NovelToon NovelToon

4 YOUNG MOBSTERS S2

INSTRUKSI SEBELUM MEMBACA

Hallo. Akhirnya lele menyapa setelah menyelesaikan novel Secret Missions. Baiklah, are u ready for 4YMS2?!

Oke. Eps pertama ini berisi instruksi tentang membaca novel karya Lele terutama bagi kamu reader baru. Kalo para LAP mah udh khatam ya. Kwkwkw lulus!

Baca ratusan eps berasa kaya baca 10 eps. Malah kadang gak boleh ditamatin. Iya apa iya wahai kalian para LAP😆

Para reader LAP udh mental baja dan udah biasa diaduk-aduk perasaannya hingga jungkir balik.

Tau2 nangis, ketawa, marah malah kadang autornya diancem mau dibom, digoreng dan lainnya.

Lele sering mikir ni readernya lebih serem ketimbang tokoh2 dlm novel. Mafia beneran. Hahaha😆

Baiklah. Ingat pesan ini baik-baik. Anjuran sebelum membaca novel Lele :

Pastikan mentalmu siap. Hanya orang-orang bermental baja, jauh dari baper yg berlebihan dan berimajinasi kuat yang sanggup baca novel ini sampai tamat nanti.

Pastikan perut udah kenyang. Siapin minum dan ambil napas sebelum buka eps.

Pas baca resapi dg khidmat. Karena alur cerita bisa maju mundur cantik dan menyangkut pautkan dg kejadian masa lalu.

Jadi penting untuk baca novel-novel sebelumnya karena saling sambung-menyambung sekaligus membantumu memperkuat ingatan. Ciyus.

Kalo nemu tipo atau eps mengganjal, jangan sungkan untuk diutarakan dalam kolom komentar.

Mau julid boleh tapi kasih solusi jgn cuma hujat doang. Harus ada ilmu yg bisa diterapkan dalam penulisan di karya ini. Kalo gak ada, mending kamu diem aja drpd bikin malu diri sendiri karena autor pasti akan mengusut untuk cari kebenaran dr komen julidmu.

Abis baca jangan lupa utk menyemangati autor dg meninggalkan like di tiap eps, komen positif, vote koin, poin dan vocer. Makasih loh💋💋💋

Gak usah lapor2 atau kasih rate bintang rendah. Kamu disumpahin banyak orang, kualat, kena tegur sama yg Maha Kuasa entah kamu, saudaramu, keluargamu, bapak ibumu, itu karena kesalahanmu sendiri.

Kalo gak suka sama ceritanya langsung tinggalin aja. Bacalah yg sesuai dg seleramu. Autor gak pernah maksa buat baca karya ini karena seperti yg dibilang tadi. Hanya pembaca bermental baja yang bisa. Tau diri aja udh gede, bisa milih yg pantes dan tidak pantes.

Baiklah itu aja dari Lele. Berikut lele sertakan visual tokoh yg udh Wasalam tapi akan selalu dikenang.

Nama-nama mereka akan muncul di beberapa eps sbg pengingat kejadian agar tak dilupakan. Kalo belom lengkap sebut aja nanti lele lengkapi. Terima kasih dan selamat membaca😘

Happy Birthday King D*

Kastil Borka, Rusia.

"Happy birthday, happy birthday, happy birthday King D ...."

Suara orang-orang bernyanyi dengan gembira dan ditutup dengan tepuk tangan meriah serta sorakan-sorakan. King D tertawa senang.

Pipinya yang menggemaskan menjadi serangan bibir orang-orang yang begitu menyayanginya meskipun balita menggemaskan itu menjadi sandera Tobias selama ini.

Mereka bicara dalam bahasa Inggris. Bahasa non baku menggunakan Indonesia.

"King D sayang. Kau ingin hadiah apa dari Oma?" tanya Vesper dengan senyum terkembang.

"Pony," jawabnya imut.

"He?" tanya Vesper mengedipkan mata. "Pony? Horse?" tanya Vesper menebak.

King D mengangguk pelan.

"Oh. Oke," jawab Vesper mengangguk dengan wajah lugu.

"Eko! Carikan kuda pony untuk King D! Aku beri waktu 3 hari sebelum ia dijemput oleh Tobias. Cepat! Pergi sekarang!" teriak Vesper memulai perintahnya.

"Walah. Beli di mana, Mbak? Itu kuda beneran atau boneka?" jawab Eko langsung panik.

"Kuda beneran, Eko. Makan rumput dan bisa berlari. Cepat! Banyak bicara. Ajak paman BinBin untuk mencarinya. Ia pasti punya rekanan untuk membeli hewan itu. Jerapah, piranha dan Lion saja bisa, terlebih pony," jawab Vesper langsung memasang wajah garang.

Eko memelas seketika. Dewi dan Obama Otong hanya meringis karena Eko tak jadi makan nasi kuning dari tumpeng yang sudah diincarnya sedari tadi.

"Nasib jadi bawahan. Disuruh-suruh. Ealah urip ... urip ...," ucapnya bersenandung sembari berjalan meninggalkan ruangan dengan gontai.

Orang-orang iba padanya, tapi tak ada niatan untuk membantu. Para undangan terlihat menikmati sajian yang dihidangkan oleh penyelenggara acara.

King D terlihat begitu disayangi oleh semua orang. Ia dimanja, ditemani kemanapun pergi dan mendapatkan banyak kado di ulang tahun keempatnya itu.

"Tak ada acara ulang tahun menurut ajaran kita, Sayang. Kau tahu itu," ucap Javier menyilangkan kedua tangan di depan dada terlihat tidak senang.

"Ya, aku tahu. Namun, kau tahu sendiri 'kan, Mama. Dia tak beragama. Dia mengambil sisi positif dari yang terkandung dari agama-agama itu. Maklumi saja. Ia hanya merasa bahagia karena bisa bertemu dengan King D setelah sekian lama. Dan bukannya kau dulu juga pernah membuatkan pesta ulang tahun untukku saat di Afganistan?"

Javier langsung terdiam. Lysa menahan senyum karena ia tahu jika suaminya baru menyadari perbuatannya di masa lalu, tapi tak mau mengakui.

"Aku tak akan mengucapkan ulang tahun untuknya. Aku anggap ini sebagai acara syukuran karena King D kembali meski ia nanti akan pergi lagi. Lelaki itu, bagaimana caranya aku menghentikan sikapnya yang semena-mena? Mengaku D anaknya bahkan keluar masuk rumah kita seenaknya. Aku sungguh ingin membunuhnya," ucap Javier geram yang masih berdiri di kejauhan tak ikut berkumpul dengan yang lain merayakan pesta ulang tahun anak lelakinya.

"Bersabarlah, My Sultan. Kita pasti akan menemukan solusinya. Sebaiknya kita datangi si D yang menggemaskan itu. Waktu kita bersamanya tak banyak. Jangan sampai anak kita satu-satunya kurang kasih sayang dari kedua orang tuanya," ucap Lysa sembari merangkul lengan suaminya dan mengajaknya berjalan mendekati D.

Javier mengangguk. Ia akhirnya ikut bergabung dalam pesta meski tak mau menyentuh kue ulang tahun yang dibuat Jonathan untuk keponakan yang sangat disayanginya.

"D! Sini, sini! Lihat! Kuenya bagus 'kan? D mau satu?" tanya Jonathan saat menunjuk sebuah sajian yang dibuat seperti gunung kepada keponakannya yang asyik membuka kado.

"Cupcake," ucapnya imut dengan mata berbinar.

Jonathan mengangguk senang dan D dengan segera mendatangi kue berwarna putih biru itu. Namun, kening orang-orang berkerut saat menyadari ada yang salah dengan kue tersebut.

"Kenapa tulisannya Nathan? Inikan ulang tahun D?" tanya Lysa heran.

"Kan Nathan yang kasih surprise buat D. Jadi ya nama Nathan harus terpampang dong," jawabnya tak suka diprotes.

"Oh. Oke," jawab Lysa tak mau berdebat.

Orang-orang menahan tawa karena kue itu malah seperti ulang tahun untuk Jonathan. Anak ketiga Vesper memberikan sebuah cupcake untuk keponakannya.

Terlihat Jonathan begitu menyayangi D. Ia memangku dan menyuapinya. Orang-orang yang melihat merasakan haru dan hangat dalam hati.

"D. Kak Nathan kasih hadiah keren loh buat kamu. D mau?" tanya Jonathan.

D hanya menoleh sekilas, tapi kembali menyantap kue putih biru itu hingga mulutnya belepotan.

"Kok Kak? Om," sahut Arjuna ikut merasa ada yang janggal dalam penyebutan dalam silsilah keluarga mereka.

"Ish, Nathan gak mau dipanggil Om. Tar kaya om-om girang," jawabnya sewot.

Orang-orang yang mendengar kembali menahan senyum. Bagi mereka, ada saja jawaban unik yang terucap dari bibir anak Erik tersebut.

Hingga akhirnya, pesta ulang tahun itu berakhir saat malam hari. D sampai mandi 3 kali karena tubuhnya yang kotor setelah bermain seharian bersama orang-orang di berbagai tempat.

D terlihat menikmati pesta ulang tahunnya hari itu. Ia berfoto dengan banyak orang yang ingin mengabadikan momen bersamanya dan berharap balita mungil itu mengingat mereka.

Usai mandi bersama dengan sang ayah, Javier. D segera dibaringkan di samping ibunya, Lysa untuk dininabobokan.

D diapit dengan penuh kasih oleh kedua orang tuanya malam itu. Bahkan, tak perlu dongeng sebelum tidur, D sudah terlelap.

Lysa dan Javier terkekeh karena anak tunggal mereka terlihat begitu lelah.

"Aku masih ada pekerjaan yang harus dilakukan. Kau tidurlah dulu, aku akan menyusul," ucap Javier sembari mengelus kepala isterinya lembut.

Lysa mengangguk dengan senyuman. Javier mengecup keningnya mesra dan Lysa menemani D tidur di sampingnya dengan mata terpejam.

Javier menghentikan langkah dan melihat dua orang yang sangat disayanginya itu sebelum menutup pintu. Terlihat ia seperti memikirkan sesuatu karena wajahnya yang sendu.

Javier menutup pintu dan membiarkan isteri serta anaknya tidur dengan nyenyak di hari yang sudah gelap.

Orang-orang dalam jajaran Vesper, para senior berkumpul di ruang meeting Kastil Borka karena ada hal penting yang ingin Vesper bahas mengenai King D.

Para undangan yang sudah diminta datang telah berkumpul dan duduk di kursi yang disediakan. Pintu ruang meeting dijaga ketat oleh Black Armys termasuk seluruh Kastil.

Entah sudah berapa lama Lysa dan King D tertidur, tiba-tiba anak perempuan pertama Vesper merasakan jika ada gelanyar aneh di tubuhnya.

Lysa melihat ada sebuah tangan yang menggenggam pergelangan tangannya kuat. Lysa tersenyum karena berpikir jika itu Javier, tapi perasaan aneh muncul di hatinya.

Lysa membuka matanya semakin lebar dan menyadari jika sosok di belakang anaknya kini menatapnya tajam.

Lysa tertegun bahkan sampai tersentak, tapi ia tak bisa melawan karena melihat dada anak satu-satunya itu seperti dipasangi sebuah peledak.

Lysa langsung berlinang air mata hingga nafasnya tersengal. Lelaki itu menyeringai.

"Berani berteriak, kau akan melihat D dalam serpihan, Lysa," ucap Tobias masih menggenggam tangannya kuat.

Lysa menangis dan hanya bisa mengangguk, membungkam mulutnya rapat agar suaranya tak membangunkan D serta lainnya.

Tobias tersenyum lalu menopang kepalanya dengan satu tangannya. Ia memiringkan tubuhnya sembari mencium kepala D lembut.

Lysa tak bisa menahan air matanya yang terus menetes karena takut jika anaknya tewas karena perbuatan bodohnya nanti.

Benda itu berkedip dan aktif. Lysa tak bisa menahan tubuhnya yang bergetar karena ketakutan.

Tobias melirik Lysa yang berusaha untuk tetap diam meski air matanya terus menetes.

"Ini sudah dua tahun, Lysa. Aku menagih janji dari kesepakatan kita," ucap Tobias yang kini menatapnya tajam.

"A-a ... hiks ...."

Lysa kesulitan menjawab. Ia tak bisa mengendalikan ketakutannya. Tobias menatap Lysa tajam yang gemetaran dan terus meneteskan air mata.

Hingga akhirnya, Tobias melepaskan cengkeramannya dan memeluk perut D. Lysa langsung menggenggam kedua tangannya di depan dada dengan mata terpejam.

Lysa menarik nafas dalam dan segera menghapus air matanya. Tobias masih menatapnya seksama di balik tubuh King D.

"Mana anak perempuanku?" tanya Tobias lirih.

"A-aku tak bisa, Toby. A-aku tak bisa memberikannya ...," jawabnya tergagap dan tetap mencoba untuk tenang.

"Kau menyembunyikan anakku? Kau tahu akibatnya 'kan?" tanya Tobias mulai melebarkan mata.

"Bukan begitu. A-aku ... aku gagal, Toby. Aku ... aku tak bisa hamil. Aku ... hiks, aku sakit," jawab Lysa kembali menangis dan tetap berusaha agar isak tangisnya tak terdengar.

Kening Tobias berkerut. Ia langsung duduk dan menatap Lysa tajam. Lysa tersentak dan terlihat takut saat Tobias mengulurkan tangan kirinya.

Lysa langsung memejamkan mata dengan rapat karena masih teringat jelas perlakuan buruk Tobias padanya dulu.

"Sakit apa?" tanyanya lirih.

Lysa masih memejamkan matanya erat saat merasakan lehernya dipegangi oleh Tobias meski tak mencekiknya.

"A-aku terkena Toksoplasmosis. Aku sudah keguguran dua kali, Toby. Aku tak bisa ... hiks, aku tak bisa memberikanmu anak ...," jawabnya sedih dan menangis.

Tobias diam seketika seperti mematung. Lysa tak bisa membendung air matanya lagi. Tobias bisa melihat kesedihan dalam diri wanita yang kini sedang diancamnya.

"Aku sudah mencobanya, Toby ... hiks, aku sudah menjalani pengobatan selama dua tahun ini, tapi masih gagal. Aku tak tahu harus bagaimana lagi. Jangan pisahkan aku dengan D, Toby, please ... hanya dia satu-satunya yang kumiliki," pinta Lysa yang akhirnya membuka mata dan memegang pergelangan Tobias di lehernya lemah.

Tobias diam saja menatap Lysa yang berusaha untuk menghentikan tangisannya dan tetap tegar. Tobias melepaskan cengkeraman di leher anak pertama Vesper tersebut perlahan.

Lysa terkejut dan menatap Tobias seksama yang berwajah sendu. Tobias duduk dengan lesu menatap D yang masih tertidur pulas seperti tak terusik akan pembicaraan dua orang dewasa di sampingnya.

Tobias tiba-tiba beranjak dari tempatnya duduk sembari mengambil alat seperti peledak itu dan menonaktifkannya.

Lysa terkejut, tapi perasaan lega menyelimuti hatinya. Tangis Lysa reda seketika. Lysa perlahan bangun dan kini duduk di samping King D sembari menatap Tobias seksama yang terlihat seperti orang kebingungan.

"Toby ...," panggil Lysa lirih yang ikut bingung dengan sikap lelaki di depannya.

"Tak bisa disembuhkan?" tanya Tobias menatap Lysa tajam.

"Harusnya bisa. Dokter mengatakan jika keadaanku sudah mulai membaik setelah menjalani pengobatan selama 6 minggu. Namun, aku dianjurkan agar tak berhubungan terlebih dahulu sampai pemeriksaan selesai. Dikhawatirkan, kejadian seperti sebelumnya akan terulang dan menyebabkan keguguran," jawab Lysa pelan.

Tobias mengangguk sembari menenteng peledak itu di tangannya.

"Kuberikan waktu satu minggu lagi untukmu bersama D. Aku masih ada pekerjaan yang dilakukan," ucap Tobias menatap Lysa tajam.

Senyum Lysa merekah dan ia terlihat gembira. Ia segera menghampiri anaknya dan mencium keningnya lama dengan senyum terkembang. Tobias menatap dua orang itu seksama dalam diam.

"Thank you, Toby," ucap Lysa tersenyum manis.

Namun, tiba-tiba ....

CLEB!!

BRUKK!!

Tobias menembak bius Lysa dan membuat isteri Javier tersebut kembali tertidur di samping anak lelakinya.

Tobias menghembuskan nafas keras dan terlihat kesal sembari menggaruk kepalanya kasar hingga rambutnya berantakan.

Tobias keluar dari kamar dengan gusar dan betapa terkejutnya saat mendapati Javier sedang berjalan ke arahnya. Mata dua lelaki itu beradu dan terlihat saling membenci.

"Apa yang kau lakukan pada anak dan isteriku?!" teriak Javier tersulut emosi seketika.

Tobias menyeringai sembari menunjukkan peledak di samping kepalanya. Mata Javier terbelalak lebar.

***

ILUSTRASI

SOURCE : PINTEREST

Bersitegang!*

Mereka bicara dalam bahasa Inggris.

"Apa yang kau lakukan pada mereka?!" teriak Javier dengan nafas menderu.

"Aku menagih janji," jawab Tobias santai yang seketika, banyak lelaki mendatanginya bersenjata lengkap entah sejak kapan berada di dalam Kastil Borka.

Javier panik. Ia dikepung dan tak bisa melawan karena para penjaga dalam Kastil sudah tak sadarkan diri, tergeletak di tiap sudut ruangan.

"A-aku akan memberikanmu anak perempuan seperti yang dijanjikan," jawab Javier cepat, tapi malah membuat Tobias bingung.

"Kau bisa memberikannya? Kau tak ingat jika di perjanjian tertulis harus darah dagingmu, Sultan? Otakmu sepertinya bermasalah," jawab Tobias terheran-heran menatap lelaki yang seperti ketakutan di hadapannya.

"Kau bisa mengetesnya nanti. Ia anakku, darah dagingku. Akan kuberikan besok padamu. Katakan saja di mana, anak buahku akan mengantarkannya padamu," jawab Javier terlihat serius.

Tobias bingung dengan ucapan Javier yang seperti berseberangan dengan Lysa. Namun, seringai Tobias muncul.

Tiba-tiba, Tobias melemparkan sebuah ponsel kepada Javier dan sang Sultan segera menangkapnya.

"Aku akan menghubungimu. Pastikan jangan terlambat," ucap Tobias tersenyum tengil.

Javier mengangguk cepat dan menggenggam ponsel itu erat. Tiba-tiba, CLEB! BRUKK!

"Hehe, sepertinya akan ada pertunjukan seru. Hmm, aku ingin tahu siapa yang berani membohongiku. Lysa atau Javier," ucap Tobias terlihat bersemangat.

"Apa maksudmu, Toby?" tanya pion Damian bingung.

"Kita lihat besok. Jadi, sudah beres?" tanya Tobias dan para D yang berdiri di sekitarnya mengangguk.

Tobias segera mengajak tim-nya keluar dari Kastil Borka yang berhasil disusupi.

Namun, saat Tobias akan memasuki hutan di belakang Kastil, ia terkejut ketika mendapati Vesper berdiri dengan piyama tidurnya dengan kedua tangan menyilang di depan dada.

CEKREK!!

Para pion D langsung mengarahkan senjata ke arah Vesper. Orang-orang itu panik dan waspada terhadap sekitar. Vesper tersenyum tipis.

"Kau tak terkena dampak?" tanya Tobias curiga. Vesper kembali tersenyum.

"Aku mengenalmu, Toby. Aku mempelajari strategimu menyusup. Mungkin, karena ini dulunya rumah Joel jadi kau tahu seluk beluknya. Kau nakal," jawab Vesper berjalan perlahan mendekatinya.

Kembali, para pion D mengarahkan pistol ke tubuh sang ratu, tapi terlihat Vesper tak terintimidasi.

Ia tetap berjalan perlahan. Vesper tak terlihat memiliki pengaman di tubuhnya karena gaun tidurnya yang tipis dan membuat lekuk tubuh indahnya terlihat.

"Ada yang ingin kubicarakan padamu sebelum pergi. Cepat, waktu kita tak banyak. Di taman saja," ajak Vesper yang kini berdiri di depan anak angkatnya.

Para pion D menatap Tobias seksama dan lelaki bertato itu mengangguk. Para D mengikuti Tobias di belakangnya terlihat waspada dengan sekitar.

Di taman belakang, Kastil Borka, Rusia.

"Apa yang ingin kau katakan? Lima menit," tanya Tobias menatap Vesper tajam tak ikut duduk di sampingnya.

"Apa kabarmu? Kau tak berubah. Kau baik-baik saja, 'kan?" tanya Vesper menatapnya dengan senyuman.

Tobias terdiam. Para pion D saling melirik dengan moncong pistol masih diarahkan ke tubuh Vesper.

"Kau hanya ingin mengatakan hal bodoh itu?" tanya Tobias berkerut kening.

"Aku mencemaskan keadaanmu, Toby. Mau sampai kapan kau muncul dan menghilang? Kau mengatakan jika aku Ibumu, tapi kau masih dalam jajaran The Circle. Kenapa kau tak ikut dalam jajaranku saja, seperti keluarga sesungguhnya?" tanya Vesper mulai terlihat serius.

Tobias terkekeh.

"Kau tak ingat dari mana asalku? Jika aku lahir dalam jajaranmu mungkin hal konyol yang kau katakan itu bisa terjadi, Mom. Namun sayangnya, tidak. Aku lahir dari wanita dalam jajaran The Circle," jawab Tobias memasang wajah malas.

"Aku tahu. Namun, kalian sudah habis. Apalagi yang akan kau pertahankan? Kau ingin menjadi pemimpin tunggal The Circle?"

"Yes. Aku memiliki tanggungjawab berat sebagai penerus. Tubuhku mengalir darah Lucifer Flame," jawabnya tegas.

Vesper mengangguk pelan.

"Apakah ... kita akan selalu bertikai, Toby? Kau tak mungkin menjadikan D sebagai mesin pembunuh yang akan melenyapkan keluarga yang selama ini menyayanginya 'kan?"

"Itu bukan urusanmu."

"Jika ya. Kenapa tak kau selesaikan sekarang? Kau bisa meruntuhkan Kastil ini dan menimbun kami semua di dalamnya. Setelah sekian lama, kenapa tak kau lakukan?" tanya Vesper menatap Tobias seksama.

Para pion D saling melirik dan Tobias masih diam menatap Ibu angkatnya tajam.

"Apa yang kau rencanakan, Toby? Apa yang kau rahasiakan dariku?" tanya Vesper yang kini berdiri perlahan, tapi membuat para pion D langsung dengan sigap menodong Vesper dengan pistol dalam jarak yang sangat dekat.

"Kau ... terlalu banyak bertanya, Mom. Tidurlah, sudah malam," jawab Tobias malas.

"Oia. Sebaiknya saat kau jemput D nanti pastikan membawa pesawat kargo atau kapal. D meminta kuda pony dan ia memiliki segunung kado. Kau pasti akan kerepotan membawanya," ucap Vesper tiba-tiba yang membuat Tobias membalik tubuhnya di mana ia sudah mulai berjalan meninggalkan Ibu angkatnya itu.

"Sebanyak itu?" tanya Tobias heran.

Vesper mengangguk dengan senyuman. Tobias mendesah malas dan mengangguk.

"Hmm, baiklah. Bius aku di sana saja. Aku sudah siapkan selimut dan bantal. Anggap saja aku ketiduran di taman," pinta Vesper menunjuk ayunan berwarna putih di dekatnya duduk.

Para pion D terheran-heran, tapi pion Dexter mengangguk pelan. Dexter mengikuti Vesper yang berjalan perlahan mendekati ayunan seperti tempat tidur santai itu.

Vesper merebahkan dirinya dengan anggun sembari menutup tubuhnya dengan selimut tebal.

"Selamat malam, Toby," ucap Vesper memejamkan mata.

Tobias diam saja dan seketika, CLEB!

Dexter berjalan mendekati Tobias yang masih berdiri mematung menatap Ibu angkatnya yang tertidur pulas setelah terkena tembakan bius.

"Kau lebih cocok jadi anak kandungnya, Toby. Vesper sama gilanya denganmu, tak punya rasa takut," ucap Dexter sembari memasukkan pistol bius di rompi anti pelurunya.

Tobias tersenyum miring dan mengikuti anak buahnya memasuki hutan yang gelap meninggalkan Kastil Borka entah menuju kemana.

Keesokan harinya, di tempat yang dijanjikan.

Javier diminta untuk datang sendiri menyerahkan anak perempuannya kepada Tobias di sebuah dermaga masih di Kaliningrad.

Tobias berdiri di depan sebuah yacht yang akan membawa anak perempuan itu pergi.

Javier terlihat gugup saat mendatangi Tobias sembari menggendong anak perempuan yang terlihat mirip dengan Javier seperti keturunan Arab.

Para pion D bersiaga dengan senjata yang diarahkan ke tubuh Javier. Habib yang ikut sebagai saksi hari itu dibuat gugup berikut para pasukan Jihad Javier yang berjumlah sepuluh orang tanpa senjata sesuai persyaratan.

"A-aku membawakan anakku padamu, Tobias," ucap Javier sembari menunjukkan anak perempuan yang berada dalam gendongannya masih tertidur lelap di hari yang masih pagi.

Pion Damian mendekati anak perempuan itu. Javier terkejut saat Damian mengambil sampel darahnya yang membuat gadis kecil itu terbangun dan menangis.

Javier berusaha menenangkan anak perempuannya. Damian lalu mendekati Javier dan ikut mengambil sampel darahnya.

"Tunggu di sini sampai aku memastikan jika ia sungguh anakmu, Sultan," ucap Tobias menatapnya serius dengan pistol di arahkan ke punggung gadis kecil itu.

Damian kembali masuk ke yacht melakukan pemeriksaan kecocokan dari tes darah tersebut.

Javier terlihat cemas sembari mengelus lembut lengan anak perempuannya yang sakit.

Hingga akhirnya, Damian keluar sembari membawa sebuah kertas dalam genggaman. Orang-orang dalam kubu Javier terlihat gugup ketika Tobias menerima kertas itu dan membaca isinya.

"Hem, yah dia anakmu, Sultan," ucap Tobias sembari mengangguk-anggukkan kepala.

Javier terlihat lega berikut orang-orang dalam jajarannya.

"Tapi ...," lirik Tobias dengan seringai muncul di wajahnya. Wajah Javier tegang seketika.

"Ia bukan anakmu dengan Lysa. Siapa ibunya? Kau ... berselingkuh? Hohoho, ini sangat menarik. Kau ... sadar yang kau lakukan, Sultan? Kau berusaha mencurangi aku ya? Apa kau takut padaku hingga kau bertindak bodoh? Apa Lysa tahu hal ini? Hahahaha, sayang sekali. Ini bukan isi dari perjanjiannya. Anakmu manis."

DOR!

"NO! Fara!" teriak Javier hingga tubuhnya gemetaran saat punggung anak gadisnya ditembak oleh Tobias dan menewaskannya.

"TOBIAS!" teriak Javier dengan air mata langsung mengucur deras.

Tobias tertawa terbahak dengan pistol dalam genggaman. Javier roboh sembari memegangi wajah anak perempuannya yang telah tewas dalam gendongannya.

Habib dan pasukan Jihad tak bisa melakukan apapun karena semua senjata di arahkan ke tubuh mereka.

Kesedihan meliputi hati semua orang, tapi tidak dengan Tobias dan para pion D yang tersenyum penuh kemenangan.

***

ILUSTRASI

SOURCE : PINTEREST

wah udh ada yg tips😍 makasih ya. baiklah besok dobel eps. tengkiyuw💋💋💋

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!