NovelToon NovelToon

Seleb Intertainment

1. Awal Berjumpa

Tok tok tok

Seseorang dari luar mengetuk pintu ruang kerjanya namun tak ada sahutan ia memilih untuk masuk, di dalam ruangan itu sudah ada lelaki yang duduk di kursi kebesarannya dengan tatapan datar.

"Permisi pak, saya mau." ucap Sekertaris seraya membawa beberapa berkas ia himpitkan di bawah lengan.

"Taruh saja di meja dan segeralah keluar dari ruangan saya." titah Kevin sambil melirik berkasnya tanpa melihat wajah sekretarisnya.

Akan tetapi sekretarisnya masih diam mematung didepan Kevin tanpa mendengar ucapan bosnya.

"Kamu tidak dengar perintah saya hah!" ucap Kevin dengan muka datarnya dan tatapan matanya yang tajam.

"I.. Iya. Permisi Pak." pamit sekertaris Kevin dengan gugup bergegas pergi dari sana.

"Dia nggak tau apa kalau aku deg degan kalau setiap kali melihat muka tampannya, ya abis dia ganteng banget sih." ucap sekertaris Kevin sambil berjalan menuju ruangannya.

Disisi lain Kevin sedang merenung sendiri di balkon ruangan kantor ia teringat sama kejadian kemaren saat ia ditinggal pergi pacarnya karena pacarnya lebih memilih bersama selingkuhan dan pergi keluar negeri.

Padahal Kevin sangat mencintainya sejak ia masih SMA dan baru pacaran dengannya selama 1 tahun.

"Kenapa sih! kamu tega meninggalkanku, padahal aku sangat mencintaimu.." batin Kevin didalam hatinya mengusap wajahnya kasar karena ia menangis menahan amarahnya.

"truth... truth...truth" ponsel Kevin berbunyi.

Kevin segera mengangkat teleponnya siapa gerangan orang di balik itu.

"Siapa sih! ganggu. Nggak tau apa orang lagi sedih." gumam Kevin sembari mengangkat tanpa melihat siapa yang memanggilnya.

Kevin ~>> [[Ada apa? ganggu orang lagi santai. ]] ucap Kevin tanpa melihat siapa gerangan orang yang memanggilnya didalam telefon.

~>> [[ Ooh. Sekarang kamu mau jadi anak durhaka ya! berani banget kamu bentak bentak papa mu sendiri ]]" seseorang di luar sana menekankan kata katanya.

Kevin ~>> [[ Aah! Papa. Bercanda kali ]] ucap Kevin terkejut melihat siapa yang menelponnya saat ini ia segera menjauhkan benda pipih itu dari telinganya karena sedikit menganggu gendang telinga.

~>> [[ Bercandamu sama sekali tidak lucu ]] teriak papanya didalam ponselnya.

Kevin ~>> [[ Maaf pah! Kevin benar benar tidak tau]] ucapnya menggaruk kepala tak gatal.

~>> [[ Papa minta kamu sekarang kesini ]] ucap Fadly menekankan.

Kevin ~>> [[ Papa lagi dimana?]] tanya Kevin.

~>> [[ Bandara. Kamu cepat kesini, Papa tunggu ]] jawab Fadly.

Kevin ~>> [[ Ya ampun Papa ]] malas nya.

Kevin ~>> [[ Memangnya tidak ada orang yang jemput selain Kevin, kenapa gak suruh asisten Papa aja, dia kan digaji buat kerja bukan makan gaji buta saja]] ucap Kevin dengan nada kesal.

~>> [[ Papa gak mau tau. Jemput sekarang juga ]] titah Fadly kemudian mematikan panggilan sepihak.

Huff...

Menghela nafas kasar mengambil kunci bergegas pergi meninggalkan ruangan.

Isssshh... "Ngeselin banget sih Papa."gerutu Kevin didalam mobil.

Kevin adalah anak kesayangan dari kedua orang tuanya, walaupun dia bukan putra kandung dari kedua orang tuanya, ia di angkat sebagai anak oleh dua orang yang saat ini begitu menyayanginya saat berusia lima tahun.

 

Ayah nya bernama Fadly Putra Pratama dan Ibunya bernama Sinta Sandria Putri.

tiga puluh menit kemudian

Kevin sampai ke bandara, terlihat Fadly membawa berdiri tak jauh dari posisinya seraya membawa koper besar melambaikan tangan kearah nya.

Kevin...

panggil Fadly.

Fadly memeluk erat tubuh putra satu satunya sontak Kevin terkejut membalas pelukan papanya

"Papa apaan sih, sekarang kita ada di bandara." ucap Kevin melepaskan pelukan dari papanya.

"Lebay banget peluknya. Kayak gak pernah ketemu Kevin aja." sambungnya terkekeh.

"Kamu itu emangnya enggak kangen sama Papamu Hmm!" ucap Fadly menepuk pundak anaknya.

Berusaha melepaskan pelukan. "Papa umur Kevin sudah 27 tahun." ujar Kevin. "Dan papa masih aja manjain aku." lanjutnya menatap aneh Fadly.

Mengusap surai putranya lembut. "Iya papa tau kok, anak papa sekarang udah gede. Kita langsung pulang, Papa kangen sama Mama kamu." ajak Fadly menarik tangan anak kesayangannya menuju ke mobil.

Fadly mengamati atas perubahan ekpresi putranya. "Kamu kenapa sih, Papa liat kamu berbeda dari biasanya." tanya Fadly saking penasaran nya.

"Hati hati nak kalau mengemudi. Apalagi kamu hari ini kelihatan kurang mood." Fadly menasehati.

Kevin menoleh sekilas pria parubaya di samping kursi pengemudi. "Tidak apa apa kok pah, ya biasalah masalah kerjaan, don't worry." jawab Kevin tersenyum pada papanya.

"Ya sudah. Kalau kamu belum mau cerita sama Papa." ucap Fadly seraya menepuk pundak Kevin pelan.

Di perjalanan Kevin hanya fokus mengendarai mobilnya.

Trutt..Trutt...Trutt. Ponsel Kevin berbunyi ia segera mengambilnya.

 

Kevin: Hallo mah

Sinta: Apa papa mu sedang bersamamu?

tanya mamanya Kevin didalam telefon.

Kevin: Iya mah, ini papa lagi tidur

jawab Kevin ia melihat Fadly ketiduran karna kelelahan.

Sinta: Oke, kalo gitu mama tutup dulu teleponnya, kamu hati hati nyetirnya, jangan sampai nabrak ucap Mamanya dan menutup sambungan telponnya.

Sinta sudah tau jika suaminya pasti tertidur di mobil disaat pulang dari pekerjaannya, pastinya ia tau kalau Kevin tidak akan membangunkan ayahnya.

Ia cuma mau memastikannya sampai dirumah dengan selamat.

Diperjalan kerumah tiba tiba kevin dikejutkan oleh seseorang.

"Braaaaak... Aaaaaaaaa......! suara teriakan perempuan.

Chitttttttttt....! mobil Kevin berhenti dan kaget siapa perempuan yang ditabrak itu dan seketika ayahnya terbangun karena kaget.

"Ada apa Kev?" ucap Fadly Papanya yang sepenuhnya sadar dari bangun tidur nya.

"Pah? sepertinya aku Kevin menabrak orang Pah?" ucap Kevin panik.

"Bagaimana ini pah?" Kevin masih dengan kepanikan nya.

"Kita turun sekarang. Tunggu apa lagi ayo!" ajak Fadly Papanya.

 

Kemudian Kevin turun bersama dengan Papanya menghampiri korban.

"Ya ampun Kev? Sepertinya ini lukanya parah deh?"

ucap Fadly khawatir.

"Iya Pah? Ini parah banget. Apalagi tadi kepalanya kena mobil sampai tubuhnya terpental." ucap Kevin sembari melihat keadaan perempuan malang itu.

"Kita bawa kerumah sakit sekarang. Sebelum keadaan semakin parah." ucap Fadly papanya

akhirnya Kevin pun langsung mengangkatnya kedalam mobil beruntung keadaan jalan sangat sepi jadinya tidak ada yang melihat kejadian tersebut.

"Bagaimana Pah?" tanya Kevin takut karena terjadi apa apa, sama perempuan tersebut.

"Kamu tenang dulu Kev? yang penting kita langsung bawa dia ke rumah sakit biar cepat ditangani." ucap Fadly papanya menenangkan.

Kevin duduk dibelakang memegangi perempuan itu, sedangkan Fadly yang menyetir.

"Kita sudah sampai, ayo!" ajak Fadly membukakan pintu mobilnya.

Kemudian Kevin membawanya dan kini sudah ada yang menanganinya.

♡♡♡

Kevin Sanjaya Pratama mempunyai wajah tampan rupawan idaman semua wanita,sifatnya pendiam Coll banget mirip artis idola ooh sehun ia terlihat wajahnya datar saat ada masalah pribadi.

Sebenarnya ia orang nya ramah banget tapi tidak sama wanita ia membenci wanita ,kecuali ibunya

dan orang yang ia sayangi , karena ia trauma saat kecil ia dinggalkan oleh ibu kandung sendiri saat berusia 5 tahun, kemudian ia diangkat oleh orang tua angkat nya yang sekarang yang sangat mencintainya dan sayang padanya melebihi anak sendiri karena Fadly dan Sinta tidak mempunyai anak jadi mereka mengangkat Kevin menjadi anak angkatnya yang sudah ia anggap anak sendiri.

♡♡♡

"Pah bagaimana kalau perempuan itu? apa lukanya parah?" tanya Kevin.

"Kamu tenang saja. Sudah ada Dokter yang menanganinya." jawab Fadly Papanya menenangkan putranya.

Bersambung...

Maaf in karya aku yang pertama, apabila ada kesalahan dalam menulis maklum aja baru pertama kali 😊😊🙏

2.Koma

Setelah bejam jam Kevin dan papanya menunggu akhirnya dokter keluar dari ruangan operasi.

"Dok bagaimana keadaan perempuan itu? " tanya Kevin dan Fadly dengan keadaan panik.

"Keadaan pasien masih belum sadar kan diri. Masih keadaan koma, karena keadaannya belum stabil dan untungnya operasinya berjalan lancar dan kepala terluka parah mengakibatkan kehilangan banyak darah dan kebetulan sekali rumah sakit masih ada persediaan darah." ucap dokter menjelaskan.

"Jadi bagaimana dok? apakah dia akan sadar?" tanya Kevin khawatir.

"Kita tunggu saja sampai pasien sadar. Sampai keadaannya benar benar stabil, setelah itu baru akan dipindahkan ke ruang perawatan." jawab Dokter.

"Baik dok. Tolong siapkan ruangan terbaik untuk dia." ucap Fadly kepada dokter dan melirik ke Kevin dan dokter itu pergi meninggalkan mereka.

"Kevin sebaiknya kamu pulang. Kasian mama sendirian di rumah." titah Fadly.

"Tapi pah? bagimana jika mama tanya soal Papa? pasti mama kan sudah nunggu papa dirumah. Sebaiknya papa saja yang pulang, bilang saja kalau aku masih ada urusan pekerjaan." ucap Kevin.

"Papa pulang dulu. Kamu harus jaga kesehatan disini, angan lupa makan." ucap Fadly.

"Okey! siap." ucap Kevin mengacungkan jempol dan berusaha tersenyum dibawah kesedihannya putus dengan pacarnya ditambah lagi khawatir sama keadaan perempuan itu.

"Papa pakai mobilku saja." ucap Kevin memberikan kunci mobilnya.

"Kamu pulangnya bagaimana? kalau mobilnya Papa bawa." tanya Fadly.

"Gampang nanti pah? biar aku suruh Alfian menjemputku kesini." jawab Kevin kepada papanya.

"Baiklah kalau begitu papa pulang dulu ya! ingat pesan papa tadi." ucap Fadly memeluk anaknya dan menepuk pundaknya, ketika hendak pergi Kevin menahannya.

"Pah? jangan kasih tau mama dulu takutnya nanti mama khawatir." pinta Kevin.

"Kamu tenang saja papa tidak akan bicara soal masalah ini." ucap Fadly dan mengusap punggung Kevin.

"Terima kasih pah?" jawab Kevin memeluk kembali papanya.

"Kamu kayak enggak tau papa saja. Papa akan kasih apapun yang kamu mau, termasuk merahasiakan semua ini." ucap Fadly papanya dan pergi meninggalkan Kevin.

Setelah satu jam kemudian asisten Kevin datang membawakan pesanan dan melihat kevin sendirian di kursi rumah sakit menyapanya.

"Hei Bro! sendirian aja kamu. Mau kutemani tidak." sapa Alfian Aldi Fahri dengan senyum tipisnya.

"Emangnya disini kamu lihat selain aku ada siapa? ucap Kevin dengan nada ketus dan melirik ke Alfian.

"Santai kali bro! bercanda." jawab Alfian menunjukkan dua jari kepada Kevin dan cengar cengir sendiri.

"Kamu pikir sekarang waktunya bercanda." ucap Kevin kesal.

"Nggak lucu." ucap Kevin lagi dengan tatapan tajam dan berdiri menjitak kepala Alfian.

"Sorry sorry. Saya cuma mau menghibur kamu, biar pikiranmu tidak terlalu tegang." ucap Alfian dengan nada memelas agar Kevin tidak marah lagi.

"Bagaimana keadaan perempuan itu? Apa dia sudah sadar?" tanya Alfian asistennya.

"Belum." jawab Kevin singkat.

"Ooh?" jawab Alfian tidak kalah singkat dari Kevin.

"Kamu tidak ada kata kata lain. Selain Ooh!" ucap Kevin.

"Tadi saya bilang Bagimana keadaannya?, kamu malah jawabnya singkat banget" jawab Alfian.

"Dia koma. Sampai sekarang belum sadar juga entah kapan dia akan sadar." ucap Kevin.

"Apa? koma." jawab Alfian dengan melotot ke Kevin dan memegang kedua bahu Kevin dengan suara keras sehingga mengagetkannya.

Kevin segera menepis kedua tangan Alfian sahabatnya sekaligus asistennya.

"Bisa tidak. Bicaranya biasanya aja, nggak sopan banget sih kamu sama boss kamu sendiri." ucap Kevin dengan nada menekan tapi menakutkan bagi Alfian.

"Ya ampun Vin? ini kan diluar kantor bukan. Jadi bebas dong!" ucap Alfian tak mau kalah dengan Kevin dan memutar malas kedua matanya.

"Terserah. Kamu mau panggil apa aja. Dasar asisten gak punya ahlak." ketus Kevin.

"Do not care anymore." ucap Alfian mengangkat bahunya acuh tapi ia kembali berucap.

"Saya kan bukan sekedar asisten. Tapi sahabat kamu juga ketika diluar kantor." ucap Alfian lagi.

"Isshh! Kamu bisa diam dulu." ucap Kevin dengan nada kesal dengan sahabatnya baginya dia itu cerewet banget, walaupun begitu dia orang yang setia dan selalu ada disaat dia kesusahan.

"Oh iya Vin? ada apa kamu nyuruhku datang kesini. langsung kan bisa lewat telepon atau pesan." tanya Alfian penasaran kepada Kevin.

"Vin? Kevin. Kamu dengar tidak saya lagi ngomong sama kamu." ucap Alfian kepada Kevin yang sedari tadi bengong baginya sangat menyebalkan karena enggak ada jawaban dari bossnya.

Kevin tersadar dari lamunan nya. "Hemm. Saya ada tugas buat kamu." ucap Kevin serius.

"Tugas apa boss?" tanya Alfian.

"Kamu cari tau soal identitas perempuan itu." titah Kevin.

"Siap boss?" ucap Alfian.

"Intinya aku membutuhkannya sekarang. Saya nggak mau tau." ucap Kevin menekan.

"Masalahnya. Saya aja tidak tau wajah perempuan itu, bagaimana coba?" ucap Alfian sejenak Kevin terdiam.

"*B*enar juga kata Al?, Aku saja belum lihat jelas, ciri ciri perempuan itu dan wajahnya, karena pertama aku lihat mukanya penuh dengan darah" ucap Kevin dalam hatinya.

"Hei Kevin. Saya tanya sama kamu, harusnya di jawab langsung, bukan cuma didalam hati, saya tidak bisa membaca suara hatimu." seru Alfian kesal.

"Ya. Cerewet banget sih!" celetuk Kevin.

"Vin? Apa perempuan itu sudah bisa dijenguk?" tanya Alfian.

"Entahlah. Kita tunggu saja sampai dokter datang." Kevin pun berdiri mengajak Alfian, dan ketika mau berjalan ia tiba tiba melihat Dokter berjalan ke arahnya.

"Itu Dokter. Pasti mau periksa keadaan perempuan itu." ucap Alfian menunjukkan kepada Kevin.

"Dok? apakah pasien boleh dijenguk?" tanya Kevin kepada dokter.

"Sebentar pak? saya mau cek keadaannya. Kalau nanti keadaan sudah membaik kalian bisa langsung jenguk pasien." jawab dokter kepada mereka berdua.

Kevin pun mondar mandir kesana kemari, hingga akhirnya dokter keluar dari ruangan pasien.

"Bagaimana dok keadaan perempuan itu?" tanya Kevin.

"Apa dia sudah bisa dijenguk? Kapan dia akan sadar?" berondong Kevin tanpa jeda membuat dokter bingung harus jawab yang mana dulu.

"Kevin? Kamu bisa nggak tanya sama dokter satu per satu. Seperti kereta api saja." ucap Alfian.

"Enak saja kamu kalau ngomong. Bisa diam tidak atau sepatu ini akan melayang ke wajah kamu." ucap Kevin ketus dan menunjukkan sepatu yang dia pakai dan akan segera dilepas untuk menakutinya dan Alfian menahan dengan tangannya.

"Santai kali boss? bercanda kali. Hidup enggak usah dibuat serius." ucap Alfian dan tersenyum kepada Kevin dan pandangan mereka teralihkan kembali ke Dokter.

"Ini pak keadaan pasien sudah mulai membaik. sekarang bisa dijenguk, akan tetapi hanya satu orang saja." jelas Dokter.

"Baiklah dok? nanti kita akan bergantian menjenguknya." ucap Kevin.

"Kamu masuk dulu sana." ucap Alfian mendorong Kevin masuk.

"Perempuan itu sepertinya aku pernah lihat dimana ya?" ucap Kevin mencoba mengingat ingat siapa perempuan itu sebenarnya.

Bersambung...

3. Sadar

Kevin pun mencoba mengingat ingat siapa dia sebenarnya, dan akhirnya ia tau siapa perempuan itu.

"*Oo*h Iya. Aku baru ingat siapa dia, itu kan perempuan yang sudah menyelamatkan ku saat aku mau mencoba mengakhiri hidup, bagaimana ini? disatu sisi aku pengen banget dia cepat sadar, disisi lain dia kalau sadar nanti pasti, dia menertawakan aku, tapi semoga saja dia lupa ingatan dan nggak ingat sama aku lagi ,seperti di sinetron hilang ingatan gara gara kecelakaan, apalagi dia kemarin luka dikepala parah banget, sudah kupastikan dia akan lupa sama aku." ucap Kevin dalam hatinya.

Kemudian Kevin keluar dari ruangan dan ia tidak jadi menyuruh asistennya menyelidiki perempuan itu karena sebenarnya ia sudah mengetahui dimana dia tinggal dan identitas perempuan itu.

"Kevin. Kamu lama banget sih! kan aku mau melihat dia juga, dan mencari tahu soal identitas dia, kira kira cantik nggak perempuan itu." tanya Alfian mengintimidasi Kevin dengan mata melirik kearah dalam ruangan.

"Namanya juga perempuan pasti cantik. Kamu enggak usah masuk." jawab Kevin melarangnya.

"Lho! Kok nggak boleh kenapa?" ucap Alfian penasaran kepada Kevin.

"Kamu sendiri kan yang menyuruh ku menyelidiki perempuan itu." ucap Alfian lagi.

"Saya sudah tau siapa dia? jadi kamu tidak perlu cari tau soal dia." ucap Kevin melarang.

"Kok gitu sih! tapi boleh kan saya melihat wajahnya. Pasti cantik ya, jadi kamu nggak boleh aku lihat dia." ucap Alfian mencari celah untuk masuk.

"Biasa aja. Nggak cantik ada cantik cantiknya." ucap Kevin.

"Ya udah. Kalau gitu boleh kan, lihat dia." ucap Alfian menaik turunkan alisnya.

"No. Kamu masih menganggapku boss mu tidak." ucap Kevin memutar bola matanya.

Ketika Alfian hendak melangkahkan kaki ke dalam Kevin menghalangi jalan, kedua tangannya merenggangkan didepan pintu masuk, jadi Alfian tidak bisa kedalam dan kesal dengan nya.

"Bos bisa minggir. Izinkan saya mau masuk kedalam." ucap Alfian masih penasaran.

"Nggak boleh." ucap Kevin singkat.

"Kamu terlalu egois." ucap Alfian masih berusaha mencoba mencari celah untuk masuk tapi Kevin tetap menghalanginya.

"Sudah beberapa kali ku ingatkan. Kamu nggak ngerti juga." ucap Kevin dengan nada menekan.

"Boss itu selalu benar dan nggak pernah salah." ucap Alfian menggerutu tapi masih bisa didengar oleh Kevin.

"Itu kamu tau. Apalagi bossnya ganteng juga keren." ucap Kevin bangga, membenarkan kera bajunya.

"Iya sih ganteng tapi." ucap Alfian menggantung.

"Tapi apa?" ucap Kevin melirik tajam ke asistennya.

"Eeeeh! maksud ku. Sombong." ucap Alfian dengan nada lirih dan masih terdengar oleh Kevin.

"What? Sombong. Kepala lho peyang" ucap Kevin ketus dan kembali menjitak kepala asistennya keras.

"Auuu!" rengek Alfian seketika dijitak lagi oleh bosnya.

"Menjijikkan sekali sih lho! banci tau nggak." nyinyir Kevin.

"Hei! kamu pikir ini apa kepala ku sakit tau Nanti kalau sampai gagar otak bagaimana?" ucap Alfian protes sama Kevin baginya dia itu menyebalkan sekali.

Haa...Haa...Ha...! "Mana ada orang dijitak. Yang ada kepalamu jadi miring, seperti otakmu." ucap Kevin ketawa terpaksa.

"Jahat banget kamu Vin! ya udah aku mau pergi saja dari sini." ucap Alfian mau pergi.

"Al? kamu kemana? cepat kemari atau sekarang juga saya pecat." panggil Kevin keras.

Akhirnya Alfian balik lagi kearah Kevin dengan muka malas dan berusaha membujuk sahabatnya sekaligus bossnya baginya sangat menyebalkan dan aneh.

"Apa sih? apa mau kamu sebenarnya?" tanya Alfian kesal kepada sahabatnya sifatnya itu berubah ubah baginya.

"Saya kan belum selesai ngomong. Kamu main pergi pergi aja." ucap Kevin.

"Tugas apa boss? cepat katakan padaku." ucap Alfian.

"Hey! kenapa jadi kamu yang kesal. Saya minta kamu belikan baju, gerah nih! dari tadi sore belum sempat mandi." ucap Kevin menjadikan tangannya sebagai kipas.

"Hmm! pantes. Dari tadi saya seperti mencium bau bau gimana gitu." ucap Alfian menutup hidungnya.

"Lama lama mulutmu minta di jahit. Walaupun saya tidak mandi beberapa hari, saya masih tetap wangi." ucap Kevin dengan pede, menegakkan badannya.

"Pede banget kamu. Tunggu sebentar, saya mau belikan kamu baju, ooh iya! ini makanan buat kamu, jangan lupa di habiskan." ucap Alfian pergi.

Setelah satu jam kemudian Alfian datang membawa pesanan yang diminta bossnya.

"Ini pesanan mu." ucap Alfian menyodorkan kepada Kevin.

"Thanks Al?" ucap Kevin tersenyum.

"Hmm! sama sama boss ku." ucap Alfian membalas senyumannya.

"Itu kenapa makanannya belum di makan?" tanya Alfian.

"Belum sempat. Ayo! kita makan bersama." ajak Kevin.

Drettt Drettt Drettt...

Suara Handphone Kevin berbunyi ketika mereka sedang makan.

Dilihatnya siapa gerangan orang yang telah menelponnya.

"*M*ama? ada apa malam malam begini menelphoneku, ahh! pasti mama khawatir." ucap Kevin didalam hatinya.

"Siapa Vin? Mama kamu." tanya Alfian melirik layar handphone Kevin.

Kevin ~>> [[ Hallo? Mah?]] ucap Kevin

Sinta ~>> [[ Hallo? sayang kamu ada dimana? kenapa sampai belum pulang juga?]]

~>> Kevin [[ Masih diluar mah? Kevin lagi ada kerjaan mah diluar kota.]] jawab nya berbohong.

~>> Sinta [[ ooh! gitu ya! emangnya berapa lama kamu disana?]] tanya mamanya Kevin.

~>> Kevin [[ Nggak tau mah? mungkin sampai urusan kerjaan sampai selesai. Mama jangan terlalu khawatir sama Kevin.]] jawab Kevin.

~>> [[ Kalau begitu kamu hati hati disana yah! sesudah urusan mu selesai. Kamu langsung pulang.]] ucap mamanya Kevin.

~>> [[ Pastinya. Mama harus jaga kesehatan, ya udah, Kevin tutup dulu ya! ]] pamit Kevin menutup telponnya.

Tiga bulan kemudian Kevin selalu menjenguk perempuan itu akan tetapi dia belum menandakan akan sadar, Kevin selalu datang setiap seminggu sekali karena dia setiap hari harus ke kantor dan ia selalu disibukkan untuk pemotretan dan dia membintangi beberapa film, karena dari kecil ia bercita cita menjadi artis, tapi semenjak ia dewasa ia tidak begitu suka menjadi artis, karena baginya menjadi artis itu selalu dikejar kejar oleh fans fansnya yang menurutnya berlebihan dan tidak bisa bebas kemana mana ia selalu menyamar ketika mau bepergian.

"Permisi boss. Ada apa kamu panggil aku kesini?" ucap Alfian sopan terhadap bossnya.

"Bagaimana keadaannya? apakah dia sudah sadar?" tanya lelaki yang duduk di kursi kebesarannya.

"Sejauh ini. Belum ada pertanda dia akan sadar." jawab Alfian.

"Lihat saja nanti kalo dia sadar." gumam Kevin malas.

"Boss mau ngapain saat dia sadar." ucap Alfian tak mengerti.

"Kamu tidak perlu tau. Lihat saja nanti apa yang akan terjadi." ucap Kevin dengan senyum tipis terlihat licik, namun Alfian tidak tau pikiran bossnya baginya dia pasti akan melakukan hal yang aneh.

Alfian hanya menggeleng kepalanya pelan dan melirik kearah Kevin.

"Kamu keluar sekarang. Nanti kalo ada kabar tentang perempuan itu langsung kabarin saya." titqh Kevin dengan menggerakkan kepalanya ke arah pintu.

"Siap boss?" ucap Alfian segera pergi meninggalkan ruangan bossnya.

Satu Jam Kemudian

Alfian kembali datang ke ruangan Kevin memberi taukan sebuah berita.

"Boss. Wanita itu sudah sadar dari koma." ucap Alfian tiba tiba masuk ke ruangan Kevin tanpa permisi membuat Kevin terkejut seketika.

Bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!