🍃🍃
Kala malam menerpa, tepatnya dinihari, dimana seluruh umat manusia tengah berada di alam mimpi dengan mata terpejam, tubuh terbaring dan hanya terdengar deruan nafas yang naik turun dalam keheningan. berseteru oleh dentingan jarum jam yang terus bergerak seiring waktu bumi berputar.
Tampak gadis muda yang berparas cantik nan manis, tengah tertidur dibawah selimut yang menutupi sebagian tubuhnya. biasanya seseorang akan terlelap dengan pulas, tidak terganggu oleh suara apapun di keheningan malam. Namun berbeda dengan gadis ayu ini, dahinya berkeringat, kepala bergerak ke kiri dan ke kanan dan wajahnya tampak ditekan. tak luput pula tubuh yang tampak tegang. sepertinya gadis ini tengah bermimpi buruk, sesuatu memasuki alam pikirannya hingga ia merasa terganggu.
"Huh!!"
Gadis itu tersentak bangun, sebuah tugu monumen kembali menghantuinya untuk kesekian kali. entah ke berapa kali gadis ini mengalami mimpi yang sama, memimpikan sebuah Tugu Monumen Pompa Angguk, yang ia tak mengerti apa maksud tempat itu.
Gadis tersebut mengusap wajahnya dengan kasar, dadanya naik turun, sungguh tak mengerti akan teror tempat yang tak ia kenali itu.
"Apa maksudnya? Kenapa gue selalu memimpikan tempat itu, seperti tugu" gumamnya bingung. Ia pun menekuk kedua kakinya yang masih beralaskan selimut, menopang kedua siku lengan diatas lutut kakinya dan telapak tangan yang memegang kedua pipi, jelas sekali gadis itu tampak berfikir.
"Kalau gak salah itu namanya Pompa Angguk, ya? lebih baik gue search ke Mbah Google" ucapnya sendiri, meraih ponsel pintarnya yang terletak di atas nakas, mencari tahu akan nama monumen itu.
"Owh, benda memompa minyak bumi? trus apa hubungannya dengan gue? membingungkan!" gerutunya kesal, menaruh ponsel ke diatas tempat tidurnya.
Setelah sedikit tenang, ia pun segera membaringkan tubuhnya yang mulai lelah, namun sepasang mata bening itu tidak pula bersahabat dengan tubuhnya, sebab rasa kantuk seketika menghilang tatkala pikirannya masih meracau memikirkan tempat itu. Gadis itu pun mencoba untuk memicingkan kedua matanya, berusaha terlelap hingga pagi menjelang dan mulai melaksanakan aktivitasnya sehari-hari.
Sepuluh menit, dua puluh menit, tiga puluh menit, tidak jua terlelap, tubuhnya krasak krusuk menghadap ke samping kiri dan beralih ke samping kanan, berusaha menghilangkan rasa gelisah yang tak berujung ini. Hingga setelah satu jam berlalu, tubuh itu kembali diam, tak bergerak lagi dan hanya deruan nafas yang terdengar. dan benar saja, sepasang mata sudah terlelap dengan sendirinya.
**
"Azwa, kamu kenapa kok murung pagi-pagi gini?" tanya seorang wanita parubaya yang berusia hampir kepala lima. Menaruh secangkir susu vanila diatas meja makan yang baru saja beliau sajikan.
"Biasa, Ma. mimpi itu lagi" keluhnya, Nama gadis itu adalah Azwa Syaqilla, berusia 24 tahun, tamatan Sarjana Ekonomi. Ia bekerja di sebuah Perusahaan terbesar Di Kota Jakarta sebagai Pegawai Divisi Personalia.
Ia adalah anak dari Keluarga yang sangat sederhana dan berkecukupan. Namun di masa dirinya masih bayi, orang tuanya diberi tanggung jawab untuk mengelola Restaurant milik sahabat mamanya, entah apa alasannya menyerahkan tanggung jawab usahanya pada orang tuanya, yang jelas, Sahabat Mamanya itu sudah tidak bisa mengelolanya kembali.
"Menurut feeling Mama, sepertinya tempat itu sangat penting buat kamu" ujar sang Mama, bernama Ajeng.
"Maksud mama?" Azwa belum mengerti
"Entahlah, Mama juga tidak tau. hanya seperti itu yang mama rasakan"
"Hmmm," Azwa berpikir kembali, sembari menyuapi nasi kedalam mulutnya.
"Mama mau nyuapi tante Sekar dulu ya" pamit Mama Ajeng, segera membawa nampan yang berisi sarapan pagi, air putih dan susu vanilla, melangkahkan kaki ke halaman depan untuk menemui Tante Sekar yang entah siapanya mereka.
Azwa kembali melanjuti sarapan paginya, setelah ia tersadar dari lamunan berkepanjangan dan menatap jam di pergelangan tangannya, sudah pukul 7 pagi.
"Sial! harus segera pergi ini" gerutunya kesal, menyuapi nasi dengan porsi besar ke mulutnya.
"Pelan-pelan makannya" tiba-tiba suara pria dewasa membuyarkan aktivitas Azwa, menatap pria itu sekejap dan kembali melanjuti sarapan pagi yang terburu.
"Tidak ada waktu lagi, Yah. sudah telat" ucapnya, lalu meneguk susu vanila hingga tetesan terakhir.
"Aku pergi, Yah. Assalamualaikum" Azwa menyalimi punggung tangan ayahnya. ia pun berlari menuju garasi, mengambil motor matic buntut miliknya yang sudah menjadi benda kesayangan. Setelah mengeluarkan motornya dari garasi, gadis itu menghampiri sang Mama dan juga Tante Sekar yang duduk terdiam diatas kursi roda meratapi malangnyaa kehidupan.
"Mama, Tante, Azwa berangkat dulu ya" ucap sopan gadis itu, jiwa barbarnya seketika menghilang bila berada didepan wanita malang yang lumpuh sejak ia bayi. menatap iba pada wanita sebaya Mamanya.
"Hati-hati, Azwa" ucap Tante Sekar, ia adalah sahabat mamanya.
"Iya, Tante. makan yang banyak biar kuat kayak Azwa" hibur gadis itu, memamerkan otot lengannya yang tak berotot.
"Itu pasti,"
🍃🍃
LIKE,
KOMENT,
VOTE,
HADIAH,
😘😘
🍃🍃
Azwa kembali menghampiri motor buntutnya, menaiki kendaraan itu sembari mengengkol tangkai panjang yang berada didekat roda. Maklum saja, motor matic bin buntut itu sudah terlalu tua bila harus bekerja mengantar Tuannya kemana pun pergi.
"Jeng, sepertinya kalian harus membelikan Azwa sepeda motor lagi" saran Tante Sekar.
"Ah, tidak perlu, Kar. dia juga enteng aja tuh gak ada ngeluh soal motornya" sanggah Mama Ajeng.
"Iya, tapi beliin aja. kasihan tuh tiap mau bawa motor harus diengkol dulu" Tante Sekar tampak prihatin.
"Tidaklah, Kar. toh kami tidak punya apa-apa untuk membelikan barang mahal gitu" tukas Mama Ajeng.
"Kenapa kamu ngomong gitu? uang dari restaurant kan ada,"
"Iya, tapi itu milik kamu kan? kami hanya mengelolanya"
"Ya ampun Jeng, itu sudah milik kalian. toh aku memberikan harta warisan Mas Gilang untuk kalian. sedang aku sendiri sudah tidak bisa apa-apa lagi. kamu lihat kakiku sudah tidak ada, keduanya diamputasi dan kedua tanganku juga tak berfungsi. Maka dari itu, kalianlah yang cocok untuk mendapatkan warisan ini. kamu tau kan, aku sebatang kara sejak menikah dengan Mas Gilang, keluarga Mas Gilang juga tidak merestui kami, hiks hiks hiks"
"Kar, maaf, jangan nangis lagi. aku tau ini pahit buat kamu. Usaha kalian akan jatuh pada tangan yang semestinya nanti" Mama Ajeng memeluk tubuh tak berdaya itu, kehidupan pahit mulai merasukinya kembali tanpa anak dan suami yang ia impikan. Mama Ajeng merasa iba melihat keadaan sahabatnya, tubuh yang terbujur kaku di kursi roda dan ranjang.
"Maksud kamu?" Tante Sekar melepas pelukan sahabatnya, ia menelaah ucapan dari orang yang merawatnya dengan baik dan sabar.
"Tidak apa-apa, aku berharap Allah memberikan mukjizatnya kepada kita" ucap Mama Ajeng kepada sahabatnya, menatap langit dengan wajah yang sedu berharap keajaiban dari sang pencipta.
"Aku berharap Azwar anakmu masih hidup dan akan kembali" batin Mama Ajeng.
"Ayo makan lagi, Kar. kamu harus sehat toh" ucap Mama Ajeng kemudian, setelah drama pelukan terjadi. Tante Sekar mengangguk, mulutnya kembali menerima suapan dari sang sahabat.
"Terimakasih ya, Jeng. kamu sudah mau merawat aku dengan baik. aku gak tau harus bagaimana lagi untuk membayar ini semua. seharusnya kalian membiarkan aku mati saja waktu itu" wajah itu kembali sedu, menatap dirinya yang tak berguna. hingga air mata kembali menetes membasahi pelupuk mata wanita parubaya itu.
"Sssttt!! tidak ada gunanya kamu menangis, seharusnya kamu masih bersyukur bisa melihat dunia ini. ada kami yang begitu menyayangimu" ucap Mama Ajeng, memeluk kembali tubuh itu.
Setelah ditenangkan, sarapan pagi pun berlanjut. sudah cukup lama berada dibawah terik matahari untuk menjemurkan tubuh itu, mereka kembali masuk ke dalam rumah.
**
Azwa telah tiba di Perusahaan tempat ia bekerja. berlari terbirit-birit menuju ruang kerja sembari menatap jam yang sudah pukul 07.35. sial sekali gadis itu terlambat, berharap ketua devisi belum tiba di ruangannya. Apalagi berpapasan dengan Direktur disaat waktu bersamaan, bisa berabe nasib gadis itu.
"Hah syukur, akhirnya sampai juga" gumamnya, menjatuhkan tubuh diatas kursi dengan kasar, hingga menimbulkan suara yang menjadi pusat perhatian rekan kerjanya yang mulai sibuk.
"Hehe, sorry kakak-kakak, reflek" ucapnya terkekeh. kemudian ia merapikan tatanan rambutnya yang sedikit berantakan, menghirup udara sebanyak-banyaknya untuk mengatur nafas yang tersendat di paru-paru.
"Telat lagi? dasar!" ucap rekan kerjanya yang duduk tepat di samping gadis itu.
"Begitulah, kesiangan. sialnya gue mimpi itu lagi" Azwa memutar bola matanya, merasa jengah memikirkan mimpi itu.
"Gileee..... udah keberapa ribu lo mimpi begituan," gerutu temannya
"Entahlah, gue lupa. minta air minum lo dong, haus gue" pintanya, menatap botol air yang terletak diatas meja temannya.
"Lain kali bawa minum dari rumah. toh lo bisa ke pantri noh" ucap temannya menunjuk pantri dengan dagunya.
"Gak ada waktu untuk kesana" Azwa menggeleng, meneguk air minum milik temannya.
"Thanks, kuy kerja"
Azwa pun kembali bekerja yang sudah ia tekuni selama dua tahun ini. Gadis itu sangat pintar dan giat walaupun sering telat dan bersikap barbar. Namun tetap berprofesional dalam urusan tanggung jawab pekerjaan.
"Hai, Wa" sapa seseorang, Azwa mendongak menatap pria yang menegurnya, yang tak lain ialah Ketua Divisi bagiannya.
"Eh, Hai Pak" balas sapa gadis itu.
"Ini ada cappucino untukmu, minumlah. pasti capek berlari, bukan?" ucapnya menaruh segelas cappucino diatas meja Azwa.
"Eh, i-iya, Pak. maaf" Azwa menunduk takut
"Saya sudah biasa melihat kamu telat, asal jangan berpapasan dengan Direktur" ucapnya
"Hehe, iya" Azwa mengambil gelas itu, menyesap Cappucino yang tampak menggoda.
"Ehem-ehem!"
🍃🍃
LIKE
KOMENT
VOTE
HADIAH
😉😉
🍃🍃
"Apa sih, Key?" gerutu Azwa merasa salah tingkah, saat temannya itu berdehem.
Ketua Divisi itu pun juga menoleh menatap Keysha, mengangkat salah satu alis tebalnya menatap gadis itu. membuatnya meneguk air saliva dengan kasar.
"Ti-tidak, cappucinonya wangi banget tuh, jadi pengen. malah dibawain segelas doang" ucap Keysha, rekan kerja yang akrab dengan Azwa, sengaja menyindir pria tampan yang tegas ini.
"Hmm, lo mau? buat sendiri gih" suruh Azwa seenak jidatnya.
"Ah males gua. Bapak ngapain duduk di meja saya? saya mau kerja" ucap Keysha.
"Baiklah, kalian kerja yang benar!" ucapnya, segera pergi meninggalkan dua gadis sebaya itu.
Setelah kepergian ketua, Azwa menatap Keysha yang begitu intens melihat punggung pria itu, mencebik kesal kepada orang yang sudah pergi dari pandangannya, membuat Azwa menggeleng pelan sembari menyesap cappucinonya.
"Jangan kesal-kesal amat, entar jatuh cinta lho" ledek Azwa, nyengir.
"Gile apa, jatuh cinta sama dia? dingin, hangatnya ke lo doank. jangan-jangan die yang suka ame lo" gerutu Keysha
"Hahahaha, bodo amat! yang penting gue kerja" seru Azwa, tak peduli dengan pria itu atau pria mana pun.
"Emang lo gak suka ama dia?" tanya Keysha, memelankan suaranya saat anak-anak lain menatap mereka
"Sama sekali enggak, buang waktu aja mah sukai orang" jawab Azwa, mulai fokus pada komputernya
"Preeet!! kayak malaikat aja lo gak punya nafsu" gerutu Keysha
"Maybe, setidaknya gak kayak devil" ucap Azwa kemudian.
Dan kini kedua wanita yang tak bisa diam dari tadi itu akhirnya sudah berhenti berkoar. mereka kembali pada tugas masing-masing yang begitu banyaknya lembaran kertas yang menumpuk.
**
Azwa merenggangkan otot-ototnya yang terasa kaku, mulut menguap merasakan pergerakan angin didalam tubuhnya. gadis itu sedikit lega, pekerjaan yang menumpuk sudah hampir selesai ia kerjakan. Anak-anak lainnya pun sudah berangsur keluar dari mejanya, menyisakan dirinya juga Keysha yang masih sibuk berjibaku dengan benda menyala itu.
"Rajin amat lo, makan kuy" ajak Azwa
"Dikit lagi, entar ah"
"Huaaaaaa!! ngantuk banget gue. bobo dulu yak, dah siap bangunin gue" Azwa menaruh lengannya diatas meja kerja, meletak kepala diatasnya sebagai bantalan. hingga dalam sekejap matanya pun terpejam, tak tahan menahan rasa kantuk yang melanda.
"Dasar kebo! bobo mulu" gerutu Keysha, ia merogoh ponsel didalam tas, menekan aplikasi Grab untuk memesan makanan lewat online agar tidak mesti untuk beranjak keluar dan membuang tenaga yang menipis.
Kini si tukang kebo sudah bangun dari tidur pulasnya diatas meja, entah jam berapa gadis itu tidur tadi malam hingga membuatnya mengantuk sesiang ini. namun itu tidaklah perlu heran lagi, Azwa memang kerap kali tertidur saat jam istirahat semenjak mimpi itu terus melandanya.
Azwa dan Keysha tengah melahap makan siang mereka, berupa seblak yang menggiurkan. kuah merah merona membuat liur siapa saja pasti akan meleleh. Azwa begitu lahap menikmatinya, matanya merem melek merasakan sensasi pedas, hangat dan beraroma wangi menjadi satu.
"Enak ya" ucap Azwa
"Tentu saja, langganan kita" sahut Keysha.
Zzzttt
Azwa menyedot cappucino cincau es miliknya, merasakan lega pada tenggorokan yang langsung disiram dengan air es berasa coffe itu. setelahnya ia pun beranjak dari duduk, berniat ingin ke pantri untuk mengambil air putih.
"Gue pantri dulu. gak enak kalau gak ada air putih" gerutu Azwa
"Ya ya ya, titi dj yaa, jangan nyangkut ketempat lain" ucap Keysha. Azwa memutar bola mata jengah.
Saat berjalan menuju pantri, Azwa melihat Pak ketua divisi baru saja masuk ke ruangannya dengan membawa berkas. tampaknya ia baru saja menjalani rapat bersama ketua divisi lainnya dan bersama Direktur perusahaan. Azwa pun tertegun, ia berinisiatif untuk membuatkan kopi untuknya.
Setiba di Pantri, gadis itu dengan sigap meracik kopi latte, agar si ketua kembali bersemangat. hitung-hitung sebagai tanda terima kasihnya yang telah memberikan secangkir cappucino pada gadis itu.
Setelah selesai, gadis itu memutar tubuhnya, berniat untuk pergi dari tempat itu karna tugasnya yang telah selesai. namun tiba diambang pintu, ia terkaget dan hampir saja minuman hangat itu mengenakan pakaian seseorang yang berpapasan dengannya.
"Aduh, kalau jalan pelan-pelan dong, laju amat" gerutu Azwa, tatapannya masih menatap tiga minuman diatas nampan. merasa cemas bila minuman itu tumpah.
"Azwa," seseorang menyapanya, Azwa mendongak, seketika perasaannya tak lagi marah pada orang itu.
"Eh, Pak, maaf" ucapnya
"Gak apa. kamu ngapain?"
"Ini, ambil air putih sekalian buat kopi untuk bapak" ujarnya, menyodorkan nampan kehadapan pria itu.
"Ya ampun, terimakasih ya, saya makin suka denganmu" ucap pria itu tanpa sadar.
"M-maksudnya, su-ka?" Azwa bingung
"Hmm, maksudnya, saya suka kamu perhatian gini" jelas pria itu sedikit gagap. menggerutu kesal dengan dirinya yang hampir membuka perasaannya pada Azwa.
"Oh, hanya sebagai tanda terimakasih tadi pagi doang. saya permisi, Pak" pamit Azwa.
"Baiklah,"
Azwa pun segera melangkahkan kakinya menuju ruang kerja, merasa tidak nyaman dengan tatapan pria itu yang terus memandangnya lekat. sungguh membuatnya risih. padahal dibalik pandangan itu, ia tak tau arti tatapan yang diberikan.
"Lama amat, ambil air putih doank" gerutu Keysha, mencebik kesal sambil memakan stik kentangnya yang dicocol dengan saus.
"Buat kopi tuh untuk pak Yoga" ucap Azwa
"Ciiiee, perhatian. lo pasti suka dengannya kan? jujur deh"
Azwa memutar bola matanya, "Gaklah, gile kali lo!"
🍃🍃
Like
Koment
Vote
Hadiah
😉
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!