NovelToon NovelToon

YOU Are MINE

bab 01

"Silahkan anda tanda tangan disini!"

Bulu kuduk Zanna langsung berdiri mendengar perintah dari seorang lelaki bertubuh kekar yang kini duduk tepat di hadapannya.

Dadanya sesak ketika melihat sebuah surat perjanjian yang sudah tergeletak di hadapannya. Itu hanya sebuah kertas tipis, namun seakan bisa mengintimidasi Zanna dengan begitu kasar.

"Apakah tuan anda sudah benar-benar yakin dengan apa yang akan dia lakukan kepada saya?" ucap Zanna dengan bergetar sembari memperhatikan bolpoin yang tergeletak di samping surat itu.

"Sepertinya itu bayaran yang sesuai untuk hutang yang telah kami berikan kepada keluargamu"

Lelaki itu menjawab dengan tegas. Suaranya bahkan menggema di ruangan luas yang sekelilingnya berdinding kaca.

Keluarga Zanna memang telah berhutang banyak untuk menghidupi keluarga kecil mereka karena ayah Zanna tengah sakit sekitar 2 tahun ini. Belum lagi biaya hidup ibu tirinya yang selalu bergaya tanpa pernah melihat keadaan ekonomi keluarganya dan adik tiri yang harus bersekolah di Unversitas ternama. Zanna yang harus bekerja sambil kuliah masih belum cukup untuk menghidupi kebutuhan hidup dirinya dan keluarganya.

Zanna mencoba berfikir keras untuk menolak tawaran dari keluarga kaya raya itu.

"Apakah saya tidak bisa mencicilnya sedikit demi sedikit?" Rengek Zanna memelas. Bahkan bulir air matanya mulai menggenang di pelupuk mata.

Lelaki itu menarik nafas panjang.

"Nona....... Kami sudah memberi waktu kepada keluarga anda selama bertahun-tahun, mau berapa tahun lagi anda melunasinya"

Cairan bening mulai mengalir dari pipi Zanna. Apakah hanya seharga itu harga dirinya?. Zanna melihat ke arah kaca samping dan menatap lelaki yang duduk dalam ruangan itu dengan tatapan bengis.

Tapi lelaki itu tidak menoleh sedikitpun, ia lebih tertarik dengan sampanye di hadapannya.

"Kamu sebagai anak tertua, jadi kamu yang harus membantu menanggung semua beban keluarga kita. Kamu hanya di suruh tidur dengan tuan muda Deon. Itupun hanya sekali. Belum lagi kamu akan dapat hadiah yang sangat banyak dari tuan muda Deon jika berhasil memuaskannya"

Ocehan dari ibu tiri Zanna kembali terngiang di telinga Zanna dan membuat ia kian putus asa untuk membela harga dirinya.

Zanna mencoba menyeka air matanya dan menarik nafas kasar untuk sedikit menenangkan hatinya.

Lalu dengan sedikit sewot Zanna menandatangani surat itu.

"Sudah????"

Seorang lelaki tiba-tiba sudah berdiri di belakang Zanna sembari menatapnya dengan tatapan nakal.

Mengetahui yang berdiri di belakangnya adalah Deon, Zanna langsung saja menerkamnya dan menjatuhkan Deon ke sofa di belakangnya.

"WOW..... WOW...... Sabar sayang,,,,, Waktu kita masih beberapa jam lagi, aku masih harus menghadiri acara rapat di gedung F" Canda Deon tanpa memberontak tangan Zanna yang mencengkeram erat pergelangan tangannya.

"Aku akan membencimu seumur hidupku......" Teriak Zanna penuh kebencian.

Deon hanya tersenyum kecut sambil menatap gunung kembar Zanna yang sedikit timbul di bajunya.

Zanna yang menyadari itu segera bangkit karena malu dan membelakangi Deon.

"Pelayan....." Panggil Deon. Lalu seorang wanita dengan pakaian khas pelayan masuk ke ruangan itu dengan penuh hormat.

"Mandikan dia, beri dia perawatan yang bagus, dan dandani dia secantik mungkin untuk melayani saya malam ini" Titah Dion kepada pelayan itu yang kemudian mengiyakannya.

Zanna hanya bisa menelan kasar salivanya. Ia baru sadar jika Dion tidak pernah bercanda dengan ucapannya. Wanita baginya hanya penghibur semata yang tak pernah berarti baginya.

"Mari nyonya......"

Zanna tersadar dari lamunannya, mengekor sang pelayan, meninggalkan Dion dan asistennya.

"Seberapa sering lelaki brengsek itu membawa wanita untuk ia tiduri?"

Zanna mencoba mencari informasi dari sang pelayan.

"Anda salah nyonya, biasanya tuan tidak pernah seperti ini, biasanya wanita yang datang kesini hanya bisa ngobrol dengannya dan tak lebih" Jelas pelayan itu tanpa menghentikan langkahnya.

Zanna sedikit terheran dengan penjelasan dari sang pelayan. Bahkan ia sempat mengira jika pelayan itu telah berbohong padanya, tapi Zanna tak mau ambil pusing dan memilih menikmati setiap pelayanan untuk memanjakan tubuhnya itu.

#####

Zanna tengah tertidur ketika Deon sampai di kamar hotel.

Senyum kecutnya tersungging di bibir kirinya. Dengan sedikit nakal ia melepas dasi dan beberapa kancing bajunya, tak lupa ia melepas ikat pinggangnya dan melemparkannya ke atas sofa di kamar itu.

BBRRUUUKKKK

Dengan cepat Deon menghampiri tubuh Zanna dan berniat hendak menerkamnya, namun wajah manis Zanna yang tengah tertidur segera menepis pikiran kacau Deon, Beberapa menit Deon berada tepat di atas tubuh Zanna dan memperhatikan wajah Zanna dengan begitu lekat.

"Apa aku harus melakukan ini padamu??" Hati kecil Deon memberontak.

Ia memang tak pernah ingin melakukan ini, namun karena ada alasan lain Deon harus melakukannya.

Zanna yang merasakan ada aroma tubuh lain di dekatnya, segera terbangun dari tidur dan langsung berteriak ketika melihat Deon sudah berada tepat di atasnya dengan tangan Deon sebagai sandarannya.

AAAARRRGGGGHHHHH

"APA YANG KAU LAKUKAN??" Teriak Zanna sambil menutup mukanya dengan selimut.

Namun Deon merasa enggan untuk berpindah dan malah tersenyum sembari terus menatap muka Zanna yang tersembunyi di balik selimut.

"Hemmbbbb Apa kamu melupakan sesuatu??" Tanya Deon mencoba mengingatkan.

Zanna segera membuka selimut dan mengerjap beberapa kali untuk mengembalikan daya ingatnya yang terputus karena tidurnya barusan.

Deon bangkit dan memilih duduk di sofa samping tempat tidur.

"Apa yang kamu lakukan dengan baju sexy seperti itu?" Tanya Deon ketika melihat baju yang di kenakan Zanna.

Sontak saja Zanna kaget, ia melihat baju lingerine yang ia kenakan atas perintah pelayan, lalu dengan cepat ia menutupi tubuhnya dengan selimut.

"Bukannya kamu yang memintaku untuk memakai ini??" Protes Zanna.

Deon hanya tertawa,

"Kamu jangan bermimpi, Setiap malam selalu ada wanita-wanita cantik yang menemaniku, mana mungkin akua akan tertarik dengan wanita sepertimu" Deon berkata sambil meraih sebotol sampanye yang sudah tersedia di meja.

Zanna merasa sedikit malu mendengar penjelasan Deon.

"Berarti aku tak perlu khawatir tentang harga diriku" Pikir Zanna sembari tersenyum.

Deon tersenyum ketika melihat Zanna salah tingkah. Tapi ia berusaha diam dan menikmati sampanyenya lagi.

Malam itu kegelisahan zanna terhapuskan, ia merasa senang karena tak harus menggadaikan harga dirinya untuk melunasi hutang orangtuanya.

Mereka berdua mengobrol sampai keduanya tertidur di kamar yang sama.

#####

Adiz.Ck

Hay Readers,,,,,,

sorry banget aku kameren libur nulis karena banyak sekali pekerjaan yang harus aku selesaikan.

Dan maaf sekali lagi karena saya belum bisa melanjutkan novel sya yang satunya *Cinta Untuk Keyla*.

Nanti jika ada waktu saya akan lanjutkan novel itu.

Sekarang saya akan tulis novel ini dulu karena sudah banyak yang request via DM.

Thankyou readers.....

bab 02

"Bagaimana semalam???" Tanya ibu tiri Zanna yang malah terlihat senang dengan penderitaan yang harus di rasakana anaknya.

"Semuanya baik-baik saja" jawab Zanna dengan nada malas. Lalu ai segera melepas sepatu dan ingin segera masuk ke kamarnya untuk menemukan ketenangan disana.

"Lalu gimana???? Dimana uang yang sudah tuan muda Deon janjikan untukmu?" Matanya nampak berbinar-binar, seakan mengharapkan sesuatu.

"Tidak ada bu,,,,, aku menolaknya, lagian hutang kita sudah terlalu banyak, kita sudah di beri lunas atas hutang kita saja, kita sudah untung" Zanna berkata datar sambil melangkah ke lantai dua rumahnya.

"HEH ANAK NGGAK TAU DI UNTUNG, UANG SEGITU NGGAK SEBERAPA UNTUK ORANG KAYA RAYA SEPERTI DEON,,,,,, KAMU BODOH,,,,,, KAMU NGGAK TAU UANG ITU BISA BUAT BEROBAT PAPAMU DAN JUGA SEKOLAH ADIKMU" Suara lembut ibu langsung berubah kasar ketika tau Zanna tidak membawa uang yang telah di berikan Deon.

Zanna memang memilih tidak membawa uang itu meski sudah di siapkan oleh Deon. Mungkin Deon pun akan terkejut ketika nanti kembali ke hotel dan mendapatkan koper berisi gepokan uang itu masih disana.

Zanna mempercepat langkahnya, agar ia tidak terlalu mendengar ocehan ibu tirinya.

BBLLEEMM

Zanna menutup pintu kamar dengan sedikit kasar lalu segera menjatuhkan tubuhnya ke atas kasur.

"Zanna kangen mama,,,,,,," Air mata Zanna menggenang, dan akhirnya ia tenggelamkan mukanya yang mulai terbakar itu ke dalam bantal.

Mama Zanna sudah meninggal ketika Zanna masih sekolah di bangku SMP dan itu meninggalkan luka yang sangat mendalam di hati Zanna. Di tambah lagi papanya yang berubah seakan tidak peduli padanya semenjak beliau menikah dengan ibu tirinya. Perhatian papa dan ibu tirinya tercurahkan hanya untuk adik tirinya yang selisihnya hanya 3 tahun dari usia Zanna.

"Andai mama masih ada, pasti aku akan sangat bahagia dan tak pernah kekurangan kasih sayang......"

Zanna bergumam sambil menyeka air mata yang kembali menetes di pipinya yang memerah.

#####

Hari sudah menjelang sore ketika Zanna terbangun dari tidurnya, ia memang merasa sangat lelah semalam, mengobrol dengan tuan muda Deon semalaman, bahkan sampai keduanya tidak tidur.

Deon memang punya sedikit insomnia, jadi suatu waktu ia tidak bisa tidur sama sekali, sudah banyak sekali obat yang ia konsumsi, jadi dokter menyarankan untuk Deon agar bisa tidur meski tanpa bantuan obat. Deon sendiri sudah berobat ke para ahli, namun sampai sekarang belum ada yang benar-benar mampu menyembuhkannya.

Jadi Deon sering menyewa beberapa perempuan agar mau menemaninya mengobrol ketika insomnianya menyerang, agar ia tidak terlalu bergantung pada obat yang sudah di berikan oleh dokter.

Ketika Zanna turun, ia melihat ibu dan adik tirinya sedang asyik menghitung uang dalam koper yang sudah ada di depan mereka.

Zanna sangat yakin jika itu adalah uang yang sudah tuan muda Deon berikan untuknya semalam.

Jadi Zanna langsung bergegas menghampiri keduanya dan merebut koper itu, menguncinya rapat-rapat.

"Ini pasti uang dari lelaki itu kan?" Ujar Zanna merasa yakin dengan tebakannya.

Ia segera berlari ke arah pintu, dan nampak lelaki itu ada di sebuah mobil mewah miliknya.

"HEY..... TUNGGU......!!!!" Teriak zanna. Namun semuanya sudah terlambat, mobil itu melaju begitu saja.

Zanna segera berlari ke arah teras untuk memanggil lelaki itu, namun usahanya sia-sia.

Saat Zanna hendak kembali ke dalam rumah, ia melihat adik dan ibu tirinya sudah berdiri di depan pintu sembari berkacak pinggang seolah menantang Zanna untuk segera mengembalikan koper itu.

Zanna yang merasa takut jika kopernya di rebut oleh keduanya memilih lari dan ingin segera mengembalikan uang milik tuan muda Deon.

"ZANNA,,,,, KAMU BODOH,,,,, KESINIKAN KOPERNYA......" Teriak ibu tiri sambil terus mengejar Zanna.

"Tidak akan,,,,,, ini bukan hak kita....." Balas Zanna.

"WANITA BODOHH,,,,,," Teriakan ibu tiri Zanna tidak ia gubris sama sekali.

DUUKK

"AAUUUUU"

Zanna terjatuh karena tersandung batu. Lututnya luka dan berdarah. Ia meringis menahan sakit. Namun saat ia menoleh kembali, ibu tirinya sudah berada dekat dengannya.

Zanna segera bangkit dan berlari kembali tanpa mempedulikan sandalnya yang terlepas. Ia bahkan tak peduli ketika batu-batu lancip yang ia injak mulai melukai telapak kakinya.

Setelah berjuang, ia sampai di ujung jalan dan melihat sebuah taksi yang berhenti di sana, dengan cepat Zanna menghampiri taksi itu dan menyuruhnya segera melaju.

Zanna sedikit lega ketika taksi itu mulai melaju, Ia mulai bisa mengatur nafasnya yang tidak beraturan.

Zanna masih sesekali menengok ke belakang taksi, kali kali ibu tirinya masih mengejarnya, namun ia tidak melihat sesuatupun yang janggal, jadi Zanna kembali merasa tenang.

"Antar saya ke alamat ini pak!!!" Ucap Zanna yang langsung di iyakan oleh sang supir.

#####

DDRRRTTTT

Ponsel Deon berdering cukup keras, ia segera mengangkatnya.

"Asisten rumah??? Tumben sekali dia menelfon" Pikir Deon.

"Tuan,,,,, Ada gadis muda yang datang ke rumah, ia membawa sebuah koper" ucap seorang wanita yang berbicara di ponsel.

Deon sedikit mengernyitkan keningnya, berfikir siapa gerangan wanita itu. Namun Deon langsung bisa menebaknya.

"Suruh dia masuk, biarkan dia duduk di ruang tamu sampai aku pulang"

"Tapi tuan, segeralah anda pulang, gadis itu sepertinya sedikit terluka" Jelasnya lagi.

"Baiklah, bibi pulang saja, ini sudah waktunya bibi selesai kerja"

"Baik tuan"

Panggilanpun terputus.

Deon segera meraih jas dan mengenakannya, lalu bergegas pergi meninggalkan kantornya.

Ia memng lelaki yang cuek, namun kecuekannya itu akan langsung berubah ketika rasa ibanya kepada seorang wanita muncul. ia bisa langsung berubah menjadi sosok yang lembut dan penyayang.

"Dimana gadis itu?" Tanya Deon kepada asisten rumah tangganya yang ternyata masih disitu.

"Dia tertidur di sofa tuan, sepertinya dia kelelahan, bibi memang sengaja menunggu taun Deon pulang dulu" Jawab wanita setengah tua itu sambil menundukkan mukanya.

Deon segera melangkah ke ruang tamu dan memperhatikan Zanna dari kejauhan.

"Apa perlu bibi panggilkan dokter?"

Tawar wanita itu.

"Tidak perlu, sepertinya lukanya tidak terlalu serius, aku akan panggil sendiri jika di perlukan, siapkan saja kotak P3Knya!!!"

Wanita itu langsung mengangguk dan segera meninggalkan Deon.

Deon melangkah mendekati Zanna dan sedikit memperhatikannya, ia kembali tersenyum, Ia ingin kembali mendekatkan wajahnya pada wanita itu, seperti saat malam kemarin.

Namun Deon segera mengurungkannya ketika melihat asisten rumahnya mendekat dengan sebuah kotak dan juga semangkuk air.

"Ini tuan" Ucapnya sambil meletakkan benda itu di atas meja. Deon mengangguk pelan.

Deon kembali memperhatikan wajah Zanna sepeninggal asistennya pergi.

"Wajah polos tanpa sepuhan make up" Deon bergumam, kemudian tersenyum remeh.

Matanya tertuju pada koper yang Zanna peluk dalam tidurnya.

Deon kembali tersenyum kecut.

"Wanita bodoh,,,,,," Batin Deon.

#####

Adiz.Ck

Bab 03

"Heh,,,,, Bangun wanita bodoh,,,!!"

Zanna sedikit kaget dengen teriakan dari lelaki yang semula di anggapnya kejam itu. Ia segera bangkit dari tidurnya.

Zanna cukup tersipu ketika ketahuan tidur di sembarang tempat.

Ia mencoba merapikan baju dan juga rambutnya yang terlihat sangat berantakan.

Bahkan ia baru tersadar jika dirinya hanya mengenakan kaos pendek dan celana panjang longgar yang sudah sobek bagian lutut dan ada noda darah disana.

Tanpa aba-aba, Deon duduk tepat di samping Zanna, dan itu membuat Zanna sedikit menggeser posisi duduknya.

"Berikan kakimu!!!" Titah Deon tanpa ekspresi.

Zanna mengernyitkan dahinya seakan merasa salah dengan pendengarannya.

"Berikan kakimu!!!" Deon mengulang ucapannya, namun Zanna msih terbengong dengan suara itu.

Deon meraih kaki kiri Zanna dan meletakannya di pangkuan Deon.

Zanna sedikit kaget dan berusaha menolak, namun Deon lelaki yang tak butuh penolakan, meski Zanna menolak, lelaki itu akan tetap melakukannya.

Jadi Zanna memilih pasrah setelah pemberontakkannya tak di gubris oleh Deon.

Deon menaikkan celana panjang Zanna sampai batas lutut dan nampaklah luka yang darahnya sudah mulai kering disana.

Deon sedikit kaget ketika tau luka itu ternyata cukup lebar.

TUK

Tanpa aba-aba Deon langsung mengetuk pelan jarinya di kepala Zanna.

"AAuuuu" Pekik Zanna kaget.

"Kenapa,,,,????" Tanya Zanna sedikit judes karena kesal.

"Wanita bodoh,,,,,, Kenapa membiarkan lukanya seperti ini, apa kamu tidak bisa pergi ke rumahsakit untuk mengobati ini" Deon mengomel panjang lebar, Zanna hanya bisa menghela nafas.

"Ini tidak seberapa, luka kecil" Zanna menjawab enteng meski sebenarnya luka itu cukup sakit.

"Kalo infeksi bagaimana?" Deon kian galak menjawab.

"Apa pedulimu??? Toh jika aku mati juga nggak akan ada yang merasa kehilangan aku" ucapan itu begitu enteng Zanna ucapkan dengan mulutnya, namun seakan mencambuk hati Deon dengan begitu keras.

"Mungkin jika aku mati juga tak akan ada yang benar-benar merasa kehilangan aku" Gumam Deon dalam hati.

Deon lantas meraih sebuah kapas dan mulai membersihkan luka Zanna dengan air hangat yang sudah d siapkan asisten rumahnya barusan.

Zanna mencengkeram sofa dengan begitu kuat, ia menahan sakit itu sekuat tenaga, ia sangat tidak ingin di anggap cengeng oleh Deon.

Namun melihat ekspresi Zanna yang diam-diam ia sembunyikan, Deon tersenyum.

"Kalo sakit bilang saja!!" ujarnya.

Namun Zanna menggeleng meski matanya sudah memerah menahan sakit dan perih di lututnya.

"BISA CEPET NGGAK,,,,,," Zanna yang merasa kesakitan berkata dengan begitu keras dan membuat Deon tertawa.

Deon sangat faham jika Zanna merasa kesakitan, jadi ia meniup-niup luka Zanna sambil mebersihkan tanah dan debu yang menempel disana.

Setelah sekian lama berjuang menahan sakit.

"Sudah......." ucap Deon dengan nada senang.

"Ada lagi???" Tanya Deon.

Zannapun menunjukkan telapak dan jari kakinya yang sedikit terluka.

Deon menghela nafas kasar. Zanna hanya meringis sambil menunjukkan lukanya.

Namun luka lainnya hanya luka kecil, jadi Zanna bisa merasakan sakitnya dengan sedikit santai.

"Kenapa kamu kesini?" Tanya Deon dengan nada datar tanpa menoleh ke arah Zanna sedikitpun.

"Aku ingin mengembalikan uang ini padamu, aku tidak berhak menerimanya, kamu sudah menganggap lunas semua hutangku hanya dengan menemanimu ngobrol saja aku sudah sangat berterimakasih" Zanna menundukkan kepalanya menahan malu.

Deon tersenyum acuh.

"Uang segitu tak berarti apa-apa untukku"

Zanna mengepalkan tanggannya, merasa pria di depannya sangatlah sombong. Namun Zanna tak mengucapkan apapun.

"Bukankah kamu bilang jika kamu sangat suka dengan fashion" ucap Deon lagi.

Zanna mengangguk sambil menaikan kedua alisnya.

Deon mengamati penampilan Zanna yang terlihat sangat berantakan, lalu ia tertawa kecil dan membuat Zanna mengernyitkan dahinya.

"Mau sehebat apapun kemampuan kamu dalam merancang baju, jika penampilanmu seperti ini. Maka tak ada yang akan menganggap kemampuamu"

Zanna mengangguk mengerti.

"Lalu apa yang harus aku lakukan?" Zanna dengan polosnya bertanya.

"Ikut aku!!" Kemudian Deon mulai melangkah meninggalkan ruang tamu dengan jalannya yang cukup cepat.

Ia sudah berdiri tepat di depan pintu mobil ketika menyadari Zanna belum ada di belakangnya, lalu ia kembali untuk mengecek Zanna.

Rupanya dari kejauhan Deon melihat Zanna yang berjalan lambat kaarena kakinya yang sakit. Segera Deon menghampiri Zanna dan segera memapahnya.

"Mau kemana sihh kita??" Tanya Zanna sedikit penasaran.

Namun Deon tak menggubris ucapan Zanna dan etaap fokus dengan jalannya.

Lalu Deon segera mendudukkan Zanna di mobilnya.

Hampir setengah perjalanan, namun keduanya sama-sama membisu, tak mengucapkan sepatah katapun.

Namun Zanna begitu tercengang ketika ia sampai di sebuah mall terbesar di kota itu. Matanya bahkan berkaca-kaca menahan bahagia.

"Aku selalu bermimpi bisa ke tempat ini...." Gumamnya.

Deon yang mendengar itu hanya tersenyum tanpa menanyakan alasannya.

Lalu keduanya segera turun dari mobil dan Deon dengan sigap segera menuntun Zanna.

Saat memasuki mall, Zanna begitu terpana dengan dekorasinya yang begitu memukau, berbagai lampu warna-warni dengan berbagai bentuk dan ukuran yang bermacam-macam.

"Indah sekali......" Pekik Zanna penuh takjub.

Deonpun tersenyum senang, merasa tak sia-sia ia membawanya kesana.

Kemudian Deon mengajak Zanna memasuki sebuah toko baju dan memilih beberapa baju yang menurut Zanna sangatlah bagus.

Deon menyuruh pelayan untuk membantu Zanna barganti pakaian. Pelayanpun menurutinya dan segera memilih baju yang sangat bagus untuk Zanna kenakan malam ini.

Selagi Zanna berganti, Deon segera membereskan pembayarannya dan ketika menoleh ia sedikit kaget melihat Zanna yang sudah berdandan cantik sembari tesipu malu.

Beberapa detik Deon terdiam sambil fokus menatap Zanna.

BBUUGG

"AAuuu" pekik Zanna.

Zanna terjatuh karena hills yang ia kenakan, di tambah luka di kakinya. Deon segera tersadar dari lamunannya dan segera menolong Zanna.

"PELAYAN,,,,,,, Bisa bawakan aku sandal yang flat saja, soalnya dia kakinya sakit" Ucap Deon sembari melepaskan hills di kaki zanna.

Setelah selesai keduanya segera meninggalkan toko itu dengan beberapa paperbag besar.

"Apa ini tidak berlebihan??" Tanya Zanna saat mengetahui paperbag itu berisi baju untuk Zanna.

"Tidak......" Jawab Deon singkat. Lalu mengajak Zanna untuk makan malam di restoran terdekat.

Zanna sedikit malu melihat Deon. Tidak seharusnya ia menerima semua pemberian dan ajakan Deon. Bukankah itu seperti menurunkan harga dirinya.

Zanna masih melamun ketika Deon memanggilnya, namun Deon membiarkannya.

Sampai makanan yang mereka pesan datang baru Zanna segera tersadar dan langsung heboh melihat makanan yang begitu menggugah selera.

"Lama sekali aku tak pernah makan makanan ini...... Sepertinya enak sekali......." Pekik Zanna heboh.

Deon tersenyum, merasa lucu dengan tingkah Zanna yang selalu takjub dan membuat senang perasaan Deon.

Keduanya menikmati makanan itu dengan penuh nikmat. Keduanya bahkan tak canggung untuk tertawa bersama untuk hal sepele yang menurut mereka lucu.

#####

Adiz.Ck

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!