Aksara Pramudya, itulah namanya. Dia anak dari pasangan Aron Pramudya dan Nur Amalia. Selama tiga tahun setengah dia belajar di Negara A untuk menempuh pendidikan S1, kini tiba saatnya untuk dia kembali ke negaranya.
Tentunya dia pulang ke tanah air untuk melanjutkan kerajaan bisnis milik keluarga Pramudya, karena hanya dia satu-satunya anak yang bisa meneruskan kerajaan bisnis tersebut.
Sebenarnya Nenek Wina menginginkan Aron anaknya untuk ikut mengelola bisnis peninggalan suaminya, tetapi dia malah lebih memilih bekerja di pemerintahan.
Padahal gajinya tidak seberapa jika dibandingkan dengan hasil dari perusahaan peninggalan ayahnya, tetapi Aron sudah terlalu nyaman dengan pekerjaannya.
Berbeda dengan Ibunya Nur Amalia, dia malah membantu kakaknya untuk mengelola sebuah Kafe sederhana di pusat kota, walaupun terbilang kecil tetapi Kafe tersebut tidak pernah sepi dari pengunjung.
Entah kenapa Aron dan Nur lebih senang akan kesederhanaan, tetapi jika masalah tempat tinggal mereka harus mengalah, karena nenek Wina tidak ingin di tinggal sendiri.
Pada akhirnya mereka tinggal di rumah yang lebih tepat dibilang istana itu, karena tidak ingin lebih mengecewakan orang tuanya.
Turun dari pesawat yang ia tumpangi, Aksara langsung keluar dari Bandara. Dia ingin segera mencari taksi yang bisa mengantarkannya pulang ke Apartemen sederhana yang dia beli dari kakak ipar kakak sepupunya, dia sudah sangat lelah dan cape karena perjalanan jauh yang baru saja dia lalui.
Apartemen itu dia beli dari hasil jerih payahnya sendiri, karena si anak jenius itu bekerja paruh waktu di negara A sana. Dia bekerja di sebuah perusahaan milik ayah sahabatnya di sana, hitung hitung belajar berbisnis, pikirnya.
"Aku harus cepat sampai, aku sangat lelah dan ingin beristirahat." Aksa menghela napas berat karena hampir dua puluh dua jam dia melakukan perjalanan.
Dia pulang sendirian bukan karena keluarganya yang tidak mau menjemputnya, tetapi karena memang Aksara sendiri yang pulang tanpa memberi tahu keluarganya terlebih dahulu.
Dia ingin memberi kejutan kepada keluarganya, dia juga ingin memberikan kejutan kepada kekasihnya yang sudah dia tinggalkan selama satu tahun.
Karena memang setiap satu tahun sekali dia akan pulang untuk mengunjungi keluarganya, begitu pun dengan kekasih hatinya. Dia akan menyempatkan waktu untuk menemui kekasihnya itu.
Maria Arselin wanita yang sudah dua tahun menjadi kekasihnya, mereka bertemu saat Aksara pulang dua tahun yang lalu.
Saat Aksa sedang bermain di Kafe saudaranya, tanpa sengaja dia bertemu dengan Maria. Wanita yang terlihat begitu cantik dengan bodinya yang sangat seksi itu, langsung menarik perhatian Aksa.
Umur Maria hanya terpaut dua tahun dari Aksa, dia menempuh pendidikan di universitas ternama di ibu kota. Aksa sangat bangga dengan wanita itu, dia menyukai Maria pada pandangan pertama.
Awalnya dia mendekati Maria hanya untuk iseng saja, karena dia sadar jika dirinya menempuh pendidikan di luar negeri. Dia takut jika Maria tidak akan mau menjalani kasih dengannya, karena pastinya mereka akan menjalani pacaran jarak jauh.
Namun, di luar dugaannya. Maria langsung mau menjadi kekasih dari Aksara, tentu saja pria itu merasa sangat senang luar biasa.
"Tapi, Maria. Aku tidak bisa pulang dalam setiap bulannya, aku hanya akan pulang setiap 1 tahun sekali." Aksa menggenggam tangan Maria dengan lembut.
"Tidak apa-apa, aku akan setia menunggu. Lagi pula setiap hari kita bisa melakukan panggilan video," ucap Maria kala itu.
Sebenarnya Maria sangat ingin menyusul Aksa sang kekasih, tetapi ayah dan juga bundanya tidak menyetujuinya. Walau bagaimana pun juga dia adalah seorang perempuan, orang tuanya khawatir akan terjadi sesuatu kepadanya jika mereka saling berjauhan.
Maria beralasan jika dia tidak sanggup jika harus berjauhan dengan sang kekasih, bagaiman pun juga jika pacaran jarak jauh godaannya sangat banyak.
Di saat dia melihat temannya bermesraan dengan kekasihnya, dia pun merasa menginginkan akan hal itu. Dia juga wanita normal yang ingin merasakan indahnya pacaran, merasakan indahnya malam mingguan.
"No! Ayah tidak akan menyetujuinya, kalau memang kamu tidak kuat untuk menjalani berpacaran secara LDR, kamu carilah pacar yang tinggal satu kota dengan kamu," itulah kata yang terlontar dari bibir sang ayah.
Maria hanya bisa terdiam mendengar apa yang dikatakan oleh ayahnya tersebut, karena pada kenyataannya dia tidak bisa membantah ucapan dari pria paruh baya itu.
Setelah melakukan perjalanan dari Bandara ke apartemen, Aksa langsung merebahkan tubuh lelahnya. Dia ingin melepaskan penatnya sebelum bertemu dengan kekasih hatinya.
"Astaga! Kenapa terasa sangat panas sekali?" tanya Aksa.
Dia segera membuka bajunya dan merebahkan tubuhnya kembali, tetapi tetap saja matanya tidak kunjung terpejam.
"Ck! Sepertinya tubuhku sangat lengket karena sudah melakukan perjalanan yang terlalu lama, aku harus mandi agar tubuhku segar kembali," ucap Aksa seraya turun dari tempat tidur.
Aksa langsung melangkahkan kakinya menuju kamar mandi, dia langsung melepas kain yang menempel di tubuhnya lalu melemparkannya secara asal. Kemudian, dengan cepat dia menyalakan shower dan dia mengguyur tubuhnya dengan air yang mengalir.
Rasanya begitu segar, tidak lupa dia pun menggosok seluruh tubuhnya dengan sabun beraroma wangi lavender.
"Ah! Ini terasa lebih baik," ucap Aksa dengan senyum di bibirnya.
Setelah selsai mandi, Aksa langsung merebahkan tubuhnya kembali di kasur empuk yang berukuran tidak terlalu besar itu.
Tidak berselang lama dia sudah terlelap di dalam tidurnya, tubuhnya sudah terlalu lelah karena perjalanan jauh yang baru saja dia lakukan.
*
Pukul enam sore Aksa terbangun dari tidurnya, badannya kini sudah terasa sangat segar. Aksa buru buru bangun dan mandi, karena dia sudah tidak sabar ingin segera bertemu dengan kekasihnya.
"Aku harus cepat bersiap, aku ingin bertemu dengan Maria. Aku sangat merindukannya,'' ucap Aksa dengan penuh semangat.
Pukul tujuh malam Aksa sudah terlihat siap untuk pergi. Aksa memakai kemeja hitam di balut jaket kulit berwarna biru dan celana jeans berwarna hitam.
Sungguh dia sudah terlihat sangat tampan, Aksa segera mengeluarkan motor sport kesayangannya dan langsung berlalu untuk menemui kekasih hatinya.
Saat di pertengahan jalan, dia melihat toko kue. Di sana terlihat kue kue yang terlihat begitu menggugah selera, Aksa langsung menepikan motor sportnya.
Dengan gagahnya pria berumur dua puluh dua tahun itu masuk ke dalam toko kue, saat sedang memilih kue yang tertata rapi di dalam cake showcase tiba tiba ada seorang wanita berkerudung yang menabraknya.
Brugh!
Wanita itu menabrak Aksa cukup kencang, hal itu membuat kue yang dia bawa mendarat sempurna di bahu Aksa.
"Maaf, Tuan. Maafkan, saya. Saya tidak sengaja, saya tadi terburu buru. Jadinya tidak sengaja menabrak anda," ucap wanita berkerudung itu dengan begitu sopan.
"lissh l!! Kau ini, lihatlah! Bajuku kotor semua, padahal aku ada acara kencan saat ini. Bagaiman dengan nasib aku sekarang?" tanya Aksa setengah berteriak
"Maaf, Tuan. Maaf," ucap wanita berkerudung itu lagi.
"Kamu harus bertanggung jawab atas perbuatan kamu, aku tidak mau tahu. Pokoknya aku harus tampil keren seperti saat sebelum kamu tadi menabrakku!" seru Aksa ketus
Wanita berkerudung itu melihat penampilan Aksa dari atas hingga ke bawah, hal itu membuat Aksa tidak nyaman. Aksa langsung melayangkan protesnya pada perempuan berkerudung itu.
"Kenapa kamu melihatku seperti itu?" tanya Aksa kesal.
"Tidak apa apa, Tuan. Setelah saya perhatikan sepertinya baju yang ada di lemari saya cukup untuk anda kenakan."
"Ya sudah, berikan bajunya dengan cepat!!" seru Aksa.
"Tunggu sebentar, Tuan. Saya akan mengambilkannya di atas," jawabnya.
Setelah mengatakan hal itu, wanita itu dengan cepat melangkahkan kakinya menuju lantai 2. Dia ingin mengambilkan baju ganti untuk Aksa. Aksa menunggu perempuan berkerudung itu mengambil baju, sesekali dia melirik jam yang melingkar di tangannya.
"Iiissh! Kenapa dia lama sekali? Aku bisa telat menemui Maria jika begini ceritanya, dasar wanita sial!"keluh Aksa.
Aksa merasa benar-benar sangat kesal, niat hati mampir untuk membeli kue kesukaan pujaan hatinya. Malah terjadi hal yang tidak mengenakan, nasib malang memang tidak bisa di duga kapan datangnya.
"Ck! Aku bisa telat!" keluhnya lagi.
Aksa terus saja memperhatikan jam yang melingkar di tangannya, sesekali dia akan menghentakkan kakinya dengan penuh kekesalan.
Dia merasa jika perempuan berkerudung itu sudah sangat terlalu lama, sayangnya dia hanya bisa memaki maki perempuan berkerudung itu tanpa melihat orangnya.
"Dasar perempuan lelet, katanya mau meminjamkan aku baju. Tapi sampai sekarang tidak kunjung datang. lni sudah sepuluh menit, bisa gagal rencana surprise-nya!!" gerutu Aksa pelan tapi penuh dengan penekanan.
Di saat Aksa sedang asik menggerutu, wanita berkerudung itu datang dan dengan cepat menghampiri Aksa.
"Maaf kalau saya terlalu lama, saya tadi mencari bajunya terlebih dahulu," ujar wanita itu.
Aksa yang merasa kaget langsung mengelusi dadanya, dia merutuki kedatangan wanita itu yang dirasa sangat tiba-tiba dan begitu mengagetkan.
"Dasar perempuan aneh, sejak kapan kamu berada di belakangku?!" tanya Aksa dengan ketus.
Wanita berkerudung itu tersenyum kecut mendengar apa yang dikatakan oleh Aksa, dia merasa kesal karena pria yang berada di hadapannya itu terus saja mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas menurutnya.
Namun, dia berusaha untuk menenangkan hatinya. Lalu, wanita itu berusaha untuk tersenyum dengan hangat dan berkata.
"Sejak anda terus menggerutu, Tuan."
Aksa langsung memutarkan bola matanya dengan malas, karena dia merasa jika wanita yang berada di hadapannya selalu saja bisa menjawab apa yang dikatakan oleh dirinya.
"Siapa namamu?" tanya Aksa.
"Untuk apa anda menanyakan nama saya?" tanya wanita itu.
"Cepat katakan, karena rasanya sangat tidak enak saja mengobrol seperti ini tetapi aku tidak tahu namamu," jawab Aksa.
"Oh! Nama saya Najma Adiba Orlin, Tuan." Najma menjawab pertanyaan dari Aksa seraya memberikan kemeja dari tangannya.
Aksa menerima kemeja kotak-kotak warna hitam dengan corak biru tersebut dari tangan Najma. Lalu dia memperhatikan kemeja tersebut, dia menimang-nimang apakah kemeja tersebut cocok atau tidak dipakai oleh dirinya.
"Lumayan lah, daripada aku pakai baju kotor. Dimana toiletnya, aku mau numpang ganti baju?" izin Aksa.
"Di pojok kanan, Tuan.'' Najma menjawab sambil menunjukan toilet dengan jempol tangannya.
"Terima kasih," ucap Aksa.
Setelah mengatakan hal itu, Aksa langsung berjalan ke arah toilet yang di tunjukan oleh Najma. Setelah masuk ke dalam toilet, dengan cepat dia memakai kemeja yang diberikan Najma.
Setelah selsai, dia langsung menatap wajahnya di depan cermin. Dia tersenyum seraya mengusap kemeja yang dia pakai, lalu Aksa berkata.
"Tampan, namanya juga pria tampan. Mau memakai baju apa saja aku tetap tampan, satu hal yang pastinya. Gue itu tajir," ucap Aksa dengan bangga.
Selesai memuji dirinya sendiri, Aksa keluar dari dalam kamar mandi dengan membawa baju dan jaketnya yang kotor. Lalu, dia kembali menghampiri Najma yang sedang melayani pengunjung di depan meja kasir.
"Hey, nona! Apakah kamu tidak mau memberikan aku kue gratis sebagai tanda permintaan maaf?'' tanya Aksa seraya memperhatikan kue yang berjajar rapi di dalam cake showcase.
'Ya Allah! Kuatkanlah hati hambamu ini, Jangan biarkan kesabaranku habis menghadapi orang seperti ini. Kenapa juga aku harus bertemu dengan lelaki sombong seperti dia?' batin Najma.
Walaupun di dalam hatinya dia merasa kesal dengan pria yang berada di hadapannya, tetapi Najma memaksakan senyumnya dan berkata.
"Pilih-lah kue yang anda suka, Tuan. Tapi hanya boleh satu kotak saja," ucap Najma pada akhirnya.
Aksa tersenyum dengan begitu senang, karena dia mendapatkan kue gratisan. Itu artinya dia tidak perlu mengeluarkan uang untuk kue yang akan dia berikan kepada Maria.
"Baiklah, karna pacarku sangat suka cupcake, jadinya aku mau itu saja." Aksa menunjuk makanan yang dia sebutkan dengan wajah yang berbinar, karena dia melihat cupcake yang begitu cantik di sana.
"Dasar pria pelit, untuk memberikan makanan pada kekasihnya saja minta yang gratisan." Najma menggerutu dengan suara yang lirih dan hampir tidak terdengar.
"Ngomong apa kamu?" tanya Aksa yang seakan mendengar ucapan dari Najma tetapi tidak jelas.
"Ah, tidak ada, Tuan. Saya hanya bilang, jika kekasih anda punya selera yang bagus." Najma menjawab sambil tersenyum yang di paksaan.
"Oh! Aku kira kamu ngomong apaan," ujar Aksa tidak peduli.
Karena tidak mau berhubungan dengan pria seperti Aksa, Najma dengan cepat memasukan cupcake-nya ke sebuah kotak, setelah itu dia masukan ke dalam paper bag .
"Silakan, Tuan. Semoga suka dengan kuenya, saya ucapkan terima kasih karena sudah memaafkan saya." Najma dengan tersenyum manis, lalu dia membuang muka dan memutarkan bola matanya dengan malas.
"Jangan tersenyum seperti itu!!" larang Aksa sambil memberikan baju dan jaket kotor miliknya.
Najma sampai membulatkan matanya dengan sempurna menerima perlakuan seperti itu dari Aksa, jika saja memaki adalah hal yang baik, sudah pasti saat ini Najma akan memaki-maki Aksa.
"Maksudnya apa ini, Tuan?" tanya Najma seraya menahan kekesalan yang luar biasa.
"Kamu cucilah bajuku itu, nanti kalau sudah bersih aku akan mengambilnya. Tentunya aku juga akan mengembalikan baju milik kamu ini," jawab Aksa yang terdengar menyebalkan di telinga Najma.
Najma menatap Aksa dengan tatapan tidak percaya, dia benar-benar tidak menyangka jika di dunia ini ada pria yang menyebalkan seperti Aksa.
'Pria macam apa yang ada di hadapanku ini? Aku baru kali ini bertemu dengan lelaki seperti ini,' batin Najma.
Najma nampak menahan amarah di dalam hatinya, tetapi tidak lama kemudian dia memaksakan bibirnya untuk tersenyum.
"Baiklah, Tuan. Dengan senang hati saya akan mencuci baju milik anda," ucap Najma.
"Bagus, kamu memang orang yang bertanggung jawab. Oiya, Najma. Terima kasih untuk kuenya," ucap Aksa dengan raut wajah senang.
Setelah mengatakan hal itu, Aksa langsung keluar dari toko yang bertuliskan "Toko Kue Callista " itu. Dia melenggang senang karena sudah mendapatkan kue kesukaan Maria dan yang paling menyenangkan dia mendapatkannya secara gratis.
"Lumayan!" ucapnya dengan senang.
Setelah mengatakan hal itu, Aksa langsung melajukan motor sportnya ke rumah Maria. Karena dia tahu jika Maria pasti sedang berada di rumahnya di jam seperti ini.
Setelah sampai di depan rumah Maria, Aksa langsung memberhentikan motornya dan menyapa security yang biasa berjaga di depan gerbang rumah Maria.
"Selamat malam Pak Herman, Maria-nya Ada?" tanya Aksa dengan sopan.
"Eh, Den Aksa. Kapan Aden pulang?" tanya Pak Herman.
"Ada deh, Maria ada ngga?" tanya Aksa dengan tidak sabar.
"Tentunya, dong. Non Maria ada Den, mari masuk," jawab Pak Herman.
Pak Herman langsung membukakan pintu gerbangnya untuk Aksa, Aksa langsung masuk dan menepikan motornya di samping mobil Maria.
Dengan tidak sabarnya Aksa langsung mengetuk pintu rumah Maria, saat pintu terbuka nampaklah ibunya Maria yang terlihat kaget melihat kedatangan Aksa.
"Nak Aksa, kapan pulang?" tanya ibu Melly.
"Tadi siang, Tante. Apa Maria-nya ada?" tanya Aksa seraya celingukan.
"Ada dong, kamu mau langsung samperin ke kamar apa Tante yang panggil?" tanya Ibu Melly.
Mendengar kata kamar tiba-tiba saja Aksa menjadi was-was, tapi dia juga merasa senang jika memang diperbolehkan untuk masuk ke dalam kamar Maria.
"Memangnya Aksa boleh ke kamar Maria, Tan?" tanya Aksa.
"Boleh dong, karena Tante sudah percaya sama kamu. Tapi ingat, kamu ngga boleh macam macam!" ancam Ibu Melly.
"Siap, Tante. Aku tidak akan macam-macam, terima kasih izinnya. Ini buat tante," ucap Aksa sambil memberikan paper bag berisi cupcake.
"Makasih, Nak. Kamar-nya di atas, kamar kedua dari kanan, jangan sampai salah," ujar Ibu Melly.
Aksa langsung menganggukkan kepalanya seraya tersenyum senang, dengan tidak sabarnya Aksa langsung berlari ke dalam kamar Maria.
Rindu di dalam hatinya seakan sudah menggunung, dia sudah tidak sabar ingin melepas kerinduan dengan pujaan hatinya itu.
"Astaga! Gue bener-bener nggak sabar pengen ketemu sama Maria," ucap Aksa dengan hati yang berbunga.
Sesampainya di depan kamar Maria, Aksa langsung mengetuk pintu kamar itu. Tidak lama kemudian, nampaklah Maria membukakan pintu, dia hanya memakai celana pendek dan tank top saja.
Satu kata yang terlintas di pikiran Aksa 'seksi', sedangkan Maria yang mendapati kekasih hati
nya berada di depan kamarnya langsung berteriak sambil melompat untuk memeluk kekasihnya.
"Sayang! Kamu kapan datang? Kenapa kamu ngga bilang bilang ke aku kalau kamu mau pulang?" tanya Maria penuh kekesalan tetapi dengan nada manja.
Maria kini sudah seperti anak koala, dia memeluk Aksa dengan erat dan kakinya melingkar indah di pinggang pujaan hatinya.
"Sayang, kalau aku bilang bilang namanya bukan surprise,'' jawab Aksa.
"Kangen!" ucap Maria dengan manja.
"Aku juga!" imbuh Aksa sambil mengecup singkat bibir Maria.
Sebenarnya Aksa sangat ingin mencium bibir wanitanya dengan durasi yang sangat lama, tapi dia takut kebablasan. Karena walau bagaimana pun juga, dia tetaplah lelaki normal.
"Sayang, apa kamu akan tetap memelukku seperti ini?" tanya Aksa.
"Maaf, Sayang. Aku terlalu rindu," jawab Maria sambil turun dari tubuh kekar Aksa.
Maria langsung mengajak Aksa untuk duduk di tepi ranjang, mereka mulai melepas rindu dengan bercerita. Aksa menceritakan kesehariannya tanpa Maria, begitu pun sebaliknya.
Baik Aksa maupun Maria terlihat begitu bahagia, mereka seakan tidak rela untuk berpisah kembali. Terkadang Maria memeluk Aksa dengan posesif, tapi Aksa selalu berusaha untuk melepasnya.
Dia takut kalau kalau dia tidak bisa menahan hasratnya, sebenarnya dia ingin segera menikahi kekasih nya itu. Tapi mamanya belum mengizinkan, karena Aksa harus belajar menguasai perusahaannya terlebih dahulu.
"Yang, aku kangen banget sama kamu. Ngga mau cium aku?" tanya Maria seraya memonyongkan bibirnya.
Aksa dan Maria masih senantiasa melepas rindu, mereka terus saja bertukar cerita. Seakan begitu banyak yang ingin mereka sampaikan, bahkan malam yang semakin larut pun seakan mereka abaikan.
Di saat sedang asik bertukar cerita, tiba-tiba terdengar suara deheman yang begitu keras. Tentu saja hal itu membuat Maria dan Aksa tersentak kaget. Keduanya langsung saling menjauh.
"Ehm! Pantes saja anak Ayah belum tidur, ternyata ada Nak Aksa," ujar Pak Tama.
"Ayah! Ayah kenapa mengagetkan aku seperti itu?" tanya Maria gugup.
Pandangan mata pak Tama terlihat menatap Aksa dengan lekat, Aksa yang paham segera berdiri dan menyapa ayah dari pacarnya tersebut.
"Selamat malam, Om Tama!" sapa Aksa sambil memeluk pria paruh baya itu.
"Malam, Nak!" balas sapa Pak Tama sambil menepuk lembut pundak Aksa.
Aksa segera melepas pelukannya, dia tersenyum kikuk di depan pak Tama. Walaupun dia dan juga Maria tidak melakukan apa pun, tetapi tetap saja dia merasa tidak enak hati karena sudah berbicara di dalam kamar bersama dengan Maria.
"Ini sudah larut malam, sudah pukul sepuluh. Pulanglah dulu, lagian besok hari minggu. Kalian bisa bertemu seharian," ujar Pak Tama.
"Baik, Om. Kalau begitu saya pamit pulang dulu," ucap Aksa pada akhirnya.
"Hem! Pulanglah dan hati-hati," ucap Pak Tama.
Maria yang mendengar Aksa akan pulang langsung menghampiri ayahnya, lalu dia memeluk lengan ayahnya dan berkata.
"Aku akan mengantar Aksa sampai depan rumah ya, Yah. Ayah jangan marah," ucap Maria.
Pak Tama menganggukan kepalanya, Maria tersenyum senang dan langsung berjalan keluar rumah bersama Aksa. Sebenarnya Aksa masih sangat rindu kepada kekasihnya itu, tetapi apalah daya karena mereka memang masih belum ada ikatan pernikahan.
Keduanya harus bersabar agar bisa tinggal di dalam rumah yang sama, keduanya harus bersabar karena mereka belum menjadi pasangan yang halal.
Sampai di depan rumah, Aksa langsung menaiki motor sportnya. Sebelum berlalu, dia mengecup kening Maria dengan penuh kasih sayang.
"Selamat malam, Sayang. Semoga kamu bermimpi yang indah," ucap Aksa.
Maria terlihat begitu bahagia sekali, terlebih lagi ketika Aksa mengatakan hal-hal sepele tetapi tatapan matanya begitu penuh cinta kepada Maria.
"Iya, Sayang. Kamu juga pulang langsung bobo, jangan kelayapan. Nanti di gondol kucing loh," canda Maria.
Aksa langsung tertawa mendengar apa yang dikatakan oleh kekasihnya, bisa-bisanya Maria berkata seperti itu kepada dirinya, pikirnya.
"Aih! Kamu ini bisa aja, mana ada kucing yang mau menggondol lelaki tampan seperti aku ini," ucap Aksa seraya menaik turunkan alisnya.
"Iya maaf, sekarang pulanglah dulu. Besok jemput aku, aku ingin pergi jalan-jalan seharian sama kamu," ucap Maria dengan begitu manja.
"Baiklah, Beb. Aku pulang dulu," pamit Aksa.
Aksa langsung melajukan motornya dengan kecepatan tinggi, karena memang jalanan terasa sudah terlihat lenggang.
Akan tetapi, baru setengah perjalanan motornya tiba-tiba saja berhenti. Aksa terlihat kebingungan harus melakukan apa, dia segera turun dari motornya dan memperhatikan motornya dengan dahi berkerut dalam.
"Ck! Kenapa sih dengan motornya?" tanya Aksa dengan raut wajah bingungnya.
Aksa mengecek kondisi motor tersebut, tetapi tidak ada yang rusak. Aksa menjadi sangat kesal dibuatnya, karena hari sudah semakin larut. Dia ingin segera pulang dan merebahkan tubuh lelahnya, hingga tidak terasa senyum terbit di wajahnya.
Dia melihat wanita berkerudung yang menabraknya di toko kue, dengan cepat Aksa menghampiri wanita itu.
Wanita itu terlihat sedang menyebrang jalan karena akan membuang sampah, tanpa ragu Aksa segera memegang tangan wanita itu.
Najma yang merasa kaget langsung menginjak kaki Aksa dengan kencang, tentu saja hal itu membuat Aksa menjerit kesakitan.
"Aaww! Sakit!!" pekik Aksa
"Eh, maaf. Aku kira kamu maling, soalnya kamu pegang tangan aku tanpa permisi," ucap Najma tanpa rasa bersalah.
Sebenarnya Aksa merasa begitu kesal ketika Najma mengira dirinya sebagai maling, karena menurutnya tidak ada maling yang begitu tampan seperti dirinya.
"Aku mau manggil nama kamu, tapi lupa. Jadinya aku langsung memegang tangan kamu, tapi kamunya malah gitu," ucap Aksa dengan kesal.
'Eh? Sejak kapan jadi aku kamu? Perasaan tadi dia sangat kasar dan galak? Kenapa sekarang jadi berubah baik begini?' batin Najma.
Melihat Najma yang hanya diam saja, Aksa langsung melambai-lambaikan tangan kanannya tepat di depan wajah Najma.
"Kok malah bengong sih? Ada apa?" tanya Aksa.
"Ah, tidak apa apa. Apa kamu butuh bantuan?" tanya Najma yang langsung di sambut anggukan oleh Aksa.
"Motorku tiba tiba mogok, aku ngga tahu harus bagaimana. Apa kamu bisa membantuku?" tanya Aksa pasrah.
"Di mana motornya, biar aku periksa," jawab Najma.
Aksa menunjukan motornya yang ada di sebrang jalan, ternyata motor Aksa yang mogok tidak jauh dari letak toko kue milik Najma.
Najma langsung memeriksa motor Aksa dengan seksama, setelah selsai dia pun langsung tersenyum mengejek ke arah Aksa.
"Kenapa kamu tersenyum seperti itu ? Memangnya ada yang lucu?" tanya Aksa.
"Kamu itu yang punya motor, atau motornya motor pinjaman? Masa bensinnya habis saja kamu tidak tahu?" tanya Najma.
Aksa langsung menepuk jidatnya, pantas saja ketika dia memeriksa motornya tidak ada yang rusak, pikirnya. Karena memang keadaan motornya baik-baik saja, yang membuat motornya berhenti tiba-tiba tentunya karena bensinnya yang habis.
"Ya Tuhan! Kenapa aku bodoh sekali. Aku baru pulang dari Amerika dan aku lupa untuk mengisi bensin, aku malah langsung memakai motor ini begitu saja," ucap Aksa.
Najma hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah dari Aksa, pria yang ada di hadapannya itu benar-benar sangat aneh, pikirnya.
"Kalau kamu mau pulang, isi bensinnya dulu!" seru Najma sambil berlalu meninggalkan Aksa.
Aksa melihat sekelilingnya, sepi dan hanya beberpa kendaraan saja yang lewat. Dengan cepat dia menghampiri Najma, lalu dia meminta pertolongan dari wanita itu.
"Hey! Kamu tidak boleh meninggalkan aku, kamu harus menolong aku.Jangan tinggalkan aku begitu saja, kamu itu seperti orang yang tidak berperasaan!" kesal Aksa.
"Kamu manggil aku?" tanya Najma seraya menghentikan langkahnya.
"Ya iyalah, aku manggil kamu. Memangnya aku manggil siapa lagi," jawab Aksa.
Najma merasa tidak suka dengan jawaban dari Aksa, padahal dia sudah memberitahukan namanya kepada Aksa. Namun, pria itu seakan begitu enggan untuk mengingat namanya.
"Nama aku Najma, bukan Hey." Najma memutarkan bola matanya dengan malas, karena pria yang ada di hadapannya tidak memanggil namanya dengan benar.
"Maafkan aku, tapi aku mohon bantulah aku kali ini saja. Jadilah wanita penolong untukku, saat ini saja. Kumohon," pinta Aksa mengiba.
Najma menghela napas dan membuangnya dengan kasar, dia merasa kesal tetapi juga merasa kasihan kepada pria yang saat ini sedang mengemis pertolongan kepada dirinya.
"Baiklah, kamu pakai motorku yang ada di toko kue. Motor kamu, kamu masukan saja ke dalam toko," usul Najma. Karena di sana sangat jauh menuju pom bensin, yang menjual bensin eceran pun tidak ada.
Aksa langsung tersenyum bahagia mendengar apa yang dikatakan oleh Najma, dengan cepat Aksa mendorong motor sport miliknya. Dia segera menghampiri Najma yang sudah berdiri di dekat motor matic kesayangannya.
"Pakailah motorku, tapi ingat. Pagi-pagi sekali kamu sudah harus antarkan kemari, karena aku sangat membutuhkannya," ujar Najma dengan tegas.
Dengan cepat Aksa menganggukkan kepalanya, yang terpenting baginya saat ini tentunya bisa pulang ke apartemen miliknya. Untuk urusan besok bisa dibicarakan lagi, pikirnya.
"Baiklah, Nona Cantik! "seru Aksa
Najma hanya geleng-geleng kepala mendengar apa yang dikatakan oleh Aksa, dia tidak menyangka jika di balik sifat arogannya seorang Aksa ternyata ada sisi manisnya juga.
Dengan cepat Aksa mengambil kunci motor yang ada di tangan Najma, tidak lupa dia mengucapkan terima kasih dan pamit sebelum meninggalkan Najma di toko kue miliknya tersebut.
Aksa tersenyum senang selama perjalanan pulang, dia sangat bahagia karena sudah bertemu dengan pujaan hatinya. Walaupun dia sempat ketakutan karena motornya mogok di tengah jalan.
Tugasnya saat ini adalah cepat tidur, karena besok pagi dia harus segera menemui keluarganya. Keluarga yang selalu dia sayangi dan menjadi penyemangat bagi dirinya.
Sebenarnya dia sudah sangat merindukan keluarganya, tetapi hatinya ingin terlebih dahulu mengunjungi Maria. Kekasih hatinya.
Wanita yang selalu bertengger cantik di singgasana hatinya, tentunya wanita itu selalu menghiasi hari harinya.Walaupun mereka cuma bisa saling menyapa lewat sambungan telepon, itu sudah sangat cukup untuknya.
Sesampainya di Apartemen, Aksa langsung merebahkan tubuhnya. Baru saja Aksa akan memejamkan matanya, tetapi tiba tiba perutnya berdendang dengan sangat riangnya.
"Sial! Aku bahkan belum sempat makan dari siang, perutku terasa sangat lapar," ucap Aksa lirih.
Aksa segera beranjak ke dapur, tetapi sayangnya tidak ada apa pun yang ada di sana. Aksa hanya bisa pasrah, seperti nya dia harus keluar untuk mencari makanan agar perutnya bisa terisi.
"Astaga! Aku benar-benar sial malam ini, kenapa juga bisa sesial ini?" tanya Aksa dengan kesal.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!