NovelToon NovelToon

The Daughter Of A Witch

Tempat yang asing

Cerita klasik seperti novel fantasi pada umumnya, dimana seorang yang tertabrak, bunuh diri, di racuni dan sebagainya. Lalu saat membuka mata orang tersebut sudah berada di tempat dan waktu yang berbeda.

Entah menjadi Protagonis atau Antagonis.

Mungkin sebagian orang akan senang jika itu nyata terjadi padanya, karena dia sudah tahu isi serta alur tersebut. Makanya mereka tinggal berbelok dari cerita asli yang mengakibatkan kerugian atau kematian, menuju happy ending untuk dirinya sendiri.

Tapi ... Kejadian ini berbeda dengan Seonha yang tidak tahu apa-apa sama sekali. Intinya, ini bukan novel yang Seonha baca dan masuk ke dalam cerita.

Lebih tepatnya, ini di sebut reinkarnasi selanjutnya, yang artinya dia sudah mati.

Sial!

Padahal beberapa saat lalu dia hanya mengikuti reuni SMA dengan teman-temannya sambil minum-minum soju, dan selepas itu dia tidak sadarkan diri lagi. Begitu membuka mata, dia sudah berada di kamar kuno dengan tubuh yang bukan miliknya.

Ahk! Tidak! Ini pasti mimpi.

Seonha bangun dengan tergesa-gesa menuju kearah tembok kamarnya yang begitu indah dengan corak keemasan seperti rumah orang kaya.

Dia memegang tembok itu dan memukul kepalanya cukup keras sampai mengundang beberapa pelayan yang berada di depan pintu untuk masuk.

"Nona!" teriak para pelayan yang merasa panik akan perbuatan gila majikannya.

Seonha tersenyum memegang kepalanya yang berlumuran darah sambil mengumpat kesal dan jatuh pingsan.

...❁❁❁...

Kim Seonha, wanita menawan yang hebat serta memiliki paras yang cantik.

Bekerja sebagai karyawan di salah satu perusahaan besar dan hidup dengan berkecukupan.

Banyak yang begitu menyukai dan mengagumi dirinya dan berharap bisa seperti Seonha, yah karna dia wanita pintar dan multitalenta.

Tapi banyak juga yang tidak menyukainya, itu karena mereka merasa tersaingi dan iri.

Akan tetapi, ada satu fakta yang tidak mereka ketahui. Yakni Seonha adalah seorang yang tidak beruntung dalam hal percintaan.

Pasti kalian sudah beranggapan bahwa kekasihnya itu adalah seorang CEO atau Dosen seperti cerita lainnya, nyatanya tidak.

Kisah percintaan Seonha yang begitu tidak mulus, sampai membuat dia putus harapan saja.

Dari di tinggalkan, di selingkuhi, di buang, di tinggal nikah, dan hal lainnya yang tidak dapat dia sebutkan satu persatu.

Ternyata fisik bukan segalanya, jika ia? lalu kenapa Seonha tidak bahagia! Padahal dia tidak jahat seperti Ibu tiri Cinderella, dia hanya bersikap seperti wanita serta manusia pada umumnya.

Bisa di bilang begitu.

Sekarang pukul tiga sore, Seonha dengan malas mengaduk-aduk jus yang ada di depannya. Mimik wajahnya nampak frustasi—Ralat sebenarnya dia patah hati lagi.

"Bagaimana hubungan mu dengannya?" tanya Rose yang adalah sahabat kecil Seonha dengan ekspresi penasarannya itu.

"Sama saja," jawabnya malas seperti enggan untuk melanjutkan pembicaraan.

"Ohh ... Jangan sedih ... kali ini apa?"

Rose memberikan tatapan peduli pada Seonha. Ia jadi merasa iba akan apa yang telah terjadi pada sahabatnya ini.

"Di selingkuhi lagi."

Perkataan itu sontak membuat adrenalin Rose bergejolak hebat.

"Wah! Dasar pria bregsut! Padahal kau begitu baik dan cantik tapi masih saja—"

"Jangan begitu ... Mungkin ini ketukan cinta."

Mendengar perkataan Seonha, membuat Rose berhenti dari aksinya itu. Dia lantas memukul dahinya sambil mengeleng. Merasa kalap dengan tingkah sahabatnya yang semakin aneh-aneh saja.

"Cerita apa lagi yang kau baca."

Dengan kecepatan angin, Seonha membuka tasnya dan menunjukan beberapa novel yang baru saja dia beli sehabis pulang kantor.

Karena jika dia merasa sedih, jalan terbaik adalah membaca cerita novel yang akan membuat perasaannya menjadi lega.

"Ini zaman modern, orang-orang tidak percaya akan hal mistis begitu." jawab Rose sambil menunjuk buku novel yang berjudul 'Cinta yang terkutuk'.

"Terserah akulah!" pekiknya dengan tatapan tajam.

Seonha lalu menyeruput jus yang tinggal setengah itu sampai habis, kemudian bernafas lega sambil menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi.

"Aku yakin ini kutukan cinta!" teriaknya tiba-tiba yang membuat perhatian orang-orang sekitar langsung tertuju padanya.

"Kau gila apa! Buat malu saja."

Rose mencubit wanita itu hingga membuatnya terperanjat karena sakit.

Sang korban yang akan membalas perbuatannya, mendadak berhenti saat melihat cincin emas elegan yang melingkar di jari manis Rose.

"Kau membeli cincin?" tanya Seonha sambil menarik tangan sahabatnya. Memperhatikan dengan detail cincin tersebut.

"Bukan, ini cincin lamaran."

Rose menarik kembali tangannya dengan wajah yang sudah memerah seperti tomat busuk.

"Ah ... Kau dan dia? Bahagianya ... Jadi kau mengajak ku kesini karena ingin memamerkan lamaran mu? Sungguh jahat sekali! Padahal aku baru saja putus!" tekannya merasa tidak terima.

Dia kemudian memukul meja restoran cukup keras. Melampiaskan kekesalannya pada benda yang tidak bersalah sama sekali.

Sementara Rose, dia hanya terkikik pelan seperti seekor kuda untuk mengejek sahabatnya.

"Sudah, kau akan menemukannya di waktu yang tepat."

Kalimat penyemangat yang ia dengar dari balik bibir sahabatnya, membuat Seonha berdecak kesal.

"Sudah ratusan kali aku mendengar kata-kata itu," jawabnya malas sembari merotasikan kedua maniknya.

"Hehehe ... Oh ya! besok malam ada reuni SMA! Kita harus datang!"

Dengan semangat yang menggebu-gebu, Rose memekik senang akan reuni sekolah yang di laksanakan esok malam.

Seonha hanya mengangguk-angguk sekilas kemudian bangkit berdiri dan segera berpamitan dari sana.

Sungguh, ini adalah hari yang melelahkan untuknya.

Sedangkan dari posisi Rose, dia hanya menatap punggung sahabatnya yang kian menjauh dan menghilang dari pandangan.

"Seonha yang malang ... Aku harap kau bahagia," ucapnya sembari menyeruput sisa jus yang ada. Di detik selanjutnya ia tiba-tiba tersadar akan satu hal.

"Tunggu dulu. Jadi siapa yang akan membayar semua ini?!"

Dia bertanya panik. Menatap tumpukan piring makanan yang ada di atas meja sebelum kemudian seorang pelayan datang memberikan sejumlah tagihan padanya.

"Seonhaaa!!"

...❁❁❁...

Besok malam, Seonha dengan pakaian rapi sedang menunggu Rose di depan rumah. Sudah hampir tiga jam dia berada di dalam mobil, menekan klakson agar wanita itu cepat keluar.

Dan di menit berikutnya, akhirnya Rose keluar dengan gaya yang memukau seperti artis.

"Kau lama sekali!" komentarnya saat Rose sudah masuk dan duduk dengan nyaman di dalam mobil.

"Maaf, aku kan harus tampil cantik."

Rose tertawa. Dia tidak merasa bersalah sama sekali karna sudah membuat Seonha menunggu lama.

Lagi pula, siapa suruh dia meninggalkannya kemarin dengan tumpukan tagihan makanan yang terbilang banyak.

Sekarang terimalah akibatnya. Rose membuat Seonha menunggu selama hampir tiga jam di dalam mobil.

"Haa ... Kenapa juga aku harus menjemput mu, kau kan memiliki seorang tunangan?" sindirnya yang membuat Rose mencebik kesal.

"Dia sedang sibuk. Nanti saat pulang, dia akan datang kok, jadi tenang. Bensin mu juga akan ku bayar."

"Nah bagus!"

Setelah melakukan transaksi yang menyenangkan, Seonha langsung menjalankan mobilnya dan pergi meninggalkan kediaman dengan terburu-buru, mengingat mereka sudah terlambat.

...❁❁❁...

Begitu sampai di tempat pertemuan, keduanya segera masuk ke dalam menemui beberapa teman lama yang mungkin jarang bertemu sekarang.

Setelah itu, terjadi pembagian antara pria dan wanita.

Perbincangan pun terjadi sampai pada pekerjaan masing-masing dan pasangan mereka yang di umbarkan.

Seonha yang notabenenya tidak memiliki seorang kekasih, hanya bisa tersenyum mendengarkan cerita dari masing-masing temannya.

"Bagaimana dengan Seonha cantik ini, kapan undangan mu datang?"

Mendengar perkataan itu Seonha lantas tertawa geram.

"Hahaha! Pengantin pria saja tidak ada, bagaimana mau buat undangan."

Jawabannya itu mengundang beberapa orang untuk berbisik antar satu sama lain. Ada juga yang menertawakan Seonha secara diam-diam.

"Padahal kau sangat cantik! Tapi masa kalah sama Lissa."

Sindir seorang lagi yang membuat Seonha mengepalkan kedua tangannya.

Memang benar Lissa tidak secantik Seonha, tapi pasangannya itu adalah seorang atlet muda yang sangat tampan.

"Hei jaga ucapan mu! Baru bertemu sudah menginjak orang!"

Teriak Rose sembari menggebrak meja dan menunjuk teman Lissa yang adalah musuh bebuyutannya sejak SMA.

Tidak ingin memperkeruh suasana, Seonha segera bangkit berdiri dan memulai sebuah game. Siapa yang bertahan sampai akhir.

Semua lantas mengangguk setuju atas saran tersebut. Mereka pun mulai bermain dengan menuangkan soju di masing-masing gelas.

Karena Seonha seorang yang hebat dan tahan alkohol, pastilah dia akan memenangkan permainan ini. Itulah yang yang ia pikirkan.

Namun, saat di tengah-tengah permainan, kepalanya tiba-tiba terasa sakit dan membuat pandangannya menjadi tidak jelas.

Sekilas hanya terdengar suara orang-orang yang tertawa serta Rose yang memanggil-manggil namanya. Dan setelah sadar, dia sudah berada di tempat antah-berantah yang entah di mana.

^^^First Published : 07 - June - 2021^^^

^^^Revised : 23 - July - 2022^^^

Pria tampan itu ayah ku?

Sayup-sayup terdengar suara beberapa orang yang masuk ke dalam pendengarannya. Bahasa yang mereka gunakan sangatlah asing.

Ingin sekali dia membuka kedua matanya, tapi itu tidak bisa. Seluruh tubuhnya terasa berat dan sulit sekali di gerakan.

Perlahan-lahan suara itu menghilang di gantikan dengan sosok wanita yang sedang berdiri menghadap ke atas, melihat ruang kosong nan hampa.

Dari belakang, rambutnya terlihat panjang dengan warna hitam pekat layaknya langit malam. Dia juga tinggi, postur tubuhnya pun bagus.

Begitu wanita itu berbalik menghadapnya, Seonha sontak terkejut.

Wanita itu sangatlah cantik. Dia terlihat seperti boneka hidup. Apalagi manik matanya yang bagaikan permata keemasan, menambah kesan indah pada wajahnya yang ayu.

Tapi, di balik kecantikannya, dia seperti menyimpan kesedihan yang mendalam di balik tatapan matanya yang sayu.

Seonha ingin sekali mencapai keberadaan sosok itu. Akan tetapi, di saat ia akan menggerakkan kedua tungkai kakinya, lantai putih yang ia pinjaki malah hancur dan membuat dia jatuh ke dalam kegelapan.

Deg!!

Dia seketika terbangun dengan nafas yang tersengal-sengal. Mimpi jatuh adalah hal terburuk yang pernah ia alami.

Seonha lantas menghela nafas panjang guna menenangkan dirinya sendiri. Setelah cukup tenang, ia kemudian melihat langit-langit kamar yang begitu luas dengan corak mawar di setiap sudutnya.

Mengernyit heran. Ia mencoba untuk bagun dari posisinya sekarang. Namun, hal tersebut gagal akibat kepalanya yang berdenyut sakit. Seonha reflek memegang perban yang melilit dahinya.

Tunggu ... Aku terluka?

Seketika dia teringat dengan apa yang terjadi sebelumnya. Luka ini tercipta karena dia yang membuatnya sendiri, dengan bantuan tembok serta keberanian diri untuk mencoba.

Aku harus bangun.

Dengan hati-hati ia menggerakan tubuhnya untuk duduk bersandar pada kepala tempat tidur.

Sesudah mendapati posisi nyamannya, Seonha menyapu pandang kesekitar ruangan yang terlihat asing. Apalagi dengan pemandangan langit sore yang terlihat dari balik jendela kamar.

"Tempat ini lagi."

Ia mendengus berat sembari memegang kepalanya yang di perban.

Di tengah-tengah keheningan yang tercipta, pintu kamarnya tiba-tiba terbuka secara kasar dan mampu membuat sang empunya terperanjat kaget.

Dari posisinya sekarang, Seonha dapat melihat dua orang wanita berpakaian maid sedang membawa beberapa perban dan obat-obatan di atas nampan perak.

Di kala tatapan ketiga orang itu bertemu, reflek kedua pelayan yang masuk sebelumnya menunjukkan ekspresi terkejut seperti melihat hantu. Mereka kemudian berhamburan keluar sembari berteriak memanggil seseorang.

Setelah kepergian keduanya yang begitu tiba-tiba, mereka malah kembali dengan seorang pria tampan ke dalam kamar.

Seonha menatap bingung ketiga orang yang berdiri di samping tempat tidurnya. Bukan, lebih tepatnya dia hanya menatap pria tampan yang sejak tadi memberikan tatapan dingin dengan aura mencekam di sekelilingnya.

Detik selanjutnya, pria itu membuka mulutnya mengatakan tiga kalimat yang mengguncang mental Seonha.

"Masih hidup ternyata," ucapnya dengan nada suara yang rendah dan kelam.

Sejenak, Seonha menatapnya garang sebagai respon pertama. Mempertanyakan siapa pria tampan di depan ini. Kenapa dia terlihat sangat jahat?

Karena tidak mendapatkan jawaban, pria itu semakin memberikan tatapan tajam pada Seonha. Manik mata keemasan miliknya seperti akan membunuh sang puan yang ada di atas tempat tidur.

Namun anehnya, Seonha tidak merasa takut sama sekali. Dia lebih ke merasa akrab akan warna mata pria itu. Nampak seperti warna mata wanita yang ia lihat dalam mimpinya baru-baru ini.

"Kenapa tidak berbicara? Apakah mulut mu sakit?" tanyanya sekali lagi.

Padahal bahasanya bukan bahasa ku, tapi kenapa aku bisa mengerti? Pertama-tama coba tanyakan dulu siapa mereka.

"Maaf, anda siapa ya?"

Seonha cukup terkesima akan suara indah yang di keluarkannya sekarang.

Berbeda halnya dengan pria yang ada di sampingnya. Dia terlihat begitu kaget saat mendengar rentetan kalimat yang di katakan sang lawan bicara.

"Pelayan! Panggilkan dokter segera!"

...❁❁❁...

Setelah beberapa menit terdiam dalam keheningan, sosok lain masuk dengan jas putih yang terbalut pada tubuhnya.

Jika di lihat-lihat, sepertinya dia adalah dokter yang di perintahkan pria tampan yang mereka panggil sebagai Marquess untuk datang memeriksa keadaan Seonha.

Terlihat dokter itu sedikit berbincang dengan Marquess, sebelum kemudian mendekati perempuan yang terduduk di atas tempat tidur untuk di periksa.

Banyak ekspresi wajah yang di tampilkan dokter saat memeriksa keadaan Seonha. Setelah selesai, ia segera mendekati Marquess dan memberikan beberapa pertanyaan yang tentu saja di mengerti oleh Seonha.

"Maafkan saya tuan Marquess, sepertinya putri anda kehilangan ingatannya saat membenturkan diri ke tembok."

Perkataan dokter yang masuk ke dalam telinga, sontak membuatnya terkejut.

Ternyata pria tampan itu adalah ayahku! Pekiknya dalam hati.

Marquess tiba-tiba mendekati Seonha yang masih dalam mode shock, kemudian duduk di sampingnya.

"Apakah semua karena Yang mulia Putra mahkota tidak menerima mu, jadi kamu bertindak seperti ini? Sangat di sayangkan."

Langsung saja Seonha menoleh dan bersitatap dengan Marquess saat mendengar kalimat menjengkelkan darinya.

Bisa-bisanya dia mengatakan hal konyol seperti itu pada putrinya yang sedang lupa ingatan.

Lalu, siapa juga yang bertindak kekanak-kanakan dengan membenturkan diri hanya karna cintanya di tolak? Asumsi macam apa itu. Dia kan melakukannya karna berfikir ini semua adalah mimpi.

"Emm ... Pak—Maksud saya ayah, apa yang anda katakan itu tidaklah benar—"

"Jangan berbohong Lianna! Sekarang ingatanmu hilang. Merepotkan saja," kecamnya dingin dengan ekspresi wajah yang tidak bersahabat sama sekali.

Sementara Seonha, dia hanya mengangguk sekilas saat mendengar nama tubuh yang ia masuki ini.

Melihat tidak ada tanggapan lebih yang di berikan anaknya, Marquess segera bangkit berdiri dan pergi bersama dokter serta kedua pelayan yang sejak tadi hanya berdiam diri di ujung ruangan.

...❁❁❁...

Dalam ruangan kerja Marquess yang terbilang cukup luas dan minim pencahayaan, terlihat beberapa orang tengah berdiri menatap si tuan rumah yang tengah duduk di atas kursi kerjanya.

"Rawat putri ku dengan baik, dan jangan sampai anda yang tahu soal dia yang lupa ingatan." Marquess berucap tegas. Pupil matanya menatap intes dua orang yang sedang menunduk takut di hadapannya.

Mereka mengangguk patuh sebagai tanggapan dan segera memberi salam sebelum kemudian berbalik pergi dari dalam ruangan yang suasananya terasa mencengkam.

Setelah kepergian para pelayan, Marquess menghela nafas sejenak sembari merebahkan diri ke punggung kursi.

Padahal beberapa hari lalu adalah hari bahagia untuknya, yang di mana dia bisa memenangkan perang perebutan wilayah bersama dengan rekan-rekannya yang lain.

Tetapi, saat dalam perjalanan pulang dia malah mendapatkan pesan dari kepala pelayan tentang kondisi Lianna yang sekarat karna membenturkan diri sendiri ke tembok rumah.

Tentu saja hal tersebut sangat membuatnya kaget. Orang tua mana yang tidak akan khawatir saat mendengar kondisi anaknya seperti itu.

Meskipun Lianna sering kali berbuat yang tidak-tidak hingga berdampak pada reputasi keluarga Acasha yang memburuk, dia tetap peduli pada darah dagingnya sendiri.

"Haa ... Membuat ku repot saja."

...❁❁❁...

Menjelang pagi, seorang pelayan datang memasuki ruangan kamar majikannya untuk membantu sang nona bersiap-siap.

Seonha yang notabene-nya sudah bangun sejak tadi, hanya mengangguk setuju atas tawaran tersebut. Toh, itu juga adalah pekerjaan mereka sebagai pelayan, buat apa dia menolaknya—Meskipun sebenarnya Seonha merasa tidak enak—

Dari yang ia lihat juga, Lianna ini adalah putri yang baik hati. Karna para pelayan begitu menyukainya dan melayaninya dengan baik.

Tapi, dari perkataan ayahnya kemarin soal Pangeran mahkota yang menolak Lianna, membuat dia bertanya-tanya dalam hati. Kenapa sampai wanita ini di tolak. Mungkinkah Pangeran tidak memiliki perasaan khusus pada Lianna, sampai ia menolaknya?

Haaa ... yang pastinya setelah ini selesai, aku akan menyelidiki semuannya.

Seonha kemudian merilekskan tubuhnya sebentar dalam bathtup. Aroma tenang dan begitu menyegarkan, seketika menyeruak dari air.

Apalagi dengan pijatan yang di lakukan pelayannya, membuat dia merasa nyaman.

Beberapa helai rambut yang terjatuh di depan wajahnya, membuat Seonha sadar bahwa Lianna ini memiliki rambut berwarna hitam.

Ah ia! sejak bangun, aku belum melihat sosok ku seperti apa.

Melihat di air pun percuma, karena semua tertutup busa putih. Nanti setelah mandi, barulah dia akan bercermin.

Begitu pijatan berakhir, pelayan tersebut membantu Seonha untuk bangkit berdiri sembari membalut tubuhnya dengan handuk pakaian dan lanjut mengeringkannya.

Berikutnya, pelayan itu membantu Seonha untuk memakai gaun yang begitu ketat sampai bernafas saja susah.

Bagaimana bisa para putri bangsawan tahan akan gaun indah nan mematikan ini, melekat pada tubuh mereka selama berjam-jam.

"Nona, anda tidak apa-apa? Sepertinya anda sulit bernafas."

Ia menoleh sembari memberikan senyuman kecil pada sang pelayan.

"Tidak apa-apa. Lanjutkan saja," ucapnya yang berpura-pura kuat.

Setelah sesi memakai gaun selesai, saatnya dia memasuki sesi menyisir rambut dan menghias wajah.

Begitu ia duduk dan menatap kearah cermin, Seonha mendadak kaku. Bagaimana bisa sosok wanita yang ia lihat di mimpinya kemarin, sekarang ada di hadapannya.

Berbagai asumsi serta pertanyaan mulai berterbangan dalam kepala. Dan dari antara semuanya itu, dia hanya mendapati satu dugaan yang cukup masuk akal.

Bahwa sosok wanita yang ia lihat itu adalah jiwanya.

"Tidak mungkin!" pekiknya memegangi kedua sisian wajah.

"Ada apa nona, apa saya melakukan kesalahan?" tanya sang pelayan sedikit takut saat mendengar teriakan majikannya.

"Err ... Bu-bukan apa-apa. Lanjutkan tugas mu," jelasnya yang terus menatap ke arah cermin rias. Tepatnya pada sosok Lianna yang sekarang telah di ambil ahli olehnya.

Kejadian ini sungguh membuatnya sakit kepala. Bukannya bereinkarnasi, tapi jiwanya malah merasuki tubuh Lianna yang telah mati.

Seseorang, tolong katakan padanya bahwa semua ini tidaklah nyata.

Kehidupan kuu...

Seonha berteriak kacau dalam hatinya tanpa sepengetahuan orang-orang.

^^^First Published : 07 - June - 2021^^^

^^^Revised : 24 - July - 2022^^^

Anak penyihir

Besok lusa, ada beberapa yang Seonha selidiki melalui pelayan—Maksudnya dayang kemarin yang merawat dan membantu semua keperluannya.

Nama dayang itu Daisy, dia adalah putri pertama dari Count yang bangkrut beberapa bulan lalu karena sakit.

Sejak saat itu dialah yang menjadi tulang punggung keluarga dan bekerja untuk melunasi beberapa hutang yang ada.

Seonha tidak tahu pasti kalau Daisy ini baik atau tidak. Tapi melihat ia yang merasa akrab jika bersama Daisy, artinya dia bisa di kategorikan baik.

Tubuh yang Seonha masuki ini adalah seorang putri pertama keluarga Marquess Acasha yaitu Ilianna Resya Acasha, sering di panggil Lianna.

Dia memiliki seorang saudara kadung yang sedang berada di akademi, dan mungkin saja tahun ini akan selesai.

Seperti apa sosoknya kakak Lianna? Itu yang membuatnya penasaran.

Ada juga beberapa yang di ceritakan Daisy tentang kekuatan keluarga ini. Salah satunya adalah Marquess Acasha seorang sword master hebat di kekaisaran.

Beberapa hari yang lalu juga, Marquess Acasha—Dan lainnya—Baru saja pulang membawa kemenangan atas perang perebutan wilayah kekuasaan.

Mendengarnya saja sudah membuat Seonha bersemangat. Berarti dia memiliki orang tua yang heroik bukan?

"Artinya kita keluarga yang hebat!"

Ia memekik senang akan cerita yang di katakan dayangnya. Namun hal tersebut berbanding terbalik dengan ekspresi yang di tunjukan lawan bicaranya.

"Perkataan nona benar, tapi banyak yang tidak menyukai keluarga Acasha."

Senyum yang ia kembangkan perlahan memudar di gantikan dengan ekspresi bingung.

Seorang pahlawan kekaisaran ini tidak di sukai? Memangnya apa yang salah.

"Kenapa?"

Satu pertanyaan itu terlontar begitu saja dari balik bibirnya. Sempat terdengar helaan nafas berat dari Daisy sebelum memberikan sebuah jawaban.

"Karena di keluarga Acasha mengalir darah penyihir."

Seonha mengernyit bingung. Mempertanyakan berbagai hal di dalam benaknya. Bukankah jika memiliki darah penyihir itu bagus?

Banyak juga yang berandai-andai menjadi seorang penyihir, tapi kenapa disini malah terkucilkan.

"Memangnya apa yang salah dengan darah penyihir?" tanyanya sembari menelengkan kepala di ikuti tatapan penasaran.

"Menurut orang-orang, mereka melawan kehendak alam kerena meminjam kekuatan jahat."

Sekilas ia mengangguk paham. Sekarang, sedikit demi sedikit penjelasannya yang cukup jelas membuat Seonha menyadari satu hal.

Biasanya, seseorang yang melakukan hal seperti itu sama dengan menghina kekuatan pencipta. Kebanyakan orang lebih mempercayai ilmu alkemis dari pada ilmu sihir yang tidak berdasar.

Seonha lantas menepuk kedua tangannya sambil bangkit berdiri.

"Baiklah, sekarang tunjukan di mana letak perpustakaan."

Untuk pertama-tama, ia harus menyelidiki latar belakang keluarga ini lebih banyak lagi. Termasuk sesuatu yang bernama sihir dan segala antek-anteknya. Benar-benar membuat sakit kepala.

Tapi dari pada itu, kenapa Daisy hanya diam saja? Dia tidak bergerak barang sedikit dan hanya memberikan ekspresi cengo saja.

"Daisy?" panggilnya sekali lagi.

Mungkin wanita itu tidak mendengar ucapan yang ia katakan sebelumnya.

"Maaf nona, apa anda benar-benar ingin kesana?"

Pertanyaan yang ia lontarkan terdengar seperti tidak percaya. Dan itu membuat Seonha sedikit bingung.

"Memangnya kenapa?"

"Ah, soal itu ... Nona jarang sekali belajar karena otak anda yang pas-pasan."

Seonha terdiam tidak menjawabnya. Jadi, Lianna ini bodoh?

Pantas saja Daisy terkejut saat mendengar dia yang akan pergi ke perpustakaan. Juga, sudah jelas bukan, kenapa Putra mahkota tidak tertarik padanya serta sifat ayahnya dingin.

Sebenarnya seberapa bodoh Lianna ini sampai orang-orang sekitar seperti tidak akan percaya jika dia menjadi profesor suatu saat nanti.

"Sudah tunjukan saja."

Seonha berkata dengan gusar seraya memijit batang hidungnya pelan.

Daisy segera mengangguk dan mempersilahkan sang majikan untuk mengikutinya dari belakang.

Jika di pikir-pikir, ini adalah kali pertama dia keluar dari dalam kamar. Ternyata kediaman Acasha cukup besar dan mewah. Ia bahkan sempat terpukau untuk beberapa saat.

Seonha lalu melihat sekeliling. Di mulai dari jendela yang besar dan bersih, lampu gantung berhiaskan permata indah, tangga yang panjang dan banyak, serta lantai marmer dengan kualitas terbaik.

Begitu menuruni tangga, ia baru bisa bertemu dengan beberapa pelayan yang bekerja di kediaman Acasha.

Memangnya seberapa besar rumah ini? Padahal sedari tadi aku berjalan, tapi kenapa tidak sampai-sampai.

"Anu ... Apa perpustakaannya masih jauh?"

Seonha bertanya kaku seraya mengesampingkan rambutnya ke belakang telinga.

"Sudah dekat nona, tepat berada di lantai satu," jelasnya penuh kelemah-lembutan di akhiri senyuman kecil.

Ia cukup senang mendengar penjelasan Daisy. Ternyata sebentar lagi dia akan sampai di tempat tujuan.

Namun kenyataannya ada tiga lantai yang harus di lewati. Tulang kaki Seonha hampir patah karena menuruni tangga dalam jumlah yang terbilang tidak sedikit.

Sebenarnya dia bisa bertahan melewati beberapa lantai ini, karena sudah terbiasa naik turun tangga di kantor tempatnya bekerja.

Tapi, yang membuat dia tidak tahan adalah gaun yang sesak dan berat ini. Apa lagi dengan sepatu berhak yang ia kenakan

Ternyata menjadi seorang bangsawan tidak seenak kelihatannya, benak Seonha menghela nafas panjang.

Daisy tiba-tiba berhenti di depan pintu besar, dengan dua penjaga di sisi kiri dan kanan. Kelihatannya mereka sudah tiba di tempat tujuan.

Melihat kami yang akan masuk, kedua penjaga itu segera membungkuk hormat dan membuka pintu di samping mereka lebar-lebar.

Seonha seketika melongo. Rak buku yang besar nan tinggi, meja dan kursi yang tersedia sebagai tempat untuk membaca, di tambah buku-buku yang beragam, membuat jiwa Seonha hampir melayang.

Ini baru namanya hidup! Aku akan mencari cerita yang menarik dan membacanya sampai besok pagi.

"Mari nona," panggil Daisy.

Dia pun menjelaskan beberapa rak buku yang ada di dalam ruangan. Mulai dari sejarah, tatakrama, keuangan, politik, perang, ekonomi, sampai kisah-kisah lainnya.

Seonha mengangguk dengan semangat, lalu mendekati rak yang berada di ujung ruangan. Tempat sejarah. Mengambil beberapa buku yang ingin di baca lalu mencari tempat duduk.

"Apa anda yakin ingin membaca ini?" tanyanya heran sambil menunjuk sejumlah buku yang ada di dalam pelukan Seonha.

"Tentu saja! Sekarang kamu pergilah, sediakan teh dan beberapa cemilan," pintahnya memberikan senyuman lebar.

Wanita itu pun mengangguk dan segera berbalik meninggalkan perpustakaan.

Sedangkan Seonha, dia mulai membuka satu buku dan membaca sejarah yang tercatat di sana.

Ternyata dari awal sudah tertulis bahwa keturunan Acasha memiliki keahlian yang hebat. Kepintaran mereka dalam menyusun strategi juga bagus.

Mereka membawa bendera kemenangan terus menerus bersama dengan keluarga kekaisaran dan keluarga Duke Timothy yang ikut berperang, serta menjadi seorang kepercayaan Kaisar untuk melindungi kekaisaran sampai turun-temurun.

Namun, tepat di lembaran selanjutnya, disana menceritakan tentang bagaimana keturunan Acasha selanjutnya yang menikahi seorang penyihir.

Dan terjadilah beberapa pertentangan dengan alasan para bangsawan bahwa keluarga Acasha menodai kekaisaran suci ini.

Banyak yang berpendapat untuk menghukum keluarga tersebut, namun karena keluarga Acasha tergolong orang-orang berjasa yang membantu kekaisaran, Kaisar tidak bisa melakukannya.

Sampai pada akhirnya keturunan terus berlanjut. Yang anehnya adalah, darah penyihir memilih sendiri siapa yang akan menjadi pewaris selanjutnya di setiap anak-anak keturunan Acasha.

Tanda bahwa darah penyihir memilih anak Acasha atau darah penyihir mengalir dalam tubuhnya, adalah warna mata emas seperti batu permata langkah muncul padanya.

"Artinya aku di pilih?" tanyanya saraya membaca halaman selanjutnya.

Sejak saat itu banyak bangsawan yang tidak menyukai keturunan Acasha, walaupun mereka sering membantu kekaisaran.

Seonha mengangguk-angguk pelan. Ternyata kisahnya seperti itu. Tapi mau bagaimana lagi, cinta seseorang tidak bisa di ganggu gugat.

Dia lalu menutup buku sejarah, kemudian melirik kearah jendela.

Perjalanannya masih sangat panjang. Namun dengan mengetahui sejarah keluarganya, sudah cukup untuknya memahami keadaan ini.

Daisy kemudian masuk dengan membawa beberapa kue serta teh. Dia lalu meletakannya di atas meja dan undur diri sebentar.

Seonha pun mulai menikmati kudapan yang tersedia di atas meja, dan lanjut membaca.

Sampai-sampai tidak terasa matanya mulai lelah dan ia tertidur di sana. Begitu lelap.

Ia perlahan masuk ke dalam dunia mimpi yang cukup indah. Di sana Seonha melihat seorang wanita yang begitu cantik sedang duduk membaca buku.

Rambutnya yang berwarna silver begitu indah, dan lebih unik lagi bola mata berwarna perak yang sejuk, sedang menatapnya hangat.

Sebenarnya siapa wanita ini? Kenapa perasaannya begitu senang saat melihatnya?

^^^First Published : 07 - June - 2021^^^

^^^Revised : 30 - July - 2022^^^

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!