karakter tokoh dalam cerita
Alisha fania (20thn) adalah anak sulung dari 4 bersaudara,ia berkerja sebagai karyawan retail di salah satu pusat perbelanjaan yang terletak di luar kota. Sudah 3 tahun ia bekerja disana,demi membantu perekonomian keluarga nya yang pas pasan.
Adik nya Dika (17) seorang mahasiswa di fakultas kedokteran,ia merupakan anak dengan segudang prestasi sehingga bisa berkuliah dengan mendapatkan beasiswa.
Nurul (16) pelajar SMP tahun terakhir. dirinya anak yang sangat terampil, ia sering membuat berbagai macam kerajinan tangan dan menjual nya untuk tambahan biaya sekolah.
Ayu (12) pelajar SMP tahun pertama. Si bungsu ini sangat rajin membantu ibu nya berjualan di kedai makan kecil kecilan milik keluarga nya.
Mereka memiliki ibu yang sangat tangguh yaitu Anita, ia sudah menjadi tulang punggung keluarga sejak 11 tahun yang lalu. Karena suami nya meninggalkan mereka dengan menikahi perempuan lain, Dan sampai saat ini sepeserpun uang tidak pernah di berikan oleh ayah nya. Jangan kan uang,untuk sekedar berkunjung melihat mereka pun tak pernah. Dia bagai di telan bumi,tak pernah muncul dan bertanggung jawab akan nafkah anak anak nya.
Fani dan keluarga nya sudah terbiasa dengan keras nya hidup yang di jalani, tinggal di rumah kontrakan yang sangat kecil dan sudah usang,tapi keluhan tak pernah keluar dari mulut mereka sedikitpun.
Gaji Fani hanya untuk biaya sekolah adik adik nya dan sedikit ia sisih kan untuk di tabung, begitupula dengan ibu nya,hasil dagangan hanya mencukupi kehidupan mereka sehari hari.
Sebenarnya dulu Fani sempat ingin berhenti sekolah saat SMP, agar bisa membantu ibu nya mencari uang, namun ibu nya melarang dengan mengatakan kalau ia minimal harus lulus SMA agar mudah mencari pekerjaan.
...~~~~...
Adimas bramasta (34).
Seorang Direktur utama di perusahaan utama milik keluarganya.
Keluarganya sangat terkenal sebagai konglomerat yang menaungi bisnis properti dan desain interior. Adimas sendiri merupakan arsitektur terkenal di dalam dan luar negeri.
Ia sudah pernah menikah dua kali namun semua nya gagal di pertahankan karena dia selalu di selingkuhi. Yang pertama saat ia berumur 27 tahun, istri nya seorang model terkenal. namun tak bertahan sampai satu tahun. Karena ternyata istrinya menikah dengan Adimas bukan karena cinta,tapi karena ingin dukungan finansial dan popularitas agar karir nya semakin meroket. Yang lebih menyakitkan, istrinya berselingkuh dengan temannya sendiri.
Yang ke 2 saat umur nya 30 tahun,dan hanya bertahan 1 tahun. Karena istri nya juga berselingkuh dengan mantan pacar nya bahkan sampai hamil dari hasil perselingkuhan. Istri nya pula yang meminta cerai dan ia mengakui perbuatannya dengan gamblang. Padahal sebelumnya, justru ia yang mengatakan kalau Adimas itu mandul. Ternyata justru dirinya lah yang sengaja memakai Kontrasepsi, karena tak mau memiliki anak dari Adimas.
Setelah gagal dengan ke 2 pernikahannya,ia kembali ke kota kelahiran nya dan kini ia lebih memilih fokus pada karirnya, dari pada dunia percintaan yang membuat nya trauma. ia beberapakali tertarik pada wanita,namun rasa trauma akan kegagalan rumah tangga nya terus menghantui dan membuat nya menjadi takut untuk memulai hubungan.
Mamanya (Rianti) adalah wanita yang sangat ramah dan dermawan,ia merupakan sosok ibu dan istri yang baik.
Dan papanya (Aditya bramasta), Merupakan pengusaha sukses dan mantan Presdir di perusahaan BRAM's properti,ia kini tengah menikmati masa pensiun nya karena jabatan itu sudah di serahkan pada putra semata wayang nya yaitu Adimas.
...************...
semoga suka yaa😽♥️
Adimas bramasta (ji chang wook)
Alisha fania (kim so hyun)
10 tahun yang lalu....
Kala itu Dimas masih berumur 25 tahun, ia sedang terburu buru berangkat kekantor dengan mobilnya. Karena tidak memperhatikan jalan,Dimas menabrak seorang anak kecil yang sedang naik sepeda hendak berangkat sekolah.
Dimas terkejut dan ia pun segera keluar dari mobil nya.
"aduhh..." Rintih gadis kecil itu sembari memegangi pergelangan kakinya.
"ya ampun dek... kamu nggak apa apa??" tanya Dimas panik, seraya memeriksa keadaan si gadis kecil.
"kaki Fani sakit om.." anak itu menangis kesakitan. ya, anak itu adalah Fani kecil yang masih berumur 10 tahun.
Dimas segera membopong anak itu dan membawa nya ke rumah sakit untuk di obati. Setelah mendapatkan pengobatan, Dimas pun mengantar kan Fani ke rumahnya.
"Ibuk.. siapa yang dateng itu??" Tanya Dika penasaran, karena sebelum nya tidak pernah ada mobil yang datang kerumah mereka.
Nita pun langsung keluar dari warungnya, dan ia kaget saat melihat Fani digendong oleh pria itu, Adimas.
"Loh, anak saya kenapa mas?? "
Nita kaget saat melihat perban di kakinya Fani.
"Maaf Bu.., saya tadi nggak sengaja nabrak anak ibu. " Dimas meminta maaf dengan sopan dan lembut. Sedikit takut juga batinnya, takut kalau Nita akan marah besar.
"Ya ampun.., kalau gitu tolong bawa dia ke kamar nya mas."
Dimas pun menurut dan mengikuti Nita ke arah kamarnya Fani.
"Maaf bu, sebelum nya. Tapi saya lagi buru-buru banget ada urusan mendesak. Ini ada sedikit uang buat pengobatan anak ibu, dan ini kartu nama saya bu,kalau butuh sesuatu ibu telpon saja ya." ujar Dimas sungkan.
"Sekali lagi saya minta maaf ya bu. Kalau besok ada waktu saya akan mampir lagi untuk membawa anak ibu kontrol ke rumah sakit." sambung nya lagi sembari berdiri dari ranjang Fani.
"Om juga minta maaf banget ya sama kamu non." Dimas mengelus kepala Fani yang sedang terbaring lemas.
Fani hanya mengangguk pelan sambil tersenyum kecil pada Dimas.
"iya.. iya mas. Nggak apa apa. Toh mas nya nggak sengaja. Dan mas nggak perlu repot-repot, besok biar saya aja yang bawa Fani ke rumah sakit." Nita memaklumi kejadian tersebut,dan ia mempersilahkam Dimas yang ingin pamit.
"Saya pamit ya buk.." ujar Dimas saat tiba di pintu depan, sambil menyalami Nita.
...~~~~...
Hari hari berikut nya Adimas sering mampir ke rumah Fani kecil untuk memastikan kesembuhan Fani, dan lama kelamaan mereka menjadi akrab seperti keluarga.
Fani yang semakin membaik pun sering bermain bersama Dimas, kebetulan Dimas sangat menyukai anak-anak, jadi ia sangat senang bermain dengan Fani dan adik-adik nya,apalagi di sana ada ayu yang masih bayi ,membuat Dimas semakin betah di rumah Nita.
Dimas juga sering makan di warung Nita yang berada di halaman rumahnya. Dengan menu favorit nya yaitu oseng bunga kates dan ayam rica rica.
"Siapa yang mau ikut om jalan jalan??" seru Dimas.
"Mau.. Dika ikut om.. Nurul juga mau..!! Fani mau.." sahut mereka serempak dengan penuh semangat.
Dengan segera Dimas menuntun mereka ke mobil nya,ia berniat mengajak Fani dan adik adik nya ke sebuah tempat bermain.
"wwiiihhh.. mobil nya om dimas besar ya. Bagus banget lagi." ujar Dika takjub, ia tak pernah melihat mobil sebagus ini sebelum nya.
Dengan hati-hati Dimas memasangkan sabuk pengaman untuk mereka satu persatu.
Sesampai nya di salah satu mall, Fani dan adik adik nya tak henti henti nya berdecak kagum melihat kemegahan mall tersebut.
Dimas hanya tersenyum gemas melihat tingkah mereka. Sungguh menggemaskan, andai saja ia mempunyai adik di rumahnya. Pasti ia akan sangat betah dirumah.
Mereka menjajal semua permainan yang ada di sana, namun karena kelelahan berjalan, kaki Fani terasa nyeri karena belum sepenuh nya pulih.
Melihat Fani berjalan tertatih-tatih, Dimas menghampiri nya lalu menunduk ke arah Fani.
"Kaki Fani sakit lagi??" tanya Dimas sembari memegang pundak Fani.
"iya om agak nyeri gitu.. mungkin karena Fani lompat lompat di sana tadi." Ia merintih pelan, dahinya bahkan berkeringat.
"Ya sudah, kalau gitu kita pulang aja ya. Biar kamu bisa istirahat."
Fani hanya mengangguk sambil tersenyum kecil.
"Adek-adek, kita pulang sekarang yaa. Soal nya kaki kak Fani sakit, om janji besok kalau kak Fani sudah sehat kita main ke sini lagi." Dimas berseru kepada adik adik nya Fani sambil tersenyum, ia takut mereka akan kecewa karena belum puas bermain.
Namun ternyata dengan cepat mereka berkumpul dan mengiyakan perkataan Dimas.
"ayo om, buruan biar kak Fani bisa cepat istirahat." ujar Nurul dan di barengi oleh Dika yang manggut manggut.
"Ayo sini, Fani om gendong aja biar nggak tambah sakit kaki nya." ujar Dimas seraya mengangkat tubuh kecil Fani.
Fani menurut, dan mereka pun pulang lebih cepat.
Kedekatan mereka kian hari semakin erat, Fani pun sudah sangat akrab pada Dimas layak nya om dengan keponakan.
Begitu pula dengan ibu nya Fani, ia sudah menganggap Dimas seperti anak sendiri. Ya walaupun jarak usia mereka hanya 15 tahun.
Dimas juga sering membantu keluarga Fani, terkadang ia juga mengantar atau menjemput Fani dan adik nya sekolah bila senggang.
...~~~~...
2 tahun berlalu dengan cepat..
Dimas mengunjungi rumah Fani dan berpamitan akan pindah keluar Negeri ,karena dia akan bekerja dan menikah di sana.
"Ibu.. Saya pamit yaa, maaf kalau saya banyak salah sama ibu sekeluarga." Dimas memeluk erat Nita, jarak usia mereka sebenarnya tidak terlalu jauh. Namun sifat keibuan Nita membuat Dimas merasa, bahwa Nita memang pantas di sebut seorang ibu.
"iya nak. Kamu hati hati ya. jangan lupa sama ibu, kalau pulang kesini mampir tempat ibu juga." Nita mengusap bahu Dimas dengan lembut. Ia pun sudah mengganggap Dimas seperti putra sulungnya.
"Om pamit yaa... Fani yang rajin belajar nya, om pasti bakal kangen banget sama kalian semua." ujar Dimas sambil mengusap lembut kepala Fani. Ikatan diantara mereka sungguh membuat Dimas sedih, karena akan berpisah.
"iya om.. om hati hati yaa, dan Fani doain semoga istri om mau di ajak pindah kesini. biar kita bisa bareng bareng lagi." ucap nya dengan wajah penuh harap.
Dimas lalu mengecup kening Fani serta memeluk nya, dan kedua adik nya. Ia akan mengenang anak-anak menggemaskan itu, anak-anak yang selalu mewarnai hari-harinya. Anak-anak yang membuatnya lupa akan rasa lelah.
...***********...
Setelah hampir 10 tahun menjadi Direktur perusahaan cabang di luar Negeri, Dimas di minta kembali oleh papa nya untuk meneruskan jabatan nya sebagai Presdir perusahaan. Karena papa nya akan segera pensiun,dan karena Dimas anak satu satu nya maka mau tak mau Dimas harus menurut. Hari ini Dimas pun langsung terbang ke Indonesia di temani sekertaris pribadi nya.
...~~~~...
Hari ini Fani sedang berkemas di kamar kosnya, terlihat mata nya menitikkan buliran air. Ia terlihat sangat sedih, bagaimana tidak. Di saat keluarga nya butuh uang ia malah di PHK tanpa alasan.
Ibu nya pun menyuruh nya pulang dan mencari pekerjaan di sana saja, karena ibunya ingin bisa melihat Fani setiap hari.
Fani akan menaiki pesawat agar bisa lebih cepat, karena kalau naik bus akan memakan waktu 2 hari 2 malam.
Selama di dalam pesawat Fani tak henti henti nya menangis, ia bingung harus bagaimana. Karena pekerjaan yang selama ini di lakoni nya lumayan untuk biaya sehari-hari ibu dan adik adik nya.
Di tambah lagi ia hanya lulusan SMA, sangat kecil peluang nya bekerja di ibu kota dengan gaji seperti yang sebelum nya ia terima.
...~~~...
Setelah pesawat mendarat, Fani segera mengambil barang nya dan langsung keluar dari bandara.
Terlihat ada beberapa store kecil di dalam bandara, yang menjual berbagai pernak-pernik khas daerah, mata Fani tertuju pada tas rajut berwarna maroon dengan model yang sangat simpel namun terlihat elegan.
Fani berniat membelikan tas tersebut untuk ibunya,ia pun memegang tas itu dan di saat yang bersamaan tangan kekar milik seorang pria asing juga memegang tas tersebut.
"Maaf pak. Saya duluan yang megang tas ini." ujar Fani.
Pria itu hanya terdiam sambil memandangi Fani, yupss.. pria itu adalah Adimas yang baru saja tiba dari luar Negeri. namun ia tak mengenali Fani yang sudah berubah menjadi gadis cantik nan manis. ia malah terpesona dengan keindahan wajah yang di miliki oleh Fani.
"Pak..?" Fani memanggil pria itu dan membuat nya terkejut.
Fani juga tak mengenali bahwa pria yang di depan nya itu adalah om Dimas nya. Wajar saja, beberapa tahun ini hidupnya sangat berat dan penuh beban. Ia tak punya waktu untuk mengingat pria manapun.
"ehh.. maaf, tapi saya mau membelikan ini untuk saudara saya." ujar Dimas masih dengan wajah terkesima.
"Mbak apa ini masih ada stoknya?" tanya Fani kepada pemilik store itu.
"Tinggal satu-satunya mbak." jawab pemilik itu dengan sopan.
"Pak.. tolong ini buat saya ya, soal nya saya mau belikan buat ibu saya." Fani sedikit memelas kepada Dimas.
Dimas pun akhir nya mengalah dan membiarkan Fani membeli tas tersebut.
namun mata nya tak berhenti memandangi Fani, sehingga membuat Fani risih.
"Apaan sih ni om-om..! " batin nya seraya menatap sinis.
"e... maaf, apa kita pernah ketemu sebelum nya? " Tanya Dimas dengan senyuman ramah nya.
Fani hanya menggelengkan kepala nya dengan cepat,lalu segera pergi meninggal kan Dimas.
...~~~~...
Setelah menaiki taksi selama 20 menit, Fani pun tiba di rumah. Keluarga nya dengan hangat menyambut kepulangam Fani.
"Kak Fani.... " teriak Nurul dan ayu, mereka terlihat sangat merindukan kakak sulungnya itu.
"uuuu... kakak kangen banget sama kalian dek.." Fani memeluk kedua adiknya itu dengan erat.
"kami juga kangen banget sama kak Fani."
balas mereka.
"bu... " Kemudian Fani memeluk erat ibunya.
"ibu senang banget, akhirnya kita bisa kumpul lagi." Nita memeluk Fani sambil meneteskan air mata.
"ibu,,," Fani menatap lirih ibu nya yang tengah menangis.
"Oh iya Fani ada oleh oleh buat ibu. nihhh bagus kan bu." Fani menunjukkan tas yang di beli nya di bandara tadi.
"ya ampun nak. gk perlu repot-repot, kamu pulang aja ibu udah seneng banget. makasih ya nak "
"Buat kita mana kak??" celetuk Nurul dan ayu.
"nih...buat kalian." Fani memberikan T-shirt kembar berwarna biru muda.
"wihhh... cantik banget, makasih ya kak Fani."
Nurul dan Ayu sangat senang dengan pemberian kakaknya.
"oh iya.. Dika belum pulang bu? "
"Belum,, Kata nya dia ada tugas tambahan dari dosen. Jadi mungkin agak terlambat pulang nya."
"Kamu cepetan bersih bersih gih, nanti kita makan trus kamu istirahat,pasti capek banget kan?" ujar Nita seraya menyiapkan makan siang mereka.
Fani pun menurut dan segera kekamar mandi untuk membersihkan diri.
...~~~~...
Setelah selesai makan siang, Fani beristirahat di kamarnya,ia sangat mengantuk karena semalaman tidak bisa tidur. Di tambah lagi lelah di perjalanan membuat badannya seakan akan remuk.
"mana kak Fani buk? " tanya Dika yang baru saja pulang dari kampus nya.
"kakak mu lagi istirahat di kamar nya, jangan di ganggu dulu, keliatan nya dia kecapekan banget." Nita meminta agar Dika tidak menemui Fani dulu.
Dika pun menurut pada ibu nya, karena ia juga tidak ingin menganggu kakak kesayangan nya itu.
Malam tiba.....
Jarum jam menunjukkan pukul 19:30, dan Fani belum juga terbangun dari tidur nya. ia seperti sedang membalaskan dendam nya karena semalaman tak bisa tidur.
"ibu..." panggil seorang pria dengan suara berat dari belakang Nita.
Nita yang sedang menata piring piring di warungnya langsung berhenti, suara yang di dengarnya terasa familiar sekali.
ia menoleh ke belakang dan ternyata benar, suara itu milik Adimas yang sudah 10 tahun tak pernah menjumpainya.
"Ya ampun..! ini beneran Dimas?? " Nita seperti tak percaya dengan sosok yang sekarang berdiri di depannya itu.
"Iya buk.. ini saya Dimas." ujar nya memeluk wanita setengah baya itu.
Nita menangis terharu, selama ini ia berpikir kalau Dimas sudah lupa dengan nya. Karena selama 10 tahun Dimas tak pernah memberikan kabar nya,ia seperti menghilang di telan bumi.
"Ya ampun nak, kamu kemana aja sih kok nggak pernah ngasih kabar sama ibu? "
"Maaf bu, saya memang sering pulang ke indonesia tapi selalu di buru kerjaan jadi nggak sempat mampir ke sini."
"Tapi kamu sehat kan? kamu baik baik aja kan? " tanya Nita sambil mengelus bahu bidang milik Dimas.
"Sehat bu, saya selalu sehat. mulai hari ini saya bakal sering kesini lagi bu, karena saya sudah pindah ke sini dan akan meneruskan pekerjaan papa." ujar Dimas dengan wajah gembira.
"hahh... beneran?? ibu seneng banget bisa ketemu lagi sama kamu nak." Nita tak kalah gembira nya saat mendengar penuturan Dimas.
"heheh... saya juga senang banget bisa kumpul sama ibu lagi."
"Syukur lah kalau gitu nak. oh iya kamu udah makan ? mau makan apa ? " tanya Nita dengan antusias.
"Belum bu. Saya kesini justru mau minta makan sama ibu.." Dimas tersenyum lembut, menampakkan barisan giginya yang berjajar rapi.
"Kamu pasti kangen kan oseng bunga kates sama ayam rica rica buatan ibu? "
"Betul banget bu. masakan ibu memang nggak ada dua nya." Dimas mengacung kan ibu jarinya ke arah Nita sambil tersenyum lebar.
"ohh iya, anak-anak mana buk? Dimas kangen banget sama mereka."
"Ada di dalam, lagi pada belajar. Mereka udah pada gede-gede nak, pasti kamu pangling nanti ngeliat mereka."
Nita meletakkan beberapa piring dengan lauk kesukaan Dimas. Nita masih ingat betul dengan menu favorit Dimas.
"Sebentar ya ibu panggil anak-anak." ujar Nita setelah selesai menyajikan makanan untuk Dimas.
"nanti saja bu, saya jadi ngerepotin ibu nih."
"Nggak apa apa, mereka pasti kangen juga sama kamu nak." Nita pun segera berlari kerumah nya.
...*******...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!