NovelToon NovelToon

Salah Meminang

Part 1

Namanya Yuki Tanzeela Ayunidya, berumur 20 tahun saat ini sedang kuliah di salah satu universitas swasta di Jakarta jurusan tata busana. Yuki cewek yang periang dan supel, ia juga mempunyai banyak teman di kampusnya.

Namun karena suatu hal yang merubah hidupnya dan statusnya kini ia menjadi wanita yang sedikit introvert dan hanya berinteraksi dengan orang-orang yang di kenal dekat saja.

Asher Daharyadika, pria mapan yang sangat tampan, memimpin perusahaan miliknya sendiri yang ia dirikan sejak di bangku kuliah. Sukses di usia muda membuat ia di kenal di kalangan pembisnis muda yang banyak di gandrungi wanita. Namun hati dan pikirannya telah terpatri pada sosok wanita cantik bernama Azumi Farah, yang tak lain adalah Kakak tiri dari Yuki Tanzeela.

Hari ini adalah hari pernikahan Kak Zumi dan Asher. Sejak tiga hari ini kediaman Pak Zainal sudah di sibukkan dengan berbagai serangkaian acara pernikahan. Bahkan banyak di sebut-sebut sebagai hari patah hati masal karena seorang Asher mau melepas masa lajangnya. Awalnya biasa-biasa saja sampai waktu subuh tadi mereka masih bercengkrama di salah satu ruang keluarga sehabis sholat subuh berjamaah.

Ijab qobul akan di laksanakan sekitar jam sembilan pagi ini. Namun ketika Bunda Dyah masuk ke kamar kak Zumi tiba-tiba menjerit setelah membaca pesan singkat Zumi yang teronggok di meja rias, membuat seisi ruangan berhambur menghampirinya.

"Kenapa Bun, ada apa?" tanya Yuki sambil menghampiri Bunda.

Ayah juga sudah berada di samping Bunda tengah membaca pesan yang tadi sempat di baca Bunda dan menyebabkan ia nyaris pingsan.

"Astaghfirullah... Zumi...!?" pekik Ayah memandang kertas tersebut.

Yuki hanya memaku memandang ke dua orang tua itu yang tengah bingung dan cemas. Ia juga sempat ikut membaca kertas tersebut setelah Ayah menjatuhkannya dan ia segera memungutnya.

"Gimana ini Yah, satu jam lagi ijab qobul akan di mulai dan kini Zumi malah menghilang," cemas Bunda Dyah sambil terisak.

"Mau bagaimana lagi Bun, kita harus memberi tahu keluarga Pak Dika. Kita tidak bisa melanjutkan pernikahan ini tanpa adanya mempelai wanita," ujar Pak Zainal kecewa.

Semua orang panik, mencari keberadaan kak Zumi yang entah sengaja pergi kemana. Menggiring banyak opini bahwa Kak Zumi tidak mencintai Asher dan memilih minggat dari acara pernikahan nya. Bunda terlihat gusar, sedang Ayah merasa sangat kecewa dan marah.

Asher tampak menggeram marah meremas kertas yang baru saja dia baca. Bagaimana tidak, semua sudah siap hanya menghitung menit terhitung mundur dari sekarang dan Zumi belum di temukan. Karena semua keluarga tidak mau menanggung malu, akhirnya pernikahan itu tetap berlangsung dengan mempelai wanita di gantikan oleh Yuki Tanzeela.

"Aku...?!" Yuki menunjuk dirinya sendiri setelah Ayah mengemukakan maksud.

"Nggak mau Yah, yang benar saja. Aku nggak kenal sama kak Asher. Ini sebuah pernikahan kita bakalan menjalani nya seumur hidup bersama, apa jadinya kalau menikah dengan orang yang tidak aku kenal. Aku nggak mau, titik," tolak Yuki tegas.

Sama halnya dengan Asher, dia juga menolak dengan di gantinya sang mempelai wanita. Lebih baik di undur sampai Zumi di temukan menurutnya. Namun lagi-lagi menemui titik buntu karena pernikahan ini pun sebenarnya sudah di percepat dari sebelumnya, yang masih di gadang-gadang sekitar empat bulan lagi. Namun, karena kondisi Mama Asher yang sakit dan harus segera berobat keluar negri, beliau meminta di percepat.

Asher anak satu-satunya dari keluarga Daharyadika dan Rianti.

Dengan tanpa cinta, tanpa mengenal, Yuki pun mulai menata hati yang tiba-tiba bergejolak. Menuju meja rias untuk di make over. Gadis itu tidak ada pilihan, selain menurut untuk menyelamatkan kehormatan keluarganya.

"Ah ini konyol, bagaimana aku menjalani rumah tangga nantinya, bahkan aku tidak mengenal sosok Asher. Jangankan mengenal, ketemu secara langsung saja belum pernah dan sekarang hanya kurang dari satu jam aku akan menikah. Aku hanya pernah melihat sosoknya di sebuah majalah bisnis itupun kak Zumi yang ngasih tahu," batin Yuki gusar.

"Oh my God.... rasanya ingin pingsan saja supaya pernikahan ini di batalkan," gumam Yuki pelan. Berharap kak Zumi hanya pergi sebentar dan segera pulang.

Tapi ketika Yuki tengah di rias datang seorang wanita paruh baya yang diperkirakan umurnya lima puluh tahunan, tapi masih terlihat cantik dan terawat, dia adalah Mama Asher yang kabarnya tengah sakit kanker rahim.

Beliau menepuk lengan Yuki, mengusap dan membingkai wajahnya. Lalu beliau pun berkata 'tidak perlu ada yang di khawatirkan, semua akan baik-baik saja.' Yuki hanya tersenyum samar. Seperti pahlawan kesiangan yang hendak menyelamatkan dua keluarga dari banyaknya cemoohan orang.

Apa jadinya kalau pernikahan ini benar-benar batal, mungkin dunia dan seluruh isinya akan menertawakan keluarga mereka, dan bisa di pastikan akan memakan banyak korban jiwa.

Yuki duduk di balik bilik, di gapit Bunda Dyah dan tante Rianti. Mendengarkan dengan seksama ketika seorang penghulu sedang memeriksa berkas kelengkapan pernikahan. Sekilas sudut matanya menangkap bayangan Asher dengan memakai jas berwarna putih senada dengan gaun yang gadis itu pakai.

Acara di mulai oleh seorang MC kenamaan dengan memakai kemeja batik dengan senyum yang mengulas.

Dilanjutkan dengan lantunan hafalan ayat-ayat suci Al-Quran beserta terjemahan nya dan khutbah nikah yang di bawakan oleh seorang ustadz.

Semoga keberkahan, kebaikan, kemudahan, keridhoan Allah dan orang tua senantiasa menyertai kehidupan pernikahan kalian ananda Yuki dan Asher.

Hati Yuki semakin berdegup kencang ketika Ayah mulai menjabat tangan Asher.

"Saudara Asher Daharyadika Bin Daharyadika saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan putri saya Yuki Tanzeela Ayunidya binti Zainal dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan emas 100 gram di bayar. Tunai...!!"

"Saya terima nikah dan kawinnya Yuki Tanzeela Ayunidya binti Zainal dengan maskawin yang tersebut di atas tunai."

"Sah?"

"SAH!" jawab para saksi.

"Barakallahu laka wa baraka alayka wa jama'a baynakuma fill khayr."

Dan dalam sekejap, kata sakti itu telah merubah statusnya. Ada rasa yang entah di hati gadis itu, tanpa sadar sudut matanya basah. Perasaannya saat ini bahkan sangat kacau. Ia hanya bisa menunduk pasrah.

Ijab qobul baru saja di ikrarkan dengan satu tarikan nafas dan kini Yuki Tanzeela Ayunidya dan Asher Daharyadika telah resmi menjadi sepasang suami istri.

"Mudah-mudahan Allah memberkahimu, baik ketika senang maupun susah dan selalu mengumpulkan kalian berdua dalam kebaikan."

Yuki diantar menghadap suaminya. Pasangan baru itu saling menyematkan cincin layaknya pasangan sungguhan yang bahagia. Gugup tentu saja iya, ini adalah pertama kali Yuki melihatnya dengan jelas dalam jarak yang dekat.

Gadis itu semakin gugup kala rasa hangat perlahan menyapu keningnya. Asher mencium dengan durasi yang cukup lama, dan secara refleks ia menerima uluran tangan Asher, mencium punggung tangan suaminya sebagai sarat akan makna, bakti bahwa pria di sampingnya telah resmi menjadi suaminya.

Yuki berharap ini adalah yang terbaik, berharap sungguh gadis itu berharap, Allah memudahkan jalan yang baru saja akan di mulai. Berharap semua akan baik-baik saja, sungguh berharap ia sanggup dan mampu menjalaninya.

Part 2

Setelah acara ijab qobul selesai, Yuki langsung di boyong ke rumah Mama Rianti. Bunda memeluk putrinya dengan sayang, walaupun Bunda bukan Bunda kandungnya, namun Bunda sangat menyayangi Yuki. Bunda yang merawatnya sejak perempuan itu di persunting Ayah Yuki. Beliau tidak pernah membeda-bedakan antara Yuki dan kak Zumi.

"Hati-hati, jaga sikap. Ingat, nurut sama suami. Masalah kak Zumi Bunda minta maaf," nasihat Bunda yang terdengar sendu.

Yuki hanya mengangguk saja, setelah memeluk Bunda, ia menyalami tangan Ayah dengan takzim sebelum akhirnya masuk ke mobil.

Yuki menyusut air matanya yang mulai menganak sungai. Ada rasa gejolak di hati yang tak bisa ia bagi. Rasanya begitu berat berpisah dengan Ayahnya.

"Udah nggak usah nangis, cengeng banget sih," gerutu Asher dengan muka datar tanpa ekspresi.

Gadis itu hanya diam saja enggan menimpali. Lebih memilih membuang muka ke arah jendela kaca mobil dan melihat pepohonan di pinggir jalan yang seakan bergerak menjauh.

Sesampainya di rumah Mama Rianti, Yuki hanya di suruh duduk-duduk saja sambil menunggu Mama bersiap-siap. Sore ini Mama langsung akan bertolak ke Singapur untuk menjalani pengobatan di temani Papa Dika.

Yuki dan Asher mengantar Mama ke bandara. Mama memeluk menantu barunya dengan sayang, sebelum pergi.

"Titip Asher sayang..." pesan Mama Rianti lalu beliau mencium menantunnya.

Yuki bisa merasakan hangatnya keluarga barunya. Mama juga melakukan hal yang sama pada Asher, beliau memeluk lalu menciumnya.

Setelah keberangkatan Mama dan Papa Dika. Asher tidak lantas membawa Yuki pulang ke rumah yang tadi, melainkan membawa ia ke sebuah rumah lain, mungkin rumah Asher pribadi, gadis itu enggan bertanya karena pria itu juga hanya diam saja. Ya mungkin mereka akan tinggal di sana.

"Masuklah, nanti di dalam akan ada pelayan yang akan menunjukan kamar mu dan membawa barang-barang mu," titah pria itu dingin.

"Mas...mm... kamu mau kemana? Ini kan malam pertama kita?" kata Yuki gugup.

"Kenapa? Aku ada urusan. Apa kamu menginginkan bulan madu penuh dengan *******...?" Asher menyeringai.

"Jangan mimpi kamu gadis kecil, bahkan aku akan segera menemukan Zumi dan menikahinya," kata pria itu terlihat kesal.

Yuki langsung terdiam, bibirnya terkatup rapat. Ia hendak keluar dari mobil, namun sejurus kemudian Asher mencekal lengannya.

"Jangan harap kamu bisa menyentuh ku. Kamu bukan istri yang aku harapkan. Aku salah meminang," kata pria itu marah menghempaskan tangan Yuki dengan kasar.

Deg

Hatinya mencelos seketika mendengar tutur kata Asher. Dia suaminya yang sama sekali gadis itu belum mengetahui sifat dan karakternya.

Yuki keluar dari mobil langsung di sambut perempuan sekitar empat puluh tahunan. Mobil Asher langsung melesat entah kemana.

"Nyonya... mari saya bantu bawakan kopernya." Pelayanan itu bernama Ema, dia salah satu asisten rumah tangga di rumah ini.

"Iya bik terimakasih," jawab Yuki lembut.

Yuki di antar ke sebuah kamar yang sangat besar dengan banyaknya taburan bunga mawar di atas ranjang.

"Hm... seperti kamar pengantin yang indah," gumam gadis itu seraya mengamati seluruh isi kamar.

Yuki segera membersihkan diri ke kamar mandi setelah sebelumnya menata barang-barangnya. Kebanyakan keperluan kuliahnya, baju ia hanya membawa beberapa saja, pikir gadis itu gampang mengambil di rumah Bunda. Tapi ternyata di ruang ganti sudah ada baju-baju wanita seukuran tubuh Yuki dan semuanya baru.

Yuki masih tertegun mengamati barang-barang yang kebanyakan masih baru, entah di peruntukan untuknya atau kak Zumi, yang jelas semua dress di sana kebanyakan berukuran sesuai tubuh gadis itu.

Iya, kak Zumi itu wanita yang cantik dan anggun. Dia sangat serasi dengan Asher, ganteng dan cantik, sama-sama dewasa tapi Yuki sungguh tidak mengerti kenapa kakak tiba-tiba pergi di hari yang sangat penting baginya. Pasti ada alasan yang sangat kuat dan tugas pertama Yuki adalah mencari kakaknya yang menghilang. Karena pria dingin itu terlihat sangat membenci dirinya.

Mengingat pria itu sangat dingin, Yuki cukup tahu diri tidak berani tidur di ranjang dan memilih tidur di sofa.

Sementara Asher di malam pertamanya, dia malah sibuk menghampiri teman-temannya di sebuah club.

"Hello bro... kamu menemui kami. Apakah sesayang itu kamu pada kami sehingga di malam pertamamu, kamu lebih memilih menghabiskan dengan kami dari pada dengan istrimu?"

"Diamlah.... aku butuh solusi bukan gerutuanmu."

"Dia tidak terlalu buruk, masih muda, imut dan tidak kalah cantik, dan sepertinya dia masih perawan."

"Ck, tidak ada perawan lagi di dunia ini."

"Wohooo... apakah kamu ingin mencobanya? Atau ingin melempar untukku. Mau banget kalau yang bening dan fresh gitu..."

"Tentu saja aku akan mengambil keuntungan dari nya. Lihat saja nanti, berani-beraninya menggantikan posisi Zumi," pria itu menyeringai licik.

Mereka melakukan ritual minum bersama, seperti malam-malam sebelumnya. Club yang mereka kunjungi adalah milik Anton sahabat Asher dan juga Tomi.

Asher harus segera menghentikan minumnya ketika sudah mulai sedikit pusing. Dia sadar akan pulang dengan menyetir jadi masih menjaga kesadarannya.

Puas bertemu dengan sahabat-sahabatnya. Asher kembali ke rumah. Begitu sampai kamar dia langsung melempar tubuhnya ke atas ranjang.

Bruk....

Ia memejamkan matanya sebentar melepas penat. Kemudian tangannya mulai meraba sisi kasur yang banyak di taburi mawar. Ingatannya langsung tertuju pada hari ini, bahwa dia telah melangsungkan pernikahan.

Asher bangkit duduk dan pandangannya langsung tertuju pada sosok cantik yang tengah tertidur pulas berada di sofa.

"Enak saja kamu tidur dengar nyenyak, sementara aku, aku bahkan tidak bisa tenang sedikitpun." Asher menghampiri Yuki yang tengah tertidur, dia mengamati tubuh Yuki dari atas sampai ke bawah yang tertutup selimut sampai batas dagu.

Dengan gerakan kasar Asher menyambar selimut dari tubuh Yuki.

Gadis itu tergeragap dan langsung terjaga. Memandang secara waspada pria tampan yang sedang mengamatinya secara intens.

Yuki semakin gugup kala Asher mulai mendekat, semakin dekat dan menyambar bibir gadis itu dengan rakus dan kasar. Bahkan ia bisa merasakan bau alkohol yang menyengat. Segera Yuki menepis dan mendorongnya dengan sekuat tenaga.

"Berhenti mas, kamu mabuk!" pekik Yuki memberontak.

Asher terkekeh. "Memangnya kenapa, bukankan ini yang kamu inginkan, melewati malam pertama kita dengan penuh *******."

"Berhenti, diam di situ atau aku akan berteriak."

"Teriak saja sesukamu, kamu itu istriku, jadi tidak akan ada yang menolongmu. Lagian di sini hanya ada pembantu selain kita, peduli apa dia. Hah...!"

Asher mendekati gadis itu lagi dan dengan gerakan cepat mendorong tubuhnya ke atas ranjang. Sebenarnya Yuki bisa saja pasrah dan membiarkan Asher melakukannya, mengingat dia adalah sudah sah menjadi suaminya, namun karena dia memperlakukan Yuki dengan kasar dan dalam kondisi mabuk, gadis itu sekuat tenaga berusaha meloloskan diri.

"Maaf mas, maaf ya Allah bukan maksudku durhaka terhadap suami, namun aku hanya belum siap, aku butuh adaptasi. Lagian siapa yang akan mengira dia bakalan setia. Bahkan dia sangat membenciku dan akan tetap menikahi kak Zumi jika menemukannya. Setidaknya aku masih suci tatkala nanti berpisah dengannya."

Duk

Sekuat tenaga gadis itu menendang juniornya. Lalu melesat melarikan diri ke luar dari kamar.

"Damn!!" umpat Asher meringis kesakitan.

Yuki sempat mendengar pria itu mengumpat dan mengaduh, tapi tentu saja ia tidak peduli, gadis itu secepat kilat berlari meninggalkan kamar yang terasa mencekam.

Part 3

Asher meringis kesakitan akibat tendangan Yuki yang mengenai pusakanya. Istri baru nya itu bukan hanya nakal tapi langsung di cap durhaka sejak malam itu juga. Belum ada sejarahnya seorang Asher yang digandrungi banyak wanita mendapat penolakan, hanya saja memang dia tipe laki-laki yang setia, sehingga ketika hatinya berlabuh dengan Azumi, tidak mudah baginya untuk pindah ke lain hati.

Zumi adalah seorang Dokter spesialis kandungan. Selain cantik, dia juga kalem dan lembut hatinya, wajar saja kalau Asher jatuh hati padanya. Sementara Yuki, gadis supel yang rame dan pastinya tidak mau di atur-atur. Namun, semenjak menikah dia menjadi lebih tertutup dan pendiam.

Yuki terus berkomat-kamit melantunkan doa agar persembunyiannya tidak di temukan oleh Asher. Dia berharap pagi segera menyambut.

"Nyonya... nyonya..." Seorang asisten rumah tangga menggoncang bahu Yuki yang tengah tertidur di balik bilik mushola rumah Asher.

"Eh... udah pagi?" tanya gadis itu tergagap.

"Iya nyonya, udah pagi. Nyonya kok tidur di sini?" tanya asisten rumah tangga yang baru di ketahui bernama Tami.

"Oh... tadi habis sholat subuh terus ketiduran bik," jawab Yuki jujur. Memang dari semalam lari dari kamar, ia tidak bisa tidur begitu habis sholat subuh langsung tertidur.

"Nyonya masih mau di sini, tidak mau kembali ke kamar?"

"Eh, kamar ya bik... iya bentar."

Yuki melangkah dengan ragu. Menaiki satu demi satu anak tangga dengan perasaan gamang. Bersiap jika nanti mungkin akan mendapat amukan suaminya.

Ceklek

Yuki membuka pintu kamar yang semalam ia tempati dengan perasaan bergetar. Namun, ketika pintu terbuka ruangan itu nampak sepi tak berpenghuni.

"Kemana mas Asher?" tanya Yuki dalam hati. Matanya nyalang melihat kesemua sisi kamar, kamar mandi, walk in closet tapi tidak ada. "Syukurlah..." batin gadis itu lega.

Sejak hari itu, sudah seminggu ini mereka tidak pernah bertemu. Asher selalu berangkat kantor pagi hari sebelum Yuki bangun, dan pulang ketika Yuki sudah tertidur. Mereka juga tidur di kamar yang berbeda. Gadis itu malah merasa senang karena tidak harus satu kamar. Bagaimana pun kejadian malam itu membuat ia sedikit merasa bersalah.

"Apakah aku harus meminta maaf jika bertemu nanti? Ah salah siapa memaksaku, lagian dia mabuk. Aku yakin seratus persen dia tidak respect padaku mengingat perkataannya tempo hari yang secara terang- terangan sangat membenciku," gumam Yuki galau.

Hari ini adalah weekend, jadi besar kemungkinan Asher ada di rumah. Yuki bingung hendak ke luar dari kamar. Tapi belum juga ia menemukan solusi pagi ini hendak melakukan apa, tiba-tiba pintu kamar gadis itu di ketuk dari luar. Bik Ema menyuruhnya untuk sarapan bersama di meja makan.

Yuki mengiyakan, setelah mengatur rasa nervous yang tiba-tiba melanda, dengan percaya diri menuruni anak tangga menuju ruang makan. Dari jarak sepuluh meter, Yuki bisa melihat sosok pria yang tengah duduk sambil membelakangi dimana saat ini Yuki berdiri.

Bik Ema yang melihat Yuki mematung saja di tempat, segera menghampirinya. Seperti mengetahui kegugupan gadis itu.

"Nyonya kenapa diam?" tanya Bik Ema menuntun ke meja makan.

Yuki duduk tepat di hadapan segaris dengan Asher. Mereka makan dalam diam. Sampai isi piring di depan ke duanya sama-sama habis.

Yuki berniat meninggalkan meja makan terlebih dahulu karena sudah selesai dari tadi dan Asher tak kunjung berbicara apa-apa.

"Yuki..." Suara beratnya menghentikan laju geraknya yang hendak berdiri.

Yuki menatap sekilas, sejurus kemudian mengalihkan pandangan ke arah lain karena tak mampu menatap manik mata hitam yang tengah menatapnya lekat.

"Duduk, aku mau bicara," katanya lirih dengan nada yang hati-hati. Wajahnya begitu dingin dan ini membuat gadis itu... merinding.

Yuki menurut dan bersiap mendengarkan kira-kira kata-kata apa yang ingin di ucapkan pria dingin berstatus suaminya itu.

"Nanti malam aku akan tidur di kamar mu, bersiaplah. Aku tidak ingin kejadian minggu lalu terulang lagi," kata pria itu dingin tanpa ekspresi.

Jangan tanyakan bagaimana hati gadis itu. Karena saat ini ia hanya bisa menunduk dengan perasaan gugup. Pria itu bangkit dari duduknya meninggalkan Yuki begitu saja yang masih membatu di ruang makan.

Kata-kata Asher terus terngiang-ngiang di kepala Yuki. Berputar-putar seperti kaset rusak. Gadis itu terus mondar mandir di kamar, berharap menemukan solusi Kira-kira rencana apa agar ia bisa mangkir dari yang namanya malam pertama pengantin.

Yuki bukannya tidak tahu. Umurnya sudah 20 tahun, tentu sudah tahu hal itu. Tapi apa jadinya kalau hal itu di lakukan dengan orang yang tidak dicintainya bahkan mungkin membencinya.

Ah bahkan, Asher jenis pria seperti apa pun ia tak tahu. Yuki tidak menemukan satu clue sedikitpun tentang dia, yang ia tahu dia pria dingin yang menyebalkan.

Siang ini Yuki berencana mencari kak Zumi, mulai dari menelfon rumah, menelfon teman-temannya yang ia tahu, dan berkunjung ke tempat kerjanya, namun kata orang kantor kak Zumi masih cuti, bahkan kak Zumi cuti sampai dua minggu ke depan.

"Jadi Kira-kira kak Zumi ini pergi kemana?" tanya gadis itu dalam hati.

Rupanya kepergian Yuki dari rumah berniat mencari Zumi, terendus oleh Asher, sehingga tanpa Yuki ketahui dia telah di awasi.

"Hm... sepertinya ada orang yang tengah mengikuti aku." Yuki berjalan lebih cepat dan segera meninggalkan lokasi.

Sudah sore hari, Yuki masih berkeliaran di jalan raya. Berusaha dengan keras, satu persatu mengunjungi tempat-tempat yang mungkin sering di jangkau oleh kak Zumi. Namun, hasilnya nihil. Yuki tidak menemukan keberadaan kakaknya.

Huhf....

Keringat mulai membanjiri tubuhnya. Yuki putuskan sore ini untuk pulang dengan perasaan hampa dan campur aduk. Sesampainya di rumah sudah hampir maghrib, gadis itu langsung bersih-bersih di kamar mandi. Usai mandi, melaksanakan tugas sebagai orang muslim dan menyiapkan buku, keperluan yang akan dibawa ke kampus besok. Sebelumnya merampungkan tugas terlebih dahulu.

Sekitar jam setengah delapan bik Ema memanggilnya untuk makan malam. Yuki seperti biasa turun. Namun kali ini, ia makan sendiri karena Asher sedang tidak ada di rumah dan menurut penuturan dari Art, Asher pergi dari tadi siang belum kembali.

Entah mengapa Yuki sedikit lega, dan berharap malam ini Asher lupa dengan apa yang di bicarakan tadi pagi. Setelah makan malam, perempuan itu langsung kembali ke kamar untuk tidur. Namun, berhubung baru jam delapan ia sama sekali belum ngantuk di tambah terus terngiang-ngiang kata-kata Asher pagi hari tadi.

Aku nanti malam akan tidur di kamar kamu, bersiap lah.

Yuki begidik ngeri mengingatnya, bagaimana kalau nanti malam Asher benar-benar datang dan meminta haknya? Haruskah ia menolak, oh tidak. Bisa jadi dia tambah murka dan Yuki? Tentu saja malaikat melaknatnya. Untuk menetralisir rasa gugupnya, gadis itu berinisiatif membaca buku agar cepat ngantuk dan tertidur.

Namun baru beberapa lembar ia mulai membaca buku, pintu kamar perempuan itu di buka dari luar tanpa di ketuk, seketika sosok tampan Asher menyembul dari balik pintu dan secara refleks jantung gadis itu hampir melompat dari peraduannya, saking kagetnya.

Yuki terlihat gugup dan bingung, sementara Asher menatap istrinya begitu intens. Susah payah gadis itu menelan salivanya gugup, pria di depannya terus mengikis jarak. Menatap Yuki dengan mata hitamnya yang lekat, membuat gadis itu mati kutu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!