NovelToon NovelToon

PENDEKAR PEDANG BERLIAN

Cha 1 - Desa Teratai Putih

Teratai Putih adalah nama sebuah desa kecil yang letaknya terpencil jauh dari pusat ibu kota kekaisaran Han. Desa ini di kelilingi empat gunung tinggi yang terletak di masing-masing arah mata angin.

Dinamakan desa Teratai Putih, merujuk kepada nama sebuah danau besar yang terdapat di desa tersebut. Tepat di tengah-tengah danau itu, terdapat 7 bunga teratai yang semuanya berwarna putih.

Salah satu keunikan bunga teratai putih adalah selain menebarkan aroma wangi semerbak disetiap bunga itu mekar, letak bunga teratai putih juga cukup unik, satu bunga yang ukurannya paling besar tepat berada di tengah-tengah enam bunga lain yang mengelilinginya dan membentuk sebuah lingkaran.

Keunikan lain dari bunga teratai putih adalah, dari ketujuh bunga tersebut akan secara bergantian mekar satu persatu disetiap harinya. Dan tepat dihari ketujuh, bunga yang ukurannya paling besar akan mekar dan menebarkan aroma wangi ke seluruh pelosok desa. Selain aroma wangi yang semerbak berkali-kali lipat dari 6 bunga yang lainnya, bunga teratai yang ukurannya paling besar tersebut mampu menebarkan energi positif yang mampu memberikan rasa damai bagi siapapun yang menghirupnya.

Sehingga dihari itu banyak dari penduduk desa Teratai Putih memilih untuk meliburkan diri dari segala rutinitas masing-masing. Mereka berbondong-bondong mengunjungi danau teratai putih hanya untuk menikmati aroma wangi semerbak dari jarak yang lebih dekat.

Penduduk desa Teratai Putih terbagi dalam berbagai macam kelompok, ada kelompok petani, peternak, pedagang, dan kelompok-kelompok lainnnya yang hidup bersama saling melengkapi demi kemajuan bersama.

Yang paling bertanggung jawab dari kelompok-kelompok tersebut adalah tuan Yun Lou.

Tuan Yun Lou adalah seorang kepala desa yang dengan segala wawasan dan kebijaksanaannya dalam memimpin, mampu membuat dia menjadi sosok yang paling dihormati dan disegani oleh seluruh penduduk desa Teratai Putih.

Tapi sayang dibalik kesuksesannya memimpin desa, di usianya yang menjelang kepala lima tuan Yun Lou dan Nyonya Xin Xia belum juga mendapatkan keturunan.

Yun Hui dan Yun chan yang merupakan adik kandung dari tuan Yun Lou, ditunjuk sebagai kepala keamanan. Sebagai pendekar pedang yang memiliki ilmu bela diri cukup tinggi, mereka berdua juga ditugaskan untuk melatih ilmu bela diri kepada seluruh penduduk desa Teratai Putih sejak usia dini. Tujuannya tentu saja agar seluruh penduduk desa Teratai Putih mampu melindungi diri dan keamanan desa dari orang-orang jahat dan kelompok perampok yang kapan saja bisa mengancam keselamatan mereka.

Dibawah kepemimpinan tuan Yun Lou, hampir tidak pernah terjadi konflik besar antar penduduk. Masing-masing kelompok yang terbentuk, mampu bekerja dengan sangat disiplin dan saling melengkapi.

Sehingga dari kerjasama tersebut mampu menghasilkan komuditas yang bernilai jual tinggi.

Hidup terpencil jauh dari keramaian kota, bahkan hampir tidak pernah mendapatkan perhatian dari pihak penguasa, Tuan Yun Lou mampu menanamkan tekad kepada seluruh penduduk desa Teratai Putih untuk mampu hidup mandiri dan sejahtera tanpa berharap bantuan dari pihak penguasa atau daerah-daerah lain di kekaisaran Han.

Jika ada anak-anak yang memiliki kecerdasan diatas rata-rata, Tuan Yun Lou tidak segan untuk mengirim mereka ke kota agar bisa mendapatkan pendidikan yang lebih memadai. Dan nantinya anak-anak tersebut akan kembali ke desa Teratai Putih untuk berbagi segala ilmu pengetahuan yang telah mereka dapatkan.

Hasilnya bulan demi bulan, tahun demi tahun kesejahteraan penduduk desa Teratai Putih pun semakin meningkat.

Cha 2 - Hutan Timur

Di sebuah hutan belantara, tepatnya di hutan Timur, tiga orang anak kecil berusia kurang lebih tujuh tahun sedang asik berbincang di bawah rindangnya rumpun bambu sambil menikmati masing-masing satu ekor daging kelinci bakar.

Bernama hutan Timur, dikarenakan letaknya berada di kaki gunung yang berada di sebelah timur desa Teratai Putih.

Meraka adalah Chi wei bersama dua sahabatnya Tao Ming dan Yan San.

"kenapa kau menolak belajar di ibu kota?" tanya Tao Ming kepada Chi Wei.

"memang kenapa, kau sudah bosan berteman denganku? hah!" jawab Cihi Wei melotot sambil menyumpal mulut Tao Ming dengan kepala kelinci bakar yang masih utuh.

"bbbbffffrrrrrrrttttt....bukan begituuuu.......lesung!" balas Tao Ming sambil berbalik nyumpelin kepala kelinci tadi ke lesung pipi Chi Wei.

Sementara Yan San hanya tersenyum tipis menyaksikan tingkah laku ke dua sahabatnya itu. Memang di antara merekam bertiga, Yan San lah yang paling jarang bicara.

"terus kenapa, memangnya kau tidak bosan terus menerus menanyakan hal itu?" Chi Wei balik bertanya kepada Tao Ming.

"ya....kata orang-orang hidup di kota besar itu enak, apa saja tersedia di sana."

"enak bagi mereka yang memiliki banyak harta. memangnya di sini kurang apa?...mau makan daging tinggal berburu, mau makan buah-buahan tinggal metik di kebun ayahmu, mau makan ikan tinggal mancing di kolam ayahnya Yan San.........."

"mau makan sayuran enak, tinggal pura-pura kelaparan saja di depan ibumu....hahahahaha."

Tao Ming dan Yan San kompak memotong kata-kata Chi Wei sambil memegang perut tertawa terbahak-bahak.

"haaaaahhhhh....sialan!" umpat Chi Wei sambil beranjak menuju sungai yang terletak tidak jauh dari tempat mereka bertiga beristirahat.

"hei ... kau mau kemana?" Tao Ming berteriak sambil berusaha menahan tawa menikmati kekesalan yang dirasakan Chi Wei.

"mau mandi...terlalu lama dekat denganmu membuat badanku bau mengkudu." Chi Wei menjawab tanpa menoleh sambil terus melangkahkan kakinya menuju sungai.

Tao Ming melirik ke arah Yan San dengan mulut menganga, lalu dia berusaha untuk mencium aroma badannya sendiri.

"Yan San...coba kau jawab dengan jujur, apa benar badanku bau mengkudu?"

Yan San hanya mengangkat kedua bahunya sambil menggeser bibir bawahnya ke depan.

"ngomong-ngomong, mengkudu itu hewan jenis apa?" Yan San bertanya sambil menggaruk kepalanya yang mendadak gatal.

"dasar bodoh, mengkudu saja tidak tahu."

"justru karena tidak tahu makanya aku bertanya."

"hmmm...baiklah aku beri tahu, mengkudu itu jenis ikan langka yang harganya sangat mahal."

"ikan langka yang sangat mahal...hmmm ciri-cirinya seperti apa?" tanya Yan San antusias dan semakin penasaran.

"ciri-cirinya, ikan mengkudu muda berwarna hijau dan di sekujur tubuhnya terdapat bintik-bintik berwarna coklat tua. sementara ikan mengkudu yang sudah tua, warna hijau di tubuhnya akan berubah menjadi warna kuning." jawab Tao Ming sambil berusaha keras menahan tawa dan memasang muka serius.

"oooo....begitu. kenapa ayahku tidak pernah memberi tahu...hmmmmmmm."

"mungkin karena ayahmu juga belum tahu."

"bisa jadi seperti itu, aku harus segera memberi tahu ayahku." Yan San bergumam sambil menganggukkan kepalanya beberapa kali.

Byurrrrr.........

Terdengar suara benda jatuh kedalam air dari arah sungai tempat yang di tuju Chi Wei. Tentu saja Tao Ming dan Yan San tidak merasa aneh, mereka yakin kalau itu adalah suara Chi Wei yang melompat ke sungai dan berenang di sana.

Tao Ming mulai nyerah melawan rasa ngantuknya, dia pun terlelap di sebelah Yan San yang duduk bersandar di sebuah batu sambil terus memikirkan jenis ikan langka yang baru saja diketahuinya.

Cha 3 - Chi Wei Menghilang

Angin sepoi-sepoi yang berembus semakin menghanyutkan Tao Ming terlelap makin dalam. Sementara Yan San, semakin jauh membayangkan keuntungan besar jika dia dan ayahnya mampu membudidayakan jenis ikan langka yang baru saja ia ketahui.

Tidak terasa waktu pun bergulir cepat, matahari semakin condong ke arah barat. Yan San pun mulai merasa aneh, sudah lebih dari dua jam Chi Wei tak kunjung kembali dari sungai. Tao Ming tidak biasanya dia tertidur di tengah hutan begitu lama.

Tersadar dari segala lamunannya, Yan San bergegas membangunkan Tao Ming.

"Tao Ming...bangun...cepat bangun." seru Yan San sambil menggoyang-goyangkan tubuh Tao Ming.

"hmmm....apa sih Yan San...aku masih ngantuk." jawab Tao Ming sambil mengubah posisi tidurnya miring ke kanan.

"kamu sudah tidur lebih dari dua jam, Chi Wei juga belum kembali dari sungai."

"huaaahhhh...masa iya aku sudah tidur selama itu?" tanya Tao Ming sambil menguap.

"buka mata mu, lihat tuh matahari sudah mau terbenam. lagian tidak biasanya kamu tidur di hutan begitu lama?"

"huaaaaahhhhh...ayo kita susul Chi Wei" Tao Ming beranjak bangun lalu melangkah pergi menuju sungai. Sementara Yan San menyusul di belakangnya kebingungan.

"Wei....Chi Wei!!!....."

"Chi Wei lesung!!!......"

Tao Ming dan Yan San bergantian memanggil-manggil Chi Wei setelah beberapa saat mencari namun tidak juga bertemu dengan sahabatnya itu.

"hmmm...apa mungkin Chi Wei sudah pulang lebih dulu?" Yan San bertanya sambil melirik ke arah Tao Ming.

"dia tidak mungkin meninggalkan kita di sini" sergap Tao Ming sambil terus melemparkan pandangannya menyusuri sungai untuk mencari keberadaan Chi Wei.

Seketika Tao Ming teringat betapa Chi Wei menyayangi mereka berdua. Dia rela melakukan apa pun asal kedua sahabatnya tersebut merasa senang. Bahkan Chi Wei berani masuk ke hutan malam-malam hanya untuk mencari tanaman herbal untuk mengobati Yan San yang saat itu keracunan hingga tak sadarkan diri.

Rasanya tidak mungkin Chi Wei pulang lebih dulu dan meninggalkan mereka berdua di tengah hutan belantara.

Hari yang semakin sore membuat Tao Ming dan Yan San mulai dilanda rasa khawatir. Mereka semakin panik setelah menemukan baju dan tas berukuran sedang punya Chi Wei. Baju dan tas tersebut di simpan diatas batu dipinggir sungai yang di sana terdapat air terjun.

Tas yang terbuat dari anyaman rotan itu biasa Chi Wei bawa saat mereka berburu. Di dalam tas itu terdapat beberapa tanaman herbal dan buah-buahan segar yang Chi Wei dapatkan selama menyusuri hutan Timur.

Air terjun tersebut tidak terlalu besar, tingginya hanya beberapa meter saja, namun debit airnya cukup besar. Debit air yang cukup untuk menghanyutkan tubuh anak-anak seusia mereka bertiga. Namun Tao Ming dan Yan San sepakat, dengan kemampuan berenang Chi Wei yang diatas rata-rata anak seusianya rasanya tidak mungkin dia tenggelam dan hanyut terbawa arus sungai.

Namun begitu, pikiran-pikiran jelek itu mulai merasuki isi kepala Tao Ming dan Yan San. Setelah berpencar menyusuri area air terjun, mereka berdua tetap tidak menemukan apa-apa. Hingga akhirnya Tao Ming memutuskan untuk masuk berenang di bawah air terjun.

"Yan San, kamu tunggu di sini. aku akan berenang di bawah air terjun, untuk memastikan keberadaan Chi Wei di sana. Aku takut terjadi hal buruk yang pastinya sangat tidak kita harapkan menimpa sahabat kita." Cerocos Tao Ming sambil melepaskan baju dan langsung masuk ke sungai di bawah air terjun. Sementara Yan San hanya membalasnya dengan anggukan kepala pelan.

Setelah beberapa saat berenang menyusuri sungai di bawah air terjun, Tao Ming tidak juga menemukan apa-apa di sana. Di satu sisi dia merasa senang karena artinya Chi Wei tidak tenggelam di situ, sementara di sisi lain dia juga masih merasa cemas akan keberadaan Chi Wei yang tak kunjung mereka temukan.

Kubangan air sungai yang membentuk sebuah kolam di bawah air terjun tersebut tidak terlalu besar dan juga tidak terlalu dalam. Lebarnya hanya sekitar 15 meter, kedalaman sungai tersebut juga hanya setinggi orang dewasa. Dan tepat di tengah-tengah bagian yang terdalam di bawah air terjun itu, terdapat batu yang cukup besar. Batu itu cukup unik karena kalau di injak rasanya seperti menginjak permukaan lantai ubin. Lebar dan rata.

Sehingga kalau ada orang dewasa berdiri tepat di atas batu itu, maka permukaan air sungai itu persis ada di ubun-ubun orang dewasa tersebut.

Tao Ming pun bergegas menghampiri Yan San dipinggir sungai yang setia menunggunya.

"Bagaimana...apa kamu menemukan sesuatu di sana?" Yan San bertanya seraya memegang kedua lengan Tao Ming.

"aku tidak menemukan apa-apa, selain ikan kanibal sialan yang menggerogoti kakiku." Tao Ming meringis menahan perih menunjukkan beberapa luka gores bekas gigitan ikan kanibal di kedua betisnya.

"Lalu,,,apa yang harus kita lakukan sekarang?"

"sebaiknya kita pulang dan segera memberitahu paman Chi Fan dan semua penduduk desa, mungkin dengan begitu kita akan lebih cepat menemukan Chi Wei." ...Meski dilanda rasa cemas, Tao Ming berusaha untuk tetap tenang.

"iya, kamu benar Tao Ming, lagi pula sungai ini kan mengalir ke desa bagian utara, kalau memang Chi Wei hanyut terbawa arus sungai harusnya dia sekarang ada di sana."

Tao Ming dan Yan San pun bergegas pulang meninggalkan hutan Timur, mereka berlari semampu yang mereka bisa, agar bisa secepatnya memberi tahu orang tua Chi Wei.

Berlari dengan diliputi rasa khawatir, membuat mereka berdua beberapa kali terjatuh. Rasa sakit akibat luka yang mereka dapatkan saat jatuh berkali-kali seakan tak terasa tertutup kekhawatiran akan keberadaan sahabat terkasih yang sudah mereka anggap layaknya sodara sendiri.

Berlari pontang panting tanpa henti dengan napas tersengal-sengal, membuat para penduduk desa yang ditemui mereka merasa heran diliputi begitu banyak pertanyaan. Terlebih mereka berlari keluar dari arah hutan Timur hanya berdua, sementara seluruh penduduk desa Teratai Putih tahu dimana ada Tao Ming dan Yan San di situ pasti ada Chi Wei.

Rasa khawatir mulai merasuki para penduduk desa tersebut, saat mereka menangkap mimik cemas dari wajah Tao Ming yang berlari sambil membawa baju dan tas anyaman rotan milik Chi Wei.

Tiga anak kecil yang bersahabat itu, sangat populer dikalangan penduduk desa Teratai Putih. Terutama Chi Wei, bocah berusia 7tahun yang memiliki kecerdasan diatas rata-rata. Bocah pemilik senyum manis yang tanpa ragu menolong orang lain meski itu diluar batas kemampuannya.

Terlebih Chi Wei merupakan keponakan dari Tuan Yun Lou kepala desa Teratai Putih. Nyonya Xinn Yia ibu Chi Wei adalah sodara sepupu dari nyonya Xin Xia istri dari Tuan Yun Lou.

Tao Ming dan Yan San tak bergeming atas tatapan heran dari para penduduk desa yang dilalui mereka. Keduanya terus berlari menuju kediaman orang tua Chi Wei.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!