai baju?
Apa kami?
Akbar bertanya tanya dalam hatinya.
" Tapi bodynya boleh juga." Akbar memuji Mayang di dalam hatinya. tanpa memperlihatkan sedikitpun ekspresi wajah yang dapat terbaca mata.
" Aaaaaaaaaaaaaàaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!" Mayang berteriak kencang.
Akbar yang panik kemudian membekap mulut Mayang dan mencoba memberikan penjelasan.
" Hustttt! Diam!" Akbar membentak Mayang.
Tubuh Mayang merasakan darahnya mulai berdesir dan jantungnya berdegup kencang tak beraturan. Mayang masih setengah linglung mencerna semua yang terjadi dari semalam yang terakhir kali dia ingat adalah dia mabuk dan muntah muntah di depan sebuah club malam.
Sentuhan antar kulit semakin membuat Mayang merinding ngeri dan ketakutan. Tetapi lain halnya dengan Akbar yang setengahnya justru menikmati situasi ini dengan membesarnya suatu barang yang berada di antara paha.
" Jangan berteriak! lihat ini kamar siapa?
Ini kamarku, dan kamu siapa? harusnya aku yang berteriak disini!" Geram Akbar yang kemudian melepas bekapan mulut Mayang karena Mayang sudah terlihat lebih tenang dan terdiam memikirkan dari mana awal semua ini terjadi.
Mayang menarik selimut lalu membenamkan tubuhnya kedalam selimut. Dia sangat malu saat ini entah kebodohan apa yang telah di lakukannya.
" Eh, bangun dan cepat pergi dari sini!" Akbar mengusir Mayang dengan nada dinginnya.
Akbar sendiri kini berdiri dengan menutup area jantannya dengan bantal. Akbar mengukuti pakaiannya dan kemudian mulai mengenakannya satu persatu.
Sial, aku habis ngapain?
Dia siapa?
Apa aku dan dia, kami......
Ah, aku harus bagaimana, Dimana bajuku?
" Aku akan pergi, tapi tolong ambilkan bajuku." Pinta Mayang tanpa berani keluar dari selimut.
"Enak saja, siapa kamu Berani memerintah saya? Cari sendiri bajumu." Ketus Akbar sambil mengancingkan bajunya dan kemudian duduk di tepi ranjangnya.
Menyebalkan sekali dia. Mayang menggerutu di dalam hatinya.
" Permisi!" Mayang menarik kuat selimut dan membuat Akbar jatuh tersungkur dari tepian ranjang.
"Heh! kamu sengaja!" Teriak Akbar yang tak di gubris oleh Mayang.
Mayang melenggang dan masuk kedalam kamar mandi setelah samar samar dia mengingat saat membuka bajunya di kamar mandi.
" Tak bisa di pakai, mana bau sekali." Keluh Mayang melihat bajunya dan sesekali mencium baunya yang membuat Mayang mual lagi.
" Huek!"
" Aku pinjam bajumu ya, bajuku terkena muntahan." Seru Mayang kepada Akbar.
Tak ada suara dari luar dan Mayang kemudian melongok mengeluarkan kepalanya saja dari pintu kamar mandi melihat setiap sudut kamar.
" Ini, pakai!" Akbar menyodorkan kaus big size berwarna biru muda kepada Mayang tepat di depan wajahnya.
" Makasih."
"Cepat pakai dan keluar dan kita bahas masalah kita tentang apa yang terjadi semalam. Kenapa kamu bisa ada di kamrku?" Ucap Akbar tegas dengan sorot mata tajam yang mengerikan.
Mayang hanya bisa menelan ludah dan mengangguk.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!