NovelToon NovelToon

Me And The Mysterious Man

Bab 1 - Perkenalan dan Awal Cerita

...Spesial visual...

...-----...

Nama : Rebecca Green (Protagonis)

Umur : 23 tahun.

Keterangan : Biasa dipanggil Becca. Hobi bermain game dan laptop. Hanya seorang pengangguran yang berusaha memperbaiki hidupnya.

...-----...

Nama : Jack Robinson.

Umur : 27 tahun.

Keterangan : Hanya lelaki misterius yang kebetulan menyewa rumah disebelah tempat tinggal Becca.

...-----...

Nama : Benjamin Winters.

Umur : 23 tahun.

Keterangan : Bersahabat sejak kecil dengan Becca. Dia juga menyimpan rasa cinta diam-diam terhadap Becca.

...-----...

Nama : Jonas Green dan Annastasya Lawrence.

Umur keduanya : Sama-sama 16 tahun.

Keterangan Jonas : Adik kandung dari Becca. Dia merupakan anak baik dan pintar, yang selalu mendapat pujian dari sang ayah.

Keterangan Annastasya : Sering dipanggil Anna. Dia merupakan kekasih Jonas. Selain melakukan hubungan rahasia dengan Jonas, Anna juga mempunyai hubungan misterius dengan Jack.

...-----...

Nama : Tara Pauline.

Umur : 23 tahun.

Keterangan : Sahabat dekat Becca dan Ben sejak SMA. Dia memiliki cafe sebagai usahanya sendiri.

...-----...

Nama : David Green.

Umur : 46 tahun.

Katerangan : Ayah kandung Becca, yang bekerja sebagai polisi. Meskipun putrinya telah mencoreng reputasinya, itu tidak merubah pikiran warga untuk memilihnya sebagai Sheriff/kepala kepolisian.

...-----...

...The story is begin....

..._____________...

Becca baru saja tiba di depan rumahnya. Dia tampak memejamkan mata karena mencoba berusaha menenangkan diri. Nafasnya dihela cukup panjang. Sebab sekarang ia telah benar-benar siap untuk mendapatkan omelan dari ayahnya.

Setelah merasa siap, Becca pun berderap untuk memasuki rumahnya. Benar saja, kedatangannya langsung disambut dengan wajah cemberut David, sang ayah.

"Becca, aku tidak tahu harus bagaimana lagi. Tetapi kau!" sambut David sembari mengerutkan dahi kesal. Sedangkan Becca hanya terdiam seribu bahasa. Dia tak bisa mengelak, karena sudah terlanjur dikeluarkan secara sepihak dari Universitasnya.

'Damn! semuanya gara-gara Jessy!' batin Becca sembari mengingat apa yang sudah dilakukan Jessy kepadanya.

Beberapa hari yang lalu, Becca terlibat masalah besar di kampusnya. Teman sekamarnya yang bernama Jessy menyimpan obat-obatan terlarang di bawah kasur.

Becca yang satu kamar dengan Jessy, otomatis terkena imbasnya. Padahal dirinya sama sekali tidak tahu menahu mengenai hal tersebut. Namun sepertinya keputusan Rektor kampus tetap bulat untuk mengeluarkan Becca dari kampus. Sedangkan Jessy sendiri diserahkan ke pihak hukum yang berwajib.

Bukan tanpa alasan Becca dikeluarkan dari kampus. Sebab sebelumnya, ia juga pernah membuat masalah. Gadis itu pernah meng-hacking data penting kampus. Karena kecerobohannya, Becca tertangkap basah dan harus menerima hukuman.

Rebecca Green, dikenal sebagai gadis yang tak kenal takut oleh teman-temannya. Sang pembuat masalah yang selalu meresahkan. Meskipun begitu, hal tersebutlah yang membuat kepribadiannya menjadi menarik. Dia memang sering berbuat sesuatu tanpa harus memikirkannya matang-matang.

Becca sendiri tidak tahu kenapa dirinya selalu saja menciptakan masalah. Dia hanya menganggapnya sebagai ketidak sengajaan.

"Semuanya hanya kesalahpahaman!" Becca berusaha mempertahankan diri.

"Apa?! kesalahpahaman? jelas-jelas kau menyimpan obat terlarang di kamarmu! kau benar-benar mempermalukanku!" geram David dengan nafas yang ngos-ngosan akibat amarahnya sendiri. Sebagai orang yang bergelut dibidang hukum, dia pantas memarahi putrinya. Apalagi David sekarang sedang mencalonkan diri untuk menjadi kepala kepolisian di Louisiana.

"Lihatlah Jonas, dia sama sekali tidak pernah berbuat onar!" ujar David, membandingkan kelakukan Becca dengan adik lelakinya.

"Aku baru saja datang dari New York, harusnya kau menyuruhku makan dan istirahat!" sahut Becca gusar. Dia segera berjalan menuju kamarnya, lalu membanting pintu dengan sengaja.

"BECCA!!" pekik David dari bawah. Sekarang ia hanya bisa mengacak-acak rambutnya sendiri.

Becca sekarang berdiri di depan cermin. Dia merenung sambil menatap pantulannya sendiri.

'David tak pernah baik kepadaku. Aku sangat membencinya!' batinnya kecewa.

Becca memang tidak begitu dekat dengan David. Dia lebih dekat dengan mendiang ibunya yang telah meninggal beberapa tahun lalu. Sebenarnya ketika masih kecil Becca dan David sangatlah dekat. Namun seiring naiknya pangkat yang diterima David dalam pekerjaannya, ia semakin sibuk dan tidak memiliki kesempatan untuk menghabiskan waktu dengan keluarga.

Ceklek!

Pintu tiba-tiba terbuka dan muncullah seorang lelaki remaja berusia enam belas tahun. Jonas Green, adik kandung dari Becca.

"Kau baik-baik saja kan?" tanya Jonas.

"Aku baik-baik saja. Pergilah!" Becca menjawab datar.

"Berhentilah membuat masalah Becca!" balas Jonas, yang sontak mendapat tatapan tajam dari sang kakak.

"Kau pikir aku merencanakan semua masalah yang ku-buat?!" Becca mendengus kasar. Dia sebenarnya merasa malas menggubris perkataan Jonas.

"Kau benar-benar menyedihkan. Memang pecundang sejati!" ungkap Jonas.

Becca yang mendengar langsung dibuat geram. Kemudian bergegas menghampiri. Jonas yang merasa terancam dengan raut wajah sangar Becca, segera menyelamatkan diri masuk ke dalam kamarnya. Dia tidak lupa mengunci pintu agar Becca tidak dapat masuk.

Dug! Dug! Dug!

Becca menggedor pintu kamar Jonas. "Awas kau popok bayi!" katanya sembari berseringai. Sebab Becca tahu betul adiknya akan marah besar, jika dia mengucapkan ejekan yang bekerja layaknya sebuah mantra.

Ceklek!

Jonas membuka pintu kamar. Mimik wajahnya tampak merengut. "Kau bilang apa tadi?" tanya-nya.

"Nah, rasakan ini!" bukannya menjawab, Becca malah langsung menyerang Jonas. Dia melingkarkan lengannya ke leher sang adik.

Jonas yang tak mau kalah, segera melakukan perlawanan. Kedua kakak beradik tersebut sekarang saling bergulat.

Tak! Tak! Tak!

Suara langkah kaki orang berlari terdengar mendekat. Dialah Ben teman masa kecil Becca. Lelaki itu sangat senang mendengar kabar kembalinya Becca. Bahkan ia rela pulang lebih awal dari pekerjaannya demi bertemu sahabat kecilnya.

"Becca!" panggil Ben, yang berhasil menghentikan pergulatan yang terjadi di antara Becca dan Jonas.

Becca pun segera mengalihkan atensinya kepada Ben. Pupil matanya membesar karena ia sudah sangat lama tidak bertemu dengan sahabat dekatnya tersebut.

"Ben!" Becca mendorong sang adik dengan sengaja, lalu berderap menghampiri Ben. Seperti biasa, penampilan sahabat lelakinya itu selalu rapih dan bersih. Baju kemeja yang dipakainya pun terlihat dimasukkan ke dalam celana. Hal tersebut memang merupakan ciri khas dari seorang Ben.

"Becca!!!" pekik Jonas yang tidak terima dirinya didorong. Namun sama sekali tidak digubris oleh sang kakak.

"Bagaimana kabarmu?" ucap Becca seraya memasukkan kedua tangan ke saku celana.

"Baik. Seperti yang terlihat dan--"

"Emm... Tara tidak ikut denganmu?" Becca memotong kalimat Ben tanpa sengaja. Nampaknya dia sadar kalau dirinya tidak menyaksikan kehadiran sahabat perempuannya.

"Dia sedang ada pekerjaan penting, katanya akan menemuimu nanti malam!" jawab Ben singkat.

Becca hanya merespon dengan anggukan kepala. Keheningan sempat terjadi dalam beberapa saat. Sebab perasaan Becca sedang dirundung rasa kalut. Tangannya perlahan merapikan rambutnya yang berantakan akibat bertengkar dengan Jonas.

"Oke, sekarang apa?" Becca akhirnya bersuara. "Jujur aku sedang tidak mood ada di rumah!" tambahnya.

"Kau mau jalan-jalan?" tawar Ben.

Becca yang mendengar, lantas melebarkan mata. "Boleh juga," sahutnya langsung menyetujui. Mungkin dengan keluar dari rumah, kekesalannya dapat sedikit mereda.

"Ayo, aku akan membawamu berkeliling kota," balas Ben. Dia dan Becca segera melangkahkan kaki bersama keluar dari rumah. Jujur saja, pikiran Becca terasa segar setelah menyaksikan pemandangan kota. Dia merasa sama sekali tak ada yang berubah dengan kampung halamannya tersebut.

Bab 2 - Kedatangan Jack

Setelah berkeliling setengah jam lebih, tiba-tiba ponsel Ben berdering. Ia mendapatkan panggilan mendesak dari atasannya. Lelaki itu disuruh bergegas untuk kembali lagi ke kantor. Ben bekerja di sebuah perusahaan surat kabar swasta di Lousiana.

"Kau bisa turunkan aku di sini jika merasa terdesak!" Becca memberikan saran.

"Tidak! aku akan mengantarkanmu pulang lebih dahulu." Ben bersikeras sembari memutar mobillnya untuk kembali ke rumah Becca.

"Hahh! aku tidak bertanggung jawab ya kalau kau mendapat masalah!" sinis Becca sambil menyilangkan tangan di depan dada.

"Masalah itu, aku bisa mengurusnya sendiri." Ben mengukir senyuman tak berdosa.

"Terserah!" balas Becca.

Setelah memakan waktu lumayan lama, akhirnya Ben dan Becca tiba di tempat tujuan. Tanpa basa basi Becca segera turun dari mobil, agar Ben bisa cepat-cepat kembali ke kantornya.

"Cepat pergi sana!" titah Becca seraya melakukan pose mengusir dengan gerakan tangannya.

"Begitukah caramu mengucapkan terima kasih?" tukas Ben.

"Ya sudah. Terima kasih." Becca memaksakan dirinya untuk tersenyum.

"Oke, sampai jumpa nanti malam!" balas Ben sambil menutup kaca mobilnya, lalu berlalu begitu saja.

'Sekarang lebih baik aku tiduran saja di kamar,' niat Becca dalam hatinya.

Kala itu terdapat mobil yang berhenti secara perlahan tepat di depan sebelah rumah Becca. Alhasil Becca pun reflek menghentikan langkah kakinya.

Ternyata orang yang ada di dalam mobil adalah Charlie, sang pemilik rumah kosong. Dia melebarkan matanya ketika menyaksikan kehadiran Becca di depan mata.

"Becca? apa itu kau?" tanya Charlie, yang sekarang menyipitkan matanya. Dia lelaki yang sudah berumur enam puluh delapan tahun, jadi wajar ketajaman indera penglihatannya mulai memudar. Meskipun begitu dia memiliki tubuh yang terbilang bugar.

"Hai Charlie! kau benar, ini aku Becca!" sapa Becca. Dia berjalan menghampiri Charlie.

"Apa kau baru saja sampai ke sini?" tanya Charlie.

"Iya, beberapa jam lalu. Ngomong-ngomong kau akan mendiami rumah ini lagi?"

Charlie menggeleng tegas. "Tidak, cuman akan ada orang baru yang akan tinggal di sini. Jadi hari ini aku berniat membereskan rumahnya!" tuturnya sambil berjalan berbarengan dengan Becca.

"Kau perlu bantuan?" ujar Becca.

"Aku tidak ingin merepotkanmu, apalagi kau baru selesai melakukan perjalanan yang lumayan jauh," sahut Charlie yang sudah berdiri di depan pintu.

"Aku juga akan mengajak Jonas kalau perlu!" balas Becca seraya memasukkan kedua tangan ke kantong jaket hodienya.

"Sudahlah, jangan mengganggu adikmu!" ujar Charlie. Dia terlihat mencari-cari sesuatu di saku celananya.

"Kau lupa lagi? ayolah Charlie, karena itulah aku berusaha membantumu." Becca menggeleng tak percaya, lalu berlari menuju mobil Charlie. Dia tahu betul lelaki tua tersebut mencari-cari kunci rumahnya.

"Dapat!" Becca tersenyum senang kala menemukan kunci rumah yang dicarinya. Untungnya kuncinya tersimpan rapi di laci dashboard mobil. Gadis itu pun langsung menunjukkan kuncinya kepada Charlie.

"Haha! terima kasih Becca!" ucap Charlie yang sebenarnya merasa malu dengan dirinya sendiri.

"Kau harus menjalankan kehidupan yang lebih sehat dari sekarang, agar tidak mengalami demensia. Kebiasaan lupa-mu semakin parah tuan Brown," imbuh Becca yang sudah menghampiri keberadaan Charlie.

"Aku akan berusaha, terima kasih sudah memperhatikanku," jawab Charlie sembari memasukkan kunci ke lubang pintu. Posisinya membelakangi Becca.

"Aku akan memanggil Jonas dahulu ke rumah!" sebelum mendengar persetujuan Charlie, Becca sudah lebih dahulu berlari memasuki rumahnya.

"Sudah kubila--" Charlie langsung menjeda ucapannya kala melihat Becca sudah berlari memasuki rumah. Dia sekarang hanya bisa menggeleng tak percaya. "Dasar gadis itu, tak pernah berubah!" komentarnya.

Bruk!

Becca membanting pintu kamar Jonas dengan sengaja. Namun dahinya langsung berkerut tatkala tidak menyaksikan kehadiran sang adik.

"Jonas?" sekarang Becca menelusuri kamar adiknya. 'Mungkin saja dia bersembunyi,' pikirnya. Dia mengedarkan pandangannya ke segala penjuru ruangan.

Becca menghela nafas panjang, karena tidak berhasil menemukan Jonas. Dia akhirnya kembali lagi mendatangi Charlie sendirian.

Charlie terlihat sudah sibuk memainkan mesin penghisap debu di ruang tamu. Dia langsung menghentikan aktifitasnya ketika melihat kemunculan Becca.

"Sudah kubilang kau tidak perlu repot-repot begini!" Charlie menegaskan.

"Biar aku tanya kepadamu tuan Brown, berapa jam kau akan membersihkan semuanya seorang diri?" balas Becca seraya melakukan pose berkacak pinggang.

"Mungkin sekitar tiga jam lebih?" Charlie memiringkan kepalanya karena mencoba mengira-ngira.

"Berarti jika aku membantu, kemungkinan kau akan selesai dalam dua jam. Atau mungkin satu jam pun cukup!" ucap Becca percaya diri. Kemudian segera mengambil alat pembersih untuk dibawa.

"Ya sudah kalau kau memang memaksa, aku tak bisa melarang!" sahut Charlie sembari mengulurkan kedua tangannya.

"Kau belum membersihkan lantai dua kan?" tanya Becca yang tengah mendongakkan kepalanya ke atas.

"Belum, kau bisa mengambil alihnya!"

"Oke Charlie!" Becca segera berjalan menaiki tangga sambil membawa sapu dan alat pel lantai.

Becca membersihkan lantai dan debu dengan cekatan. Dia sebenarnya membersihkan dengan asal-asalan, yang terpenting untuknya adalah terlihat bersih.

Ketika memasuki sebuah kamar, Becca tidak sengaja menyaksikan penampakan sebuah kasur. Dia tak kuasa menahan diri untuk tidak merebahkan tubuhnya. Apalagi kasur di hadapannya terlihat empuk dan nyaman. Tanpa pikir panjang gadis tersebut langsung merebahkan dirinya, lagi pula dia juga sudah menyelesaikan pekerjaannya.

Di sisi lain, Charlie sudah selesai membereskan rumah di bagian lantai pertama. Lelaki itu sekarang tengah keluar untuk membuang beberapa barang tak berguna. Tanpa diduga sebuah mobil cadillac perlahan berhenti di depan rumah yang akan disewakannya.

Lelaki jangkung yang ada di dalam mobil pun keluar. Dia adalah Jack, orang yang akan menyewa rumah Charlie.

"Jack! kenapa kau datang sangat cepat? bukankah besok? atau aku yang lupa?" tanya Charlie sambil bergegas menghampiri.

Jack menatap bingung Charlie. "Tidak tuan Brown, aku memang akan datang hari ini." jelas Jack sembari tersenyum tipis.

"Maafkan aku, sepertinya aku yang lupa," Charlie menunduk kecewa.

Jack tersenyum tipis dan berucap, "Tidak masalah, yang penting kita bertemu sekarang." Dia pun segera mengambil barang-barangnya di bagasi.

"Tapi, aku belum membereskan rumah sepenuhnya!" tutur Charlie.

"Tenang saja Charlie, aku sangat ahli membereskan rumah." Jack mengungkapkan. Alhasil Charlie pun tidak punya pilihan lain selain setuju. Dia segera membantu Jack membawa barang-barang masuk ke dalam rumah.

Di saat sedang sibuk beres-beres, tiba-tiba Charlie mendapatkan panggilan telepon dari putrinya. Setelah mendapatkan panggilan tersebut, Charlie terlihat ingin lekas-lekas pulang.

"Maafkan aku Jack! aku lupa menjemput cucuku, aku janji akan segera kembali!" ungkap Charlie yang sebenarnya merasa tak enak. Namun Jack sama sekali tidak mempermasalahkannya. Charlie pun telah pergi dengan mengendarai mobilnya.

Jack tampak mendengus kasar. Dia sekarang melangkahkan kaki menaiki anak tangga. Namun ketika dia memasuki sebuah kamar, dirinya menemukan seorang gadis sedang tertidur pulas.

...***...

Catatan : Demensia adalah istilah psikologis hilangnya memori jangka panjang yang sering terjadi pada orang tua. Atau lebih sering disebut pikun.

Bab 3 - Pertemuan Pertama

Becca mengerjapkan matanya beberapa kali. Ia telah terbangun dari tidurnya. Gadis itu menggeliat sejenak, kemudian mengecapkan lidahnya beberapa kali. Namun ketika dirinya menoleh ke arah pintu, Becca langsung dibuat kaget oleh seorang pria yang sedang berdiri memandanginya.

"Si-si-siapa kau?!" tanya Becca yang tergagap karena saking terkejutnya.

"Jack." Lelaki dengan sorot mata tajam tersebut menjawab singkat.

"Jack?" dahi Becca berkerut. Dia mencoba menelusuri otaknya untuk mencari nama Jack yang pernah dikenalnya. Nihil, lelaki di hadapannya sekarang tidak ada dalam riwayat daftar nama yang tercatat dalam otaknya.

"Kau?" tanya Jack, yang lagi-lagi hanya mengucapkan satu kata.

"Be-becca..." sahut Becca meragu.

"Hmmh! sepertinya kau kelelahan membantu Charlie," tebak Jack sembari mengambil alat penyapu yang diletakkan begitu saja oleh Becca di lantai.

"Iya. Kau..."

"Penyewa rumah ini," Jack sengaja memotong kalimat Becca.

"Oh begitu." Becca mengusap tengkuknya tanpa alasan.

"Ya sudah, lebih baik kau pulang saja. Aku akan membereskan semuanya sendiri," ujar Jack ramah. "Ngomong-ngomong apa perlu ku-antar? rumahmu tidak jauh kan?" tambahnya.

"Rumahku ada di sebelah," jawab Becca enggan.

"Benarkah? ah! maaf jika aku bersikap terlalu dingin di awal tadi. Aku tidak menyangka kau adalah tetanggaku!" Jack tiba-tiba mengulurkan tangan.

"Yah, itu wajar saja! kan aku tadi tertidur di tempat yang jelas-jelas bukan rumahku, ahaha!" Becca menyambut tangan Jack. Dia lagi-lagi berbicara dengan nada enggan.

"Santai saja nona..." Jack menatap penuh tanya.

"Green!" Becca yang mengerti segera menjawab.

"Green? kau putri dari David Green?" terka Jack.

"Kau mengenalnya?" Becca bertanya dengan nada datar. Sebab dirinya selalu merasa malas membicarakan perihal ayahnya.

"Tentu saja, dia yang mengarahkanku untuk mendapatkan rumah sewaan sebagus ini." Jack menjelaskan.

"Oh." Becca merespon dengan tak acuh.

"Ya sudah aku lebih baik pulang sekarang," ungkap Becca seraya berderap menuju pintu.

"Baiklah, senang berkenalan denganmu Becca!" ucap Jack sambil tersenyum simpul. Namun Becca hanya membalas dengan senyuman tipisnya.

Becca sekarang keluar dari rumah Jack. Dia sekarang benar-benar berniat ingin beristirahat di kamarnya.

Bruk!

Becca menghempaskan dirinya ke atas kasur. "Akhirnya... surgaku..." gumam Becca yang merasa sangat nyaman dengan pulau kapuk kesayangannya.

Sore berganti malam, David baru saja pulang ke rumah. Dia membawakan sekotak pizza berukuran besar untuk makan malam.

"Guys! aku bawakan pizza, cepat turun! dan ayo kita makan malam bersama!" pekik David sembari menatap ke arah tangga. Berharap suaranya bisa menembus indera pendengaran kedua anaknya.

Tak! tak! tak!

Jonas sang pemuja pizza langsung keluar dari kamar dengan kecepatan penuh. Sedangkan Becca memang sengaja berdiam diri di kamar, karena tak mau berdebat lagi dengan sang ayah.

"Becca mana?" tanya David kepada Jonas.

"Entahlah! sepertinya dia masih marah kepadamu," jawab Jonas seraya menggigit sepotong pizza.

David terlihat khawatir dan hanya terpaku pada pizza yang ada di hadapannya.

"Ayah! kenapa kau bengong? bukankah harusnya kau menemui Becca?" Jonas mengernyitkan kening.

"Haruskah?" David malah berbalik tanya.

"Aku nggak tahu! itu urusanmu dan Becca. Tetapi aku mengusulkan, kau lebih baik bicara kepadanya. Dan jangan langsung memarahinya!" terang Jonas santai.

Dengan helaan nafas panjang, David pun akhirnya bangkit dari tempat duduknya lalu berjalan menaiki anak tangga. Dia sekarang berada di depan pintu kamar Becca.

Ceklek!

David membuka pintu dengan pelan dan berucap, "Becca? ayo kita makan malam."

"Apa pedulimu? bukankah aku hanya pembuat onar dan pencoreng nama baikmu?" sinis Becca tanpa menatap lawan bicara.

"Maafkan aku perihal tadi siang. Aku hanya sedih dengan berakhirnya pendidikanmu." David berterus terang.

"Kau memang sangat pintar menciptakan alasan David! bahkan ketika ibu meninggal kau masih saja berkilah!" Becca sekarang berdiri dan menatap ayahnya.

"Bisakah kau berhenti membahas perihal kematian Ibumu!!!" David kembali tak kuasa menahan diri. Tanpa sengaja ia kembali membentak Becca. Hal itu sontak membuat Becca tersentak kaget. Bahkan Jonas yang sedang berada di lantai bawah pun dapat mendengar suara teriakan David.

"Pergilah sekarang! dan nikmati saja pizzamu bersama Jonas!" Becca memaksa David keluar dari kamar.

"Becca, aku tidak bermaksud--"

"Keluar!" tegas Becca yang telah berhasil mengeluarkan sang ayah dari kamarnya. Dia pun lekas-lekas menutup pintu kamar dan menguncinya.

...-----...

[Flashback On]

Tiga tahun yang lalu. Tepatnya ketika Sarah Green ibunya Becca mengalami kecelakaan di sebuah persimpangan jalan. Kala itu mobilnya tengah terbalik, dan Sarah sedang terjebak di dalamnya. Tubuhnya tak bisa bergerak sama sekali. Dirinya hanya bisa mengharapkan bantuan polisi terdekat, yang tidak lain adalah suaminya sendiri.

"Honey! bisakah kau menolongku? aku sekarang terjebak!" Sarah memberitahu suaminya melalui panggilan telepon. Tubuhnya bergetar sambil menangis ketakutan.

"Apa maksudmu Sarah?! kau dimana? sudahkah kau melakukan panggilan darurat?" tanya David khawatir dari seberang telepon.

"A-aku..." Sarah mendadak terdiam.

"Sarah?! Sarah?!" David memanggil berkali-kali. Tetapi ia hanya mampu mendengar suara berisik yang tidak beraturan. Tanpa ba bi bu, David segera bergegas masuk ke dalam mobilnya. Padahal kala itu dirinya tengah mengurus kasus kerusuhan. Omelan atasannya dia abaikan begitu saja. David meluncur sendirian demi menyelamatkan sang istri. Namun saat telah tiba, David menemukan istrinya sudah terkapar lemah di atas tanah. Dia pun segera membawa Sarah ke rumah sakit.

Becca yang saat itu masih SMA bergegas mendatangi rumah sakit untuk melihat keadaan Sarah. Tetapi dia malah menerima kabar yang menyebabkan hatinya sakit. Sekarang ibunya telah pergi untuk selamanya. Cairan bening lolos begitu saja dari kedua matanya.

Kaki Becca terasa lemah, dia mendudukkan dirinya ke lantai dan meratapi kesedihannya.

"Aku sangat menyayangkan dengan keadaan pasien yang bernama Sarah Green. Jika dia ditolong lebih cepat, pasti akan selamat!"

"Sudahlah Ed, kau memang selalu begitu jika tak berhasil menyelamatkan pasien."

Percakapan yang terjadi di antara seorang dokter dan perawat berhasil menarik perhatian Becca. Apalagi ketika telinganya mendengar nama sang ibu disebutkan. Alhasil Becca terpengaruh dengan pembicaraan kedua orang dari pihak medis tersebut.

'Andai David tidak terlambat, Ibu sekarang pasti masih hidup!' batin Becca sembari berusaha berdiri. Dia lantas segera menemui David. Kebetulan ayahnya berada tidak jauh dari posisinya.

"Aku ingin bicara!" desak Becca. David terlihat sedang berbicara kepada dua rekannya.

"Kau tidak apa-apa?" tanya David sambil memegangi pundak Becca lembut. Namun dia langsung mendapat penolakan.

"Kenapa kau sangat terlambat mendatanginya?!" timpal Becca.

"Apa maksudmu?"

"Kau datang terlambat menyelamatkan Ibu!"

"Aku kebetulan mengurus kerusuhan yang sedang terjadi!" David memberikan alasan.

"Jadi itu lebih penting dari pada keadaan istrimu!"

"Becca! jangan bicara seenaknya! aku sudah berusaha secepat mungkin untuk menyelamatkan Sarah!"

"Bulshit!" respon Becca dengan keadaan mata yang berembun. Perlahan cairan bening pun memenuhi area pipinya. Hal yang sama sebenarnya dirasakan oleh David. Dia sebenarnya juga menyalahkan dirinya sendiri.

Mungkin saat itu Becca hanya menjadikan David sebagai kambing hitam. Dia sangat terpukul atas kepergian ibunya. Bagi Becca, satu-satunya orang yang mengerti dan peduli terhadapnya hanyalah Sarah. Dia sekarang tidak tahu harus bagaimana menjalani kehidupan tanpa kasih sayang sang ibu.

David hanyalah seorang ayah yang selalu mempedulikan pekerjaan dan reputasinya. Itulah alasan utama kenapa Becca semakin membencinya. Ia tak pernah mendapat kasih sayang yang seharusnya dari seorang ayah. Dengan kematian Sarah, hubungan di antara Becca dan David menjadi bertambah renggang.

[Flashback Off]

...-----...

Ponsel Becca tiba-tiba berdering. Dia segera memeriksa panggilan yang ternyata dari Tara. Tanpa pikir panjang, dia pun langsung mengangkatnya.

"Hai Tara!" sapa Becca.

"Wow! the crazy girl is back!" balas Tara dari seberang telepon dengan nada genitnya.

"Yeaay..." respon Becca malas.

"Kau kenapa terdengar tidak bersemangat gitu?"

"Aku habis bertengkar dengan David. Lagi!" Becca menekankan nada pada kata akhirnya.

"Bukankah sudah kubilang dari dulu, bahwa kau dan David hanya sama-sama tak mau mengalah. Jika terus begitu, sampai menjadi fosil pun kau akan terus bertengkar dengannya!" ujar Tara yang mencoba menasehati.

"Oke, jadi kapan kau ke sini?" Becca sengaja mengalihkan topik pembicaraan.

"Sebentar lagi. Aku hanya tinggal menunggu Ben!"

"Aku akan menunggu!" ucap Becca, lalu segera mengakhiri panggilan lebih dahulu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!