NovelToon NovelToon

Mencintaimu Dengan Caraku

PROLOG

 

Musim dingin kali ini terasa lebih nyata dari sebelumnya. Kemelut dihatiku membuat ku enggan untuk membawa permata hatiku untuk pergi berlibur menghabiskan masa cutiku seperti biasanya.

Aku ketakutan dengan pemikiran yang melanda diriku seakan otak dan hati tidak lagi berkoordinasi dengan baik.

Otak ku berpikir bahwa mungkin saja ini jalan terbaik untuk mereka tapi hatiku tak ingin ini semua terjadi karena aku takut kehilangan permata yang aku jaga dengan tetesan darah dan keringat yang menjadi tujuan dan semangat hidupku.

 

Sudah sejauh ini aku berlari dengan harapan mereka tak akan menemui dan membuat luka baru untuk hidup kami. Aku bahagia dengan hidupku saat ini. Walaupun terkadang aku berpikir mereka membutuhkannya, tapi aku selalu mengatakan pada diriku bahwa aku mampu memberikan semuanya untuk permataku tak perlu yang lainnya cukup dengan diriku saja dan kami akan baik - baik saja.

 Perapian sederhana yang ada dirumah kami menjadi kalah hangat dengan hatiku yang saat ini telah terisi penuh dengan kehadiran permata hatiku.

Lihatlah tingkah polah mereka diusia yang menginjak 18 bulan. Aku rasa tiada tempat lagi bagi mereka yang ingin sekedar mampir sekalipun dihatiku.

Seluruh ruang telah penuh dengan kehadiran mereka, buah hati yang telah memonopoli seluruh kehidupanku. Aku rasa aku adalah manusia paling bahagia dimuka bumi ini, bahkan ratu eutophia pun akan iri melihat aku mempunyai mereka dihidupku.

Kehadiran mereka yang sejatinya tidak disadari namun secara ajaib Tuhan menitipkan mereka dihidupku. Tiada yang lebih ku syukuri selain kehadiran mereka.

Qaivan Filius Zaneera K., Qeenan Filius Zaneera K., dan Qalundra Filiae Zaneera K. Sebuah nama yang berartikan bahwa mereka adalah anakku. Entah mengapa aku memilih bahasa latin untuk nama tengah mereka, mengenai K untuk nama belakang mereka aku merasa perlu saja untuk memberikannya agar mereka tidak terlalu kehilangan.

Mereka adalah buah cinta yang kularikan jauh hingga ke negri ini. Sebuah negara yang takkan mungkin dapat disentuh olehnya maupun keluarganya, sehingga aku bisa leluasa dengan kehidupan baruku dan membesarkan ketiga permata hatiku.

Ring..ring.., bunyi telpon segera menyadarkanku dari lamunanku. My Angel tertera dilayar pipih smarphone itu. Baiklah saatnya untuk melepas rinduku. Dengan semangat penuh kuangkat telpon yang berada pada dering ketiga itu.

 

"Assalamu'alaikum Neera. Bagaimana kabar kalian disana ?". Suara Ama diseberang sana.

"Wa'alaikumsalam Ama, Alhamdulillah kami semua sehat dan baik - baik saja. Mereka makin menggemaskan setiap harinya" balasku "

Bagaimana dengan Ama, Apa dan semua yang ada di kampung apakah sehat dan baik - baik saja ?" tambahku lagi.

"Sehat Neera, Alhamdulillah kami semua dalam keadaan baik-baik saja. Bagaimana dengan rencana liburan cuti mu Neera ? tanya Ama padaku.

"Liburan kali ini kami memilih untuk di rumah saja Ama, musim dingin kali ini terasa lebih menusuk, Neera takut anak-anak terganggu kesehatannya, jadi Neera memutuskan untuk di rumah saja menghabiskan waktu dengan mereka Ama". tuturku dengan lembut pada ibuku.

"Bagaimana jika kalian pulang saja kesini untuk liburan cutimu sekalian Ama dan Apa juga bisa memeluk cucu-cucu yang belum pernah Ama lihat secara langsung itu ?" tanya Ama dengan sangat hati - hati padaku.

Sejenak aku menghela napas panjang, inilah yang selalu menjadi keraguan terbesar untukku. Terkadang aku rindu orang tua dan kelurga ku tapi disisi lain aku begitu takut dengan permata hatiku.

Akhirnya dengan segenap tenaga kususun kata-kata bijak diotakku dan kutambahi dengan sentuhan hatiku agar tidak menyakiti hati malaikatku yang ada diseberang sana.

"Ama, maafkan Neera. Bukan maksud hati Neera tidak mau pulang, bukannya Neera tidak merindukan keluarga dirumah tetapi Neera masih belum sanggup untuk pulang Ma. Neera takut jika nanti mereka ditemukan baik oleh dia ataupun keluarganya. Neera tudak sanggup Ma".

"Mereka satu-satunya yang Neera punya, mereka alasan Neera untuk bisa sampai sejauh ini. Neera tidak sanggup jika harus kehilangan mereka Ma. Biarkan Neera menghabiskan sisa waktu Neera untuk membahagikan mereka, nanti jika saatnya tiba Insyaallah Neraa akan pulang dengan mereka Ma". balasku dengat tutur kata dan bahasa selembut mungkin agar tak melukai Ama yang sangat kusayangi itu.

"Baiklah nak, Ama dan Apa hanya ingin yang terbaik untuk dirimu. Kami juga masih terlalu muda Neera, usiamu baru 26 tahun seharusnya kamu juga mencari kebahagiaan untuk dirimu sendiri nak, Ama dan Apa sangat menyayangimu dan ingin yang terbaik untuk Neera nak." balas Ama sendu padaku.

"Terima kasih Ama sudah mengerti Neera, atau bagimana jika Ama, Apa dan Adek yang berkunjung kesini, maka Neera akan sangat senang, jika memang bisa maka Neera akan menyiapkan tiket segera, selain itu Ama akan puas menguyel-uyel cucu Ama yang menggemaskan ini sekalian Adek liburan kuliah." seruku dengan semangat tinggi.

"Hmmm.. Kamu memang selalu punya solusi sendiri untuk setiap permasalahan yang ada. Baiklah Ama akan tanyakan Apa dan Adekmu dulu, Neera tau sendiri Apa sangat sulit meninggalkan pekerjaannya." balas Ama atas ajakanku.

"Baiklah Ama, nanti kabari Neera lagi. Hmmm... satu lagi Ama, Neera harap hanya kita sekeluarga saja yang tau keberadaan mereka ya Ama, Neera berjanji mereka tidak akan kekurangan apapun, Neera akan berusaha sekuat tenaga Neera untuk memberikan kasih sayang, cinta dan mencukupi kebutuhan mereka Ma. Neera mohon dengan sangat biarkan kami hidup bahagia tanpa siapapun yang mengusik lagi Ama." mohonku memelas pada Ama agar selalu merahasiakan keberadaan ku dan ketiga buah hatiku.

"Hmmmm jika itu keinginan Neera maka Ama dan Apa bisa apalagi, yang penting kamu selalu bahagia. Jangan lupa makan dan menjaga dirimu sendiri. Walaupun kamu seorang ibu tapi Neera tetap anak Ama." balas Ama yang ku tau saat ini Ama pasti meneteskan air mata dan aku meyesali itu.

"Siap bos !!! perintah diterima. Kabari Neera secepatnya ya Ama, Neera sangat merindukan Ama dan Apa, titip juga salam sayang Neera untuk keluaga di rumah.Bilang Neera merindukan mereka semua 💕" balasku penuh keceriaan tak ingin Ama larut dalam kesedihannya.

"Baiklah Sayang, Ama tutup dulu teleponnya, Assalamu'alaikum Nak". suara Ama yang mengakhiri pembicaraan siang ini.

"Wa'alaikum salam Ama" balasku singkat.

 

Huffft.... Sejenak aku menghembuskan napas dalam. Pembicaraan seperti ini selalu terasa agak berat untukku.

Bukannya aku mengeluh atas hidup yang kini kujalani akantetapi aku terlalu mencintai keluargaku. Aku merindukan mereka dilain sisi ada permata yang harus kujaga dan kurawat dengan segenap hidupku.

Buah cinta yang kujaga dengan tetesan keringat dan darahku. Mereka masih begitu rapuh, masih kecil dan masih membutuhkan aku sebagai pelindung dan penopang hidupnya.

Bukan berarti aku mengesampingkan keluargaku di kampung akantetapi merekalah salah satu yang menguatkan ku untuk sampai kesini.

Sosok Apa yang selalu mengerti diriku, ayah yang hebat, yang bisa melakukan semuanya dan manusia terbijak yang pernah aku kenal di dunia ini.

Beliau yang menjadi panutanku agar berpikir jernih dan bersikap dewasa disetiap keputusan yang ku ambil. Apa tidak pernah menuntut ataupun menekan aku atas setiap keputusan di hidupku, akantetapi beliau akan selalu memberikan saran dan pandangan baru sehigga mampu membuatku lebih terarah.

Ama adalah ibu yang memiliki hati terbaik yang pernah aku kenal, sikap Ama yang lembut dan penyayang mengimbangi sikap Apa yang tegas. Ama yang perhatian dengan caranya sendiri. Ama yang selalu terbangun lebih pagi untuk melayani kebutuhan kami dirumah. Ah.. betapa aku bersyukur memiliki mereka sebagai orang tuaku.

Apa dan Ama adalah figur yang sangat berjasa bagiku. Mereka selalu menguatkan aku ketika aku tengah terpuruk dengan keadaan ku.

Tidak ada gurat kesedihan yang mereka tampilkan kala itu. Mereka selalu menyemangatiku dengan senyuman hangat dan memelukku dengan erat saat itu. Aku sangat-sangat bergantung pada keduanya.

Mereka adalah malaikat yang Tuhan kirimkan dihidupku. Melihat ketegaran dan cinta kasih mereka perlahan aku mengerti bahwa masih banyak yang harus aku bahagiakan di dunia ini.

Hingga suatu malam aku terbangun kepalaku sangat pusing dan perutku terasa di kocok habis-habisan aku perlahan bangun dan berjalan ke kamar mandi yang ada di kamarku.

Malam itu aku ingin sekali minum untuk meredam rasa haus dan mualku dengan sesuatu yang menyegarkan. Sayup-sayup aku mendengar suara rintihan penuh permohonan dari kamar kedua orang tuaku.

Aku melihat mereka memohon, bersujud dengan segenap hati dan penuh air mata. Mereka meminta untuk hidup dan kebahagiaanku.

Aku terenyuh bersimpuh dilantai tempatku berdiri. Ternyata mereka menangis dan memohon untuk diriku yang tengah terpuruk ini.

Ya sebut saja aku terlalu lemah saat itu yang menanggap bahwa aku adalah orang yang paling sakit atas keadaan ini, ternyata masih ada yang lebih sakit dan lebih menyedihkan dari aku.

Maka malam itu aku juga bersimpuh mengharapkan keridhaan Sang Ilahi untuk memberiku petunjuk dan kekuatan. Meminta dan memohon jalan terbaik yang harus aku tempuh untuk melanjutkan hidupku agar kedua orang tuaku tak lagi bersedih.

Disinilah aku sekarang hidup dan memulai semuanya dengan sisa-sisa kekuatanku dan cinta dari kedua orang tuaku.

Aku yang tak menginginkan mereka terus menangisiku dan melihat betapa aku terpuruk saat itu memutuskan untuk berdiri sendiri dengan kakiku.

Dengan berat hati mereka meridhoi kepergian ku dan memberikan pelukan hangat untuk melepaskanku.

Begitulah mereka tak ada air mata yang mereka teteskan ketika mereka didepan ku akantetapi mereka menumpahkannya disepertiga malam dan inilah yang membuat aku semakin sedih.

Seharusnya di usia mereka hanya tawa dan kebahagiaan yang aku berikan bukannya selalu membebani diri mereka dengan kesedihan dan kekhawatiran.

Sungguh aku mencintai mereka Ya Tuhanku, jaga mereka untukku. Itulah do'a terkahirku ketika melangkahkan kaki meninggalkan kampung halamanku kala itu.

"Bubum.. mamam bum..." ah lagi-lagi sikecil ini membuyarkan lamunanku.

"Baiklah sayang, Bunda akan menyiapkan makanan kalian, cintaku" tentu saja aku mengambil ciuman dari ketiga permataku satu persatu.

Entah sudah berapa kali aku mengajari mereka untuk memanggilku bunda sebanyak itu pula mereka memanggilku dengan sebutan bubu, bubum, sesuka mereka.

Biarkan mereka dengan kreatifitas mereka diusianya asalkan mereka tetap mengetahui bahwa aku adalah ibu sekaligus ayah mereka yang selalu menjadi pelindung dan penopang hidup mereka, bahkan bersedia berkorban apapun untuk mereka.

Segera aku berjalan kedapur untuk membuat sejenis bubur padat yang kucampur dengan daging yang sudah kuolah dan sayuran segar.

Aku berusaha untuk menciptakan menu yang sesuai dengan lidah anakku sekaligus berguna untuk tumbuh kembang mereka. Aku terus menyiapkan bubur mereka sembari mataku tak pernah lepas untuk mengawasi mereka yang sedang bermain diruang tengah.

Sengaja aku memilih rumah yang sederhana yang tersambung antara ruang keluarga, ruang makan dan dapur. Sehingga memungkinkan aku mengawasi ketiga buah hatiku sekalipun aku ada di dapur.

Ruang tengah sengaja aku batasi dengan ruangan depan dan dapur dengan sekat kecil sehingga mereka tidak berlarian kemana-mana, sementara diruangan itu hanya dipenuhi dengan bantal dan aneka mainan mereka.

Aku meniadakan perabotan yang membahayakan bagi mereka, maka jadilah ruangan itu tempat main sekaligus tempat *ndusel-ndusel* bagi kami.

Setelah bubur aku siapkan maka satu persatu kuangkat tubuh kecil itu menuju kursi makan mereka. Kupasang celemek kecil mereka dan kuberikan satu persatu makanan mereka dengan sendok plastik dan botol minum mereka.

Sedini mungkin aku mengajari mereka untuk mandiri dimulai dari makan. Bukannya aku tidak mampu mengurus mereka akantetapi aku ingin mengajarkan pada mereka bahwa mereka harus bisa berdiri dengan kaki mereka sendiri sehingga itu menjadi fondasi awal untuk pertumbuhan mereka.

Setelah membaca do'a maka mulailah tangan-tangan kecil itu menyuapi diri mereka sendiri, bahkan saudaranya pun ikut mereka suapi ya..., walaupun itu hanya berakhir dengan ceceran bubur dimana-mana.

Sementara aku tentu saja masih setia disini menyuapi mereka satu persatu ya karena aku takut mereka tidak kenyang dengan hanya bubur yang masuk dengan suapan kecil mereka yang entah kemana-mana. Disela menyuapi aku selalu mengajak mereka untuk bernyanyi lagu anak agar membangkitkan mood mereka dan membangun suasana gembira disela aktifitas kami.

 

Ahhh jangan lagi !! benar saja yang ku khawatirkan terjadi. Qalundra yang berada ditengah diantara kedua abangnya harus mengalami nasib naas.

Mungkin maksud mereka menyuapi akantetapi sang adik yang telah.. Oh tidak dia tertidur !! baiklah ini sudah cukup sayang. Mukanya sudah penuh dengan leleran bubur hingga ke dahi si cantik.

"Baiklah sayang - sayang bunda, kalian lanjutkan makan kalian dulu ya.. Bunda akan menidurkan si cantik kita terlebih dahulu."

Segera aku mengambil tubuh kecil itu dan membersihkan muka dan tangan kecilnya dengan tisu basah. Menepuk pelan pantatnya agar tidurnya semakin lelap.

Setelah kurasa aman barulah aku memindahkannya di tempat tidur yang sekelilingnya dipenuhi busa menyerupai sebuah wadah yang sengaja aku desain untuk mereka tidur siang.

Sembari menyalakan penghangat aku memperhatikan si cantik apakah sudah aman untuk ditinggalkan. Setelah itu aku kembali pada kedua jagoanku yang sedang menghabiskan makan siangnya disela musik anak yang di stel di ruang makan. Muka mereka sudah penuh dengan bubur dan rengekan manja telah keluar dari keduanya.

"Oke, it's time to sleep honey.." aku segera membersihkan keduanya dengan tisu basah dan mengendong sekaligus keduanya menuju kasur mereka.

Qeenan sudah tertidur pulas sembari ku gosok pelan dada hingga perutnya, sementara Qaivan masih rewel yang kutau apa maksudnya.

Segera aku memberikan ASI padanya, ya aku masih memberikan ASI mengingat usia mereka yang belum genap dua tahun. Bahkan aku berencana untuk memberikan ASI hingga air susuku habis dan tidak keluar lagi.

Mulut kecil itu sangat rakus menyesap dan menyedot setiap cairan yang keluar melalui kelenjer air susu. Terang saja badan si sulung relative lebih besar dari ketiganya karena dia lebih kuat makan dan menyusu dibandingkan saudaranya.

Lihat lah tubuh - tubuh kecil ini, mereka sangat rupawan dengan kulit putih susu, bulu mata yang panjang dan lentik serta pipi yang cubby.

Ingin rasa nya kugigit satu persatu tubuh gembul itu. Aku rasa Tuhan kala itu tengah tersenyum melihat perjuanganku membangun kembali hidupku ketika menciptakan mereka di rahimku, sehingga mereka dipahat dengan sedemikian rupa indahnya.

Ahh... terang saja aku bangga dan bahagia menjadi ibunya, tidak hanya satu tapi tiga sekaligus. Kuciumi tubuh dan muka mereka satu persatu sembari berterima kasih.

"Terima kasih sayang telah memilih Bunda sebagai ibumu, terima kasih sudah bersedia hidup bersama bunda walaupun bunda tidak mampu memberikan sebuah keluarga yang lengkap untuk kalian. Tapi percayalah bunda akan memberikan kebahagiaan dan seluruh dunia bunda untuk kalian, permata hatiku, cintaku. Bunda mencintai kalian".

BAB 1

 

Subuh di Edinburg terasa lebih menusuk terlebih ini adalah pertengahan musim dingin. Ingin rasanya bergelung manja dibawah selimut ditemani kasur yang empuk sembari memeluk triplets.

Ah.., tidak mungkin. Aku harus segera bangun dan memulai aktivitas, aku bukanlah jenis orang yang memiliki waktu lebih.

 

Perlahan kusibak selimut dan memastikan triplets tidur dengan aman. Pagi ini rasanya aku ingin berendam sebelum memulai aktivitas yang padat. Segera kunyalakan air untuk mengisi bathub, menuang aromatheraphy dan menyesuaikan suhu air.

Sembari menunggu air di bathub penuh terlebih dahulu ku gosok gigi dan mencuci wajah sembari melakukan perawatan dengan skin care yang biasa kugunakan.

Inilah saat-saat aku bisa merawat diriku sendiri, sebelum triplets terjaga. Walau bagaimana pun wanita perlu memanjakan tubuh agar terlihat selalu sehat dan agar aku tidak terlalu terbanting jika jalan bersama triplets kelak mereka bertumbuh 😅

"Ah...., segarnya.. berendam melemaskan otot-otot tubuh, aku juga harus menjaga tubuhku. Nanti aku sempatkan untuk ke gim dan yoga sebentar" Neera bergumam dengan dirinya sendiri.

Setelah berendam dan melakukan serangkaian perawatan singkat untuk tubuh maka saatnya menyelesaikan ritual mandi dan diakhiri dengan wudhu untuk nanti aku melaksanakan kewajiban sebagai umat muslim.

Subuh ini seperti biasa aku sholat bersimpuh mengharapa Sang Ilahi Rabbi, masih dengan do'a yang sama, sesuatu yang tidak pernah bosan untuk kupinta. Untuk permata hatiku, keluarga dirumah terutama Ama dan Apa dan untuk diriku sendiri, tak lupa juga kuselipkan do'a untuk dia agar selalu bahagia.

Jika ditanya apakah masih ada dia dihatiku tentu saja ada, akantetapi tidak lagi jenis perasaan yang harus dipenuhi dan diisi karena kini, hatiku telah dipenuhi oleh triplets dan perasaan untuknya telah terselip dibagian ruang yang dalam, telah terkubur dengan cinta baru yang diciptakan oleh buah hatiku.

Aku tidak lagi membencinya, tidak lagi menyalahkan siapapun atas kejadian yang menimpa diriku. Aku telah berdamai dengan diriku dan keadaan, terlebih setelah aku merasakan betapa ikhlas itu adalah kata yang penuh dengan keindahan.

Menyesal ?? tak ada terlintas dalam otakku, malah aku bersyukur pernah berada di posisi itu, karena berkatnya aku memiliki buah cinta sekaligus tiga.

Disaat orang-orang hanya melahirkan satu, maka Tuhan dengan segala kebaikan Nya membiarkan aku melahirkan tiga. Inilah hadiah terbaik yang pernah aku rasakan, rasa sakit, pedih, airmata dan darah hilang sirna tatkala mereka hadir dan menatap mataku dikala itu.

Tangan kecil mereka menggenggam jariku dan mata kecil itu menatap dalam pada bola mataku. Ah.. aku jatuh cinta pada pandangan pertama.

Lelahnya hari yang kujalani segera terganti dengan senyuman mereka. Kala itu tubuh mereka masih sangat kecil dan rapuh, mereka menangis dan jemari kecilnya menggapaiku, saat itulah aku sadar bahwa mereka sangat membutuhkan aku sebagai pelindungnya.

Mereka masih sangat merah dan hanya aku yang mereka punya. Dengan tekad yang kuat kukubur segala tangis dan air mata kecewa, duka dan kepedihan, aku berjanji pada diriku sendiri untuk membesarkan mereka dengan tawa canda dan penuh dengan kebahagiaan.

Kalau pun ada air mata, maka itu hanya air mata haru dan air mata bahagia. Aku akan menjadi ibu yang kuat dan tahan banting dalam segala situasi.

"It's time to show !" seruku menyemangati diri sendiri. Segera kurapikan mukena dan bersiap untuk aktivitas pagi. Lagi kuciumi triplets sebagai vitamin pembakar stamina di subuh itu.

Bergegas ku kumpulkan semua baju kotor untuk di masukkan kedalam mesin cuci. Sembari menunggu cucian selesai aku beralih membersihkan setiap sudut rumah, menstrerilkan mainan triplets dan menyedot debu yang ada, tak lupa pula kusapu dan kupel setiap sudut rumah agar buah hatiku tetap nyaman dan aman bermain.

Ting ! bunyi mesin cuci setelah selesai melakukan proses pengeringan. Segera kuambil kain itu untuk di jemur dalam ruang jemuran karena diluar masih dingin. Setelahnya aku berganti profesi menjadi chef untuk menyiapkan sarapan pagi ini.

Kata orang menjadi ibu harus *multitasking* yang mampu mengerjakan dua atau lebih pekerjaan dalam satu waktu, dan itu sangat benar.

Selain itu kita juga dituntut untuk *multi talented*. Akantetapi itu semua kembali lagi pada pilihan masing-masing. Bahkan tak jarang ibu yang menyewa tenaga untuk membantu pekerjaannya dan itu sah-sah saja.

Hanya saja aku lebih memilih mengerjakannya sendiri agar bisa mencurahkan segalanya untuk triplets disamping itu aku dapat memastikan setiap yang terbaik untuk mereka. Ditambah lagi aku sangat bahagia melakukannya. 😊😊😊

"Oke semuanya sudah selesai masih ada waktu dua jam lagi. Saatnya bekerja.. Semangat Neera !!!" jangan tanya dari siapa, aku hanya menyemangati diriku sendiri 😅

Saat ini aku memiliki banyak pekerjaan, pekerjaan utamaku sebagai dosen di beberapa universitas tentu saja aku juga selalu melakukan riset dan penelitian mengenai disiplin ilmu yang kupelajari setelah itu akan kubuat menjadi makalah ilmiah yang nanti akan berguna untuk perkembangan keilmuan, disamping itu aku juga seorang praktisi yang membuka tempat praktek dan dibantu oleh beberapa orang dokter hewan muda dan paramedis.

Yups, aku adalah lulusan dokter hewan yang telah menyelesaikan studi S2 ketika memutuskan hijrah ke Skotlandia, sembari mengajar dan berbisnis kulanjutkan studi S3 di universitas tempatku mengabdi.

Disamping itu aku juga memiliki bisnis online yang kurintis semenjak lulus sekolah menengah atas, bahkan kini aku telah memiliki toko online sendiri dengan memperkerjakan dua karyawan untuk penerimaan pesanan dan pengiriman barang.

Baru-baru ini aku juga membuka toko kue yang menyediakan berbagai jenis cake, bread dan minuman. Hal ini kulakukan untuk menyalurkan hobi dan merupakan impian masa kecilku. Tentu saja aku dibantu oleh beberapa karyawan dan seorang diantaranya menjadi kepercayaan ku.

Sekarang tugasku hanya memantau perkembangan dan memeriksa laporan setiap bisnis yang kupunya. Terkadang aku juga sering untuk inspeksi dadakan ke toko untuk melihat kinerja para karyawan.

Banyak sekali mereka yang bertanya mengapa aku tidak berfokus pada kerjaanku sebagai dosen dan dokter hewan saja. Tentu saja tidak bisa, berpikirlah realistis.

Aku memiliki tiga anak yang nantinya akan bertumbuh dan terus berkembang, baiklah untuk saat ini mereka belum terlalu banyak membutuhkan sesuatu bagaimana jika nanti mereka telah bersekolah tentu aku harus memikirkan masa depan mereka dengan baik.

Bagaimana jika nanti mereka menginginkan sesuatu, aku harus bisa memenuhinya agar mereka tidak berkecil hati. Kalian tahu bahwa mereka hanya memiliki aku, dari segi emosinal mereka telah kehilangan sosok ayah yang tentu saja walau bagaimanapun aku berusaha tetap saja tidak akan sempurna, untuk itu sebisa mungkin aku akan mengabulkan segala keinginan mereka selagi masih wajar dan menguntungkan bagi diri mereka.

Selain itu aku juga bisa membuka lapangan pekerjaan bagi karyawan yang sudah aku rekrut, dan saatnya nanti ada sesuatu yang aku tinggalkan untuk masa depan mereka. Ah.. lihatlah betapa cinta itu bisa membangun segalanya.

"Baiklah makalah selesai, laporan oke dan mungkin nanti ke toko sebentar sekalian mengajak triplets main di taman bermain indoor, sepertinya menyenangkan" aku menyuarakan pendapatku sendiri.

"Mari kita lihat si krucil apakah sudah bangun hehe.." aku berjalan penuh semangat menuju kamar kami. Tidak sabar untuk kegiatan hari ini.

"Sayang bunda sudah bangun, muaah" segera kuangkat tubuh kecil itu untuk kupeluk dan kuciumi. Qeenan pangeran kecil itu sudah duduk sembari mengucek matanya ketika aku membuka pintu kamar.

"Buna mimi.." oke baiklah ini sudah ada peningkatan dalam kata bunda. Segera aku berikan apa yang Qeenan mau sebelumnya membaca basmalah.

Sembari berkomunikasi dengannya dan mengelus lembut kepala dan pipi gembulnya, sesekali kugigit gemas tangannya yang melayang kemana - mana.

"Plane buna.." kata singkat yang diungkapkannya, setelah sebelumnya melepaskan mulutnya pada dadaku.

"Iya sayang, Qee suka pesawat ? atau mau jadi pilot nanti sudah besar ?" aku menciumi dahinya sementara tangan nya masih sibuk memperagakan pesawat terbang. Dia hanya tersenyum dan kembali mencomot dada yang masih kubiarkan.

Sejauh apapun aku membawa mereka, tetap saja hubungan darah itu tak bisa dipungkiri. Semoga saja kalian tidak bertemu dengan dia dan keluarganya. Biarlah kalian miliki apapun yang diwariskannya pada diri kalian. Terkesan egois memang tetapi aku sungguh tidak sanggup kehilangan permata hatiku. Terserah saja mereka mau bilang apa.

Saat seperti inilah aku memiliki quality time dengan anakku. Ya, mereka triplets dan inilah caraku untuk mencurahkan perhatian dan kasih sayang penuh pada salah satunya.

Disaat saudaranya yang lain masih tertidur agar tidak terjadi kecemburuan diantara ketiganya. Hal yang sama juga aku lakukan pada Qai dan Qal.

Setelah kenyang dan puas bermanja-manja kini Qee sudah sibuk dengan pesawat mainan dan bergerak kesana kemari menerbangkannya.

Aku kembali tersenyum sembari menjawab pertanyaan dengan satu frasa yang kurang jelas itu, tapi bersyukurnya aku mengerti 😅

"Ya ampun.. sayang bunda sudah bangun" sontak aku terkejut ketika mendapati Qalundra sudah berdiri dengan rambut acak - acakan di depan pintu. Sungguh sangat menggemaskan. Segera kuraih tubuhnya untuk kupeluk dan kuciumi, morning kiss versi kami.

Bungsu time ! sama seperti saudaranya ASI adalah kebutuhan pagi mereka bangun tidur. Karena itu juga aku tidak pernah meninggalkan mereka berhari-hari.

Baby Qal ini lebih jahil dan *free soul*. Dia akan melakukan apapun yang dia mau. Akantetapi si bungsu ini akan ikut menangis ketika salah satu kakaknya menangis.

Sebenarnya aku sedikit concern dengan kesehatannya karena ketika lahir tubuhnya sangat kecil hanya sekitar 1.9 kg. Alhamdulillah sekarang Qal sudah tumbuh dengan sangat baik meskipun tetap saja tingginya masih kalah sedikit dari dua saudaranya.

"Qal, mana lututnya nak ?" tanyaku.

 Kemudian dia menunjuk bagian tubuhnya yang kusebut. "Hidungnya mana ?" kembali dia menunjuk hidung kecilnya. Begitulah aku menghabiskan waktu sembari mengajari mereka sedikit demi sedikit.

Setelah Qalundra ikut bergabung dengan Qeenan maka kuputuskan untuk kekamar melihat Qaivan dan menciumi setiap jengkal tubuhnya.

Merasa terganggu dia pun bangun dengan pipi gembulnya yang memerah. Kembali kubawa tubuhnya kepangkuan dan tentu saja waktunya ASI.

Si sulung adalah yang paling mudah untuk diberi tahu dibanding kedua saudaranya, dia memiliki sifat tanggung jawab dan selalu lebih perhatian. Membuatku terkadang merasa bersalah. Tapi disatu sisi aku bangga padanya, sepertinya sifatnya terbentuk sendiri sebagai sulung.

Qaivan adalah yang paling kuat menyusu diantara ketiganya dan memiliki tubuh yang lebih tinggi dari dua saudaranya, walau hanya sedikit perbedaannya dengan Qeenan. Betapa bahagianya aku memiliki mereka.

"Sayang, terima kasih sudah membantu bunda, terima kasih sudah tumbuh menjadi anak yang sehat dan kuat. Jagalah adik - adikmu dan tetaplah jadi kebanggaan bunda. Bunda sayang Qaivan". sembari mengajaknya bicara kuelus lembut kepalanya dan kucium dahinya. Entah mengerti atau tidak tetapi aku selalu mengajak mereka berbicara yang hanya dibalas oleh satu patah kata atau gumaman saja.

Selesai quality time segera kumandikan ketiganya tentu saja kumasukkan kedalam bathub dengan air hangat sembari menggosok tubuh mereka satu persatu.

Setelah selesai langsung kukeringkan dan kupasangkan baju dengan model yang sama, hanya berbeda warna pada Qalundra. Tak lupa aku megoleskan telon, cologne dan bedak agar mereka lebih hangat dan wangi.

 

Seperti biasa aku meletakkan mereka dikursi makan mereka dan memberikan sarapan pada ketiganya.

Betapa bersyukurnya aku melihat mereka makan dengan lahap. Semoga kalian tumbuh sehat dan bahagia. Tak lupa aku menyuapi mereka disela suapan tangan kecil itu agar perut mereka terisi dengan maksimal.

Hari ini kami hanya bermain dan membaca buku cerita dan tentu saja aku merubah profesi sebagai dalang dengan segala ekpresi dan gerakan yang dibutuhkan. Setelah lelah bermain dan menyelesaikan snack berupa buah ketiganya telah tidur siang.

"Sepertinya siang ini cuaca bagus dan tidak terlalu dingin, aku akan membawa mereka keluar. Baiklah mari kita siapkan perlengkapannya biar nanti hanya perlu memasangakan pada mereka" aku berujar sembari memasukkan beberapa barang yang diperlukan kedalam tas.

 

Setelah ketiganya bangun tidur, berganti pakaian hangat ditambah dengan mantel, kamipun keluar menuju taman bermain yang tidak terlalu jauh dari rumah.

Hari ini aku hanya menggunakan stroler gandeng dua sementara Qalundra kugendong menggunakan gendongan depan. Tak lupa stroler kuhadapkan pada kami agar kedua prince tidak terlalu terkena angin.

Disepanjang jalan kami bertemu dengan beberapa pejalan kaki lainnya. Mereka menyapa dengan hangat dan menanyakan mengenai triplets ataupun melemparkan tatapan kagum pada ketiganya. Ah.. mereka selalu mampu menarik perhatian sekitarnya 😅

 

Kota ini memang terkenal dengan keramah tamahan dan sopan santun penduduknya. Sebuah kota tua yang damai dan masih menjunjung tinggi tata krama. Inilah salah satu alasan aku memilih kota ini untuk tumbuh kembang triplets.

Akhirnya kami sampai di tempat tujuan, bersyukurlah hari ini hanya beberapa anak yang bermain. Hufft.... aku sangat lega, sehingga triplets lebih leluasa main dan tentu saja akan mengurangi resiko baby Qal membuat masalah dengan balita lainnya.

Sudah kubilang Qal memiliki jiwa yang bebas dan super duper jahil, jika main keluar rumah tentu saja setidaknya ada satu anak yang dibuat menangis. Aku bisa apa, si bungsu ini benar-benar ajaib.

Langsung saja aku turunkan mereka di arena bermain setelah sebelumnya membeli tiket masuk dan membuka sepatu mereka. Kali ini aku akan mengawasi mereka dari meja cafe yang sangat dekat dari tempat mereka bermain.

Tentu saja sebelumnya aku memasang jam tangan pintar dengan model pesawat kecil di tangan mereka sebagai jaga - jaga jika nantinya terjadi hal yang tidak diingi kan. Agar mereka selalu dalam pantauanku.

Sembari mengawasi mereka aku memesan coklat panas untuk menghangatkan perut dan menambah energi. Sesekali aku membuka sosial media ataupun grup chat disana. Tentu saja banyak sekali pertanyaan aku kemana dan dimana, serta apa kabar dari teman-teman maupun sahabatku diseberang.

Lantas aku hanya menjawab bahwa aku baik-baik saja dan sedang bekerja diluar. Ya hanya itu, karena aku menutup rapat tentang keberadaan diriku dan triplets.

Tidak ada mereka dari masa lalu yang mengetahui adanya si kembar di dunia selain keluargaku. Itupun diketahui setelah mereka berumur 5 bulan ketika secara tidak sengaja setiap kali telponan orang tuaku mendengar suara tangis bayi dan langsung meminta panggilan video.

Rindu apa mau dikata, tentu saja aku ingin berkumpul dengan teman-teman disana. Bukan juga aku tidak menganggap mereka sebagai sahabat. Akan tetapi pengalaman mengajarkan padaku bahwa aku tidak bisa terlalu mempercayai siapapun dan terlalu bergantung.

Aku membatasi setiap lingkaran pergaulan hingga batas yang kusebut pertemanan. Jelas saja dalam batas ini aku tidak akan membuka kehidupan pribadi maupun keluh kesahku. Sebisa mungkin aku berdiri dengan kakiku sendiri.

"Nona bisakah aku duduk disini ?" tiba - tiba saja suara itu menginterupsiku.

___________

BAB 2

Seorang pria sudah berdiri di depan meja yang ku tempati. Segera aku mengitari pandangan keseluruh cafe. Benar saja semua meja telah terisi oleh puluhan muda mudi maupun keluarga yang makan bersama.

"Baiklah, silakan sir." demi menjaga kesopanan aku membiarkan saja walau sebenarnya sedikit risih. Setelahnya aku kembali menyibukkan diri dengan mengawasi triplets dan sesekali tersenyum melihat tingkah lucu mereka.

"Maaf nona, apa aku boleh tau namamu ?. Aku Robert." pria itu tersenyum padaku.

"Tidak bisakah dia melihat bahwa aku sibuk dan lagi apa ??! dia memanggilku nona !! Tidak tahukah dia anakku sudah tiga, ah tapi untuk apa juga kuperjelas toh aku bukan orang yang akan membicarakan masalah pribadiku pada orang asing". batin ku sedikit kesal.

"Maaf nona." ucapnya lagi menbuyarkan pikiranku.

"Neera" hanya itu yang keluar dari mulutku. Sejujurnya aku enggan tapi tak mungkin saja aku tiba - tiba bersikap sinis dan lari dari sana. Ayolah.. aku bukan lagi bocah belasan tahun yang tidak bisa mengendalikan sikap, sekalipun aku tidak menyukainya.

Takut pembicaraan ini berlanjut, segera aku pamit padanya dan berjalan menuju triplets yang masih sibuk dengan dunia mereka sendiri.

Sejujurnya tidak hanya sekali atau dua kali pria mendekatiku. Entah karena penasaran karena hijab yang digunakan atau memang tertarik dengan wajah oriental asia yang kumiliki.

Aku tidak terlalu tinggi jika berada diantara orang eropa. Kulit putih dan bulu mata yang lentik. Hidung yang mungil dan mata yang bulat. Wajah khas yang kata orang - orang manis dan memiliki kharisma tersendiri.

Bahkan tak jarang aku mendapatkan pujian cantik dan banyak juga yang mengatakan wajahku tidak mudah untuk dilupakan. Entah itu gombal semata atau sesungguhnya.

 

Bodi jangan ditanya, apalagi setelah melahirkan dan membesarkan triplets makin memperindah lekukan tubuh dan tentu saja dada ikut membengkak. Meskipun demikian aku tidak menggunakan baju yang terlalu ketat, menyesuaikan dengan hijabku dan dengan pakaian masyarakat disini. Cukup sederhana tapi aku membuatnya fancy.

Sejujurnya aku memiliki sense tersendiri dalam fashion, membuat pakaian senyaman mungkin dengan tampilan yang pas. Itulah alasan yang mebuatku membuka bisnis online dahulu.

Hingga kini telah berkembang dan memiliki toko online sendiri. Dari sana juga modal aku pindah kesini dan memulai segalanya. Walau aku aplikasi mengajar dan beasiswa S3 ku diterima tapi tetap saja aku butuh modal untuk sampai kesini. Apalagi setelah satu minggu disini aku mendapati diriku hamil dengan usia hampir dua bulan.

Segera aku menjemput triplets dan menaikkan mereka ke stroler setelah sebelumnya terjadi adegan kejar mengejar karena mereka enggan meninggalkan tempat bermain ini.

Lihat saja bahkan Qai sampai mengubur dirinya di dalam bola. Tentu saja aku berpura-pura tidak tau dan mencarinya. Kemudian langsung saja kutarik kakinya sehingga membuatnya tertawa terbahak-bahak.

"Cukup sayang, lain kali kita kesini lagi. Sekarang kita akan ke Triplets Bakery oke ??"

Mendengarkan itu mereka langsung bersemangat. Jelas saja disana mereka dapat makan kue yang mereka inginkan dan banyak candy serta minuman manis lainnya. Surga bagi anak-anak diusia mereka.

"Baiklah sekarang kita pasang mantel dan sepatu kalian" aku berseru pada ketiganya.

"Oke anak-anak ucapkan salam pada uncle nya, mereka sudah baik membiarkan kalian bermain disini.

"Taks uncle (thanks uncle). Bye bye" mereka bicara dengan William. Pemuda usia awal dua puluhan itu memang sudah mengenal baik triplets karena kami sudah menjadi langganan disini. Sering sekali dia membantu mengawasi triplets bermain. Aku sangat bersyukur karenanya.

"Thanks William, semoga hari mu menyenangkan." aku ikut mengucapkan salam padanya.

Segera kubawa mereka pergi menuju toko kue kami. Sebenarnya aku juga menyediakan tempat duduk dengan nuansa cafe disana. Tetapi aku lebih memilih menamai tokoku dengan embel-embel bakery karena memang produk utama yang kujual adalah berbagai jenis kue.

Bahkan tak jarang kami mendapatkan orderan kue pesta baik ulang tahun ataupun pernikahan.

"Wah... Alhamdulillah sayang toko kita ramai. Semoga saja secepatnya kita bisa membuka cabang baru." aku mengajak mereka berbicara hanya dibalas senyuman dan jingkrak-jinkrak mereka.

Melihat aku kesusahan dengan pintu langsung saja Valen berlari dan membukakan pintu untuk kami dan mengambil alih stroler si kembar. Valen merupakan orang yang aku percayakan disini.

"Bagaimana toko kita Valen, apakah semua berjalan dengan baik?" tanyaku setelah duduk di salah satu meja. Sebenarnya aku memiliki ruangan disini hanya saja aku ingin mengawasi kinerja mereka dan keadaan toko sehingga aku memilih duduk meja cafe.

"Baik-baik saja Bos, hanya saja kita agak keteteran belakangan karena banyak pesanan sementara kue di etalase depan juga butuh untuk diisi. Selain itu pengunjung juga lebih banyak. Sepertinya sudah banyak orang mengetahui kelezatan kue kita belakangan ini." Valen menyampaikan keluh kesahnya padaku

"Bagaimana dengan profit yang kita dapatkan. Apakah pemasukan dan pengeluarkan kita memungkinkan untuk menambah staff dapur." kembali aku bertanya pada Valen.

Segera dia berlari mengambil buku laporan keuangan padaku. Aku melihat dengan teliti dan mengecek setiap dana yang terinci disana.

"Baiklah, sepertinya kita bisa menambah dua karyawan dapur untuk saat ini Valen. Silakan pasang pemberitahuan. Pastikan mereka yang bekerja memiliki pengalaman dan tidak mengacau." jawabku setelah memeriksa laporan toko.

"Siap bos. Lalu bos bahan - bahan kita juga sudah mulai menipis di gudang. Sepertinya akan kurang jika melihat pesanan kita hingga bulan depan." kembali Valen menyampaikan persoalannya.

"Aku akan menghungi supplayer kita dan nanti aku akan meninggalkan nomornya padamu agar kalian bisa berkomunikasi dan koordinasi ulang." ucapku setelahnya mengambil ponsel dalam tas.

"Ohiya, sebelum itu Valen tolong bikinkan tiga coklat hangat untuk mereka dan satu teh cacomail untukku." titahku pada Valen.

Langsung saja dia bergegas setelah sebelumnya berseru oke bos dengan semangatnya.

"Baiklah anak-anak bunda, mau kue apa ?" aku bertanya pada ketiganya.

"Cheese buna." seru Qai.

"Belly buna." tambah Qe.

"Oh ayolah sayang, Strawberry" ulangku membenarkan kata - katanya.

"Sto belly buna" ulangnya dengan cengengesan manja.

"Oke, baiklah sayang sudah lebih baik"

"Princess, kamu mau apa sayang ?" aku bertanya pada Baby Qal.

"Esklim buna." lirih dia menjawab pertanyaanku.

"Oh no sayang.., ini winter kamu akan sakit jika memakannya. Bagaimana jika kita melihat sesuatu yang lain yang lebih manarik ?" bujukku pada si bungsu.

Segera aku membawa Qalundra ke bagian kue setelah sebelumnya Valen datang dengan pesanan minuman kami Aku juga sudah meminta Valen untuk menjaga si kembar sebentar dan tentu saja dengan senang hati dia bersedia.

Beruntung pilihan baby girl ini jatuh pada banana bread. Pesanan sudah lengkap untuk triplets dan diriku sendiri. Sambil sesekali aku membetulkan letak kue yang tersusun rapi di etalase.

Setelahnya aku menempatkan mereka dalam kursi anak yang tersedia di cafe kami. Memasang rib di leher mereka dan memberikan pesanan mereka masing - masing.

Kami kembali berdiskusi mengenai toko kue dengan mengecek setiap pesanan dan aku juga menambahkan beberapa resep baru untuk kue jenis baru.

Setelahnya aku disibukkan kembali dengan laporan toko untuk dianalisis dan menyesuaikan apa yang aku lihat.

Disamping itu aku juga membaca catatan kecil yang ditulis Valen mengenai kinerja masing-masing karyawan. Sementara Valen telah kembali bekerja.

Tentu saja aku tidak begitu saja mempercayakan sepenuhnya toko pada mereka.

Aku akan tetap memantau melalui Valen atau melalui CCTV toko yang kupasang dan menyambung langsung pada ponsel dan pc. Sudah ku bilang pengalaman mengajarkanku untuk tidak mudah mempercayakan penuh apapun pada siapun.

Setelah mengecek dapur, persediaan bahan dan kebersihan toko serta apapun yang perlu kuperiksa aku kembali pada meja triplets. Tentu saja aku meminta Millie gadis yang bertugas di depan untuk menjaga mereka.

Hari sudah sore, waktunya aku membawa triplets pulang sepertinya mereka juga telah lelah seharian ini bermain.

Tidak lupa aku berterima kasih dan mengucapkan salam pada semua pegawai setelah sebelumnya mereka berkumpul untuk menerima petuah singkatku.

Jangan sedih, aku juga sudah berdiskusi singkat dengan staff dapur maupun staff depan disela mereka kerja ketika aku melakukan pengecekan.

Perlahan aku melangkah menuju rumah. Triplets sudah mulai rewel, aku khawatir mereka tertidur sebelum mandi. Sedikit kupercepat langkah menuju rumah. Melewati jalan yang bersih dan teratur.

Segera aku mandikan mereka setelah sampai dirumah. Sepertinya mereka sudah kenyang jadi aku langsung menidurkan ketiganya. Ku senandungkan lagu cinta untuk ketiganya. Lagu yang kubuat sendiri untuk pengantar tidur mereka.

Tripletsku sayang, buah hati bunda~

Tutup matamu, cinta~

Kelak kau akan terbangun dengan hari baru~

Hari akan selalu berganti~

Bumi akan selalu putar~

Tutup mata kecilmu~

Tak selamanya lelahmu~

Lihatlah bulan tersenyum padamu malam ini~

Tutup matamu sayang~

Bintang lain akan datang sekalipun dalam kegelapan malam~

Bunda selalu bersamamu~

Pegang tangan bunda, bunda akan selalu dihatimu~

Tidurlah sayangku, hilangkan lelahmu.

Setelah memastikan mereka tidur aku membersihkan diri dan berganti baju. Setelahnya aku memasak makan malam dan menyiapkan beberapa pekerjaan yang belum terselesaikan agar nantinya tidak menumpuk dan aku punya banyak waktu untuk triplets.

Kalau dipikir-pikir banyak hal yang kulakukan setiap harinya. Akan tetapi aku tak pernah merasakan frustasi atau kelelahan yang berlebihan. Aku bahagia dengan hidup yang kujalani. Memang bersyukur membuat kita hidup dalam damai. Apalagi sekarang aku memiliki vitamin untuk setiap lelahku.

Bagaimana dengannya, apakah dia bahagia dengan harinya. Apakah mereka sudah menikah dan memiliki anak juga. Bagaimana jika nanti triplets tau ayahnya sudah memiliki anak baru dan mereka terluka, ahh.. tidak lebih baik aku tidak membiarkan mereka bertemu.

Masihkah ada kami dihatinya. Ah apa yang kupikirkan, bagaimana kami ada di hatinya sementara dia tidak mengetahui bahwa dirinya memiliki tiga anak. Apakah dia bahagia mengetahui kenyataan ini atau malah tidak peduli.

Dimanakah dia sekarang, apakah masih sangat tampan dengan seragamnya. Apakah kariernya sudah menanjak semenjak kepergianku. Bagaimana dengan wanita itu apakah mereka hidup dengan baik. Wanita yang menjadi alasan keluarganya mencampakkan aku sehingga aku sampai kesini.

Sungguh aku tidak tau apa yang nanti harus kulakukan dan kukatakan jika bertemu dengannya lagi. Haruskah kutanyakan mengapa dia menjadikan aku pendampingnya jika ada wanita yang ada disampingnya.

Mengapa dia membiarkan keluarganya memperlakukan aku yang telah berusaha memenuhi keinginan mereka ?

Haruskah kutanyakan mengapa mereka menusukku dengan menggunakan kelemahanku setelah aku begitu mempercayai mereka sepenuhnya. Banyak pertanyaan yang belum kudapatkan jawabannya.

Cukup sekali saja, aku tidak ingin mengambil resiko untuk triplets. Biarlah aku membesarkan mereka.

Tak jadi masalah, suatu saat aku akan menjelaskan pada mereka dan meminta maaf dari ketiganya atas sikapku sekarang.

Aku akan memohon ampun tidak membiarkan mereka mengenal ayahnya. Maafkan bunda nak, semoga kalian mengerti dan tidak membenci bunda.

Aku masih setia duduk di dekat perapian sembari melihat salju turun dari jendela rumah sederhana kami.

Rumah model klasik yang aku beli dengan mengumpulkan sedikit - sedikit penghasilanku.

Tentu saja rumah ini sangat hangat dan halaman yang cukup luas. Rumah yang kubeli setelah mengeluarkan deposito untung saja pemiliknya sangat baik dan memberikan harga yang rendah dan tentu saja sesuai dengan bangunan dan luas tanahnya.

Oh iya, tentu saja secara aturan anakku adalah penduduk negara ini dikarenakan mereka lahir disini. Berkat merekalah aku bisa membeli bangunan disini dengan menggunakan nama mereka.

Tetangga disini juga sangat ramah dan baik hati, meskipun aku kelompok minoritas disini tapi mereka sangat toleransi dan tidak membedakan perlakuan padaku.

Sekali lagi aku bersyukur atas kasih sayang yang Tuhan berikan padaku. Di saat aku kehilangan, Tuhan menggantikan dengan berjuta kebahagiaan lain. Memberikan keluarga baru dan orang-orang positif yang bisa menerima kami.

Letak rumah kami sangat strategis, berada di tengah kota. Kota kecil yang sangat indah, kota yang dijuluki kota pendidikan, membuatku bersemangat untuk meriset sekolah - sekolah mana yang nanti akan menjadi pilihanku untuk triplets.

Ya.. aku sudah merencanakannya sejauh itu. Hmmm aku adalah seorang wanita dengan kepribadian malanlokis alias perfectionis. Sudah pasti aku membuat list lengkap tentang rencana masa depan kami agar lebih terarah. Walaupun nantinya tidak akan sesuai dengan keinginanku setidaknya kehidupan kami lebih terarah dan tertata.

Jelas saja aku menginginkan yang terbaik untuk tripletsku. Makanya dari sekarang aku harus menyiapkan segala sesuatu baik secara finansial maupun pendidikan. Merekalah tujuan hidupku.

"Ah iya, bagaimana dengan Ama, Apa dan Adek. Apakah mereka sudah ada kabar ya ?"

gumamku pada diriku sendiri.

Tak mungkin aku menelpon mereka sekarang. Perbedaan waktu disini dan kampungku sangat jauh. Lebih baik aku menunggu beberapa jam lagi sehingga tidak mengganggu mereka.

Atau lebih baik aku tunggu saja telepon dari Apa atau Ama. Rindu sekali dengan mereka. Lidahku sudah tak sabar mencicipi rasa masakan Ama yang luar biasa enaknya.

Aku tentu saja aku juga handal dalam memasak. Tangan Minangku sangat ahli meracik berbagai jenis menu lokal maupun mancanegara walaupun tak sekelas chef akantetapi rasa masakan Ama selalu berbeda dan tak bisa tergantikan.

Semoga saja nanti ada rendang yang dibawakan Ama. Membanyangkannya saja sudah membuat air liurku menetes. Segera aku kedapur untuk mengambil air minum untuk menuntaskan dahaga akibat membayangkan rendang Ama.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!