27 Juni 2127-Seoul, Korea Selatan.
23:46 pm
Suasana kota yang ramai membuat siapapun terkesima dengan gedung-gedung pencakar langit yang begitu mempesona. Meskipun sudah larut malam, namun ini adalah waktu dimana semua orang bersenang-senang. Kehidupan malam baru saja dimulai, tentulah banyak penikmat kehidupan malam yang akan keluar dari tempat istirahat mereka untuk mengejarnya.
Mereka seperti kelelawar yang aktif dimalam hari, mengincar mangsa dan makanan untuk dinikmati.
Ini adalah tahun dimana semua kebebasan bisa didapatkan di dunia luar, banyak orang dengan bakat yang mendirikan gedung-gedung pencakar langit yang indah. Membuat kehidupan malam semakin diminati banyak orang.
Banyak Club-club yang dibuka dimana-mana, jumlah bar tak bisa dihitung dengan jari disini.
Kau akan melihat banyak pasangan aneh yang bertebaran didalam sana jika masuk, entah itu Boy Lover (BL) ataupun Girl Lover (GL), dan juga yang normal.
Tak heran banyak pasangan yang menyimpang, itu karena mereka mengikuti perasaan dan kenyamanan mereka sendiri.
Pernikahan antara sesama jenis telah 'SAH' diberbagai negara, tak ada lagi larangan yang dibuat oleh negara-negara.
Hanya beberapa negara tertentu yang tetap melarang pernikahan sesama jenis, itupun bisa dihitung dengan jari.
Bunyi klakson dari mobil-mobil yang sedang berlalu-lalang, orang-orang yang menikmati suasana dan kebersamaan, dan lainnya yang tampak bahagia.
Namun tidak dengan seorang gadis yang terus berlari karena telah telat dari waktu yang dijanjikan dengan temannya, tanpa melihat kearah yang lain ia melewati jalanan yang masih padat dengan kendaraan.
Tiinnnn!!
Brukk!!
Tubuh gadis itu melayang di udara selama dua detik sebelum terpental lalu menimpa aspal yang kasar.
Kepalanya berdarah karena terbentur dengan keras, Kesadarannya juga mulai memudar, ia tak tahu apa yang terjadi karena pandangan mengabur.
Namun ia masih bisa mendengar suara klakson yang berbunyi, bukan lagi satu tapi semakin banyak.
Beberapa kendaraan berhenti, orang-orang keluar dari mobil untuk melihat orang yang baru saja mengalami kecelakaan.
"Kasian sekali dia."
"Dia terlihat masih sangat muda."
"Cepat panggil ambulans!"
"Apa yang terjadi?"
Tak ada yang mau menyentuh gadis itu, hingga kesadarannya menghilangkan.
Sementara itu, ambulans dengan cepat datang setelah mendapat telepon, mereka membawa gadis itu ke rumah sakit namun nyawanya tak tertolong karena pendarahan di kepalanya.
.....
Kota B, 27 Juni 2020.
02:15 pm.
Eun-Kyun tersadar dari tidurnya, ia berusaha mengedipkan matanya namun terasa sangat berat, kepalanya juga terasa sakit.
'Apakah ini efek dari kecelakaan?
Sudah berapa lama aku tak sadarkan diri?' Batinnya.
Meskipun tak bisa bangun, namun ia tetap masih bisa merasakan tubuhnya yang terasa lelah, dan dadanya yang terasa sedikit sakit. Lebih tepatnya adalah jantungnya yang seperti sedang diremas pelan.
Eun-Kyun memilih untuk tidur, ia tak bisa melakukan banyak hal untuk sekarang ini terlebih setelah ia mengalami kecelakaan.
Namun saat akan tidur, kepalanya berdenyut dengan sangat kuat dan membuatnya mengalami kesakitan.
Dan setelah itu, Eun-Kyun seperti sedang menyaksikan sesuatu yang tak ia mengerti, seakan sedang menonton film namun dengan dirinya yang menjadi si pemeran utama.
"Aku mencintaimu."
"Mengapa kau pergi terlalu lama?"
"Aku bosan, mau temani aku pergi?"
Banyak kejadian yang tak dimengerti oleh dirinya sendiri.
Pria yang selalu mengatakan kata-kata manis itu pergi dengan wanita lain, menikah karena perjodohan lalu meninggalkan nya.
Yang tanpa diketahui sedang mengandung anak dari pria itu, sehingga ia memilih untuk meninggalkan rumah dan negaranya, pergi ke negara lain yang bisa membuatnya merasa tenang.
Mengandung tanpa hadirnya sang kekasih, melahirkan tanpa didampingi, lalu melewati malam-malam panjang dengan menjaga anaknya yang masih bayi.
Hingga anak yang tak bisa melakukan apapun itu menjadi anak yang aktif dan ceria, dengan pipi yang bulat lalu dihiasi mata hitam jernih yang sedikit besar, sehingga anak itu terlihat seperti boneka hidup yang sangat lucu.
Banyak lagi yang Eun-Kyun lihat dalam mimpi itu, membuatnya merasakan bagaimana perasaan seorang wanita yang membesarkan seorang anak sendirian dengan penuh kerja keras.
Pagi hari, 07:17 Am.
Eun-Kyun terbangun dari tidurnya, kepalanya juga sudah tak sakit lagi dan membuangnya merasa lega.
"Mimpi yang aneh, Seolah akulah yang berada di posisi wanita itu. Benar-benar aneh!" Ujarnya.
Park Eun-Kyun, itulah namanya!
Dia adalah seorang gadis muda yang sangat cerdas, dan juga memiliki paras yang sangat cantik dengan tubuh ideal semua wanita.
Sejak kecil, dia hidup tanpa kedua orang tuanya.
Namun bukankah berarti dirinya terlantar, dia dan banyak anak lainnya dibesarkan dalam suatu organisasi rahasia yang terbentuk tabuh 2087, disuatu pulang tersembunyi dan sangat rahasia.
Ketika mereka memasuki usia 18 tahun, mereka akan di biarkan hidup bebas namun tetap diawasi oleh organisasi.
Sejak kecil, mereka sudah dilatih untuk hidup mandiri, harus memiliki kecerdasan yang sesuai standar organisasi.
Sehingga saat berada di dunia luar, mereka akan menjadi orang yang cerdas sehingga bisa mengambil keputusan yang tepat.
....
"Eomma? Kau sudah bangun?" Ucap seorang anak kecil yang kini sedang berdiri tepat didepan pintu, sambil menatap Eun-Kyun.
Eun-Kyun mengangkat wajahnya, ia melihat anak tersebut dengan tatapan bingung. Wajah itu sama persis dengan yang berada dalam mimpinya.
Eun-Kyun menoleh ke samping, melihat sekeliling kamar yang sama persis dengan mimpinya juga.
'Bukankah seharusnya aku berada di rumah sakit?
Dimana ini?' batinnya.
Melihat ibunya yang terlihat bingung, anak itu melangkah kedepan lalu naik keatas tempat tidur. Ia menyentuh kening Eun-Kyun dengan tangan kecilnya.
"Tidak panas, apakah Eomma baik-baik saja?" Tanyanya lagi.
Kini Eun-Kyun benar-benar bingung, ia menatap heran pada anak itu.
Dia masih mengingat dengan jelas, jika dia tertabrak mobil saat sedang terburu-buru ke Cafe karena telat dari waktu yang dijanjikan dengan temannya.
Lalu, bagaimana Sekarang dia malah dipanggil Eomma?
Dan lagi, dia tak berada di rumah sakit ataupun apartemen nya?
Melihat ibunya yang tetap diam, anak itu pergi keluar kamar lalu memanggil seseorang.
Sedangkan Eun-Kyun masih terdiam, ia melihat meja rias yang berada dalam kamar. Bangun dari duduknya, ia melangkah ke arah cermin.
Melihat pantulan dirinya dalam cermin, Eun-Kyun benar-benar sangat terkejut.
'Bagaimana bisa tubuhku sekurus ini?!'
Menyentuh pipinya, lalu memutar tubuhnya. Ini benar-benar sangat kurus!
"Eomma! Kau baik-baik saja?"
"Eun-Kyun, kau kenapa?"
Dua suara yang berbeda membuat Eun-Kyun memutar tubuhnya, ia melihat anak yang tadi kini sudah bersama seorang pria tampan yang terlihat mempesona, dengan wajah mereka yang terlihat khawatir.
'Dia? Dalam mimpiku juga!'
Eun-Kyun tak menjawab, namun kakinya sedikit mundur membuat kedua nya semakin khawatir.
Tiba-tiba dada nya terasa sakit, lebih tepatnya jantungnya yang sepertinya bermasalah.
'Apa yang terjadi? Kenapa terasa sakit?'
Melihat wajah Eun-Kyun benar-benar yang terlihat sedikit pucat, pria itu langsung menarik nya kedalam pelukannya. Lalu membawa Eun-Kyun kembali ke tempat tidur.
Kemudian keluar kamar dan langsung kembali dengan segelas air, kemudian membuka laci yang berada disamping tempat tidur. Mengeluarkan obat, "Minumlah dulu."
Dengan patuh Eun-Kyun menelan obat yang baru saja diberikan padanya, lalu meneguk air.
Perlahan, nyeri di dadanya mulai berkurang, namun wajahnya tetap saja terlihat pucat
Pria itu juga membawa stetoskop lalu menempelkan pada dada Eun-Kyun, ia sangat telaten seperti seorang dokter.
"Kondisimu semakin memburuk dari hari ke hari, sebaiknya pergilah ke rumah sakit untuk diperiksa lebih lanjut. Jangan memaksa dirimu lagi, Eun-Kyun," Ucap pria itu.
"Tanggal berapa ini?" Tanya Eun-Kyun.
Pria itu menyeritkan keningnya, "28 Juni 2020. Memangnya ada apa?"
"Bukankah ini tahun 2127? Bagaimana bisa 2020?"
Pria itu saling tatap dengan anak yang berada dalam kamar, kemudian mendesah pelan.
"Sepertinya kau harus kembali beristirahat, biarkan Do-Hyun bersamaku dan Ibuku," ia kemudian membawa anak tersebut keluar dari kamar.
'Sepertinya Eun-Kyun sedang berhalusinasi, wajar saja karena dia baru bangun tidur.'
"Do-Hyun, kau bersama paman pagi ini, yah. Biarkan ibumu tidur dulu."
"Baik, Ahjussi." Balas Do-Hyun patuh.
Sementara itu, Eun-Kyun masih terdiam dalam kamar.
"Jika ini bukan tahun 2127, apa yang sebenarnya terjadi padaku?" Gumam Eun-Kyun.
Masih tak percaya, ia melihat kalender yang juga tak jauh dari sana. Mengambil nya lalu melihat, "tahun 2020?"
"Ini tak mungkin!"
Namun melihat anak yang berada dalam mimpinya, lalu pria itu dan kamar ini.
"Sepertinya.... Aku menyebrangi waktu... Kembali ke 100 tahun sebelumnya, tahun 2020." Ucapnya tanpa sadar.
Tak ingin mengakui, namun inilah yang terjadi padanya sekarang.
Tak mungkin ini hanya mimpi saja, rasa nyeri di dadanya menunjukkan jika ini bukanlah mimpi belaka, namun kenyataan.
Ternyata, tubuh ini memiliki nama yang sama dengannya, Park Eun-Kyun.
Selain nama dan negara yang sama, sepertinya salah satu faktor mengapa dia bisa berada dalam "tubuh ini" karena tanggal dan waktu kematian mereka hampir sama, yaitu dimalam hari.
"Eun-Kyun" di tahun ini adalah seorang ibu tunggal. Dia hamil di luar nikah, sedangkan kekasihnya menikahi orang lain karena telah di jodohkan sejak awal. Dan lebih konyolnya lagi, "Eun-Kyun" tak mengetahui apapun tentang hal itu.
Setelah melihat jika kekasihnya menikahi wanita lain, dia sangat sedih. Namun disaat yang kebetulan juga, dia mendapat tugas dari kantornya untuk bekerja di kantor cabang yang telah di buka di luar negeri.
Eun-Kyun menerima tugasnya, ia kemudian meninggalkan negara dan keluarganya untuk pergi ke kota B, yang berada di Indonesia.
Selama 5 tahun ini, dia benar-benar berusaha keras untuk merawat dan membesarkan anaknya sendiri.
Beruntung, Nathan yang adalah tetangganya merupakan seorang dokter yang sangat ramah dan baik hati. Nathan juga hanya tinggal bersama ibunya di apartemen itu, merekalah yang selama ini selalu membantu Eun-Kyun.
Terlebih Ibunya Nathan, beliau sangat menyayangi Do-Hyun. Menganggap Do-Hyun sebagai cucunya sendiri, dan memperlakukan Eun-Kyun seperti Putrinya.
Namun ternyata, satu tahun belakangan ini Eun-Kyun memiliki masalah dengan Jantungnya. Tak bisa terlalu lelah, jika tidak penyakitnya akan kambuh.
Namun karena terlalu memaksakan dirinya, Eun-Kyun yang semalam pulang dengan kelelahan lalu pingsan setelah beristirahat dalam kamarnya.
Ternyata, Eun-Kyun yang asli telah meninggal karena kelelahan, dan kini. Eun-Kyun dari masa depanlah yang menempati tubuh ini.
"Dan sekarang, aku yang adalah wanita lajang telah memilih anak?
Betapa malangnya statusku yang sekarang ini." Ucap Eun-Kyun.
............
Menatap pantulan wajahnya di depan cermin, dirinya benar-benar berubah sekarang.
Pipinya yang sedikit gembul kini telah tergantikan dengan pipi yang tirus, dan sedikit pucat.
Eun-Kyun membasuh wajahnya dengan air, lalu dikeringkan dengan handuk lembut yang tergantung didalam kamar mandi.
Saat keluar dari kamarnya, ia melihat Nathan yang juga memasuki apartemen nya.
"Kau sudah bangun?" Nathan berjalan mendekat, meletakan sepiring salad buah diatas meja makan.
"Sarapan lah, lalu minum obatmu."
"Bagaimana dengan Do-Hyun?" tanya Eun-Kyun.
Menoleh pada Eun-Kyun, "Jangan khawatir. Kami baru saja selesai sarapan."
Eun-Kyun mengangguk, ia kemudian mengambil sendok dan garpu lalu mulai melahap salad itu.
...........
Dalam dua hari, rasa canggung yang terus bersarang didalam diri Eun-Kyun akhirnya mulai menjadi nyaman.
Awalnya, ketika Do-Hyun memanggilnya dengan 'Eomma' rasanya sangat aneh, tentunya karena dia seorang wanita lajang di masa depan. Bahkan tak memiliki kekasih, lalu sekarang setelah dia berpindah ke masa lalu, dia telah memiliki seorang anak.
Ditambah lagi dengan Nathan, dokter tampan itu terlalu perhatian padanya. Hal ini membuatnya menjadi tak nyaman, keramahan pria ini membuat dirinya semakin canggung dan berakhir dengan kikuk ketika berada di dekat Nathan.
Dan juga Ibu Nathan, wanita paruh baya itu memperlakukan nya dengan sangat baik seperti merawat putrinya sendiri.
Rasa yang ingin ia rasakan sejak masih kecil, kini telah terwujud lewat wanita ini.
Tentulah, sebagai anak yatim-piatu dia tak dirawat oleh orang tua ataupun dirawat oleh ayah dan ibu yang telah mengadopsinya.
Keesokan harinya.
07:45 Am.
Eun-Kyun baru saja mengantarkan Do-Hyun ke sekolah, yang jaraknya tak jauh dari apartemen mereka. Hanya 1 kilometer dari apartemen, ketika pulang akan ada bus sekolah yang mengantar anak-anak kembali ke rumah.
Tentu saja pihak sekolah harus menjaga anak-anak yang masih balita itu, karena adanya penculikan anak-anak yang sangat berbahaya.
Eun-Kyun juga memilih sekolah dengan fasilitas yang baik untuk anaknya, meskipun hanya Taman kanak-kanak (TK).
Pihak sekolah bahkan memiliki bus untuk mengantar jemput anak-anak di pagi hari, sehingga mempermudah orang tua yang memiliki kesibukan saat bekerja dan tak bisa mengantar jemput anak mereka.
Eun-Kyun juga tak merasa khawatir, karena ada Ibu Nathan yang selalu menjaga Do-Hyun sampai Eun-Kyun kembali dari kantor.
Sedangkan Eun-Kyun, dia memiliki mobil yang sederhana dan tak terlalu mahal. Saat akan ke kantor, masih memiliki waktu untuk mengantar Do-Hyun ke sekolah, lalu melanjutkan perjalanan ke kantor.
Harus berangkat di pagi hari, jika tidak ia akan terjebak dalam kemacetan yang lumayan panjang karena berada pada jam sibuk.
Ketika tiba di kantor, Eun-Kyun yang sekarang menatap gedung kantor dari luar. Meskipun dia mengingat dengan jelas seperti apa gedung kantor di tahun ini, namun masih belum percaya.
Gedung ini meskipun terlihat menjulang tinggi, namun masih kalah dengan gedung perkantoran di tahun 2100- san.
"Hufftt.." hanya bisa mendesah pelan, melangkahkan kakinya sesuai dengan ingatan pemilik tubuh.
Ruang kerjanya berada di antara 10, maka harus menaiki lift lagi dan berdesakan bersama beberapa orang.
Ketika tiba, Eun-Kyun pergi ke meja kerjanya. Dia berada didalam ruangan yang sama dengan 9 orang lainnya, ruangan ini cukup luas sehingga bisa menampung banyak orang.
Di masa depan, ruangan dengan ukuran seperti ini hanya ditempati oleh 5-7 orang, namun berbeda dengan sekarang.
Mau tak mau, dia harus menerima situasi yang ada dan sedang terjadi padanya.
Melihat beberapa dokumen yang sudah berada di atas meja kerjanya, Eun-Kyun mengingat jika ini adalah pekerjaan yang harus diselesaikan oleh 'Eun-kyun' sebelum ia meninggal di malam itu.
Setelah ia menyalakan komputernya, ia mengambil dokumen yang berada persis di samping komputer. Membacanya dalam waktu singkat, lalu mulai mengerjakan pekerjaan nya.
'Ini masih terlalu mudah bagiku, mungkin pekerjaan ini sulit baginya tapi ini mudah bagiku,' batinnya.
Bagaimanapun, dia yang berada di masa depan memiliki karir yang sangat baik. Terlebih lagi, saat masih berada di Pulau Bayangan (Tempat Eun-Kyun menghabiskan 18 tahun) dia dan anak-anak lainnya memiliki kehidupan yang sangat keras.
Bahkan, pekerjaan seperti ini di lakukan oleh mereka saat berusia 13 tahun.
Bila mengingat hal ini, dia yang sekarang akan menangis. Kehidupan bebas adalah impian mereka, memiliki keluarga adalah keinginan mereka, dan terlebih memiliki kehidupan normal adalah impian semua orang.
Melihat Eun-Kyun yang sudah kembali masuk, sang atasan memanggilnya.
Eun-Kyun meninggalkan komputer nya yang masih hidup, setelah menyimpan file tersebut ia segera pergi ke ruangan sang atasan.
"Anda memanggil saya, Bu?"
Seorang wanita berusia 40-an menatap Eun-Kyun yang sudah berada dalam ruang kerjanya.
"Yah. Silahkan duduk," ucap wanita itu.
Eun-Kyun mendekat, lalu duduk di kursi yang sudah disediakan.
"Bagaimana kesehatan mu, apakah sudah lebih baik?" tanyanya pada Eun-Kyun.
Mengangguk, "Terimakasih telah mengkhawatirkan saya, Bu. Kondisi saya menjadi lebih baik setelah istirahat dan dan minum obat. Saya akan menjaga kesehatan lebih baik lagi kedepannya," ucap Eun-Kyun.
"Syukurlah..
Saya memanggilmu untuk mengingatkan, jika bulan depan adalah penarikan kalian. Kontrak kalian sudah selesai, dan bulan depan kalian akan di pulangkan ke Seoul.
Apa kau masih mengingatnya?" ucap wanita tersebut.
Kontrak selesai? Kembali ke Seoul?
Jika diingat lagi memang benar, Eun-Kyun sudah berada di negara ini selama 5 tahun dan membesarkan seorang anak selama 4 tahun.
"Anda benar, Bu. Saya yang melupakan nya, Terimakasih telah mengingatkan saya."
Wanita itu tersenyum, "Padahal beberapa temanmu tak sabar untuk pulang. Namun sepertinya kau sedikit berbeda, yah?" godanya pada Eun-Kyun.
Dibalas senyum canggung oleh Eun-Kyun, "Tak terjadi apapun, Bu. Saya baik-baik saja," balas Eun-Kyun.
"Baiklah jika begitu. Kau bisa kembali ke meja mu," setelah mengatakan hal itu, Eun-Kyun juga mengambil langkah untuk keluar dari ruangan tersebut.
Tiba di meja kerjanya, ia membuka dokumen baru dan mengerjakan pekerjaannya.
Siang, 11:45
"Eun-Kyun," panggil seorang wanita muda yang sudah berada di samping nya.
Menoleh, ia melihat wanita itu.
Itu adalah Momo, namanya adalah Monica Kim. Namun biasa dipanggil Momo, wanita dengan darah campuran Kanada-Korea.
Teman kerja Eun-Kyun, sekaligus orang yang selalu membantu Eun-Kyun jika berada dalam masalah di kantor. Mereka datang ke Kota B bersama karena di tugaskan dari kantor, awalnya saling tak mengenal namun pada akhirnya karena berasal dari negara yang sama mereka menjadi akrab di negara orang ini.
"Momo? Ada apa?" tanya Eun-Kyun setelah mengingat siapa wanita yang berada disampingnya ini.
"Kau tak makan siang? Aku sudah menunggu mu sejak tadi." ujar Monica.
Eun-Kyun mengalihkan pandangannya ke jam yang melekat di pergelangan tangannya, memang benar, sudah waktunya makan siang dan istirahat.
"Baiklah, sebentar. Aku datang," tepat waktu juga. Pekerjaannya selesai ketika Monica memanggilnya.
Kedua wanita muda itu meninggalkan ruang kerja lalu pergi ke lantai satu dimana kantin kantor berada.
"Penuh?" ujar Monica, mereka baru saja tiba namun melihat kantin yang penuh dengan karyawan.
"Kita ke cafe sebelah saja. Jika mengantri, bukankah akan menyia-nyiakan waktu?" ucap Eun-Kyun.
"Kau benar, ayo kesana." Melangkah ke arah cafe yang jaraknya 300 meter dari gedung kantor, mereka tiba juga.
Pengunjung nya sedikit padat karena jam istirahat kantor, mereka memilih meja yang berada di samping dinding kaca. Lalu memesan makan siang, dan mengobrol ringan.
"Kesehatan mu semakin memburuk?" tanya Monica.
Eun-Kyun mengangguk pelan, "itulah mengapa aku tak boleh kelelahan. Jika tidak, jantungku akan kembali kambuh, itu menyakitkan." balas Eun-Kyun.
'Bahkan penyakit ini telah membunuh Eun-Kyun yang asli, dan sekarang ditempati oleh jiwa dari masa depan.'
"Apakah, nantinya kau harus melakukan operasi jantung? atau transplantasi jantung juga?" ucap Monica, ia memang menghawatirkan temannya ini.
"Entahlah, itu memerlukan biaya yang besar. Aku akan mengkonfirmasi dengan dokterku dulu." balas Eun-Kyun.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!