NovelToon NovelToon

Suami Pilihan Daddy

1

Kediaman Darren Alfian Narayan

Sehari setelah pernikahan Syiera dan Attar. Mereka tinggal bersama orang tua Syiera, karena sang ayah meminta agar mereka tinggal di sana sebelum memiliki rumah yang akan dihuninya kelak.

Pagi hari, tepatnya akan melakukan sarapan. Darren, sang mertua melihat Attar menuruni anak tangga. Ia memanggil menantunya untuk ikut sarapan bersamanya.

Attar pun melangkahkan kakinya menghampiri mertuanya yang sudah terduduk di kursi meja makan. Tentu sekeluarga sudah berada di sana. Hanya Syiera yang belum memunculkan batang hidungnya.

"Mana istrimu?" tanya Darren.

"Ma_masih di kamar," jawab Attar sedikit canggung. Ia belum terbiasa dengan keluarga itu, ditambah, ia tak menduga sama sekali bahwa ia akan menjadi suami dari atasannya.

Terdengar kaki melangkah dari anak tangga, semua mata teralih melihat siapa yang datang. Syiera kini ikut bergabung untuk sarapan, ekspresinya begitu acuh, seakan tak melihat siapa yang berada di dekatnya. Dengan santai ia mengoles roti dengan selai kesukaannya.

"Cie ... Pengantin baru," ledek Dam sang adik.

Syiera melihat kearah adiknya dengan bola mata jengah. Sebal dengan ledekkannya, ia menghentikan aktivitasnya yang sedang mengolesi rotinya. Disimpannya roti itu di atas piring, lalu ia beranjak dari tempatnya meninggalkan mereka tanpa kata.

"Dam ... Kamu jangan meledek kakakmu," saran Dania sang momy. "Lihat! Kakakkmu marah sampai tak jadi sarapan," ucapnya lagi.

Dengan rasa sesal, Dam meminta maaf pada momy-nya.

"Maaf, atas Syiera, ya. Mungkin dia belum bisa menerima ini," kata Dania pada Attar, menantunya.

Attar hanya tersenyum menanggapi ucapan dari mertuanya. Keluarga Syiera memperlakukan dirinya dengan baik. Sangat baik.

Darren sudah tahu latar belakang Attar, ia mengambil keputusan untuk menikahkan anaknya dengan Attar, karena Attar pria baik.

Attar berinisiatif membuatkan sarapan untuk istrinya. Ia mengambil roti baru untuk dijadikan sandwich. Susu hangat melengkapi sarapan untuk istrinya.

"Saya permisi dulu," pamit Attar, ia membawa nampan menuju kamar. Nampan berisikan roti dan segelas susu.

"Lihat! Aku gak salahkan menjadikannya menantu," kata Darren bangga dengan pilihannya.

Dania hanya tersenyum miris, memang iya, Attar terlihat laki-laki baik, ia juga sopan. Hanya saja, mungkin Syiera kecewa dengan pilihan orang tuanya. Gagalnya menikah dengan Alex, pasti Syiera sangat kecewa, ditambah lagi ia harus menikah dengan laki-laki yang tak dikenalnya.

Syiera kenal dengan Attar hanya sekedar atasan dan bawahan, tidak lebih. Attar hanya seorang OB di kantor yang di pimpin oleh Syiera. Akan di taruh dimana wajah Syiera. Syiera pasti sangat malu.

"Apa kamu tahu perasaan Syiera? Syiera pasti kecewa dengan pilihanmu," kata Dania. Ia pun kecewa dengan pilihan suaminya. Dania hanya memikirkan perasaan anaknya.

Langkah demi langkah, akhirnya Attar sampai di depan pintu kamar, diketuknya pintu kamar itu. Namun tak ada jawaban dari dalam sana. Attar memutar handle pintu itu, untung pintu tidak terkunci. Sehingga ia bisa masuk dengan mudah.

Attar melihat istrinya yang bersandar di sisi jendela. Tatapannya melihat ke arah luar, tatapannya kosong. Seperti tak ada semangat untuk hidup.

Dan itu membuat Attar merasa bersalah, ia menghampiri Syiera, niatnya untuk memberikan sarapan untuknya. Perlahan tapi pasti.

Attar sudah berada di belakangnya, ragu untuk memanggil sang istri, lalu ia menyodorkan nampannya. Namun Syiera menepis nampan itu. Alhasil nampan itu terbalik dan menumpahkan semua isinya. Susu yang masih panas, menyirami kulit tangan Attar. Attar merasakan sakit di tangannya, tapi ia menahannya.

Syiera melangkah pergi meninggalkan Attar di sana. Tanpa sepatah kata pun. Ia benci pada suaminya, karena itu suami pilihan daddy-nya. Bukan pilihannya, jadi ia memperlakukan suaminya dengan tidak suka.

Setelah kepergian Syiera, Attar mengibas-ngibaskan tangannya. Dilihatnya tangan itu sudah melepuh akibat tersiramnya susu panas. Attar tak mempermasalahkan tangannya yang melepuh.

Kini ia pun pergi dari kamar itu. Hari ini, ia akan pergi karena ada urusan.

Darren melihat kalau Attar akan pergi, ia pun menegur menantunya itu. Kemana ia akan pergi? Bukankah ini masih hari cutinya.

"Tuan, saya akan pergi sebentar. Ada urusan," pamit Attar.

Darren memperhatikan menantunya itu, kenapa dengannya? Apa anaknya itu telah berulah pada suaminya, hingga suaminya akan pergi hari ini. Ia melihat Attar menyembunyikan tangannya. Darren semakin curiga, apa sudah terjadi sesuatu diantara anaknya dan menantunya?

"Mau kemana? Inikan masih hari cutimu?" tanya Darren. Padahal ia tahu akan kemana menantunya pergi. "Jangan panggil Tuan! Panggil Daddy seperti Syiera memnggilku," katanya lagi.

Attar mengangguk mengerti. Lalu, ia pun pergi.

Setelah kepergian Attar, Darren menemui anaknya.

"Syiera ... Syiera ...," panggilnya berteriak.

"Sejak kapan, Daddy suka teriak-teriak?" Bukannya menjawab, Syiera malah balik bertanya. "Ini rumah, bukan hutan!" cetusnya.

Merasa geram pada sang putri, ia langsung saja bertanya mengenai luka di tangan suaminya. Ia tahu, karena ia sempat melihatnya walau Attar mencoba menyembunyikannya.

"Ngadu apa dia?" batin Syiera. "Dasar tukang ngadu," batinnya lagi.

Karena Syiera ada di kamarnya, otomatis Darren tahu apa yang terjadi pada menantunya itu. Dilihatnya nampan yang sempat dibawa oleh Attar tergeletak di lantai.

"Syiera ... Kamu benar-benar keterlaluan! Kurang baik apa dia padamu, hah!" bentak Darren.

Lihat, bahkan yang selama ini yang ia tahu, Daddy-nya tak pernah membentaknya. Tapi sekarang ...

Syiera yang tak terima, ia pun kembali marah pada daddy-nya.

"Apa salahku, Daddy? Kenapa Daddy marah padaku?" Deraian air mata Syiera membasahi kulit pipinya yang mulus.

"Tidak bisakah kamu sedikit sopan kepada suamimu?"

"Dia bukan suamiku, itu suami pilihan Daddy!" Tangis Syiera pecah.

Segitunya tersiksanya Syiera. Darren lakukan semua ini demi kebaikannya. Ia tak rela jika putrinya menikah dengan Alex, yang nantinya akan menyakiti dirinya sendiri.

Mendengar keributan dalam kamar anaknya, Dania menghampiri kamar itu, dilihatnya Syiera yang sedang menangis di hadapan suaminya. Ia merangkul Syiera, mendekapnya, dan menenangkannya.

"Sudah, jangan menangis." Dielusnya punggung Syiera. Syiera sedikit tenang ada momy yang mengerti akan dirinya.

"Daddy jahat! Daddy sudah tidak sayang Syiera lagi," ucapnya dalam pelukan Dania.

Sementara di tempat lain

Seorang pria tengah mengobati luka di tangannya, diolesnya dengan lembut menggunakan salep. Sakit! Sudah jelas pasti sakit. Tersiram air panas secara langsung membuat tangannya mengelupas dan merah. Perih ... Tapi ia menahannya, ia berharap, rasa perih yang dirasakannya akan berbuah manis. Ya, Attar telah jatuh hati pada sang istri.

Attar serasa mimpi bisa bersanding dengan gadis seperti Syiera, mungkin ia laki-laki yang beruntung telah menjadikannya sebagai istrinya. Hanya saja keberuntungan itu harus ia lewati dengan rasa sakit yang akan diterimanya kelak. Sang istri tak menganggapnya. Tak menganggapnya sebagai suaminya.

Bersambung

...----------------...

Selamat membaca. Baca novel yang berjudul Terpaksa menikahi pelacur, karena novel ini berasngkutan dengan novel sebelumnya.

Terimakasih

2

Hari ini nampak mendung, seperti hati Syiera yang terus merundungkan nasibnya. Kenapa? Kenapa ini harus terjadi padanya.

Dimana lelaki yang dulu mencintainya? Kesehariannya selalu ditenemani olehnya.

Alex, calon suaminya pergi tanpa jejak. Harus kemana ia mencari?

Dalam kesendiriannya, Syiera selalu termenung. Ia tak menyangka bahwa ia akan menjadi isrti orang yang sama sekali tak dikenal olehnya. Siapa sosok Attar yang kini menjadi suaminya?

Kenapa daddy-nya begitu tega padanya. Tanpa memikirkan isi hatinya yang gundah gulana.

Di dalam kamar ia sendirian, bahkan sedari tadi ia tak mendapati suaminya. Ah ... Rasanya enggan untuk menatapnya. Jika disuruh memilih, Syiera lebih memilih hidup di kutub utara, dari pada harus melihat suami. Suami? Apa bisa dibilang kalau Attar suaminya? Entahlah, Syiera tak ingin menjadi istrinya. Sungguh menyebalkan, pikirnya.

Klek

Pintu terbuka

Sepertinya ia tahu siapa yang masuk ke dalam kamarnya. Siapa lagi kalau bukan suami dadakannya.

Jam berapa ini? Dari mana saja dia? Ingin rasanya memakinya. Kalau tidak ingat dengan perkataan daddy-nya, mungkin ia sudah pergi meninggalkannya.

Kini yang bisa Syiera lakukan hanya menjadi istri, seorang istri. Akan susah jika dijalani jika tak ada cinta. Jangankan untuk cinta, kenal saja ia tak ingin.

Attar langsung terduduk di tepi ranjang, sebenarnya tadi ia ragu untuk masuk. Namun mertuanya yang melihatnya berdiri di depan pintu lalu menyuruhnya untuk masuk.

Tubuhnya begitu lelah, seharian ini ia sibuk. Sibuk apa? Ada kerjaan baru, kah? Entahlah, hanya Attar yang tahu. Syiera dari tadi tak bersuara.

Wajah gusar Attar agak nampak. Ingin sekali ia istirahat malam ini, tapi bingung harus dimana?

Semalam ia bisa tidur di samping istrinya, karena Syiera lebih dulu tertidur. Tapi sekarang ...

Attar bingung, bagaimana dan harus seperti apa menyikapi istrinya? Duh ... Attar benar-benar dilanda kebingungan.

Lebih baik ia akan membersihkan tubuhnya lebih dulu, sambil istrinya tertidur duluan.

Attar beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Diliriknya Syiera dari ujung mata, namun Syiera sama sekali tak perduli denganya.

Dengan cepat, Attar masuk ke dalam kamar mandi. Ia sengaja berada di kamar mandi lebih lama, agar Syiera tertidur.

"Lama sekali mandinya," batin Syiera. Attar mandi melebihi darinya. Padahal ia ingin membicarakan sesuatu padanya. Namun karena lama menunggu, akhirnya Syiera tertidur di sofa. Yang ditunggu tak kian muncul. Hingga rasa kantuk datang menerpanya.

Attar membuka pintu dengan pelan, nyaris tak terdengar. Diintipnya sedikit dari balik pintu.

Attar bernapas lega, akhirnya, istrinya tertidur juga. Perlahan Attar menghampiri istrinya, dilihatnya wajah Syiera.

Terdengar dengkuran halus Syiera, menunjukkan si empunya sudah terlelap ke alam mimpinya. Kini, Attar bisa melihat wajah istrinya secara dekat.

Attar melengkungkan bibirnya tersenyum. Entah senyum apa itu?

Bahagia, kah? Atau senyum karena merasa kasian pada gadis itu.

Kasian melihat istri tertidur di sofa, akhirnya ia memindahkan istrinya tidur di tempat yang seharusnya.

Sangat pelan, Attar membopong tubuh mungil itu, ia takut kalau istrinya terbangun. Bisa-bisa, istrinya akan marah padanya karena telah berani menyentuhnya tanpa ijin darinya.

Akhirnya ... Attar bernapas lega karena ia sudah berhasil memindahkan istrinya di kasur miliknya. Kini, Attar bisa tertidur. Namun ia lebih memilih untuk tidur di sofa, ia lebih nyaman jika melihat istrinya bahagia. Mungkin itu awal dari Attar, mencoba memahami isi hati

istrinya.

Ia akan menunggu sampai hati Syiera terbuka untuknya, entah harus berapa lama ia menunggunya. Ia akan tetap setia pada pendiriannya. Mencintai satu wanita sampai akhir hayatnya.

Akhirnya, Attar memejamkan matanya, ia ikut ke alam mimpinya.

Malam berganti.

Matahari sudah memunculkan jati dirinya, menerangi seisi bumi. Attar lebih dulu terbangun dari tidurnya, diliriknya sang istri yang masih terlelap dengan mimpinya. Kabar yang beredar, Syiera adalah gadis yang susah terbangun dari tidurnya, sempat tak percaya. Masa iya, gadis cantik sepertinya tukang tidur? Namun, kini ia percaya dengan rumor itu. Bahkan ia menyaksikannya sendiri

Attar hanya tersenyum melihat wajah istrinya, begitu lucu jika sedang tertidur. Jika sudah marah, Syiera bagai macan betina yang sedang kelaparan. Tatapannya begitu tajam, seakan siap menerkam mangsanya.

Tak ingin ketahuan oleh istrinya karena ia terus memandangi dirinya, akhirnya ia beranjak dari tempatnya. Bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah selesai mandi, ia pun keluar dari kamarnya, meninggalkan sang istri yang masih tertidur pulas.

Dering ponsel berbunyi begitu nyaring, membuat Syiera terbangun.

"Siapa sih, pagi-pagi sudah mengganggu?" Lalu ia meraba-raba kasur dengan kedua tangannya. Namun matanya masih terpejam, karena masih mengantuk. Digesernya ponsel tersebut, ia menjawab panggilan itu tanpa melihat siapa yang memanggilnya.

Diletakkannya ponsel itu di telinganya.

"Salah sambung," jawab Syiera pada panggilan itu. Lalu ia kembali tertidur setelah mematikan ponselnya.

"Mengganggu saja! Dia kira ini rumah sakit," geramnya karena kesal.

Syiera mengira kalau si penelepon itu salah sambung, tapi ternyata, ia salah. Karena itu bukan ponsel miliknya, melainkan pemilik si pria. Attar pemilik ponsel itu.

Waktu menujukkan pukul enam pagi. Attar sudah berada di dapur bersama para asisten di rumah itu. Para asisten begitu nampak riang, karena ada Attar di sana. Pesona Attar membuat para asisten itu terpesona.

Wajahnya yang tampan rupawan, dan ramah. Ia bisa bergaul cepat dengan orang baru. Tapi, kenapa dengan istrinya tidak bisa sedekat itu? Apa karena Syiera memberi jarak padanya? Membuat benteng yang menjulang tinggi, hingga Attar tak mampu menyebrangi bentengnya.

Hanya doa yang di panjatkan Attar, semoga, kelak doanya terjawab. Kebisingan mereka membuat para penghuni rumah itu terbangun. Terutama Dania, mertua Attar. Ia memang selalu membantu para asistennya di dapur.

"Pagi, Nyonya," sapa Attar. Mungkin belum terbiasa dengan panggilan baru kepada ibu mertuanya, lidahnya selalu keseleo.

"Maaf, maksudku Momy," kata Attar tersenyum kikuk.

"Sedang apa kamu di sini?" tanya Dania.

Attar tersenyum, bukan maksudnya untuk menggoda asisten di rumah ini. Ia hanya ingin membuat teh hangat untuknya.

Sebelum Attar menjawab, asisten yang bernama Lila langsung menjawab pertanyaan majikannya, Lila belum menikah. Ia lebih ganjen dari pada asisten yang bernama Rukmi, Rukmi seorang janda.

"Mas Attar membuat teh, Nyonya," jawab Lila. "Iyakan Mas Attar?" ucapnya pada Attar dengan genit.

Dan itu membuat Attar tidak nyaman, ia takut ibu mertuanya salah menanggapinya. Padahal, Dania sudah hapal betul seluk beluk para asistennya.

Lalu, Attar pamit kepada mereka, tapi langkahnya terhenti seketika. Ia mendapati istrinya, tengah menatapnya dengan tatapan tajam tidak suka.

"Jangan cari perhatian di keluarga ini!" cetus Syiera sambil menyenggol pundak suaminya dengan sengaja.

Bersambung

3

Attar terdiam di taman belakang rumah milik mertuanya. Masih sesak rasanya dengan tudingan istrinya barusan. Ia hanya bisa menghela napas panjang, perjuangannya sudah lumayan jauh. Ia tak akan menyerah dengan ucapan pedas dari istrinya. Ya, inilah resiko yang harus dijalaninya.

Cinta bertepuk sebelah tangan. Untung ia memiliki mertua sebaik Darren. Tapi tunggu. Kenapa Darren bisa memilih dirinya untuk dijadikan mantunya, apa jangan-jangan ia sudah tahu siapa Attar? Pikiran Attar menerawang jauh.

Lalu ia menggelengkan kepalanya, menepis dugaan yang belum tentu benar adanya. Kalau pun mertuanya tahu, justru ia akan merasa lega.

Lamunan Attar buyar, ketika ada seseorang yang menepuk pundaknya. Attar terperanjat kaget, sehingga ia langsung berdiri. Terus ia mengusap dadanya.

"Saya kira siapa?" kata Attar. "Maaf, saya hanya terkejut," ucapnya lagi.

Orang yang menepuknya hanya tersenyum, lalu mengajaknya untuk masuk untuk ikut sarapan bersama. Darren 'lah yang menghampirinya. Ia tahu kalau menantunya itu tengah berada di taman belakang, karena asisten-nya yang membertahukan padanya.

Hari ini adalah hari weekand. Jadi semua pada kumpul di rumah.

Attar mengekor dari belakang mertuanya. Ternyata semua sudah pada kumpul di meja makan, termasuk Syiera. Attar tak berani menatap istrinya, ia hanya tak ingin kejadian kemarin terulang. Dimana istrinya tak ikut sarapan bersama keluarga.

Hening ... Tak ada percakapan sama sekali. Tangan, tangan Attar yang melepuh menjadi pusat perhatian kedua mertuanya.

Darren memberanikan diri untuk bertanya secara langsung. Akankah ia jujur? Atau malah menyembunyikan apa yang sudah terjadi kemarin.

"Attar? Tanganmu kenapa?" tanya Darren sengaja.

"Oh, ini ... Ini tak sengaja kena air panas," jawab Attar jujur. Memang itu adanya. Diliriknya ke arah istrinya. Namun Syiera tak memperdulikan itu. Seakan tak mendengar apa-apa.

"Kenapa tak hati-hati," kata Dania ikut bergabung dengan percakapan mereka.

Attar hanya tersenyum dan tak lagi bersuara. Malah ia langsung tertunduk, melanjutkan sarapannya.

"Sok kalem banget sih," batin Syiera sambil melirik ke arah Attar.

Syiera lebih dulu selesai dengan sarapannya, ia memang sengaja mempercepatnya. Karena tak ingin berlama-lama berada di sana, apa lagi ada Attar.

Darren yang melihat putrinya beranjak langsung menegurnya.

"Mau kemana?"

Syiera terhenti, lalu menatap pada Darren sang ayah. Kenapa? Bukannya ia sudah selesai dengan sarapannya. Apa yang membuat Darren menghentikan langkah anaknya.

"Duduk! Daddy ingin bicara pada kalian."

Karena ada hal serius yang ingin dibicarakan kepada pengantin baru itu. Yang lain pada melipir, termasuk Dania. Kini hanya mereka bertiga yang berada di ruang makan itu.

"Ada apa, Dad?" tanya Syiera mengawali topik pembicaraan mereka.

Bukannya menjawab pertanyaan Syiera, Darren malah langsung bertanya kepada Attar. Dan itu membuat Syiera berpikir, apa sang ayah berpihak kepada suaminya?

"Apa rencanamu ke depan?" tanya Darren pada Attar.

Bingung mau jawab apa, Attar malah terdiam.

"Jawab! Daddy bertanya padamu," cetus Syiera. Sepertinya suaminya malah bertele-tele, dan itu membuatnya geram.

Sebenarnya Attar tahu arah pembicaraan mertuanya. Apa lagi kalau bukan untuk masa depan anaknya. Tidak mungkinkan kalau mereka berdua selamanya tinggal di rumah itu.

Attar menghela napas panjang sebelum memberikan keputusan, akan diajak kemana istrinya?

"Rencananya, saya akan mengajak Syiera pindah dari sini," jawab Attar.

Pindah ... Syiera tak salah dengarkan apa yang diucapkan oleh suaminya. Akan tinggal dimana ? Apa dia punya rumah? Kalau pun iya punya rumah. Pasti rumahnya sangat kecil dan tidak nyaman. Tidak! Itu tidak akan terjadi. Pikiran Syiera sudah ngelantur kemana-mana. Ia sudah terbiasa hidup mewah, pasilitas yang diberikan oleh orang tuanya membuatnya langsung bergidik, membayangkannya saja sudah tidak nyaman.

"Aku tidak setuju jika harus pindah!" kata Syiera. "Kalau pun iya pindah dari sini, aku mau tempat tinggalku sama seperti apa yang sudah terbiasa aku jalani. Seperti rumah ini!" Ia yakin kalau suaminya tak akan mampu menyanggupi apa yang dimintanya.

"Akan saya usahakan," ujar Attar.

Syiera berdecih. "Coba saja kalau bisa," batinya. Kini ia memiliki ide, ide cemerlangnya yakin pasti akan berhasil.

"Baiklah, kalau itu keputusanmu. Daddy dukung, jangan sungkan jika butuh bantuan," kata Darren sambil beranjak dari duduknya lalu menepuk-nepuk pundaknya sebelum pergi.

Kini hanya ada Attar dan istrinya di sana.

"Jangan menyanggupi apa-apa yang sekiranya kamu tidak bisa mengabulkannya!" Setelah mengatakan itu Syiera langsung pergi meninggalkan Attar.

Attar termenung di meja makan sendirian. Apa ia akan benar-benar mengajak istrinya untuk pindah dari sini? Apa ia sudah menyiapkan rumah untuk dihuninya bersama istrinya? Hanya Attar yang tahu.

Attar merogok ponselnya yang ada di dalam saku celanya. Lalu, ia menghubungi seseorang.

Entah siapa yang dihubunginya yang jelas Attar berkata.

"Siapkan hunian mewah," kata Attar pada seseorang di sebrang sana.

Attar pun beranjak dari duduknya. Attar terkejut mendapati Syiera yang sudah berada di belakangnya. Apa dia mendangar apa yang diucapkannya barusan? Apa Syiera malah tak perduli dengan perjuangan suaminya yang akan mengabulkan keinginannya?

Attar melewati istrinya sambil tertunduk. Tak lama langkahnya berhenti, ia menengok ke arah istrinya.

"Apa pun yang kamu inginkan, aku akan mengabulkannya. Tapi tidak dengan cerai," batin Attar. Jika Syiera meminta bercerai, ia tak akan menceraikannya sampai ajal menjemputnya.

Sementara Syiera.

"Berani sekali dia menantangku!" gumam Syiera.

Dari pada di rumah, Syiera lebih memilih untuk pergi. Rencananya, ia akan mengajak sang momy pergi jalan-jalan ke mall.

Dengan senang hati, sang momy menemani anaknya. Dania ingin membantu putrinya untuk melupakan permasalahan yang ada.

Syiera dan Dania sudah berada di mall terbesar yang berada dipusat kota.

Mereka sibuk dengan aktivitasnya yang sedang berbelanja. Sedang asyik memilih baju, tak sengaja ia mendengar percakapan salah satu pengunjung di mall.

"Kamu denger tentang gosip Dokter ganteng itu gak?" Tanya si pengunjung itu yang bernama Risa.

"Bener gak sih? Apa itu cuma gosip?" tanya si pengunjung bernama Alin. Mereka berdua sangat asyik membicarakan tentang seorang dokter.

"Iya benerlah, bahkan sekarang Dokter Attar katanya sudah menikah."

Syiera menghentikan sejenak aktivitasnya. "Attar ... Attar, Dokter?" Syiera jadi teringat pada suaminya yang bernama Attar. "Masa iya dia Dokter?" Syiera menepis pikirannya sendiri. Sudah jelas kalau suaminya itu seorang OB.

"Ra, kok malah bengong sih." Dania menepuk pundak Syiera, hingga Syiera terperanjat kaget.

"Ah, Momy. Bikin aku jantungan saja," sahutnya. "Mom, apa Momy percaya kalau Attar seorang Dokter?" tanya Syiera tiba-tiba.

Dania melongo mendengar pertanyaan anaknya yang mengatakan bahwa Attar seorang dokter.

"Kenapa kamu bisa berpikir kalau Attar seorang Dokter?"

"Aku gak sengaja mendengar pembicaraan mereka." Syiera menunjuk ke arah dua wanita itu menggunakan wajahnya.

"Ah, mungkin mereka membicarakan Attar yang lain," jelas Dania.

Ah, iya mungkin mereka membicarakan Attar yang lain. Nama Attar 'kan banyak.

Syiera pun kembali memilah-milah baju yang akan di belinya.

Bersambung

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!