NovelToon NovelToon

Adikku Is My Wife

Awal mula

Farhansyah Nataniel dan Inayah Givani terlihat bersedih. Mereka duduk di bangku dengan rindangnya pepohonan tepat memayungi mereka. Inayah menyenderkan kepala pada pundak Farhansyah.

"Kenapa di usia pernikahan kita yang hampir menginjak satu tahun ini belum dikaruniai momongan ya, Mas? Salah kita apa? Allah gak adil!" seru Inayah pada Farhansyah --suaminya.

"Astagfirullah, Dek. Tidak baik bicara seperti itu. Allah pasti punya rencana lain. Ingat, selalu berbaik sangkalah pada-Nya," ujar Farhansyah pada istrinya, walau sesungguhnya dia pun merasakan hal yang sama dengan istrinya. Laki-laki ini telah merindukan hadirnya buah hati dalam kehidupan mereka.

Di tengah kesedihan, mereka mendengar suara tangisan bayi. Farhansyah dan Inayah dibuat penasaran oleh keberadaan sang bayi. Mereka mencari, hingga akhirnya menemukan seorang bayi tergeletak di rerumputan hijau dalam sebuah keranjang. Betapa terkejutnya mereka saat melihat bayi itu seorang diri, bayi yang sedang menangis ketika mereka mendekatinya.

"Mas, lihatlah! Kasihan sekali bayi ini. Apa bayi ini di buang oleh orang tuanya?" tanya Inayah pada suaminya.

"Entahlah. Jika memang benar, kasihan sekali bayi ini," ujar Farhan. "Kita masih menantikannya, dia yang sudah dikaruniai seorang anak, dengan mudah menelantarkannya," sambung Farhan.

"Mas, gimana kalau anak ini kita adopsi? Boleh, ya, Mas." mohon Inayah pada suaminya.

"Kamu yakin mau merawat anak ini?" tanya Farhan memastikan.

Inayah hanya mengangguk sebagai tanda jawaban.

"Baiklah, kita akan mengadopsi anak ini. Besok, aku akan ke kantor polisi untuk melaporkan hal ini, dan meminta tolong kepada mereka untuk mambantu menyiapkan surat-surat adopsi si bayi. Untuk sekarang, kita bawa bayi ini pulang terlebih dahulu," tutur Farhan.

**

Sesampainya di rumah, seketika wajah lusuh mereka sirna bak hanyut di arus air sungai yang deras berganti dengan wajah hinar-binar memancarkan aura bahagia karena kehadiran bayi itu.

"Mas, bayi ini mau dikasih nama apa?" tanya Inayah.

"Gimana kalau Reyhan, Reyhan Fier Nataniel," usul Farhan.

"Iya, Mas, namanya bagus. Kalau begitu, namamu adalah baby Ray, hai baby Ray." Inayah mengajak Ray berbicara setelah menyetujui nama yang diberikan oleh Farhan.

***

3 tahun kemudian

Farhansyah dan Inayah sedang duduk di sofa ruang tamu sambil melihat tumbuh kembang putra mereka yang telah menginjak usia 3 tahun. Akantetapi, kebahagian mereka bukan itu saja, di usia pernikahannya yang sudah menginjak 4 tahun, Inayah diketahui sedang mengandung seorang putri yang telah memasuki usia 9 bulan. Hal itu semakin menambah kebahagiaan mereka.

"Mama, kapan adik Ley lahil?" tanya Reyhan dengan gaya cadelnya.

"Sabar ya, Nak! bentar lagi adik Rey bakal lahir kok," jelas Farhan.

"Yeeayy!!! Ehmm, Pah, adik apain di dalam pelut Mama?" tanya Reyhan polos, sontak membuat Farhansyah dan Inayah tertawa mendengar ucapan balita yang satu ini.

**

Keesokan harinya, Farhan dan Inayah  telah berada di rumah sakit, karena tadi malam Inayah mengalami kontraksi dan disinilah,  mereka tengah berjuang untuk melahirkan seorang malaikat kecil yang sebentar lagi hadir meramaikan suasana rumah.

"Ayo, Bu! Dorong dikit lagi, rambutnya udah kelihatan," seru dokter yang membantu persalinan.

"Ayo, Ma! Kamu pasti bisa." Farhan menyemangati sang istri.

Dalam sekali dorongan terakhir yang sangat kuat, Inayah berhasil melahirkan seorang putri Nataniel.

"Aaakkkhhhhhhhh...." Dorong Inayah kuat.

Setelah Inayah berjuang antara hidup dan mati, akhirnya tangisan bayi pun terdengar nyaring memecah kepanikan Farhansyah ketika melihat sang istri yang sepertinya hampir menyerah.

"Selamat, Pak, Bu! Anaknya lahir dengan sehat," ucap dokter.

Dokter kemudian memberikan bayi itu kepada suster, mungkin untuk dibersihkan dan ditimbang berat badannya. Beberapa menit kemudian, suster kembali dan menyerahkan bayi itu kepada Farhan.

"Syukurlah, ayo, Pah! Di azanin gih anaknya!!" suruh Inayah.

Beberapa jam kemudian.

"Yeayyy!!! Adik Ley udah lahil!" teriak Reyhan girang. "Pah, adik kecin namanya apa?" tanya Reyhan.

"Iya, Pah, udah dapet belum namanya?" tanya Inayah menimpali.

"Udah dong, nama adik Rey adalah Gita. Gita Syafitri nama panjangnya," terang Farhan tersenyum.

"Wah bagus, Pah. Iya kan, Rey?" seru Mama Ina.

"Iya, Mah, nama adek tantik, anti alok udah besal nikah sama kak Rey!! yakan, Pah? Yeayy!!" seru Rey polos kegirangan.

"Etdah, ada ada aja ni bocah." Farhan geleng-geleng kepala melihat tingkah polos putranya.

***

Hari ini keluarga Farhan dan Inayah sudah berada di istana kecil mereka, sambil sesekali tertawa melihat tingkah Rey kegirangan karena telah menjadi seorang kakak.

"Mah, cini adek Gitanya bial kak Ley yang endong!!" tawar Reyhan.

"Eh, belum boleh, Kak. Nanti adeknya jatoh terus nangis. Kalok adeknya sakit gimana?" jelas Inayah. "Nanti kalau adeknya udah besar baru boleh di gendong," sambung Inayah.

"Becal cegini ya, Mah?" tanya Reyhan merentangkan tangannya sebagai ukuran besarnya. "Adik Gita, cepet besal ya!! Bial bica maen cama Kakak," tambah Rey mengajak baby Gita berbicara.

"Haha, ada ada aja kamu Kak, sini, Papa gendong!!" tawar Farhan merentangkan tangan, dan tentu saja langsung disambut oleh Reyhan.

"Ishh, emok tium tium kak Ley, Pah!!  Ley udah becal. Mah!! iat papa tium tium kak Ley," kata Reyhan mengadu.

"Hahaha, iya-iya, udah besar sekarang anak Papa, udah jadi Kakak." ucap Farhan yang di gelengin oleh Inayah.

"Ada ada aja kamu kak, kak." kata Inayah geleng-geleng kepala.

***

Hari berganti bulan, bulan berganti tahun, hingga tanpa kita sadari, Rey dan Gita tumbuh menjadi anak-anak yang ceria, selalu bermain bersama, tetapi saat akan berpisah untuk bersekolah, ada di antara mereka yang bersedih.

"Akak enelan au igi??" tanya Gita yang telah berusia 3 tahun saat melihat kakaknya mau pergi ke sekolah, karena sekarang usia Rey sudah 6 tahun dan sudah waktunya memasuki jenjang sekolah dasar.

"Adek tenang aja yah, nanti pulang sekolah kita main lagi, dadah Dek Gita." ucap Reyhan melambaikan tangan.

"Dadah Kakak." balas gita.

**

Sepulang sekolah, Reyhan langsung mendatangi adiknya, dia terlihat sangat gembira karena dia ingin menceritakan pengalamannya di hari pertamanya bersekolah. Akan tetapi, saat telah masuk kamar sang adik, dia melihat Gita sedang tidur, muncullah pikiran jahilnya, ingin mengganggu tidur sang adik.

"Eh, tidur ternyata, kerjain ah!" seru Reyhan jahil.

"Ehmm...." gelisah Gita karena kakinya di kelitikin oleh sang kakak.

"Ihh, kayak kebo, udah digangguin masik aja tidur, Dek bangun!! Bangun lah!!" racau Reyhan karena sebal dengan sang adik, karena merasa terganggu Gita pun bangun dengan raut wajah yang sangat girang.

"Yeayy, akak uga ulang!!" Gita langsung bangkit dan memeluk sang kakak.

"Eh, awas jatuh, Dek! Nanti jatoh terus luka, nanti sapa yang susah?? Kakak juga yang susah. Oh iya, Dek, Mama mana?" tanya Reyhan.

"Mama agi di apul kak tadi katanya," jelas Gita. "Kak, ecok Akak nddak boleh igi agi!! adik nddak ada awan ainnya," tambah sang adik.

"Eh, kok ngambek, iya deh besok kakak nggak pergi  lagi, tapi, di sana enakloh, nanti kalok adek udah besar kita pergi bareng bareng yah," kata Reyhan.

"Enelan, Kak??" tanya Gita.

"Iya, Yaudah yuk, kita ke dapur sama Mama. Papa masih belum pulang kerja juga, yuk!!" ajak Reyhan.

"Yuk," balas sang adik. Mereka pun berjalan bersama menuju dapur untuk menjumpai sang mama dan meminta makan.

ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ

Hai gusy, ini karya pertama aku, mohon di baca ya guys, jangan lupa dilike, komen, dikritik juga ya!

Btw, di percakapan Rey dan Gita emang sengaja di buat seperti itu, pertanda sebagai ciri khas anak-anak kalau lagi bicara, tutur katanya agak cadel.

Author masik pemula, butuh masukan sebanyak-banyaknya, Mohon kritikannya ya!!

LOVE YOU ALL.

Suasana Baru

12 tahun kemudian

"Kak, kamu mau ngelanjut di mana?" tanya Farhan kepada Reyhan.

"Rey nggak tau, Pa, mau ngelanjut ke mana, Papa, ada reqomended nggak?" Reyhan bertanya balik ke Farhan.

"Gimana kalau ke LN. Nah, di sana banyak universitas yang bagus loh," usul Farhan.

"Nggak boleh!! Kakak nggak boleh jauh jauh kuliahnya, nanti yang jemput Gita siapa? Yang daftarin sekolah Gita siapa? Yang nemenin Gita jalan juga siapa? Pokoknya kakak harus kuliah di Indo aja!!" serobot Gita sebelum Reyhan menjawab.

"Enak aja, emangnya kakak supir kamu? Terserah kakak dong mau kuliah di mana," ketus Reyhan ke Gita.

"Ih, pokoknya kakak nggak boleh kuliah di LN! Papasih, entah apa tawarin kakak kuliah di LN," protes Gita.

"Ya maaf! Kan kakak kamu penerus perusahaan Papa, jadi ya harus yang terbaik, lagian kamu mau ngelanjut ke sekolah mana?" tanya Farhan.

"Gita mau sekolah di SMA kakak aja, Pah, di SMANXXX," jawab Gita.

"Yaudah deh, kakak kuliah di Indo aja, lagian di Indo universitasnya banyak yang bagus kok," kata Reyhan mengalah.

"Bagus itu, Nak. Mama setuju, nah, udah deal ya, kalau Papa gimana?" tanya Inayah kepada suaminya, Farhan.

"Apapun keputusan kalian ,Papa akan mendukung itu." Farhan menjawab. "Kamu Rey, mulai sekarang Papa kasih izin untuk pacaran," sambung Farhan yang memang sedari dulu melarang anaknya untuk berpacaran.

"Yesss, Gita juga kan, Pah?" tanya Gita dengan wajah yang berbinar.

"Enak aja kamu, belajar yang bener dulu!!" jawab Farhan.

"Yaahhhh, Papaaaaa." Gita melas.

****************

Keesokan harinya

Di sebuah kampus ternama di jakarta, ada seorang lelaki tampan yang sedang berjalan dengan gaya coolnya, alisnya yang tegas, tatapan matanya yang lembut namun tajam, hidung yang mancung bak perosotan,  bibirnya yang sensual dan harumnya yang manly, Bak seorang selebritis dalam sekejap pria tersebut telah menghipnotis kaum hawa penghuni universitas itu. Ya, siapa lagi kalau bukan Reyhan, putra dari Farhansyah Nataniel, CEO ternama dari perusahaan yang berkecimbung di dunia kuliner yaitu junkfood.

"Ih, siapa cowok itu? Ganteng banget, sumpah," ucap mahasiswi yang melihat Reyhan.

"Dia Reyhan, anak seorang CEO ternama," kata mahasiswi lainnya.

"Wahh, keren, udah punya pacar apa belum ya? Ya Tuhan jikalau aku berjodoh dengannya, maka dekatkan lah kami, tetapi, jika bukan matikanlah jodohnya," kata mahasiswi lainnya.

"Eh, gila ya elu, elu masik bernafas apa nggak aja dia nggak akan perduli," kata mahasiswa lainnya.

"Yeeee, elo juga jangan buat gue patah hati dulu dong! gimana sih!" ketus mahasiswa tadi.

****************

Di sisi lain, Gita baru saja memasuki sekolah barunya, tetapi dia telah di kerumuni banyak teman karena Gita pandai bergaul, dan sekarang dia telah berada di kantin bersama teman-temannya, yaitu Amel, Cindy, dan Citra.

"Guys, mau pesen apa?" tanya Cindy.

"Aku, mi ayam aja!" kata Citra.

"Aku, soto!" kata Gita.

"Aku, soto juga!" kata Amel.

"Oke, aku mi ayam aja deh, kalau minumnya apa?" tanya Cindy kembali.

"Fruit tea aja!!" kata Amel.

"Samain aja semua!!" kata Citra dan Gita barengan.

"Oke, aku pesenin dulu ya!" Cindy beranjak untuk memesan.

"Eh bentar ya guys, kakak aku telpon." Gita mengambil telpon lalu mengangkat panggilan itu.

"Iya, kak?" kata Gita.

".........."

"Oke, aku tunggu di gerbang depan!!" kata Gita.

".........."

"Iya, enggak apa apa kok, yaudah ya, bye!!" Panggilan pun ditutup oleh Gita.

"Ada apa, Git?" tanya Amel.

"Enggak apa apa kok, itu tadi kakak gue bilang nggak bisa nyusul, katanya nanti di susul oleh supir bokap gue," jelas Gita dan di angguki oleh teman-temannya.

****************

REYHAN POV ON

Aku sedang berjalan ke sebuah ruangan, di mana tempat itu adalah tempat aku menuntut ilmu. Setibanya di dalam kelas ada seorang pria yang memanggilku.

"Hai, bro??" kata orang itu.

"Hai, ada apaya?" tanyaku kepadanya.

"Enggak apa-apa, cuman mau nanyak aja nama elu siapa?" kata orang itu berkedok kenalan.

"Oh, kenalin nama gue Reyhan," jawabku.

"Oh, nama gue, Devan, salam kenal boleh kita berteman?" tanya Devan.

"Boleh."

"Yaudah yuk, gue kenalin ke temem-temen yang lain!" ajak Devan yang di angguki oleh Reyhan.

Setelah berkenalan ke semua orang yang ada di kelas itu, aku di ajak sama teman-teman untuk jalan, sebagai perayaan pertemanan, tentu saja aku tak bisa nolak, tetapi, sebelum pergi aku tak lupa untuk mengabari adikku Gita kalau aku tak bisa menjemputnya.

"Hai, dek," kata Reyhan.

"Iya, kak?" kata Gita.

"Dek, nanti kakak nggak bisa nyusul kamu, kakak ada acara sama temen-temen, nanti kamu bakal disusul oleh supir papa!!" ucapku pada sambungan telfon.

"Oke, aku tunggu di gerbang depan!" jawab Gita.

"Iya, kamu nggak apa apa kan nggak kakak yang nyusul?" kataku lagi merasa tak enak.

"Iya, nggak apa apa kok, yaudah bye!!" Panggilan diputus oleh Gita setelah kujawab ucapan penutup darinya.

REYHAN POV OFF

******

Setelah pulang jalan dengan teman, Reyhan dan Devan pergi ke sebuah Rumah makan padang, karena kebetulan mereka sedang lapar.

"Rey, elo beneran mau makan di sini? Ramai benget loh," tanya Devan.

"Ya beneranlah, emang lo mau nahan laper gitu, kalau gue sih ogah," kata Reyhan ketus.

"Iyadeh, yang lagi PMS hahaha," canda Devan.

"Sialan lo!!!" Reyhan berlalu meninggalkan Devan.

"Woy!! tunggu gue dong, main tinggal-tinggal aja." Devan sedikit berlari mengejar Reyhan.

**********

"Eh, tempat duduknya abis," keluh Reyhan.

"Kan udah gue bilang, elu ngeyel sih, tapi di sana masih ada tersisa 2 kursi tu, yang ada ceweknya, lagian ceweknya jugak cakep, bisalah cuci mata," kata Devan cengar-cengir.

"Dasar, enggak bisa liat yang bening dikit," kata Reyhan sebel dan mereka pun berjalan ke tempat itu.

"Hai, boleh gabung nggak?" kata Devan.

"Ohh hai kak, bo-boleh kok, silahkan!" kata gadis itu gugup yang terus menatap Reyhan.

"Gila, ganteng bener ni cowok," batin gadis itu.

"Nama kamu, siapa?" tanya Devan membuyarkan lamunan gadis itu.

"Oh, Nama aku Intan kak," jawab Intan.

"Oh hai Intan, kenalin aku Devan dan ini Reyhan," kata Devan.

"Oh salam kenal kak, oh iya kakak mahasiswa mana?" tanya intan.

"Aku sama Rey mahasiswa universitas XXX jurusan  MBA, kalau kamu?" tanya balik Devan sedangkan Reyhan hanya diam menikmati makanannya.

"Aku kuliah di universitas ZZZ jurusan Ekonomi Manajemen kak," jelas Intan.

"Aku sudah selesai, yuk Dev!" ajak Reyhan.

"Eh udah? Yaudah deh yuk! Sampai jumpa Intan," kata Devan.

"Iya, kak," balas intan.

Sesampainya di parkiran mereka langsung menaiki mobil dan segera meninggalkan rumah makan padang itu, di sela-sela perjalanan tak henti hentinya Devan meracau tentang Intan.

"Rey, Intan cantik banget ya? Ramah lagi," puji Devan.

"Sialan lu, modusmu itu nggak ketulungan, cantikan juga adik gue," kata Reyhan.

"Owh, yang bener? Mana fotonya?" kata Devan antusias.

"Enak aja, nanti adik gua elu modusin, males gue," kata Reyhan.

"Ahkhhh, serakah lu!" seru Devan malas.

FYI  :   MBA (Master Of Businnes Administration)

ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ

Chapter ke-dua ya, seribu kata lebih.

Jangan lupa like, komen, vote, dan rate full, jangan

lupa juga kritiknya ya guys!

Otor masih butuh banyak saran, Otor masik pemula.

Maaf kalau banyak yang typo.

LOVE YOU ALL.

Kenyataan

"Pah, Mama seneng deh ternyata Rey sayang banget sama adiknya, Mama berharap keakuran mereka tetap bertahan meski ada badai ya, Pah?!" kata Ina yang takjub dengan keakuran Reyhan dan Gita meski notabennya bukan saudara kandung.

"Amin, Papa pun seneng dengan keakuran mereka, tapi, Papa kepikiran bagaimana kalau Reyhan tau bahwa dia bukan anak kandung kita, Papa khawatir memikirkan kenyataan ini," ucap Farhan yang raut senangnya berubah sendu memikirkan hal itu.

"Iya, Pah! Mama juga khawatir, mendingan kita jangan membicarakan ini lagi! Supaya rahasia ini tak terbongkar," kata Inayah menyarankan.

"Papa tak setuju sama saran mama, Papa takut rahasia ini terbongkar bukan dari kita, tetapi, dari orang lain. Papa berencana akan memberitahukan semua hari ini dan Papa rasa Rey sudah cukup dewasa untuk menghadapi semua ini," kata Farhan menjelaskan.

"Enggak, Pah! Gimana kalau Rey sedih, terus pergi ninggalin kita? Mama nggak mau, Pah! Mama sayang Rey, Mama nggak mau Rey ninggalin Mama hiks.... hiks...." kata Inayah yang tangisnya telah pecah.

"Itu urusan terakhir, Mah! Pokoknya keputusan papa sudah bulat, tak ada penolakan!" kata Farhan tegas yang tak dapat dibantah oleh siapa pun.

Inayah hanya bisa menangis, dia tak dapat berbuat apa-apa jika suaminya sudah memberikan keputusannya.

*******

Di sisi lain, Reyhan sedang bersama teman-temannya, mereka sedang berkumpul di sebuah kafe dekat kampus mereka, mereka sedang asik bercanda ria. Akan tetapi, di sela-sela candaan mereka ada salah satu dari mereka membuat sebuah tantangan untuk Reyhan.

"Hei, Rey! Gue ada satu tantangan buat Lo! Elo kan yang banyak di kagumi cewek-cewek di sini," kata salah satu teman Reyhan.

"Ah males gue, tantangan elo pasti ngejebak gue, iya kan?" tanya Reyhan menolak yang langsung disambut oleh Devan.

"Ah payah lo, Rey! Tantangannya belum di kasih tau aja elo udah nolak, banci lo, Rey!!" kata Devan memancing.

"Apa lo bilang? Sialan lo, oke gue buktikan gue terima tantangan elo," kata Reyhan yang terpancing yang di sambut tertawaan teman-teman yang lainnya.

"Enggak usah ketawa lo pada! Mana tantangannya?" Reyhan emosi akan semua ejekan teman-temannya.

"Nah lo lihat, Rey! Cewek yang duduk di kursi pojok itu. Itu namanya Anggi, anak kedokteran tapi jalur beasiswa, dia itu angkuh dan gampang marah, nggak ada cowok yang berhasil dekatin dia, nah ini tantangannya!Kalau lo berhasil buat dia jadi pacarlo, kita bakal keliling lapangan kampus dengan telanjang dada. Nah, kalau lo gagal traktir kita 1 bulan, gimana?" tantang teman Reyhan .

"Gila lo, kalau dia baper beneran gimana?" keluh Reyhan.

"Payah lo, Rey! Kagak berani kan lo? Fix lo banci!" kata Devan.

"Apa lo bilang? Oke gua terima tantangan kalian," kata Reyhan mantap karena sedari tadi diejek banci oleh Devan. Dia langsung berjalan ke arah Anggi yang menjadi targetnya.

"Hai, elo Anggikan anak kedokteran?" tanya Reyhan.

"Iya, elo Reyhankan? Cowok yang lagi panas dibicarakan hahaha," kata Anggi tertawa.

"Sialan, dia menertawakan gue, tapi ketawanya manis juga," kata Reyhan dalam hati.

"Hehe iya, boleh gabung?" tanya Reyhan yang di angguki oleh Anggi.

"Gila, ganteng bener ni orang, seandainya aja...." kata Anggi berandai dalam hati yang terus menatap Reyhan.

"Kelihatannya ini cewek beneran baper," kata Reyhan dalam hati.

"Ehm, langsung aja ya! Elo mau nggak ntar sehabis kelas jalan sama gue!" tawar Reyhan.

"E-emang mau ke-kemana?" tanya Anggi gugup sebab mendadak sekali dan untuk pertama kali dia diajak sesorang untuk jalan.

"Ada deh, yah mau ya!" pinta Reyhan.

"Emang lo nggak malu jalan sama gue? derajat kita kan beda jauh, elo orang kaya dan gue orang mis...." kata Anggi yang terhenti karena jari telunjuk Reyhan telah berada di bibirnya.

Deggh...

"Perasaan apa ini?" kata Anggi dalam hati.

"Elo apasih, gue ngajak jalan anak orang nggak mandang materi dan lagian ngapain malu, orang elo aja cantik," puji Reyhan ke Anggi.

"Apaan sih, elo bisa aja," kata Anggi yang wajahnya memerah. "Yaudah deh, gue mau," sambung Anggi menerima tawaran dari Reyhan.

******

Setelah kelas selesai, kini Reyhan telah berada dalam mobil miliknya bersama Anggi. Mereka hari ini berencana jalan ke suatu tempat yang hanya Reyhan yang tahu tujuannya. (Author juga tahu ya guys, wkwkw).

"Emangnya kita mau kemana sih?" tanya Anggi.

"Ada deh, kamu duduk aja yang manis! Abang akan membawa adik manis ke tempat yang indah." goda Reyhan.

Bluush...

"Apaan sih!" kata Anggi yang menahan malu hingga pipinya merona.

Sampailah mereka ke sebuah danau yang indah, pemandangannya yang asri dan udaranya yang sejuk.

"Wah, segar sekali di sini!" ucap Anggi mengagumi.

"Gimana, kamu seneng gak?" tanya Reyhan yang di angguki oleh Anggi.

Setelah bertanya, Reyhan secara tiba tiba memegang tangan Anggi seraya menunduk dan melihat wajah cantik Anggi karena tinggi badan Anggi lumayan jauh di bandingkan dengan Reyhan.

"Anggi, aku tahu ini terlalu tiba-tiba dan aku baru saja mengenalmu. Akan tetapi, aku nggak bisa membendung rasa ini. Anggi, maukah kau menjadi pacarku?" Reyhan memberi setangkai bunga mawar yang disimpan di balik kemejanya setelah mengucapkan kata-kata romantis untuk menembak Anggi.

"Hah??" ucap Anggi terkejut dan ternganga saat secara tiba-tiba Rey menembaknya.

"Aku menunggu jawabanmu, Sayang!" kata Rey membangunkan Anggi dari keterkejutannya.

"I-iyaa, a-aku mau!" jawab Anggi dengan air mata yang telah mengalir. Reyhanpun bangkit menghapus air mata itu lalu memeluknya.

"Gila!! gampang banget nembak dia, kenapa kata orang dia ini susah di dekatin?" kata Reyhan heran di dalam hati.

********

Di sisi lain Gita sedang chat-an dengan Devan, karena Devan telah berhasil ngebujuk Reyhan untuk memberi nomor ponsel Gita. Ya, Devan mengakui bahwa Gita lebih cantik dari pada gadis yang pernah dia temui.

"Hai?" ucap Devan di dalam chat itu.

"Iya, siapa ya?" tanya Gita heran, karena dia tak tau itu nomor siapa.

"Aku Devan, temen kakak kamu. Panggil aja kak Devan!!" jawab Devan.

"Oh, iyakah? Kalau begitu, kenalin aku Gita kak, adik kak Rey."

"Iya, kamu mau nggak besok jalan bereng kakak!?"

"Kemana ya, kak?"

"Ada deh, mau ya!!"

"Oke, deh, Gita tunggu jam tiga!!"

"Oke, sampai jumpa."

********

REYHAN POV  ON

Sesampainya di rumah setelah mengantar Anggi pulang, aku langsung di suguhkan dengan pemandangan yang menyayat hatiku, yaitu ketika melihat belahan jiwaku menangis, siapa lagi kalau bukan Mama. Tak kuasa melihat mamaku menangis, aku pun langsung berlari menghampirinya. Aku heran mengapa Mamaku sampai menangis dan memohon sama Papaku?

"Ada apa ini, Pah? Kenapa Mama menangis? Selama ini aku tak pernah melihat Mama menangis?" tanya Reyhan yang memang benar selama ini dia tak pernah melihat mamanya menangis karena selama ini keluarga itu hanya diliput dengan kebahagiaan.

"Enggak ada apa-apa, sekarang papa minta kamu panggil adik kamu! Dia juga berhak tau!" suruh papaku tegas dan aku sampai merinding karena baru pertama kali aku melihat sisi lain dari papaku, dan dengan segera aku memanggil adikku Gita.

Setelah kami semua berkumpul, Papa baru akan memulai perbincangannya tapi di cegah oleh mama, Aku dan Gita bertanya-tanya sebenarnya ada apa ini? Kenapa kami semua di kumpulkan, dan mengapa suasananya tegang begini.

"Baiklah, semua sudah berkumpul, papa akan memberi tahu kalian semua sebuah kenyataan, dan terutama kamu, Rey! Papa harap kamu bisa bersikap dewasa dalam menanggapi hal ini," ucap papaku semakin membuat perasaanku kian tak enak.

DEGHhh....

Tiba-tiba perasaan aneh datang padaku, kenapa aku menjadi takut? kepalaku terus bertanya tanya ada apa ini? mengapa ini seperti menuding aku.

"Papa akan menceritakan sebuah kenyataan, bahwa...." ucapan papa terhenti karena mama tiba tiba memelukku dengan derai air mata, dan ku lihat mata papa pun berkaca kaca.

"Bahwa apa, Pah?" tanya ku mendesak papa, dan mataku pun ikut berkaca kaca.

"Bahwa kamu, Rey! Bukan anak kandung kami."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!