Suasana kantin yang ramai tak cukup untuk menghilangkan nafsu makan gadis bername tag Romeesa Syabani.
Sesuap demi sesuap nasi goreng telah masuk ke dalam perutnya.
"Eca..." suara cempreng terdengar di susul dengan sosok makhluk berjenis kelamin perempuan, rambut sepunggungnya yang terurai bergerak ketika dia mendudukkan dirinya di kursi sebelah Romeesa atau biasa dipanggil Eca.
Di name tag yang tersemat di kemejanya tertulis Rianti Putri.
"Eca...." panggilnya sekali lagi terkesan merengek karena Eca yang terus makan.
"Apaan sih Put?" jawab Eca setelah dia meneguk habis es tehnya.
"Itu si Citra berantem di belakang" jawab nya sambil memandang sekeliling kantin.
"Oh...."
Krik...krik...krik...krik....
"Is si Eca apaan sih jawabnya" Putri melayangkan telapak tangan lembutnya ke pangkal lengan Eca.
Eca mengusap usap pangkal lengannya.
Kayak ada perih perihnya.
"Kenapa lagi sih Put?main pukul pukul aja perih ini loh. kira kira dong kalau mau nabok"
"Eca sih di bilangin si Citra berantem santuy aja kayak nggak ada beban hidup aja jawab 'Oh'-nya"
"Iya masalah nya dimana Put?" Eca bingung jadinya kan.
Apanya yang salah coba?
"Iya masak si Citra berantem Eca nya malah santai aja!"
"Terus gue harus gimana Rianti Putri? apa gue harus salto salto setelah denger si Citra berantem,kan kagak mungkin" Eca menjawab lelah.
"Ya kan nggak gitu juga Ca, kalau si Citra kenapa-kenapa gimana?" Putri si negatif thinking check.
"Yak paling an lecet dikit doang, bentar lagi juga kesini itu anak" jawab Eca sambil terkekeh.
Putri cuma planga plongo mendengar kata kata yang terlontar indah dari mulut Eca.
"Ya tapi kan mereka berlima sementara Citra cuma...." sebelum Putri selesai ada suara yang cukup manis memotongnya disusul suara decitan kursi.
"Oi guys!!"
"Kan gue bilang juga apa,noh ini anak lecet doang"
Eca melirik ke arah Putri yang memindai dua makhluk berjenis perempuan di depannya.
"Lo pada kagak napa?" tanya Putri sedikit khawatir ya maklum lah dia yang paling baek di antara mereka berlima.
"*A*s you see" jawab santai si gadis yang lain adalah Citra Rinata.
"Ca...Put...lo tau kagak gimana penampilan si Citra tadi" Rai atau lebih tepatnya Raia Indira si cantik dengan rambut sebahu sambil menahan tawa nya.
"Gimana gimana?" Eca dan Putri yang mendengar nada mengejek dari suara Rai seketika ikut memainkan peran.
Rai tertawa terbahak-bahak, tangan nya tak tinggal diam memukul mukul meja.
"Anjin* nggak,dia main jambak jambakkan, lebih parahnya lagi mereka berantem gara gara cowok"
Seketika itu juga Eca dan Putri tertawa tak kalah hebohnya dari Rai.
"Ngakak anjir...geli bat dah berantem gara gara cowok, kurang sibuk ya lu Ra?" Eca terbahak dengan nada bercanda nya.
"Apaan sih asw?elu mah Rai nggak bisa jaga rahasia" Citra memanyunkan bibirnya, tangan tak tinggal diam menggeplak lengan ketiga sohibnya itu.
"Btw gue puas banget loh Ca udah jambak jambak rambut merahnya yang kayak jablay itu"
"Emang lo berantem sama siapa Ra?" tanya Putri setelah menormalkan nafasnya, karena yang ia tahu hanya 'Citra berantem' udah itu aja.
"iya ini gue juga kepo,lu napa sampai bisa berantem terus sama siapa? gara gara cowok lagi haha" Eca kembali ngakak ngebayangin adegan Citra jambak jambakkan sama tuh cewek.
"Nih dengerin ya, gue fight sama si Salsa IPS 1. jijik aja gue anjir sama itu anak masak iya dia godain cowok gue ya meradang lah emosi gue, lu pada kan tau gue kayak gimana? ya udah gue labrak aja dia" jelas Citra sambil merapikan rambut panjangnya yang berantakan.
"Oh jadi si Salsa ini gangguin si Arga?" jelas Putri memastikan.
"100 buat lo" bukan Citra yang menjawab tapi Eca masih dengan tawanya yang renyah.
Sedangkan yang ditanya mengangguk kan kepalanya masih dengan tangan yang merapikan rambut dan pakaiannya.
Awas loh Ca perut lu ntar keram hehe.
"Itu bibir nggak mau di obatin?" Rai mode perhatian check.
"Kagak ngapa, cuma dikit sans ae" jawab Eca.
"Gue kagak nanya sama lu btw" Rai memutar bola matanya jengah.
"Sans Rai marah marah mulu, ntar cepat mati loh" balas Eca sambil tersenyum manis.
"Ca kenapa ya? kalau liat muka lo, jiwa psikopat gue meronta" balas Rai dengan nada bercanda.
"Eh itu si Salsa ntuh" suara manis Putri seakan akan menjadi komando untuk ketiga ciwi itu untuk melihat ke arah pintu masuk kantin.
Di sana nampak Salsa dan empat teman cewek nya berjalan bak model.
Seakan-akan alam tak merestui dengan tingkah mereka, satu diantara mereka berlima terpeleset.
Gelak tawa bergema di seluruh penjuru kantin.
Cewek Itu yang tak lain Rani menunduk karena malu.
"Malu nggak tuh?" suara Eca yang renyah bergema diantara gelak tawa penghuni kantin.
"Malu lah masa enggak" jawab Citra, Putri,dan Rai serempak diiringi gelak tawa mereka.
Sebagian penghuni kantin mengangkat jempolnya ke arah mereka berempat.
Salsa dan anggota nya yang kepalang malu berjalan cepat ke arah meja kosong yang kebetulan melewati meja Eca.
"Cantik cantik jangan suka godain cowok orang ya!!" suara Citra terdengar jelas karena tawa yang sudah mereda.
"Di katain lont* lo nggak terima anjink" lanjut Eca tak kalah lantang bedanya suara Citra tegas kalau suara Eca renyah renyah gimana gitu.
Salsa seketika berhenti ditempat dan memutar tubuhnya ke arah Eca dan sohibnya.
" Maksud lo apaan? ngatain kita hah?" balasnya dengan suara yang tak kalah keras.
"Apa lo? marah? nggak terima?" jawab Eca yang tersenyum smirk.
Romeesa memang memiliki sifat paling aneh di antara mereka berempat.
Dia tak suka orang yang di dekatnya di ganggu,dia juga punya prinsip 'dari pada menjadi mangsa ia memilih menjadi pemangsa'.
"Gue nggak ada masalah ya sama lo" jawab Salsa sambil menatap Eca. matanya terpaku melihat mata kelam milik Eca.
Eca melangkah mendekati salsa, sedikit membungkuk untuk mensejajarkan mulutnya dengan telinga Salsa, ia berkata sambil menepuk pelan pundak Salsa.
"Lo ganggu sahabat gue,so you're just teasing me".
Eca melangkahkan kakinya meninggalkan Salsa yang masih mematung, kemudian Citra, Rai dan Putri mengikuti satu persatu.
"Bye *****" ucap mereka sambil tertawa meremehkan.
Tubuh Salsa bergetar,entah marah atau menahan tangis.
Bagaimana tidak seluruh pusat perhatian tertuju pada dirinya sekarang.
"Tenang Sa, nanti kita balas" Rani memegang pundak Salsa sambil berbisik dengan wajah yang sama marahnya.
Ia ingat yang mempermalukan nya waktu jatuh tadi adalah Eca dan kawan nya.
Salsa yang mulai tenang berbalik meninggalkan kantin.
......〰️〰️〰️......
Hy para readers.
yang udah pada baca Absurd Girl vs Ice Boy pasti udah kenal aku kan.
sebelumnya aku mau minta maaf kalau cerita Absurd Girl vs Ice Boy terkesan gantung.
tapi insyaallah cerita kali ini bakal author buat semenarik mungkin dan chapter nya insyaallah juga lebih banyak.
jadi seperti biasanya para readers tercinta tinggalkan jejak kalian ya.
Eca tak perduli dengan Salsa dan masalah yang menggemparkan kantin.
Dia sama sekali tak peduli.
Apa tidak senang?meet me and we will solve iit.
Langkah kakinya tegas berjalan menelusuri lorong kelas satu persatu.
"Eca tunggu in woi" teriakan Citra nan membahana membuat mereka lagi dan lagi menjadi pusat perhatian.
"Apaan sih Ra? teriak teriak malu tau" balas Eca memelankan langkahnya.
"Lah gue kagak malu tu" jawabnya santai.
Sementara itu Putri dan Rai bersikap seolah olah mengatakan 'dia bukan teman gue'.
"Lo nggak malu, tapi gue malu" Eca menjitak pelan jidat Citra.
Citra yang merasa di perlakukan seperti ana kecil hanya cemberut.
"Eh tapi tadi lo keren bat lo Ca" Rai beralih ke samping Eca sambil sesekali menebar senyuman nya ke arah adik kelas yang menyapa nya.
"Lah kok baru nyadar si anying? dari tadi kemana aja Lo" nada narsisme dan becanda nya berpadu padan dengan suara renyah nya.
"Ye si Markonah pantang si puji" degusan pelan dari Rai yang sudah salah memuji Eca.
Sedangkan Eca, Citra dan Putri hanya terkekeh ringan melihat ekspresi kesal Rai.
"Bejanda gue mah" jelas Eca setelah sampai di kelasnya.
"Tau gue" jawab Rai sambil menghempaskan tubuhnya ke tempat duduknya.
"Tau apaan lo?" tanya Citra sambil duduk di sebelah Eca.
"Gue tau kalau si Eca tu janda,haha" Rai terbahak-bahak mengingat candaannya.
"**** Rai" balas Eca sambil memukul-mukul Rai dengan buku.
...♏♏♏...
Sementara itu di ruang 12 IPA 1 begitu gaduh karena ketidak hadiran guru mata pelajaran alias jam kosong and no task. ini baru namanya surga dunianya pelajar.
"Ga cewek lu ganas ya" suara khas laki laki terdengar di antara banyaknya jenis suara di kelas itu.
"Ye baru tau aja lo" jawab si lawan bicaranya yang tak lain Arga pacarnya Citra.
"Gue pikir dia tipikal kalem kalem gitu karena dilihat dari tampangnya" balas Vero satu diantara 4 lelaki itu.
"Iya makanya gue bilang cewek si Arga ager ganas" timpal Jeno sambil menarik ulur beranda media sosial nya.
Udah kayak perasaan aja bang di tarik ulur.
"Tapi kok gue suka ya sama cewek lo bro" Vero menepuk pelan pundak Arga.
"Cari mati lo hah?" Mata Arga sudah setajam silet.
"Canda bro,lo mah serius bener" Vero terkekeh garing melihat tatapan Arga.
"Lo mah nggak kira kira bro" Jeno tertawa meledek Vero yang di buat kicep oleh Arga.
Jeno dan Vero saling lirik, seolah olah mereka mengerti isi pikiran lawan bicaranya hanya dengan lirikan mereka tertawa terbahak-bahak dengan tangan yang tak tinggal diam.
"Hati hati tangan lo!" terdengar suara khas laki laki yang bisa membuat hati kaum hawa bergetar, yang membuat tangan Jeno menggantung di udara.
Jeno menatap ke arah samping kirinya menatap sumber suara dan seketika cengengesan.
"Sorry Yan kagak sengaja gue"
"Hm..." sedangkan sang empunya hanya berdehem.
Dia Maqil Liban Zayan atau lebih sering disapa Zayan atau Yan memiliki arti yang sangat sangat indah yaitu Kecerdasan anak laki-laki yang digunakan untuk mencapai kesuksesan yang cemerlang.
Bagaimana tidak Zayan diusianya yang kini sudah 18 tahun sudah memiliki usaha kecil-kecilan.
Ibarat kata buat uang pergi nongkrong dia sudah tidak perlu meminta lagi dari orangtuanya.
Tak hanya good name Zayan juga good attitude dan pastinya good looking.
Perawakannya tinggi dengan rambut hitam legam,matanya berwarna hitam serasi dengan rambutnya.kulit bersih tanpa noda.
Seolah olah Tuhan sangat bahagia ketika menciptakan nya.
"Tapi gue sendiri nih ya, lebih suka sama gaya temen cewek lo yang pakai Hoodie, keren abis cuy, suaranya juga bah mantap bat" Jeno kembali berujar sambil mengingat kembali kejadian di kantin tadi.
Memang kebetulan, bukan kebetulan juga sih karena emang si Arga ngikutin Citra makanya mereka menyaksikan live di kantin tadi.
"Si Eca maksud lo?" Arga melirik Jeno memastikan.
"May be?" jawabnya mengangkat bahu.
"Iya sih dia memang lebih menarik si antara mereka berempat" tambah Vero.
"Rok di bawah lutut, kaos kaki sampai lutut membuat kakinya tertutupi" terang Arga.
"Hoodie kebesaran pakai kupluk menutup rambutnya" tambah Jeno.
"Cantik kan?" Jiwa fukcboy Vero menggelora.
"Iya"
"Bener"
"Cantik"
Seketika tiga pasang mata menuju ke sumber yang sama.
Satu orang, satu objek dan satu nama Zayan.
Zayan si pria kalem yang tak pernah dekat dengan wanita manapun selain keluarganya memuji seorang wanita.
Apakah dia salah minum obat?
Zayan yang merasakan tatapan mengarah padanya melirik datar.
"Apa?"
"Nothing bro " jawab mereka serempak.
...♏♏♏...
Bel berdering 4 kali menandakan bahwa usainya proses belajar mengajar hari itu.
Siswa maupun siswi berhamburan keluar ruangan kelas.
"Ca lo balik pakai apa?" tanya Citra sambil menenteng tas nya.
"Biasa" jawab Eca sambil membuka bungkusan permen karet.
"Pakai Bus Ca?" Putri antusias bertanya.
"Hm" timpal Eca seadanya.
"Ikut dong" Putri mengedipkan matanya.
Eca, Citra dan Rai saling pandang.
"Kenapa mata lo? kejang?"
"Ih Rai bisa aja ngelawak nya,kan jadi pengen" balas Putri sambil tersenyum manis ke arah Rai.
"Pengen apa lo? jan ngadi ngadi!" mereka merinding melihat tatapan Putri.
"Pengen nampol Markonah"
Putri yang kepalang kesal berjalan cepat meninggalkan tiga sengklak itu.
Ternyata berlama-lama dengan mereka tidak baik buat kesehatan nya.
"Lah ditinggal" Rai tertawa kecil melihat kelakuan Putri.
"Udah sana susulin! nanti anaknya hilang bapaknya ngamuk" canda Citra sambil mendorong pelan tubuh Rai.
"Ya udah gue duluan ya, bye" balasnya sebelum berlari mengejar Putri sambil berteriak.
"Put tungguin".
Eca dan Citra berjalan ke arah gerbang sekolah, duduk di halte sambil menunggu Bus yang akan mengantarkan mereka ke tujuan.
"Ra lo nggak balik bareng Arga?" tanya Eca penasaran.
Tumben tumbenan ini anak balik pakai Bus?
Biasanya mah kalau nggak di antar jemput supir kalau nggak di antar jemput Arga.
Bawa kendaraan sendiri sih ada dia cuma jarang.
Citra yang tengah asik memainkan kukunya terdengar sedikit menghela nafas.
"Lagi males aja gue sama doi" jawabnya.
"Ohh" Eca mengangguk angguk paham.
Dia merogoh tasnya guna mengambil earphone dan menghubungkan ke gawai nya.
Mendengarkan musik santai sambil menunggu Bus bukanlah ide buruk pikirnya.
"Ca tuh Bus nya sampai" suara Citra menyadarkan Eca dari terhanyut nya dia dalam alunan lagu.
Eca berdiri dari duduknya, merapikan roknya yang sedikit berantakan lalu melangkah ke arah Bus yang sudah berhenti di depannya.
Dia duduk di bangku penumpang dekat jendela berdampingan dengan Citra.
Menyenderkan kepalanya ke kaca ia mulai terhanyut lagi ke dalam alunan lagu,lagi!
......〰️〰️〰️......
Jangan lupa vote men dan like nya ya
Betah ya guys
Aroma kue menusuk penciuman Eca yang baru saja menutup pintu rumahnya.
Menghirup nafas dalam-dalam dan melangkah ke dapur,favorite room Bunda nya.
"Bikin apaan Bun?" tanyanya sambil duduk santai di meja makan.
"Astaga kak! bikin kaget Bunda aja kamu mah" Bunda memegang dadanya sambil menormalkan nafasnya.
"Hehe... ya maaf Bun, habisnya Bunda asik banget sih sampai kagak ngeh kalau kakak disini" Eca hanya cengengesan sambil melepas Hoodie nya.
"Kakak mah kebiasaan, nggak salam, sapa atau apapun itu, tiba-tiba aja datang. untung Bunda nggak ada riwayat jantung" petuah Bunda sambil memasukkan adonan kuenya kedalam Oven.
Eca memandang deretan kue di atas meja satu persatu, berbagai bentuk, berbagai ukuran, dan berbagai warna, intinya bervariasi. hehe
"Bun, ini kue siapa aja yang punya?" Eca mencolek sedikit butter cream yang sudah ditata di kue.
Plak...
Sebelum tangan Eca merusak kue Bunda sang empunya kue sudah memukul tangan pakai sendok kayu.
"Awww, Bunda apaan sih jahat bener, sakit loh Bun" Eca merengek manja ketika sendok itu mendarat dengan sempurna di tangannya.
"Mak gue insting nya kuat bener"
"Kamu sih kak kebiasaan, nanti kalau rusak kuenya gimana? kakak mau bantuin Bunda bikin lagi?apa mau?" Bunda meletakkan kue di depan Eca.
"Enggak deh Bun makasih,kagak bisa aku bantuin Bunda yang ada nanti nggak ngembang kuenya kayak orang sebelah" Eca menjawab sambil mulai memakan kue yang sudah di potong potong itu.
Enak.
"Siapa kak?" tanya Bunda penasaran.
"Eits, nggak boleh sebut merek, hehe" Eca cengengesan sambil memasukkan sesuap demi sesuap kue.
"Ya udah deh iya nggak boleh sebut merek" jawab Bunda setelah duduk di kursi samping Eca.
"Tapi kakak bantuin Bunda ya anterin pesanan".
"Iya nanti kakak anterin, sekalian mau ke mini market" jawabnya setelah menuntaskan kue dihadapannya.
"Kakak kalau capek nggak usah kerja, biar Bunda aja yang kerja sayang" Bunda mengusap pelan rambut panjang Eca sambil menatap sayang putri sulungnya itu.
"Enggak kok Bun, Eca suka kok kerja di situ, Eca jadi punya banyak temen" jelasnya balas menatap Bunda dengan tatapan sayang.
Tiba tiba tangan Bunda berhenti, menyibak kan sedikit demi sedikit rambut Eca.
Eca menatap heran Bundanya ketika menyibak rambutnya satu persatu.
"Kakak ini rambut kenapa warna warni kayak gini hah?" Suara Bunda yang melengking menusuk indra pendengaran Eca.
"Bun suara tolong lah, telinga aku berdengung ini" Eca meringis sambil mengusap telinganya.
"Nggak usah ngalahin pembicaraan kakak, Bunda tanya ini kapan rambut dicat hah?" Bunda lagi dan lagi memegang rambutnya yang berwarna biru campur maroon ditambah sedikit abu abu-abu itu.
"Hehe ini semalam Bun kakak cat,cantik kan?" Eca menaik turunkan alisnya menggoda Bunda tercinta.
Eca tau kalau Bundanya tidak terlalu suka dengan rambut yang di warnai, for your information waktu itu pernah Eca memotong rambutnya untuk di warnai, Bundanya kagak tau karena kalau menurut Eca 'lebih baik minta maaf dari pada minta izin', karena motto itulah Eca pulang pulang kena ceramahi berjam jam, di diemin Bunda, dan yang paling parah yaitu setiap Eca salah pasti masalah itu di ungkit ungkit terus.
"Apa apaan cantik, itu udah kayak pelangi warna warni!" marah Bunda.
"Kan pelangi bagus Bun" canda Eca.
"Menjawab lagi?" Bunda menatap nyalang Eca.
"Di jawab salah nggak dijawab salah,apasih sebenarnya mau ini emak?" dumel pelan Eca.
"Kamu bilang apa?" Bunda menatap dengan tatapan menyelidik kearah Eca.
"Kagak ada Bun,ini Eca mau siap siap dulu, jan marah marah lagi Bunda cantik,muach" Eca berceloteh sambil mengecup singkat pipi Bundanya lalu segera berlalu ke arah kamar dengan cepat.
Bunda hanya menggeleng pelan melihat kelakuan anak nya yang satu ini.
Dia sebenarnya tak marah Eca mewarnai rambutnya tapi dia hanya ingin putrinya lebih disiplin.
......................
Eca mengusap lembut dadanya kala sampai di depan pintu kamarnya.
"Huh selamat, untung gue pintar, makasih otak" Eca beralih mengusap kepalanya seperti mengusap kucing.
"Ngapain kak?" suara khas gadis remaja terdengar dari samping nya.
Seketika saraf saraf di tubuh Eca langsung bereaksi menyebabkan ia melompat karena kaget.
"Elin apaan sih ngagetin kakak aja!" Eca bersandar lemah di pintu kamarnya.
Apa mungkin ini karma karena tadi sang Bunda terkejut olehnya.
"Lah kakak ngapain kayak gitu? orang juga cuma nanya" Elin menjawab dengan ekspresi tanpa rasa bersalah.
Namanya Herlina Syabani atau biasa di panggil Elin , adik semata wayang Eca yang kelakuannya sebelas dubaelas dengan sang kaka.
Selisih umur mereka tiga tahun.
"Au ah kakak lagi males ngomong sama kamu, mending ke dapur gih Bunda manggil tadi, katanya mau minta tolong beresin dapur, gih sono cepetan ntar diamuk Bunda kakak nggak ikut ikutan" Eca melambai-lambai tangannya isyarat untuk menyuruh pergi.
Eca menutup pintu kamarnya lalu menguncinya, ia antisipasi untuk apa yang bakal terjadi di waktu berikutnya.
Eca terkekeh membayangkan apa yang akan terjadi sebentar lagi.
Sementara itu diluar kamarnya Elin hanya memandang cengo pintu kamar kakaknya yang sudah tertutup rapat.
"Aku nggak niat ngagetin loh, ya udah lah daripada diamuk Bunda lebih baik ke dapur aja" monolognya sambil melangkah ke dapur.
"Bun yang mana yang mau di beresin?" tanyanya mulai mengumpulkan satu persatu alat kue Bundanya.
"Lah adek tumben rajin biasanya mah malasnya minta ampun?" Bunda terheran melihat anak bungsunya yang sedang merapikan alat alat kue nya.
Elin seketika menghentikan kegiatannya lalu menoleh ke arah Bunda yang menatap nya heran.
"Bukannya Bunda yang minta tolong sama aku?" Elin menatap Bundanya yang heran.
"Kok perasaan gue kagak enak ya" batin Elin.
"Enggak tuh mana ada Bunda minta tolong" Bunda menggeleng pelan.
"Tapi kakak––" seketika Elin menyadari kalau kakaknya sedang mengerjai nya,ia langsung berjalan ke arah kamar kakaknya sambil berteriak.
"KAK ECAAAAA!!!!!!".
"Eh adek mau kemana? mumpung udah di sini lanjutin aja bantuin Bundanya" Bunda tersenyum lebar melihat putri bungsunya.
"Tapi kan Bun––" Elin menatap melas Bundanya.
"Nggak ada tapi tapian sayang,ayok sini bantuin Bunda" Bunda menarik pelan tangan Elin.
Sementara itu di kamarnya Eca tertawa puas setelah mendengar teriakkan Elin.
"Siapa suruh ngagetin gue, rasain tuh, hahaha" Eca memegang perutnya yang ngilu karena terlalu banyak tertawa.
......................
Eca sudah siap siap untuk bekerja, ia berjalan ke arah cermin untuk menyanggul rambutnya, menyusun rapi rapi untuk menutupi warna di rambutnya.
"Weh dah rapi aja nih" ujar Elin ketika melihat Eca keluar dari kamar.
Eca melihat Elin yang tengah rebahan sambil menonton televisi.
"Iyalah emang kayak orang sebelah yang udah jam segini belum mandi juga" Eca melenggang ke arah dapur untuk mengambil kue pesanan tadi.
"Kagak denger!!!!" jawab Elin santai sambil memakan kue.
Eca tersenyum kecil melihat kelakuan adiknya itu.
"Udah siap kak?" tanya Bunda ketika melihat Eca.
"Udah Bun, kuenya mana?" jawab Eca langsung saja menghampiri Bunda tercintanya.
"Ini kak, alamat nya udah tau kan?" Bunda menyodorkan 2 kotak kue ke tangan Eca dengan hati.
"Udah Bun" jawab Eca sambil menenteng kotak kue dengan hati hati.
"Ya udah hati hati ya kak" pesan Bunda ketika mengikuti langkah Eca sampai depan pintu.
"Iya Bun, aku berangkat duluan ya" Eca mencium tangan Bunda setelah menyusun kotak kue di motornya,
"Elin kakak berangkat" teriak Eca setelah menghidupkan motornya.
"Hati hati" balas Elin dari dalam rumah.
Eca melajukan dengan pelan kuda besinya meninggalkan pekarangan rumahnya, memasuki jalan raya barulah Eca menambah kecepatan nya.
...****************...
Terimakasih ya untuk readers yang sudah baca 'Romeesa Syabani'.
Jangan lupa di like ya.
Kasih komentar juga ya.
Satu lagi jangan lupa di jadiin favorit ya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!