NovelToon NovelToon

Cantik

Tentang Jevan, Rere, dan Kita

Prasetya Jevando Kusuma atau yang akrab dipanggil Jevan ini adalah seorang mahasiswa semester 5 jurusan Desain Komunikasi Visual. Jevan adalah anak kedua dari 3 bersaudara. Memiliki seorang saudara kembar bernama Prasetya Jovando Kusuma dan seorang adik yang masih SMA bernama Junius Candra Kusuma.

Ketiganya hidup dalam kondisi keluarga yang harmonis. Ayah mereka Jeffrey Kusuma adalah seorang ketua yayasan yang sering disebut-sebut sebagai nadinya kota kecil ini. Selain memiliki sebuah rumah sakit dan sekolah kesehatan, keluarga Kusuma juga menjadi salah satu distributor alat-alat kesehatan.

Cuek, dingin, dan bodo amat adalah image yang sangat-sangat melekat pada pribadi Jevando. Jika boleh dibilang hanya beberapa orang saja yang mau dan berhasil dia ajak bicara. Bahkan jika di kelas saja dia terbilang jarang bicara dengan pengajar maupun teman satu kelompok kerjanya.

Anehnya sifat cuek dan bodo amat ini tidak malah membuatnya diacuhkan oleh teman-temannya. Dia bahkan dinobatkan menjadi salah satu The Most Wanted dari Fakultas Seni Rupa dan Design atas ketidaksengajaannya menolong seorang senior yang hampir terjatuh dari tangga ketika OSPEK dulu. Andai ada sensus yang mencatat semua gadis yang mengantri untuk dia jadikan pacar, mungkin daftarnya bisa setebal proposal skripsi kating mereka. Padahal Jevan tidak pernah tersenyum. Jangankan mengobrol, berhasil kontak mata dengannya saja sudah merupakan suatu keajaiban.

"Dek, cepet dikit makannya. mas ada kelas pagi, kalau mau nebeng ya jangan kelamaan," kata Jevan melewati meja makan begitu saja untuk duduk di sofa ruang tengah untuk memakai sepatunya.

"Jevan mau kemana? Kamu belum sarapan lo, mas," kata Mama Tiwi.

"Skip Ma, Rere buatin sarapan."

"Halah sok-sokan bilang ada kelas pagi. Padahal aslinya cuma mau ngapel mbak Rere kan? Dasar bucin," kata Junius tidak terima.

"Ya bodo amat sih ketimbang kamu dek, pacaran tapi nggak pake perasaan," kata Jevan tidak mau kalah.

"Mbuhlah, aku berangkat sama Mas Jovan aja. Males sama mas Jevan. Galak."

"Nggak bisa, mas mau balik tidur. Semalem lembur," kata Jovan.

Ya begitulah Jevan dan Junius, padahal aslinya care banget tapi Jevan suka malu mengakuinya. Kalau dulu ketika masih kecil sih mereka bertiga kemana-mana selalu bareng. Si kembar bahkan sedikit protektif pada si bungsu tapi sekarang sudah besar mereka sudah mulai malu mengakuinya. Alhasil ya hanya saling mengejek tsundere begini.

Tadi Junius sempat menyebut Mas Jevan bucin pada seorang gadis bernama Rere. Ya memang benar adanya, namanya Ananda Reva Aulia, biasa dipanggil Rere atau Reva. Gadis inilah yang berhasil memenangkan seluruh perhatian, senyum dan tawa seorang balok es bernama Jevando.

Kondisi keluarga Rere sangat bertolak belakang dengan Jevan. Rere adalah anak kedua dari 2 bersaudara. Dia adalah si bungsu yang dibenci oleh ayahnya sendiri karena dianggap menjadi penyebab kematian ibunya. Rere memiliki seorang kakak yang begitu menyayanginya. Namanya Reno Sanjaya, seorang arsitek yang saat ini bekerja di kantor yang sama dengan sang ayah.

Hanya Mas Reno yang menjadi tamengnya ketika di rumah. Kalau Papa sudah pulang dengan kondisi mabuk dan berusaha melampiaskan emosinya kepada Rere, maka Mas Reno akan dengan senang hati menggantikan demi adiknya ini tidak terluka.

Rere sebenarnya sudah tidak mau kuliah kalau bukan karena Mas Reno memaksanya hingga repot-repot mencarikan beasiswa kesana kemari hanya untuk adiknya tercinta. Sejak kecil Rere bercita-cita untuk menjadi seorang designer dan Reno tahu itu. Dari kecil Rere bakat itu sudah terlihat dari kebiasaan Rere yang sering menempeli pakaiannya dengan sticker bordir bergambar buah-buahan terutama buah kecil berwarna merah berbintik yang sangat dibenci oleh Jevan.

Gadis ini mungkin terlihat kuat dari luar, selalu ceria dan sering tertawa. Apalagi kalau Haikal, sepupu tengilnya sudah bercanda bisa guling-guling Rere dibuatnya. Tapi dibalik itu semua, Jevan selalu menjadi orang yang menyembunyikan tangisan Rere. Sering Jevan di telpon malam-malam hanya untuk menemaninya begadang di convenience store karena diusir oleh Papanya sendiri.

"Papa nggak mau makan dulu?" tanya Reno ketika melihat Papa berjalan melewati meja makan begitu saja.

"Males, Papa nggak mau makan sama anak pembawa sial."

Rere terhenti sejenak. Tadinya dia sedang memasukkan nasi goreng buatannya ke dalam kotak makan, tapi mendengar kata-kata Papanya membuat dia tidak berani bergerak. Setelah Papa melangkah keluar dari rumah dengan membanting pintu, Reno berusaha menguatkan Rere namun terlambat. Adiknya itu sudah lebih dulu tersenyum dan meyakinkan Reno jika dia tidak apa-apa.

"Dek, kamu nggak mau makan siang pakai itu kan?" tanya Reno melihat Rere memasukkan kotak makan siangnya kedalam tas.

"Nggak lah mas, ini buat sarapannya Jevan. Kemarin kan dia udah nemenin aku di minimarket depan semaleman, jadi buat gantinya aku buatin dia sarapan."

"Nih kartu kredit mas kamu bawa aja. Kamu belanja lah dek sekali-kali, beli tas kek atau beli baju gitu. Kalau nggak sekali-kali kamu traktir Jevan makan," kata Reno tapi ditolak Rere.

"Nggak usah mas, mending uangnya ditabung aja. Lagian barang-barang Rere masih bagus-bagus semua. Rere janji deh kalau butuh sesuatu Rere minta sama mas kok. Mas, Rere berangkat duluan nggak papa kan? Itu piring kotornya tinggal aja, Rere pulang cepet hari ini nanti biar Rere yang cuci," kata Rere setelah mendengar dering di handphonenya.

Dalam hati Reno menangis. Ingin rasanya dia bertukar tempat dengan adiknya yang malang ini. Dia memang salah satu yang menanamkan sifat dewasa itu pada sang adik selain didikan tante Chitta kakak ipar mendiang Mama namun, dia sendiri jadi miris melihatnya. Adiknya bahkan sudah dewasa sebelum saatnya. Ketika anak-anak seusianya masih senang nongkrong dan jalan-jalan, dia lebih banyak menghabiskan waktunya bekerja paruh waktu. Dia bahkan belajar lebih keras dibandingkan teman-temannya, hanya demi mendapatkan pengakuan dari Papa yang bahkan untuk meliriknya saja tidak pernah terlintas niat sedikit pun.

Awal kisah antara Rere dan jevan dimulai ketika Jevan yang ketika itu baru kembali dari kegiatan sekolahnya bertemu seorang gadis yang menangis sendirian di tengah hujan lebat di sebuah jembatan. Gadis itu bahkan tidak memakai payung dan seragamnya sudah basah semua membuatnya tembus pandang. Jevan yang melihatnya berani bertaruh jika gadis ini sudah tidak peduli jika semua buku didalam tasnya basah dan rusak atau juga pada pandangan aneh orang-orang yang melewatinya.

Jevan mengenali gadis itu sebagai salah satu teman sekelasnya yang terkenal pintar dan salah satu siswa kesayangan guru. Termasuk juga seorang gadis yang paling sering mengganggu ketenangannya hanya untuk menagih tugas atau mengajaknya kerja kelompok.

Jevan membagi payungnya dan berdiri melindungi gadis itu dari lebatnya hujan. Jevan juga memberikan jaketnya pada gadis itu untuk menutupi seragamnya yang sudah kehilangan fungsi menutupi seluruh tubuhnya itu.

Dihadapan gadis inilah Jevan yang sangat-sangat diam melontarkan kalimat pertamanya dalam sehari ini selain kalimat pamitan dengan Mamanya pagi tadi dan beberapa kalimat lain menjawab pertanyaan guru di kelas.

Sejak pertemuan itulah Rere selalu menempel pada Jevan lebih dari biasanya. Bukan ada maksud apa-apa, dia hanya berusaha berterima kasih pada pemuda itu atas bantuannya. Andai saja malam itu Jevan tidak datang membagi payung dan meminjaminya jaket, Rere mungkin sekarang hanya tinggal nama.

Jevan sih tidak langsung menunjukkan perubahan, tapi karena satu kejadian Jevan untuk pertama kalinya tertawa terbahak-bahak melihat Rere ketumpahan tepung di kelas memasak dan sejak itulah Jevan mulai terbuka dengan Rere dan berakhir pacaran sampai sekarang.

Viona Sekar Azkadina

    "Cantik, semalam papamu mukul kamu lagi ya?" tanya Jevan pada Rere yang memiliki luka sobekan kecil di sudut bibirnya.

    "Sakit nggak?" tanya Jevan lagi.

    "Biasa, nggak usah khawatir. Kaya baru pertama kali aja," jawab Rere.

    "Pulang nanti mampir ke rumah yuk. Biar diobati mama," tawar Jevan.

    "Nggak ah...,"

    "Sebentar aja, nanti aku anter ke lapangan," desak Jevan pada Rere yang terlihat akan menolak.

    Kalau Jevan sudah bilang begini sih dia mana bisa menolak. Walau sehari-harinya selalu memasang wajah dingin, tapi kalau Jevan sudah marah wajah menakutkannya bisa berlipat kali lebih menakutkan. Rere pernah melihat Jevan beradu mulut dengan Papanya dan bagi Rere marahnya Jevan lebih menakutkan dari marahnya Papa.

    Jevan memang sengaja mengenalkan Rere pada orang tuanya, agar Rere setidaknya merasakan sedikit kasih sayang orang tua walau bukan orang tua kandungnya. Ya hitung-hitung sambil menyelam minum air dicampur kopi sama gula lah. Jevan nyicil ceritanya biar kedua orang tuanya kenal dengan calon menantu mereka, Aamiin doakan saja.

    Jevan dan Rere sudah merencanakan pertunangan sebenarnya, tapi kalau di pikir-pikir lagi terlalu cepat juga tidak baik. Rere juga takut kalau dia tiba-tiba muncul di publik sebagai tunangan dari salah satu putra Kusuma Family dengan kondisinya yang seperti sekarang maka akan banyak yang mengkritiknya. Jevan pernah bilang kalau dia paling benci jadi buah bibir orang lain, makanya demi memantaskan diri Rere akhirnya minta Jevan untuk menunda pertunangan mereka, lagi pula Papanya Rere belum kasih restu juga.

    Beda kalau untuk kasus saudara kembarnya, Jovan dan kekasihnya Monika. Monik adalah anak tunggal dari salah seorang pejabat daerah. Dia dari keluarga bermartabat dan memiliki tingkat sosial yang tinggi, makanya mereka tidak ragu mau bertunangan. Namanya kembar pun bisa jadi bertolak belakang. Jovan terima-terima saja dibicarakan, katanya sih mending digibahin ketimbang dianggap nggak ada. Ya begitulah perbedaan Jovan dan Jevan bisa begitu besar.

    "Jev, aku duluan ya. Kelasku dimulai 10 menit lagi," kata Rere yang pergi lebih dulu dari Jevan.

    "Jam 1 aku tunggu kamu di parkiran ya, jangan telat."

    "Beres."

    Setelah berpisah dari Jevan, Rere akan berubah. Dia bukan sok cool seperti Jevan, tapi dia lebih ke arah menutup diri. Akibat kedekatannya dengan Kusuma bersaudara dia sering jadi bahan ghibah oleh kaum-kaum penikmat kabar burung berperisa cabai yang banyak mengandung MSG. Tidak jarang juga ada teman-temannya yang mendadak baik padanya entah dengan niat apa. Ini sih mending sudah kuliah orangnya lo-lo gue-gue, kalau waktu SMA dulu belum sampai Rere tahu siapa Jevando sebenarnya saja dia sudah jadi bahan omongan satu angkatan. Makanya sejak itu Rere jadi agak menutup diri dan lebih diam dari biasanya.

    Jadi dari Rere yang begitu cerewet dan banyak tanya dia sumbangkan sedikit pada Jevan yang selalu diam menutup mulut serapat mungkin. Sejak mereka berdua saling kenal, mulai dekat dan pacaran, Rere jadi manusia yang normal pada umumnya. Cerewetnya berkurang cukup banyak, hebringnya juga. Begitu pun Jevan berubah dari manusia kulkas 35 pintu jadi pribadi yang sedikit lebih hangat walau masih cuek parah.

    "Reva, tunggu."

    Baru Rere keluar dari cafetaria menuju kelasnya, sudah ada yang memanggilnya. Gadis ini Rere kenal bernama Viona. Dia katanya temenan sama Jevan jauh sebelum Rere bertemu dengan Jevan. Awalnya sih Rere iya-iya saja dengan keberadaan Viona di sekitar Jevan. Apalagi setelah dia menjelaskan siapa Viona sebenarnya, tapi Rere lama-lama merasa risih juga dengan gadis ini. Satu hal yang paling membuat dia terbeban adalah gaya hidup. Rere yang terbiasa belanja 35an dan angkringan mana sanggup mengikuti Viona yang harus Balenciaga dan Solaria. Padahal gadis ini terbilang sering mengajaknya hangout.

    "Ada apa?"

    "Re, ayo temani aku belanja."

    "Duh, nggak bisa maaf. Aku ada kelas," tolak Rere sehalus mungkin.

    "Yah, gimana dong. Aku butuh banget bantuanmu. Kamu kan dari jurusan Fashion design. Kamu pasti bisa bantu aku, aku butuh baju yang pas buat ke pesta makan malam nanti."

    "Rere mau kelas jangan dipaksa," kata Jevan yang menyusulnya dari belakang.

    "Kalau gitu Jevan aja temenin aku ya," kata Viona lalu merangkul lengan kiri Jevan.

    Jevan langsung berusaha melepaskan diri ketika dia melihat Rere membuang pandangannya. Jevan tahu kalau Rere itu nggak pede dengan hubungan mereka. Padahal Jevan sering bilang kalau ketakutan Rere itu tidak ada artinya tapi tetap saja gadis yang dia tembak di hadapan mas Reno ketika hari kelulusan SMA ini masih suka kehilangan kepercayaan dirinya, apalagi kalau sudah ada Viona. Gadis yang Rere bilang begitu sempurna untuk bersanding dengan Jevan. Bacot Rere, Jevan maunya cuma kamu.

    "Vi, besok-besok jangan kaya gini lagi. Aku tuh udah punya pacar, jangan terlalu deket dong," protes Jevan pada Viona sedetik setelah dia melihat Rere berjalan menjauh.

    "Ya tapi temenin aku dong, kali ini aja. Aku butuh bantuan Jev, ya? Ayolah...," kata Viona dengan nada manja.

    Lemahnya Jevan, dia tidak bisa menolak permintaan gadis ini. Viona, sejak kecil sudah menjadi temannya. Gadis ini dulu tidak berbeda jauh dari Rere. Gadis ini juga anak dari keluarga broken home. Ayahnya adalah tukang selingkuh sedangkan ibunya suka sekali menghambur-hamburkan uang hanya untuk belanja dan hal-hal tidak penting lainnya. Intinya dia sejak kecil juga kurang kasih sayang dan Jevan adalah sosok yang memberikan kasih sayang besar padanya.

    Sayangnya satu, Viona ini berbanding terbalik dengan Rere. Ketika cantiknya bisa tumbuh jadi wanita yang dewasa dan bersahaja, Viona malah berubah menjadi anak yang sangat manja. Hal ini dikarenakan sejak kecil dulu dia suka mengancam orang tuanya kalau permintaannya tidak dipenuhi. Tapi gini-gini Jevan tetap peduli, dia sayang pada Viona seperti pada adiknya sendiri. Yah model tresno jalaran saka kulina (sayang karena terbiasa).

    Gini nih ujungnya sudah ketahuan. Jam sudah menunjukkan pukul 2 lebih tapi Viona seperti tidak ada niat menyudahi acara belanjanya. Beberapa menit lalu Rere mengiriminya pesan, gadis itu akhirnya pulang di jemput Haikal karena dia terlalu lama menunggu Jevan.

    "Jev, ini bagus nggak?"

    "Vi, kamu mau berapa lama lagi disini? Rak ini aja udah kamu lihat lebih dari 4 kali loh," protes Jevan.

    "Namanya juga lagi pilih-pilih. Harus cari yang pas dong, atau kamu mau kubeliin baju juga? Biar kita couple-an gitu kaya couple-couple hitz kampus."

    "Vi, kita bukan couple. Aku udah punya pacar. Harus berapa kali lagi aku ngomong sama kamu?"

    "Siapa sih pacar kamu itu? Reva? Apa sih yang bisa kamu banggain dari kutu buku kaya dia? Diajak dinner date aja nggak bisa. Lagian kamu tuh kenapa sih, kamu berubah tau nggak. Sejak kenal tuh cewek kamu jadi berubah Jev, kamu udah nggak sama kaya Jevan yang aku kenal dulu," kata Viona yang mulai berteriak membuat mereka jadi pusat perhatian.

    "Enough Vi. Aku udah muak sama sikapmu, aku pergi."

    Persetan Jevan jadi pusat perhatian dan banyak kamera mengarah padanya. Dia sudah tidak sanggup lagi. Rasanya ingin segera pergi dari mall itu dan menjauh sejauh yang dia bisa. Pikiran Jevan hanya Rere. Apakah cantiknya akan marah padanya, atau dia akan pura-pura baik dengan topeng senyum andalannya? Entahlah intinya apapun nanti yang dia terima dia harus siapkan mental dari sekarang.

    Jovan, Jevan, Monik, dan Viona adalah teman sejak kecil. Dulu mereka bertemu pertama kali di taman kanak-kanak. Maklum anak orang kaya, jadi sekolah pun tidak di tempat main-main. Keempat anak itu sering terlihat bersama hingga ketika SMA mereka berpisah. Monik masuk ke Boarding School, Viona pindah ke Jakarta, sedangkan Jovan dan Jevan berada di sekolah negeri yang biasa. Barulah mereka bersama lagi setelah tidak sengaja kuliah di universitas yang sama walau berbeda jurusan dan fakultas.

    Awal mula Viona tahu Jevan jadian dengan Rere sudah membuatnya seperti kebakaran Jenggot. Dia menyukai sahabat kecilnya itu, dia akui. Padahal selama ini Jevan selalu baik padanya jadi wajar kalau dia mulai berharap lebih. Sayangnya dia hanya menerima perhatian Jevan tanpa mendengarkan alasannya. Jevan sejak awal sudah menegaskan kalau Jevan menganggapnya hanya seorang adik tapi Viona tidak mau tahu, makanya kenapa dia senang sekali mengganggu Rere.

 

 

Sepupu Haikal

    Gini gini seorang Reva Aulia juga punya hobi loh. Dia ini senang sekali sama olahraga bulutangkis. Setiap hari Selasa dan Kamis ketika jam kerjanya off, dia akan pergi ke lapangan bulutangkis dan bermain bersama dengan teman-temannya. Salah satunya si mahasiswa sok ngartis dari Jurusan Seni Musik, Haikal Surya yang kebetulan adalah sepupunya juga. Papanya Haikal ini kakaknya mama jadi Rere akrab sama dia. Dulu waktu kecilnya Rere juga sempat tinggal bersama keluarga Haikal.

    Selain ada Haikal biasanya kakaknya bocah tengil itu juga suka bergabung walau jadi anak bawang. Namanya kak Mika, baru nikah bulan lalu dan lagi asik-asiknya jadi pengantin baru. Kalau Rere sudah sama dua kakak beradik ini Jevan tidak akan tanya-tanya lagi. Dia akan tetap tenang walau Rere tidak memberinya kabar selama seharian penuh.

Siapa juga yang berani ganggu Rere kalau dia sudah sama Haikal Surya yang seremnya 11-12 sama polisi yang suka jaga malam di bundaran kampus sebelah. Nggak sih, Haikal nggak gitu dia hanya terkesan menakutkan karena predikatnya sebagai Penegak Kedisiplinan paling galak selama 2 tahun berturut-turut. Ya wajar kalau banyak yang takut sama tampang dia. Padahal aslinya dia ini seperti bayi beruang. Dengan pipi gembul dan muka bulat ditambah kelakuan seperti anak kecil yang suka sewot sama orang lewat sukses membuat Rere gemas nyerempet sebel sama Haikal yang isengnya 24/7 hari.

    Sore ini selepas mandi keringat Haikal mengajak Rere buat makan. Tadi di game terakhir mereka sempat bertaruh, yang kalah harus traktir mie gacoan. Haikal awalnya percaya diri, tapi karena kekuatan emosi cewek akhirnya dia kalah telak di menit-menit terakhir. Ya jelas lah kalah, Rere tidak memberinya peluang sedikitpun si gledek -begitu Haikal suka menggoda Rere- kasih smash terus.

    "Kamu tuh kenapa lagi sih?" tanya Haikal bersamaan dengan datangnya es teh pesanan mereka.

    "Ha? Siapa? Aku?"

    "Bukan. Noh mas parkir di depan. Ya kamu lah."

    "Ya bete aku orang udah janji kok main batalin aja."

    "Masalah Jevan lagi?"

    "Ya siapa lagi? Pacarku cuma satu itu. Tau nggak dia janji mau jemput jam 1 tapi aku nunggu udah sejam lebih nggak ada orangnya nongol. Asik pacaran dia sama ceweknya."

    "Tau nih kenapa. Viona lagi kan? Putus aja sih kalian, kali aja si Viona itu diem. Aku nggak suka sama tuh cewek soalnya kalo urusannya karena dia nih, cewek hujan gerimis satu ini bisa berubah jadi gledek. Ngeri," kata Haikal sambil meminggirkan gelas es teh pertamanya yang sudah habis tak bersisa.

    "Dih nggak mau. Enak aja, udah mau tunangan kita ya kali putus. Lagian kalau aku putus dari dia si Rangga Rangga itu pasti bakal ngejar-ngejar lagi. Ihh ogah ah jijik aku," jawab Rere sambil meletakkan gelas es teh pertamanya di sebelah gelas kosong Haikal.

    "Rangga, anak jurusan Sastra Inggris yang kata kamu mau mengarungi lautan tapi hujan gerimis aja udah ngeluh kaya anak gadis itu? Yang nembak kamu di depan student center sambil bawa bunga sama nyanyi india ala-ala? Masih belum nyerah juga?"

    "Belum."

    "Dia tahu kan kamu pacaran sama Jevan? Kok masih berani?"

    "Eh pernah tau pas ulang tahunku, dia kan kasih aku boneka. Waktu itu aku lagi sama Jevan di cafetaria, dia kumat dong nyanyi-nyanyi gitu sampai jadi perhatian satu cafetaria. Tau kenapa? Dia bawanya boneka chucky bukannya boneka lucu. Jevan aja sampai ngakak. Gara-garanya sehari sebelum itu si Rangga tanya ke Jevan terus di kerjain. Jangankan suka boneka chucky, gelap dikit aja aku takut."

    Haikal mendengar cerita Rere langsung tertawa terbahak-bahak. Bahkan pesanan mereka sudah berjejer di atas meja saja Haikal belum berhenti tertawa. Ya lucu, sangat lucu, coba bayangkan jika kalian ada di posisi Rere. Ada seorang cowok yang berusaha kasih hadiah di hari ulang tahun terus dia nyanyi-nyanyi serenade buat memikat hati disertai kalimat gombalan sok manis tapi bawanya boneka chucky segede gaban.

    "Miris banget sih Re hidupmu," kata Haikal mengusap air matanya.

    "Padahal dia aslinya pinter loh. IPK dia diatas 3.7, anak BEM, kesayangan dosen, multitalent tapi sayang kelakuannya kaya gitu. Coba dia normal dikit aja, pasti banyak yang mau jadi pacar dia," kata Rere akhirnya memulai sesi makannya diikuti Haikal menciptakan ketenangan sesaat.

    Haikal dan Rere yang baru selesai makan mulai merencanakan hal lainnya. Rere mengajak Haikal ke alun-alun utara, duduk ngemper di gerbang Keraton sambil ngemil kue klepon. Setelah membeli sekantong klepon, dan beberapa buah lumpia rebung Haikal dan Rere langsung menuju ke tempat yang dimaksud, mencari spot yang lumayan sepi untuk duduk-duduk menikmati senja.

    Kalau dari alun-alun utara sih tidak kelihatan matahari senja, tapi mereka kan bukan menikmati mataharinya. Mereka menikmati hiruk pikuknya. Seperti Beberapa ibu-ibu penjual kacang rebus yang mulai membuka lapak di pinggir-pinggir jalan, mas mas angkringan yang mulai menata dagangan hingga beberapa delman yang berjajar rapi menunggu penumpang.

    Bagi Haikal dan Rere kota istimewa ini sangat-sangat istimewa. Melihat hiruk pikuk kota yang asri nan damai ini sungguh sebuah hobi yang unik untuk keduanya. Beda lagi ceritanya kalau dengan Jevan. Dia sih lebih suka duduk diam di pinggir pantai bermandikan panasnya matahari ditemani deburan ombak dibanding duduk di tengah lapangan sambil melihat motor-motor yang lewat begini.

    "Jadi intinya si Viona masih suka rusuh ke kamu gara-gara Jevan nggak mau lagi ngobrol sama dia gitu?" Rere mengangguk sebagai jawaban.

    "Please aku tuh nggak paham sama pemikiran cewek ya, cowok banyak woy ngapain sih satu dibuat rebutan dipikir cowok tuh bola satu buat rebutan?"

    "Ya nggak gitu juga kali. Kalo dia bukan Jevan sih udah kulepas dari dulu-dulu. Masalahnya ini tuh Jevan. Dia yang selalu ada buat aku Kal, dia yang selalu kasih aku sandaran, kasih aku bahu, kasih aku pelukan ketika aku butuh. Mas Reno, kamu, kak Mika pun nggak akan cukup karena kalian tuh cuma saudara. Suatu saat kita bakal kepisah. Sekarang aja udah mulai gitu, Mas Reno udah punya pacar, hampir tiap malam minggu pergi berdua sama pacarnya. Aku dirumah sendirian."

    "Ya bener juga. Lagian tuh cewek kek ngebet banget sama Jevan kenapa sih?"

    "Viona nggak selamanya salah sih, soalnya kan dia dari kecil udah sahabatan sama Jevan Jovan, dikiranya Jevan mau pacaran sama dia taunya waktu SMA ketemu aku dan dia menganggap aku ngerebut Jevan dari dia," jelas Rere.

    "Tapi kan kamu nggak salah juga, Jevan yang datang ke kamu. Bukan kamu yang sengaja deketin Jevan."

    "Tau ahh, males bahas Viona."

    Dengan sebal Rere memasukkan klepon terakhir ke dalam mulutnya membuat Haikal sadar kalau yang sejak tadi dia sisakan untuk kenikmatan terakhir sekarang sudah mulai menari dalam mulut Rere dan mulai berjalan masuk dalam lambung si gadis.

    "Heh sapu lidi! Itu udah gue sisain main lo embat aja. Klepon gue itu!" Semprot Haikal dengan logat Bandungnya.

    "Bodo amat. Aku masih laper Kal," kata Rere tidak berhenti mengunyah.

    "Habis 2 gelas es teh, seporsi mie, dimsum, lumpia, sama klepon dan masih laper? Jevan lupa kasih sajen ya?"

    "Hehehe, ayo ah anterin aku pulang Kal. Sebelum papa pulang," kata Rere lagi.

    "Hadeh dasar cewek aneh. Bener sih kenapa kamu milihnya Jevan Orang kalian tuh sama-sama aneh bin gila tau nggak. Cocok udah. Kalo ada nominasi couple goals aku bakal kasih ke kalian tau. Yang cewek nggak jelas yang cowok lebih nggak jelas lagi."

    Walau dengan bersungut-sungut, Haikal masih mengantar Rere sampai ke depan rumahnya. Dia bahkan sempat menyapa dan menggoda Mas Reno sedikit. Dasar Haikal Surya, tidak bisa lihat orang damai sedikit. Pasti dia ganggu. Apalagi ini dia lihat sasaran empuk.

    "Wangi pisan euy, mau ngapel ya Mas?" goda Haikal.

    "Baru pulang badminton kalian?" tanya Mas Reno sebisa mungkin menghindari pertanyaan Haikal.

    "Duh malu-malu meong. Udah jelas ini mah, sana berangkat Mas. Oiya titip salam buat si eneng. Salam sayang dari Aa' Haikal yang ganteng, eh tapi inget pacarnya jangan sampe tau. Soalnya galak hiih serem ah takut dicakar," kata Haikal. Reno sudah hafal betul Haikal seperti apa, makanya dia tidak ambil pusing dan lebih memilih pergi meninggalkan "kembar"nya Rere ini.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!