NovelToon NovelToon

Felisha (Find The Destiny)

Felisha Claire

“huahhh..huahhh..huahhh”

Seseorang baru saja terbangun dari tidurnya, dengan nafas tersengal-sengal seperti selesai lari marathon. Sudah sangat lama mimpi seperti itu tidak mampir dalam tidurnya, tapi entah kenapa mimpi itu kembali ada beberapa hari terakhir. Dia bahkan sempat tidak ingat kalau pernah bermimpi seperti itu sebelumnya.

Felisha Claire

Wanita cantik, cepat mengambil peluang, tapi sangat susah untuk bersosialisasi dengan orang-orang baru, bukan semua orang baru tapi hanya orang-orang yang menurut dia tidak akan membawa dampak baik untuk hidupnya kedepan. Dia tidak perduli dengan apa yang dikatakan orang lain, dia menjalani hidupnya dengan santai tetapi bukan berarti dia seorang yang sombong. Dia tetap menghargai orang yang pantas dia hargai. Dia hanya menjadi dirinya sendiri ketika bersama tiga sahabatnya, tetapi sekarang mereka jarang untuk berkumpul.

Di usia 21 tahun dia bahkan belum pernah memiliki kekasih. Bukan dia tidak tertarik dengan lawan jenis, dulu dia sempat tertarik pada seorang pria layaknya remaja pada usianya saat itu, tetapi suatu hal yang akhirnya membuat dia insecure dan memilih tidak buang-buang waktu untuk menyukai seseorang, menurutnya sukses adalah hal lebih penting untuk dia gapai. Dia tidak ingin buang waktu lagi untuk hal tidak penting yang sebenarnya bisa dia lakukan.

Aslinya dia gadis yang sangat manja dan seenaknya sampai 5 tahun yang lalu sesuatu yang besar terjadi dalam hidupnya. Kenyataan mengejutkan yang membuat dia bertekad untuk memiliki tujuan hidup yang jelas. Menjadi orang yang sukses dan membanggakan kedua orang tuanya. Orang tua yang sudah begitu menyayanginya, yang selalu memanjakannya, tak pernah membiarkan dia kekuarangan apapun dalam hidup.

Feli, begitu biasa dia di sapah bukan dari keluarga sembarangan. Keluarganya adalah orang terpandang di negaranya. Pasangan pengusaha yang sukses menjajaki deretan sepuluh besar orang terkaya se-Asia itu sudah tentu menjadi yang terdepan di negaranya. Feli yang begitu dimanja menghabiskan masa remajanya dengan bersenang-senang, tetapi dia tetap seorang yang tidak kekurangan kasih sayang. Orang tuanya yang meski sibuk tidak membiarkan Feli merasa sendirian. Tidak seperti kebanyakan kisah yang karena kesibukan orang tua membuat anaknya terabaikan. Feli kecil hingga dewasa yang selalu dituruti keinginannya menimbulkan kecemburuan dihati om dan tantenya, hingga suatu hari mereka mengejutkan Feli dengan hal yang disimpan rapat oleh orang tuanya. Kebenaran bahwa dia bukan anak kandung keluarga kaya raya itu jelas menjadi keterkejutan dalam hidupnya.

Kenyataan mengejutkan yang dia terima saat itu membuat Feli manja dan seenaknya berubah menjadi Feli yang sedikit pendiam dan sungkan terhadap orang tuanya. Orang tuanya tidak berubah, kasih sayang mereka terhadap Feli masih sama, tetapi Feli yang mulai berubah semakin terlihat melalui cara dia menghormati mereka. Bukan dulu dia tidak menghormati mereka tapi sejak itu Feli seakan menjauh memposisikan dirinya seakan orang lain dari keluarga terpandang tersebut. Itu membuat orang tuanya sedih dan cemas, tidak ada Feli yang dulu yang bahkan masih SMP sudah meminta mobil sport keluaran terbaru. Tidak ada Feli yang suka belanja menghamburkan uang dengan teman-temanya. Dia tetap bersenang-senang dengan teman-temanya tetapi mengurangi untuk belanja hal yang tidak diperlukan seperti yang dia lakukan dulu.

Berubah, sadar diri, semakin berpikir kedepan tetapi tidak membuat dia menjadi orang yang lemah. Feli tetaplah Feli yang kuat, dia bertekad untuk memulai hidupnya dengan tujuan yang jelas, membanggakan kedua orang tua yang sangat dia cintai. Membuat keluarga besarnya menerima dia dan merasa dia pantas ada disana. Dia memilih memulai kembali hidupnya, keputusan berat harus meninggalkan teman-teman dan kedua orang tuanya. Tetapi semangat dan rasa percaya akan tujuan yang harus dia capai membuatnya tetap pada keputusannya.

...🍓🍓🍓🍓🍓...

Kilas Balik Beberapa Tahun Silam

Langit di Jakarta tampak cerah. Hari itu sebuah keluarga terpandang sedang berkumpul untuk acara makan siang bersama. Carter Richard pria parubaya asal Amerika yang sudah lama menetap di Indonesia setelah sebelumnya bolak balik Kanada mengurus bisnisnya disana, sekarang memilih menghabiskan waktu di negara asal sang istri Finanda Wiratama.

“Febian, dimana Feli? Kenapa dia tidak ikut berkumpul dengan kita?” tanya Clara anak pertama Carter, yang selalu kesal terhadap Febian yang dianggapnya terlalu memanjakan Feli.

“Mungkin masih diperjalanan, sebentar lagi dia datang, tadi Feli sedang di mall dengan teman-temannya dan aku menyuruhnya segera menyusul kesini.” Jawan Febian. Febian Richard seorang pengusaha berbagai bidang yang sangat sukses. Istrinya, Lisiana Richard seorang model yang juga mewarisi bisnis keluarga. Febian dan Lisiana memiliki sepasang putra putri, Felisha dan Farrel.

“Anak itu selalu saja sesukanya, liat dia bahkan anak SMA sepertinya membuat kita orang dewasa harus menunggunya. Benar-benar tidak punya sopan santun.” Clara masih tidak terima.

“Kita makan saja dulu, nanti Feli tetap akan kesini kok.” Lisiana menimpali karena dia tahu kalau sudah seperti ini biasa kakak iparnya itu akan mengungkapkan ketidaksukaan mereka terhadap Feli dan bisa mengungkit masa lalu Feli. sebenarnya Lisiana sudah menghubungi Feli tapi sepertinya ponselnya mati jadi tidak tersambung, dia yang sangat tau kebiasaan putrinya itu yakin kalau putrinya pasti lupa dengan janji makan siang mereka.

“Kalian jangan membiasakannya, lihatlah dia masih 16 tahun tapi sudah seperti wanita karir yang selalu menghamburkan uang. Beberapa hari yang lalu aku melihat Feli di mall, dia dan teman-temannya belanja begitu banyak barang bermerek. Pergaulan seperti apa yang dia jalani?”

“Biarkan saja, toh kita menghasilkan uang untuk membahagiakan anak-anak.” Febian tidak ingin ambil pusing dengan kakaknya yang selalu saja seperti itu.

“Hey tapi dia sudah diluar batas kewajaran. Bertingkah tidak sopan padahal dia bukan siapa-siapa di keluarga ini.” Clara memang sedikit tidak suka dengan Feli meski tidak pernah ditunjukannya secara langsung, ditambah beberapa hari yang lalu sempat melihat Feli di sebuah mall dan Feli bahkan tidak menyapahnya, hanya asik berbelanja dengan teman-temannya. Clara merasa tidak dihormati, dia selalu berpikir Feli hanya menghabiskan uang milik kakaknya. Padahal bahkan uang kakak dan kakak iparnya tidak akan habis hanya karena barang-barang itu.

“Sudah sudah..kenapa kalian jadi berdebat. Benar kata Lisiana lebih baik kita makan biarkan Feli menyusul, dia itu anak muda sudah sewajarnya dia sedang menghabisi waktu dengan teman-temannya. Seperti kalian tidak pernah muda saja. Ayo makaaannn..” Finanda menengahi sedangkan suaminya Carter hanya geleng-geleng kepala dengan tingkah anak-anaknya.

**

Sebuah cafe minimalist yang sering menjadi tempat nongkrong kalangan muda ibukota, disinilah gadis cantik yang sedang menjadi perbincangan keluarganya. Bersama teman-temannya Nata, Dea dan Daniel kini Feli sedang asik bercanda menghabiskan segelas lime mojito didampingi waffle kesukaannya. Ya, dia lupa dengan janji makan siang keluarga yang sudah disampaikan papinya tadi bahkan belum lama saat mereka masih di mall.

“De, jangan abisin mojito lu, gue masih pengen.” Ucap Feli sang pecinta mojito.

“Pesen lagi sih, kayak gamampu ajah deh Fel.” Dea menjawab diiringi tawa.

“Lah iya kenapa ga kepikiran sih.” Feli menepuk jidatnya diiringi tawa dari teman-temannya. Ya begitulah Feli dia gadis manja yang suka seenaknya tetapi kadang masih membuat teman-temannya kesal dan gemes akan tingkahnya.

“Disekolah ajah sok jadi ketua geng lo, kek gini malu-maluin.” Masih tertawa mereka terus meledek Feli. Kebiasaan mereka kalau sedang bersama. Itu terjadi setiap hari, disekolah ataupun pulang sekolah mereka selalu bersama.

“Diem ih, gue sumpel pake blackcard deh itu mulut.” Feli pura-pura kesal.

“Songong, kita juga punya woyyy!” seruh mereka bertiga.

“Besok kita mau nongki dimana nih?” ucap Nata setelah menghentikan tawanya.

“Guys, bosendeh jalannya disini-sini doang.” Ucap Dea.

“Iyasih kemana dong kita?” Nata menimpali dengan gaya berpikir.

“Gimana kalo kita ke Bandung ajah, pas banget sabtu kan sih Feli ultah. Kita nginep di vila gue yang dipuncak. Ato di villa kalian juga boleh. Gimana?” Daniel memberi saran. Ya mereka berempat bukan remaja biasa-biasa saja, mereka berasal dari keluarga kaya di negara ini, bahkan nama keluarga mereka begitu dikenal kalau hanya berbicara soal Asia.

“Yah tapi kalian kan tau, kalo ultah itu biasa mami dan papi udah nyiapin surprise buat gue, biarpun sebenernya itu bukan surprise lagi karna gue udah tau apalagi 2 hari lagi gue sweet sixteen meski mereka ga ngomong gue udah tau pasti mereka nyiapin lebih dari sekedar makan malam doang hahahaha inget kalian harus da.....ahhhhhh sial kan gue lupa hari ini ada lunch bareng keluarga.” Feli bergegas mengangkat tas dan kunci mobilnya dan berlari ke arah pintu, tidak memperdulikan lagi ocehan teman-temannya.

Dikendarainya mobil sport merah itu dengan kecepatan penuh agar segera tiba di restoran tempat keluarganya berkumpul. Gadis yang selalu sesuka hatinya itu sedang merasa bersalah karena lupa dengan acara makan siang keluarga, tetapi rasa bersalah itu kemudian berubah menjadi hantaman yang cukup membuat dia terkejut...

🍓🍓🍓🍓🍓

Kilas Balik Beberapa Tahun Silam (2)

“Clara, aku tidak suka dengan ucapan kamu. Apa maksudnya Feli bukan siapa-siapa, jelas dia anakku. Jangan pernah berbicara seperti itu bagaimana jika Feli mendengarnya, aku tidak suka.” Febian ternyata masih tidak terima dengan perkataan kakaknya.

“Aku cuma berbicara yang sebenarnya, memang dia bukan siapa-siapa.” Ucap Clara dengan tenang.

“Jaga ucapan kamu Clara!” Febian terpancing emosi, dia sedikit berteriak tidak suka kalau keluarganya mengungkit kebenaran tentang Feli, karena dia dan Lisiana menanggap Feli layaknya anak kandung, tidak pernah membedahkan baik Feli maupun Farrel.

“Memang kenyataan dia cuma anak angkat kan, sudalah kak Febian juga tidak usah terlalu membelanya. Dan kak Clara juga tidak usah membahasnya lagi.” Ferando Richard yang sedari tadi diam akhirnya angkat suara. Putra bungsu Carter ini sebenarnya bukan tidak suka dengan Feli, tetapi dia memang tipikal orang yang dingin dan cuek, malas mendengarkan perdebatan mereka. Tapi siapa sangkah perkataannya itu justru membuat seseorang yang baru saja tiba di cafe menjadi sangat terkejut.

Yaa, Feli baru saja tiba saat dia mendengar kalimat tersebut keluar dari mulut Ferando. Ferando om yang sudah dia anggap seperti kakaknya sendiri karena perbedaan usia mereka yang tidak terlalu jauh sudah mengungkapkan kebenaran yang membuat dunia Feli seakan runtuh.

"Apa maksudnya ini?" Feli masih mencoba baik-baik saja. "Pih.. Mih.. apa yang baru aku dengar?" Feli mendesak, sedangkan semua orang dewasa yang ada disana sudah diam terkejut melihat Feli yang sudah ada disitu.

Lisiana bergegas berdiri. "Feli, kesayangan mami kamu sudah sampai? Dari tadi mami telfon kok ga nyambung?" berusaha mengalihkan perhatian putrinya, berharap putrinya tidak mendengar apa-apa.

"Mih, jangan alihkan pembahasan cuma karena aku udah ada disini" Feli masih mendesak.

"Cepat kasih tau aku mih, apa semua perkataan kak Ando itu benar? Apa aku memang bukan anak kandung mami dan papi? Jawab miihh..." Suara Feli sudah mulai bergetar, rasanya dia belum percaya tapi pikirannya tidak bisa membiarkan itu dilewatkan begitu saja.

"Sayang, kamu ngomong apa hah kamu itu jelas anak kami, kesayangan mami, papi dan Farrel." Febian yang menjawab, sedangkan istrinya masih kaget dengan pertanyaan itu. Hal yang sudah mereka tutup selama lebih dari 15 tahun akhirnya diketahui putri mereka hanya dengan cara seperti ini.

"Papi, ngomong jujur sama aku pih!" suara Feli meninggi, sedih dan kecewa entah apa yang dominan pada perasaannya sekarang. Bisa jadi dia marah tapi kepada siapa dia harus marah?

"Engga sayang hal konyol macam apa itu, kamu itu anak mami dan papi, jangan dengarkan Ando dan aunty kamu." Tegas Febian. Tetapi Feli yang mengerti dengan diamnya keluarganya paham bahwa apa yang diucapkan papinya hanya semata untuk menghibur dan tidak membuat dia kecewa.

"Pih, aku memang selalu sesuka hati tapi aku ga bodoh pih, aku bisa paham dengan situasi seperti ini." ucap Feli, matanya sudah berkaca-kaca tetapi dia masih Feli yang kuat didepan mereka saat itu.

"Feli, duduklah sayang." Kali ini Carter yang angkat bicara. Clara dan Ferando hanya diam. Kemudian sang nenek Finanda menghampiri Feli hendak menuntun Feli untuk duduk tetapi ditepis oleh Feli.

"Udah begini masih ajah ga sopan." Clara bergumam yang masih bisa didengar oleh yang lain. Febian segera beranjak, memberi isyarat kepada Lisiana untuk pulang dengan niat akan menjelaskan semuanya kepada Feli dirumah nanti.

Feli yang memilih ikut beranjak, berjalan ke parkiran dan segera masuk kedalam mobilnya. Febian dan Lisiana tidak tinggal diam, mereka tidak boleh membiarkan Feli menyetir sendiri dalam keadaannya yang begitu kacau. Tetapi membujuk Feli pun rasanya percuma, Feli yang memang manja dan keras kepala rasanya sulit untuk mendengarkan mereka apalagi dalam keadaan seperti ini.

"Sayang, mami ikut kamu yaa.."

"Iya Feli biar mami ikut kamu atau supir yang bawa mobil kamu, kita bareng nanti papi yang nyetir." Febian yang khawatir ikut meyakinkan Feli.

"Gak mih, pih, Feli mau sendiri." ucap Feli yang langsung melajukan mobilnya. Berkendara dengan kecepatan tinggi dan tanpa tujuan, itulah yang dilakukan Feli saat ini. Pikirannya sulit untuk menerima kenyataan yang sangat menyakitkan ini. Terlintas kembali masa-masa indah dia dan keluarganya, mami papi dan adiknya Farrel. Terlintas kembali dia yang keras kepala selalu saja punya permintaan yang besar, dia yang selalu berpikir apa saja bisa dia dapatkan karena orang tuanya mampu. Sudah tiga jam dia berkendara, bahkan Feli tidak sadar dia sudah tiba di Bandung. Feli memutuskan untuk menginap di villa keluarganya. Ya, dia bukan lari dari kenyataan, bukan ingin pergi dari keluarga itu, dia hanya butuh waktu untuk sendiri menenangkan diri.

**

"Selamat malam neng Feli, sendirian?" Bibi Lastri yang menjaga villa tersebut bersama suaminya segera keluar ketika tadi mendengar suara mesin mobil mendekat ke arah villa.

"Malam, iya aku sendirian bi, aku mau istirahat kamarnya bersih kan?" tanpa menunggu jawaban Feli segera bergegas ke kamar yang biasa dia gunakan ketika menginap di villa itu.

Bi Lastri yang heran dengan anak majikannya itu yang datang sendirian dengan mata sembab habis menangis langsung mengabari majikannya. Febian yang menerima kabar segera menitip pesan kepada Bi Lastri agar menjaga Feli dengan baik disana. Mungkin Feli memang butuh waktu untuk sendiri. Satu dua hari pasti dia akan pulang, jika lebih dari itu Febian akan langsung menjemputnya.

**

Feli menatap langit-langit kamarnya dengan senduh, air mata masih menghiasi mata indahnya turun ke pipi tanpa henti seakan stoknya tidak terbatas. Bertanya kepada Tuhan kenapa semuanya seperti ini. Dia bahkan sedikit sombong dengan statusnya sebagai keluarga Richard. Disekolah Feli tidak suka bergaul dengan orang lain, mereka sang primadona sekolah yang selain cantik dan tampan juga tajir melintir memang jarang berbaur dan terlihat sedikit sombong.

"Ini mimpi kan?" lirih Feli.

"Tidak Feli ini semua kenyataan." Menjawab pertanyaannya sendiri, Feli kembali termenung.

Feli banyak berpikir malam itu, ternyata kali ini dia memang mendapatkan surprise yang luar biasa dalam hidupnya. Tapi dia berusaha berpikiran terbuka, dia berpikir takdir sudah benar berjalan sebagaimana mestinya. Dia merasa paham apa yang seharusnya dia lakukan sekarang, memantapkan apa yang akan dia lakukan kedepannya, apalagi kalau bukan berterimakasih pada orang tua yang sudah sangat menyayanginya dengan versinya. Akhirnya Feli tertidur dengan mata yang bengkak setelah menghabiskan waktu berjam-jam untuk berpikir, bahkan makan malam yang disiapkan Bi Lastri belum tersentuh.

**

Di Jakarta keesokan harinya, teman-teman Feli sedang bingung dengan Feli yang tidak ada kabar. Ponselnya tidak bisa dihubungi sejak meninggalkan cafe kemarin dan dia tidak masuk sekolah hari ini. Mereka memutuskan akan mampir ke rumah Feli sepulang dari sekolah.

...🍓🍓🍓🍓🍓...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!