NovelToon NovelToon

QUEEN Tomboy & RAJA Es Batu

Prolog

(Biar gak oleng atau bingung baca dulu season pertamanya Zara, aku mencintaimu. Karena memang saling berhubungan dengan masalalu ....)

10 tahun berlalu ....

Suasana sekolah yang baru membuat Nara merasa senang karena akan mendapatkan banyak teman baru. Nara terpisah kelas dengan sahabat-sahabatnya dan mencari ruangan kelasnya sendiri di lantai 3. Nara menaiki anak tangga sambil bersiul-siul. Al, Ar dan Er mendapatkan kelas di lantai 2.

Belum begitu ramai para murid karena memang masih agak pagi juga.

"Tolong lepaskan aku kak, aku tidak sengaja menyenggolmu dan lagian kakak juga tidak apa-apa kan?" Ucap seorang pelajar baru yang sedang di intimidasi oleh kakak kelas.

"Hey lagi ngapain? Lepaskan Dia." Teriak Nara.

Lelaki itu menengok ke arah Nara. "Siapa kamu jangan sok jagoan, anak ingusan!" Serunya.

Badan Nara yang mungil kecil memang seperti anak kecil.

"Heh, apa kau pikir aku takut denganmu?" Nara bertolak pinggang.

"Kau berani ya padaku? kau tidak tahu siapa aku? Antonio Alexander!" Jelas Anton.

"Aku berani!" Nara mendongak menatap Anton.

"Ciiih kau bocah tengil mencoba melawanku ya?" Anton menatap tajam Nara.

"Kau juga tidak tahukan siapa aku?" Nara melepaskan jaketnya dan menjatuhkan tasnya kemudian mengambil ancang-ancang.

"Buuuggh ...." Nara menedang Antonio sampai dia terjatuh karena tidak ada persiapan melawan.

"Aww ...." Antonio memegangi perutnya yang terasa sakit.

"Hey kamu sudahlah jangan di teruskan." Ucap Fika anak perempuan yang di bully tadi.

"Biarkan saja, biar dia tahu rasa seenaknya saja membully orang lain." Ketus Nara.

Antonio bangkit dari jatuhnya dan mendorong Nara sampai mentok ke tembok dan mengepalkan tangannya. "Kau mencoba jadi jagoan ya? Kau benar-benar." Antonio memukul tembok tepat di samping pipi Nara. Nara mengerjapkan matanya tapi ternyata Antonio tidak memukulnya.

"Heh pukul nih pukul kalau emang berani?" Nara semakin nantang Antonio.

"Hah aku tidak ingin melawan perempuan, itu sama saja menjatuhkan harga diriku." Ucap Antonio masih memegangi perutnya yang terasa sakit.

Nara melihat seseorang lewat di hadapan mereka dan kemudian mengejarnya.

"Heiii tunggu kak tunggu ...." Nara mengejarnya.

"Kau ketua organisasi karate sekolah ini kan? Aku melihatmu waktu demo organisasi kemarin." Nara mengikutinya yang terus berjalan karena dia tidak menanggapi Nara.

"Heh apa kakak tuli? Apa kakak juga buta? tadi melewati aku dan temanku di bully malah melengos saja." Nara masih terus bicara walaupun lelaki itu terus berjalan.

"Kak kemampuan karatemu luar biasa, udah sabuk hitam juga tapi kenapa membiarkan orang lain di bully seperti tadi dan malah tidak menolong. Untuk apa kau berlatih ilmu bela diri tapi tidak di gunakan?" Nara masih di acuhkan malah lelaki itu mengeluarkan headset dari saku hoddienya kemudian memasang headset pada telinganya.

Wajah Nara begitu syok baru pertama kali ini bertemu dengan cowok dingin seperti ini.

"Heh kak jangan acuhkan aku!" Nara tetap mengikutinya sampai ke dalam kelas lelaki itu.

"Kau keterlaluan sekali ya orang ngomong malah cuek aja." Nara menggebrak meja tidak sadar kalau itu sudah di dalam kelas lelaki itu dan disana sudah ada beberapa orang.

Nara merasa malu. "E-eh maaf kak maaf aku salah kelas." Nara membungkukan badannya dan berlari meninggalkan kelas itu dan kembali pada Antonio dan juga Fika.

"Ya ampun memalukan sekali sih. Dasar cowok es dingin banget sih." Nara terengah-engah.

Antonio memperhatikan Nara yang bersikap begitu aneh. "Heh urusanmu denganku belum selesai."

"Tunggu, aku lelah berlari dari kelas sana." Tunjuk Nara.

"Mana bisa kau bicara padanya, dia namanya Raja ketua organisasi karate di sekolah ini. Jangan harap dia akan membantumu dia es batu tidak pernah akan bicara dengan orang lain." Jelas Antonio.

"Heh aku juga anak karate! Emang kurang tadi tendanganku itu? Apa mau lagi merasakan jurus-jurusku yang lainnya? Sini maju." Tantang Nara.

"Sudahlah ayo kita pergi nanti keburu bel." Ajak Fika.

"Sana pergilah bocil, aku tidak sudi berkelahi dengan perempuan harga diriku bisa jatuh." Antonio berlalu pergi meninggalkan Nara dan Fika berjalan perlahan dengan memegangi perutnya yang masih terasa ngilu.

"Kamu tidak apa-apa kan?" Tanya Nara pada Fika.

"Tidak, aku baik-baik saja. Terima kasih sudah menolongku darinya." Ucap Fika.

"Itu tidak masalah tenang saja aku anak karate kemampuanku ya lumayanlah bisa di perhitungkan." Jawab Nara.

"Kau murid baru juga kan? Kelas apa?" Tanya Fika.

"Iya murid baru juga. Kelas X-6" jawabnya. "Kalau kamu kelas apa?"

"Wah sama dong kelas X-6, aku beruntung sekali jadi tidak perlu cari teman lagi." Ucap Fika.

"Wah bagus tuh." Senyum Nara.

"Eh tadi kenapa mengejar cowok itu? tadi siapa namanya kata Antonio? Emmh Raja ...." Tanya Fika.

"Iya tadikan kak Raja itu lewat di depan kita keadaan kita lagi di bully sama si Antonio malah cuek aja padahal kan dia karatenya bagus udah sabuk item juga. Eh malah cuek, emang buat apaan sih belajar ilmu bela diri tapi tidak membantu oranglain." Cerocos Nara.

"Ya mungkin untuk melindungi dirinya sendiri aja tidak peduli dengan orang lain." Tambah Fika.

"Kau benar. Ini kelas kita ayo masuk dan cari tempat duduk." Ajak Nara.

Mereka memilih tempat duduk di barisan kedua, mereka duduk bersama.

"Saking panjang lebarnya aku bicara sampai lupa siapa namamu?" Tanya Nara.

"Namaku Fika Azizah panggil aja Fika. Siapa namamu?"

"Namaku Queen Nara arthisya panggil aja Nara." senyum Nara.

"Namamu saja Queen harusnya anggun cantik seksi lemah gemulai tapi ini malah gragasan dan hari pertama sekolah sudah menendang kakak kelas." Goda Fika.

"Makanya panggil saja aku Nara jangan Queen." Bisik Nara.

Mereka lebih lanjut berkenalan dan mengobrol-ngobrol juga tentang kehidupan mereka sampai akhirnya bel berbunyi dan pelajaran di mulai.

Ya dialah ....

Queen Nara Arthisya putri tercinta dari pasangan Juna dan Zara, tumbuh menjadi gadis cantik tapi bersikap tomboy karena selama ini semua sahabatnya laki-laki yaitu King Alki Arhtiditya anak Zaki dan Lexa, Si kembar Arfan Davinka dan Erfan Devanka anak Feri dan Lisa.

Nara biasa di panggil, sekarang duduk di bangku SMA kelas 1 bersama dengan sahabat-sahabatnya karena waktu kelas 3 SD Nara memutuskan untuk tinggal kelas karena ingin bareng dengan sahabatnya dan karena badan Nara juga yang mungil.

Zara tidak membuka identitas Nara sebagai anaknya seorang Arjuna Arta Wijaya karena ingin Nara tumbuh dengan namanya sendiri tanpa embel-embel orangtuanya yang terkenal kaya raya punya banyak bisnis.

Juna membebaskan Nara untuk memilih hidupnya dan keinginannya mau jadi apa, tidak memaksakan kehendaknya sendiri untuk menjadi penerus perusahaan dan menekuni bisnis. Tapi Nara juga belajar privat bisnis agar tidak terlalu buta pada bisnis. Dan ya Nara memilih karate sebagai hobinya, dari kelas 5 SD sudah masuk perguruan karate dan orangtua juga orang sekelilingnya mendukung Nara dan selalu memantaunya.

⬇️⬇️

Hari pertama sekolah setelah ospek

Nara melewati hari pertamanya dengan menyenangkan bertemu dengan banyak teman. Pelajaran bagi Nara tidak begitu sulit karena Nara juga pintar mewarisi kepintaran kedua orangtuanya.

Saat istirahat Nara ke kantin bersama Fika disana Nara bertemu dengan sahabat-sahabatnya Al, Ar dan Er.

"Kalian sudah disini?" Tanya Nara pada mereka.

"Iya, bagaimana hari pertamamu Nara? Menyenangkan tidak?" Tanya Er.

"Sangat menyenangkan. Kenalkan ini teman baruku namanya Fika." Ucap Nara.

"Hai senang bertemu dengan kalian. Salam kenal" Senyum Fika.

Fika orangnya cantik rambutnya panjang dan berkacamata tapi lebih pendiam kalau di bandingkan Nara yang aktif dan bawel.

"Haii .... Aku Erfan, ini kembaranku Arfan, ini Alki." Cerocos Er yang lebih bawel seperti Nara. Sedangkan Ar dan Al lebih kalem.

"Haii ...."

"Haii ...."

"Aku boleh bergabung ya dengan kalian." Ucap Fika.

"Boleh, apalagi kamu temannya kak Nara." Senyum Alki.

"Kakak?" Fika cukup kaget.

"Iya, kita sepupuan. Lagian umur kita beda hampir 2 tahun." Jawab Alki.

"Jadi berapa usiamu Nara?" Tanya Fika.

"Usiaku sebentar lagi 17 tahun." Bisik Nara.

"Kenapa masih kelas 1 SMA harusnya kau sudah jadi senior?" Tanya Fika.

"Ceritanya panjang. Tapi aku tetap imut kan?" Nara memainkan matanya.

"Imut banget ...." Senyum Fika.

Mereka hanya jajan saja di kantin dan juga ngobrol-ngobrol.

"Lihat itu kak Antonio menghampirimu kemari." Bisik Fika.

"Mau apa lagi dia?" Kata Nara.

"Heiii rupanya kau disini ya ...." Antonio mencoba menggoda Nara dan memegang dagunya.

"Woy lepasin jangan pegang-pegang begitu." Tangan Ar menangkis tangan Antonio dari dagu Nara.

"Kau siapa? pacarnya?" Tanya Antonio.

"Kita semua sahabatnya Nara, ada perlu apa padanya?" tanya Ar.

Er dan Alki tidak bisa berkutik kalau Ar sudah turun tangan dan hanya menyaksikannya saja.

"Tidak ada perlu apa-apa hanya menyapanya saja, lagian urusan kita tadi pagi belum selesai." Ketus Antonio.

"Menyapa boleh, tapi jangan sampai tidak sopan begitu." Ucap Ar.

Postur tubuh Arfan sama dengan Antonio tinggi.

"Anak jaman sekarang gak ada hormat-hormatnya sama senior." Ujar Antonio.

Nara memberi kode pada Alki dan Er supaya menghentikan Ar.

"Sudahlah kak jangan di teruskan, duduklah." Er mendudukan Ar.

Nara berdiri dari duduknya. "Apa yang kau bilang belum selesai? Mau aku tendang lagi?" Ucap Nara meninggikan suaranya.

"Nara kau menendangnya?" Tanya Er.

"Heh kamu jangan ngomong gitu ya, bikin malu saja." bisik Antonio.

"Makanya gak usah cari gara-gara lagi padaku, apa kau tahu kita semua belajar di perguruan karate yang sama, Ar sabuk hitam, Al sabuk biru, Er juga sabuk biru tinggal pilih saja ingin duel dengan siapa?" Jelas Nara.

"Awas ya kamu ...." Antonio berlalu pergi dengan satu orang temannya.

Antonio terkenal sebagai lelaki yang tampan dan juga badboy sering mendekati murid-murid cantik lalu mencampakkannya.

"Siapa sih dia beraninya padamu?" Tanya Ar.

"Dia kakak kelas kita tadi pagi dia membully Fika makanya aku tendang dia sampai terjatuh mungkin dia merasa gak terima makanya seperti itu padaku." Jelas Embun.

"Waaw hebat sekali kamu Nara, kalau aku ada disana sudah aku rekam dengan kameraku pasti akan sangat memalukan. Hahaaa ...." Er tertawa puas.

Erfan sudah lumayan terkenal sebagai selebgram banyak menerima endorse juga followernya sudah ratusan ribu.

Mereka kembali ke kelas masing-masing karena waktu istirahat hampir habis.

Nara berpapasan dengan Raja si es. Nara memperhatikannya dan Raja tidak sedikitpun melirik Nara. Gayanya yang sederhana tapi cool dengan badannya yang atletis, tinggi, putih dan mempunyai wajah yang tampan. Tapi sayang tidak ada senyuman sedikitpun di wajahnya.

"Hah .... Kenapa kak Raja begitu dingin ya Fik?" Tanya Nara.

"Siapa?"

"Barusan ih kak Raja yang tadi pagi aku kejar." Ucap Nara.

"Oh, aku tidak melihatnya Nara, aku pokus pada ponselku." Jawab Fika.

"Ah kamu, Ayo cepat jalannya nanti keburu masuk." Ajak Nara.

Mereka masuk kembali ke dalam kelas dan menyelesaikan waktu belajar mereka sampai selesai akhinya mereka pulang.

"Apa kau mau pulang bersamaku?" Ajak Nara pada Fika.

"Ayo kita bareng sampe depan aku aka pesan ojeg online." Ucap Fika.

"Pulang bersamaku saja, naik mobil bersama yang lainnya Ar bawa mobil. Nanti aku antar kamu sampai rumah." Ajak Nara. "Dimana rumahmu?" Tanya Nara.

"Rumahku di kompleks teratai." Jawab Fika.

"Emmmh yang dekat supermarket itukan?"

"Iya."

"Ya aku lewat kesana juga rumahku di kompleks permata indah. Ayo ikutlah bersamaku." Paksa Nara.

"Baiklah."

Kompleks permata indah kan perumahan elit? Nara anak orang kaya raya? Tapi penampilan dan sikapnya biasa saja.

Hati Fika.

Fika ikut masuk ke dalam mobil Arfan dan mereka juga tidak keberatan kalau Fika ikut. Nara duduk di belakang bersama Fika menatap keluar jendela mobil dan melewati Raja yang hendak memakai helmnya di parkiran motor. Motor sport warna merah yang di pakainya membuat Raja terlihat keren dan cool.

Keren sekali sih tapi kenapa kak Raja begitu dingin seperti tidak akan bisa di dekati.

Hati Nara.

"Nomor berapa rumahmu?" Tanya Ar.

"Blok D nomor 5." Jawab Fika.

"Oke .... Ini sudah sampai." Ucap Ar.

Fika turun dari mobilnya. "Makasih ya Ar dan semuanya udah nganterin aku. Ayo mampir dulu." Ajak Fika.

"Tidak usah kita akan pulang saja." Jawab Ar.

"Bye Fika." Nara melambaikan tangannya.

"Kalian hati-hati di jalannya." Senyum Fika.

Rumah Fika lumayan besar dengan bernuansa putih dan abu-abu.

Nara merapikan rambutnya membuka ikatan dan mengurainya.

"Kamu masih saja bersikap manis di hadapan mamamu?" Ucap Er.

"Aku tidak ingin di omeli saja kalau sampai rumah." Jawab Nara.

"Ada-ada aja sih." Timpal Alki.

"Awas ya jangan cerita-cerita pada orangtuaku kalau aku bertengkar dengan kak Antonio." Pinta Nara.

"Apa imbalan untuk kita?" Pinta Er.

"Hah kau ini apa-apa harus ada imbalannya." Ketus Nara.

"Hahaa .... Suruh teman-teman sekelasmu untuk follow instagramku. Gimana?" Ucap Er.

"Kau ini genit sekali." Nara bergidik.

"Oke, besok akan aku umumkan ig mu di papan tulis, sekalian di mading juga." Ucap Nara.

"Bagus .... Bagus ...." Kata Er.

"Punyaku jangan di umbar-umbar." Timpal Ar.

"Memangnya apa yang akan orang lain lihat dari ig mu tidak ada apa-apanya juga." Ketus Nara.

"Aku malas saja." Jawab Ar.

Memang Ar dan Er begitu berbeda walaupun kembar. Alki lebih dulu turun kemudian baru Nara. Rumah mereka masih satu komplek bertetanggaan.

"Oke thank you Ar," Nara berlalu masuk ke dalam rumahnya.

Nara sudah di sambut oleh oma dan oma uyut dengan pertanyaan-pertanyaan tentang di sekolah. Mereka begitu antusias karena memang begitu menyayangi Nara.

⬇️⬇️

Raja

"Bagaimana harimu di sekolah cantiknya oma?" Tanya oma.

"Seru sekali oma. Aku dapat teman-teman baru." Senyum Nara.

"Wah bagus sekali. Selalu jadi anak pintar ya." Senyum Oma.

"Oma tahu kalau hari ini aku sudah mengalahkan kakak kelasku dan menedangnya sampai terjatuh." Bisik Nara.

"Ya ampun Nara kamu itu perempuan." Ucap Zara yang baru muncul dengan clemek tergantung di lehernya.

"Haah mama dengar pasti aku kena omel." Gumam Nara.

"Nara, jangan gitu dong sayang kamu itu perempuan harus anggun jangan gragasan gitu." Zara memeriksa badan Nara.

"Aku tidak apa-apa ma. Kan dia yang kejengkang bukan aku." Senyum Nara.

"Iya mama takut kamu kenapa-kenapa." Ucap Zara.

"Santai ma Nara kan bisa ilmu bela diri." Nara memperagaknnya.

"Sudahlah Zara dia masih muda." Ucap oma.

"Sana bersih-bersih," Suruh Zara.

"Iya ma,"

Nara berlalu ke kamarnya untuk mandi.

Trek.

Pintu kamar Nara terbuka, pemandangan yang ada di dalamnya sungguh jauh berbeda dengan sifat Nara yang tomboy. Dengan nuansa pink dan perintilan serba cewek banget. Sudah pasti ini kelakuan Zara mamanya yang ingin kalau Nara bersikap seperti cewek sewajarnya.

Nara melempar tasnya dan menguncir kembali rambutnya. "Ya ampun gerah sekali."

Nara masuk ke kamar mandi, mandi begitu lama sambil berteriak-teriak menyanyi.

"Akhirnya bisa rebahan juga." Nara menjatuhkan dirinya di kasur.

"Aku jadi keinget kak Raja? Kenapa ya bisa sedingin itu? Biasanya orang bersikap seperti itu pasti punya luka masa lalu." Gumam Nara menebak-nebak.

"Ah ngapain juga sih mikirin dia? Gak penting juga Nara." Nara beranjak dari kasurnya dan keluar dari kamarnya.

...----------------...

Raja sudah sampai di rumahnya, memang Raja tidak pernah keluyuran dulu nongkrong bersama teman-temannya. Raja menjadi salah satu senior di salah satu perguruan karate di dekat rumahnya selain itu Raja lebih sering di rumah saja hanya sesekali kalau suntuk Raja akan keluar dengan kumpulan motor sportnya.

Di rumahnya Raja hanya tinggal dengan papanya saja dan seorang mbok asisten rumah tangga yang mengurusi rumah dan mengurusi Raja karena mama Raja sudah lama meninggal.

"Aden mau langsung makan sekarang biar mbok siapkan?" Tanya mbok Sum.

"Nanti saja mbok, aku mau bersih-bersih dulu." Raja berlalu ke kamarnya.

Pemandangan di dalam kamar Raja begitu tenang dengan nuansa abu-abu dengan pajangan quotes-quotes di dindingnya, buku-buku yang tersusun rapih di rak, sebuah meja dengan komputernya dan ranjang kecil untuk dirinya sendiri hanya itu saja sederhana menggambarkan dirinya yang intovert.

Di samping komputer terpajang sebuah foto dirinya sewaktu kecil bersama dengan seorang anak perempuan yang sama-sama menggunakan Dogi pakaian karateka yang masih bersabuk putih. Di bingkai warna hitam dan sepertinya di rawat karena fotonya masih terlihat bagus.

Setelah selesai mandi Raja duduk di kursi depan komputer dan membaca buku, ponselnya berbunyi pun Raja hanya melihatnya saja kemudian meletakannya lagi tanda kalau itu bukan sesuatu yang penting.

Sedingin dan seintrovert itu sampai semua teman sekelasnya memanggilnya es batu.

Keesokan harinya ...

Raja selalu bangun tepat waktu dan hidupnya benar-benar disiplin tertata.

"Selamat pagi pa ...." Sapa Raja pada papanya yang sedang sarapan dan ikut bergabung sarapan juga.

"Pagi Ja. Sarapanlah sebelum sekolah ...." Suruh papa Raja yang bernama Burhan Prasaja memiliki perusahaan properti dan juga punya sebuah hotel bintang 3.

"Iya pah,"

"Papa akan pergi keluar kota selama 3 hari kedepan. Kamu di rumah baik-baik ya sama mbok Sum." Ucap Burhan.

"Baiklah tidak usah khawatir aku sudah terbiasa." Jawab Raja.

Mereka sarapan bersama kemudian pergi masing-masing karena Raja memakai motornya.

"Kalau bawa motor hati-hati jangan ngebut-ngebut." Pesan Burhan.

"Baik pah, papa juga hati-hati dan jaga kesehatan." Burhan pergi lebih dulu dengan asisten pribadinya Joko.

Papa Raja memang sibuk tidak pernah ada waktu untuk Raja, tetapi Raja memaklumi itu semua karena papanya memang berjuang sampai saatnya ada di posisi seperti ini.

Raja memakai helmnya dan pergi ke sekolah dengan motor sport merahnya.

...----------------...

Setiap pagi Nara di jemput oleh Ar ke rumahnya.

"Selamat pagi tante, ini ada bingkisan titipan dari mamaku untuk tante." Ucap Er.

"Ah makasih loh Er." Senyum Zara. "Ayo sarapan disini."

"Tidak ma kita sudah harus berangkat, Bye mama, bye oma, bye oma uyut." Pamit Nara pada semua orang. Menarik tangan Er.

"Pelan-pelan Nara iiih kamu ya." Protes Er.

"Haii Ar."

"Kenapa Er manyun?" Tanya Ar.

"Itu Nara menyeretku padahal aku ingin sekali sarapan buatan tante ...." Ucap Er.

"Bukannya kamu ini sudah sarapan di rumah?" Ucap Ar.

"Makanan buatan mama Nara selalu menggoda dan enak." Ucap Er.

"Hehh apa kau tidak bercermin Er kalau pipimu itu sudah mulai mengembang?" Goda Nara.

"Jangan sembarangannya ya, aku masih tampan perfect tidak mungkin menggendut." Er memegangi pipinya.

"Hahaa .... Aku tidak terbayang kalau kau menggendut dan followersmu meninggalkanmu." Nara tertawa puas.

"Kau malah meledekku ya ...." Ucap Er.

"Hahaa .... Kau baper ya?" Nara malah semakin menggoda Er.

"Sudahlah kalian jangan berisik terus biarkan aku menyetir dengan tenang." Ucap Ar.

Nara dan Er terdiam setelah Ar bicara, sifat Ar yang lebih dewasa membuat Nara dan Er juga Alki sangat menghormatinya. Sedangkan Nara dan Er lebih aktif, kocak ya kekanakan begitulah.

Ar menjemput Alki dan berlanjut pergi kesekolah.

"Apa perlu menjemput Fika?" Tanya Ar pada Nara.

"Tidak perlu, fika sudah chatt aku katanya mau berangkat sendiri saja." Jawab Nara.

"Oke ...."

Nara duduk di kursi depan memandang ke arah jalanan sebuah motor sport merah menyalipnya dan menjadi ada di depan.

"Siapa sih?" Ujar Ar.

"Tidak tahu, sudahlah biarkan." Ucap Nara.

Nara memperhatikan motor sport yang di depannya itu dan tersenyum.

Kak Raja! Ya ampun kenapa keren sekali sih. Dan kenapa aku malah semakin penasaran ya padanya?

Hati Nara.

"Kenapa kau senyum-senyum sendiri?" Tanya Ar.

"Ti-tidak ...." Pipi Nara memerah.

"Aneh!" Seru Ar.

Er hanya pokus pada ponselnya dan Alki pokus dengan lagunya yang dia dengarkan dengan headset.

"Ternyata anak itu sekolah disini juga." Ar masuk ke parkiran mobil.

Ar turun dari mobilnya dan menghampiri Raja. Nara sudah khawatir akan terjadi apa-apa dan mengikuti Ar.

"Kak, kalau bawa motor hati-hati tadi hampir menyerempet mobilku." Ucap Ar.

"Oh maaf, apa mobilmu kenapa-kenapa?" Tanya Raja.

"Tidak, hanya hampir saja." Jawab Ar.

"Baiklah maaf ya, lain kali aku akan lebih berhati-hati." Ucap Raja dan berlalu pergi.

"Oke ...."

"Cara ngobrol orang dingin beda ya ...." Ucap Nara.

Ar tidak memperdulikan ucapan Nara dan pergi ke kelasnya. Nara mengikuti dari belakang dan kemudian menuju kelasnya juga bersama Fika yang bertemu di tangga.

⬇️⬇️

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!