NovelToon NovelToon

Menantu Penguasa

Terhina

Pyar ... !

"Ini masih kotor! Kamu itu bisa kerja, tidak?!" marah Murti dengan menendang ember. Air pel tumpah ke mana-mana.

"Maaf, Ma," jawab Hito seraya menundukkan kepalanya.

Kurang bersih apalagi lantai marmer yang mengkilap itu. Ibu mertuanya saja yang suka sekali membuat pekerjaan Hito menjadi berat. Air pel itu tumpah dan ia harus membersihkan kekacauan yang mertuanya lakukan.

Pelayan di rumah saja ada, tetapi Hito yang notabene seorang menantu yang harus membersihkan seluruh isi rumah.

"Bereskan kekacauan ini, setelah itu buat sarapan. Harus secepatnya!" tekan Murti. "Velia akan segera turun ke bawah."

"Baik, Ma," sahut Hito patuh.

Begitulah Hito diperlakukan oleh keluarga istrinya. Hidupnya menumpang di rumah mertua dan tidak punya pekerjaan yang bisa dibanggakan. Hito diperlakukan laiknya seorang pelayan, bahkan pelayan asli rumah Andreas ikut-ikutan menindasnya.

Segala pekerjaan rumah tangga selalu ia kerjakan seorang diri. Memasak, membereskan rumah bahkan mencuci serta menyetrika pakaian seluruh keluarga Andreas.

"Hito ... mana sarapannya?!" teriak Dena.

Bergegas Hito membawa sarapan roti bakar yang telah ia buat ke ruang makan. Hito sedikit kewalahan sebab ia bangun kesiangan. Tadi malam Hito bergadang karena menunggu istri tercintanya pulang dari luar.

"Ini sarapannya," kata Hito dengan meletakkan roti bakar di atas meja dan juga jus buah di meja.

"Ini saja sarapannya?" tanya Dena dengan pandangan malas.

"Iya ... hanya itu saja yang bisa aku sajikan," jawab Hito.

"Kamu itu benar-benar tidak berguna. Bisanya hanya hidup menumpang," sarkas Dena.

"Kamu juga menumpang Dena. Status kita sama di sini. Kamu juga menantu dari keluarga Andreas," balas Hito.

Dena berdecih. "Tapi aku tidak seperti kamu yang hidup menumpang. Aku ini keturunan orang kaya, tidak seperti kamu keturunan tidak jelas."

Malang nian nasib Hito. Bahkan saudara iparnya saja berani menindas. Ini baru ipar, belum lagi mertua serta istrinya. Perlakuan mereka bahkan lebih buruk.

"Hito ... sepatuku sudah disemir?" tanya Ariel yang muncul tiba-tiba.

Ariel adalah adik dari Velia. Pria bertubuh tinggi dengan sifat sok berkuasa itu, suami dari Dena yang artinya Ariel ialah saudara ipar Hito.

"Sudah," jawab Hito.

Suara sepatu bertapak tinggi terdengar. Hito tersenyum melihat wajah cantik jelita yang sedang berjalan ke meja makan. Wanita bertubuh tinggi, hidung mancung dengan rambut cokelat tergerai.

"Sayang ... aku sudah siapkan sarapan untukmu," ucap Hito pada istrinya.

"Menjauh sedikit dariku. Aroma tubuhmu membuatku mual," ucap Velia dengan mengibas-ngibaskan tangannya.

Hito mundur ke belakang. Velia selalu melarang dirinya untuk mendekat. Padahal Hito adalah suami dari wanita itu sendiri. Sudah tiga tahun keduanya menjalin biduk rumah tangga, tetapi Velia tidak mengizinkan Hito untuk menyentuh dirinya.

"Kakak kenapa?" tanya Ariel.

"Perusahaan lagi krisis. Kita butuh banyak modal," jawab Velia sembari memijat pangkal kepalanya.

"Kamu sih, punya suami malah enak-enakkan diam di rumah," sahut Mutia.

"Mama tahu sendiri aku menikahi pria tidak berguna itu karena papa," ucap Velia.

Velia juga tidak mau menikah dengan pria miskin seperti suaminya. Velia menikahi Hito karena permintaan dari mendiang Andreas ayahnya.

Andreas mengatakan Hito adalah pria baik yang akan selalu menjaga Velia serta bertanggung jawab. Namun, kenyataannya berbeda. Jangankan bertanggung jawab, Velia merasa terbebani dengan kehadiran Hito.

Ia harus menahan malu dari ledekkan para sahabat-sahabatnya karena bersuamikan seorang pria miskin. Padahal banyak sekali para pria kaya yang menyukai Velia.

Velia melirik Hito. "Kamu bersihkan mobil dan sepatu baruku. Setrika juga baju baru yang kemarin aku beli. Malam ini aku akan menghadiri pertemuan sesama pengusaha."

"Kamu mau pergi lagi?" tanya Hito. "Kamu sering pulang malam, Velia. Aku khawatir padamu."

"Jangan banyak tanya kamu! Cepat kerjakan sana," usir Velia.

"Velia ... aku suamimu. Bersikap sopan sedikit," ucap Hito.

Braak ... !

Velia mengebrak meja makan saking kesalnya. "Jangan sampai aku memukulmu, Hito! Aku sudah cukup pusing dengan masalah perusahaan dan kamu datang dengan celotehan yang membuat telingaku sakit mendengarnya. Pergi kamu! Pergi dari sini!"

Betapa sakit hati Hito mendengar penghinaan istrinya. Tidak sedikitpun Velia memberi ruang padanya untuk mendekat. Hito sangat mencintai istrinya, meski hinaan demi hinaan selalu ia dapatkan.

"Pergi sana! Percuma kamu mendengarkan percakapan kami. Toh kamu juga tidak bisa membantu," ucap Ariel.

"Kerjakan apa yang Velia suruh. Menantu tidak berguna!" sembur Mutia.

Tiada hari tanpa kata-kata kasar serta penghinaan yang keluarga istrinya berikan. Hito hanya pasrah karena memang sebagai seorang menantu ia memang sama sekali tidak berguna.

Tidur dan makan saja ia diberi. Setiap bulan Velia memberinya uang lima ratus ribu untuk memenuhi kebutuhannya. Gaji pelayan saja lebih besar ketimbang uang yang Hito terima. Namun, Hito tetap bertahan agar bisa tetap dekat dengan istrinya.

Sebenarnya Hito bukanlah pria miskin dan tidak berguna seperti apa yang istri serta mertuanya katakan. Hito keturunan keluarga Hutomo. Ia anak tunggal dari pria yang memiliki kekuasaan di negeri B.

Hito meninggalkan semua kekayaan keluarga karena ayahnya menikah lagi dengan seorang wanita rakus dan licik. Hito diusir dan dijebak karena tersandung penggelapan dana di dalam perusahaannya sendiri.

Jabatannya sebagai CEO dicopot oleh ayahnya sendiri dan ia diusir. Bahkan Hutomo mengeluarkan nama Hito dari kartu keluarga. Sungguh sangat disayangkan seorang ayah kandung tega mengusir anaknya sendiri hanya karena hasutan dari seorang wanita.

Hito pergi melakukan apa yang Velia perintahkan. Ia pergi membersihkan mobil istrinya sendiri. Sebuah deringan ponsel terdengar dari dalam saku Hito.

Kening pria itu berkerut takkala melihat nomor baru yang tidak Hito kenal sama sekali. Pria itu menekan warna hijau pada tombol ponsel butut miliknya.

"Halo." ~ Hito.

"Dengan Tuan Hito Hutomo." Terdengar suara seorang wanita dari seberang telepon.

"Iya ... saya sendiri." ~ Hito.

"Saham batu bara yang Anda beli lima tahun lalu mengalami kemajuan pesat. Sejumlah uang telah dikirim ke dalam akun Anda." ~ Penelepon.

"Apa? Saham Batu Press mengalami peningkatan pesat?" ~ Hito.

"Benar, Tuan." ~ Penelepon.

"Terima kasih atas informasinya." ~ Hito.

Sambungan telepon diputus. Hito masih tidak percaya dengan kabar yang ia dapatkan. Saham batu bara yang ia beli dengan uang keringatnya sendiri mengalami kemajuan yang sangat pesat.

Kembali deringan telepon berbunyi. Hito mengangkat nomor baru tersebut dan kaget hingga kedua matanya terbelalak. Lagi-lagi seseorang mengatakan saham yang ia beli telah mengalami kemajuan pesat.

"Apa?! Saham Oile company maju pesat?" tanya Hito pada di seberang telepon.

"Benar, Tuan. Silakan Tuan memeriksanya sendiri." ~ Penelepon.

Hito merasa berada dalam dimensi mimpi. Sebuah kabar tidak disangka datang. Kabar yang membuat dirinya naik ke strata tertinggi hanya dalam hitungan detik.

Bersambung.

Kembali Jaya

"Enam ratus triliun?!" kaget Hito sangat mengecek akun miliknya di bank Internasional.

"Benar, Tuan," jawab wanita bagian administrasi.

Hito menatap kartu-kartu hitam miliknya. Ia mengusap kartu dengan perasaan yang teramat bahagia. Uang dalam akun miliknya akan terus bertambah dengan seiring berjalannya waktu. Dengan uang ini juga, ia bisa pergi membantu perusahaan istrinya yang terancam bangkrut.

"Terima kasih atas bantuanmu," ucap Hito seraya berlalu dari sana.

Roda berputar sangat cepat. Hito berada di atas, lalu turun dititik paling rendah kemudian takdir mengangkat derajatnya pada posisi teratas.

Hito keluar dari gedung perbankan. Pria itu melambaikan tangan guna menghentikan taksi. Sebuah mobil mewah hitam berhenti tepat di depan Hito.

Pria itu mengerutkan dahi takkala memandang seorang pria paruh baya yang keluar dari dalam mobil. Seorang pria yang sangat Hito kenali tengan menghampiri dirinya dengan membungkukkan sedikit tubuh.

"Tuan muda. Akhirnya saya menemukan Anda."

"Paman Cody ... ada apa mencariku?" tanya Hito.

Cody memerhatikan penampilan Hito yang jauh terkesan mewah. Bahkan untuk seorang pelayan di rumah mewah saja lebih bagus ketimbang penampilan Hito saat ini.

Sandal jepit butut. Baju lusuh serta rambut acak-acakkan. Penampilan itu bukanlah penampilan Hito yang selalu memakai barang-barang mewah.

"Apa yang terjadi pada, Tuan?" tanya Cody.

"Jangan mengurusiku. Katakan saja ada apa kamu kemari?"

"Tuan besar menyuruh Anda untuk pulang. Anda harus menjalankan perusahaan," jawab Cody.

Hito berdecih. "Kenapa harus aku? Dia punya anak tiri yang bisa mengurus perusahaan serta istri cantik yang senantiasa bersamanya."

"Ada alasan mengapa tuan Hutomo melakukan itu. Anda pulanglah sebelum seluruh harta dikuasai oleh ibu serta saudara tiri, Tuan," tutur Cody.

Hito tersenyum smirk. "Sekarang aku tidak butuh harta dari orangtuaku." Pria itu menatap Cody. "Paman panggil asistenku James. Suruh dia menemuiku di tempat biasa nanti malam. Ada yang ingin aku bicarakan padanya."

Cody membungkukkan sedikit tubuhnya. "Akan saya lakukan. Lalu kapan Tuan akan pulang?"

"Aku akan pulang pada waktunya."

Hito naik ke dalam mobil taksi yang berhasil pria itu hentikan. Cody dapat bernapas lega sekarang. Setidaknya Hito sudah ditemukan dalam keadaan yang baik-baik saja, meski pria paruh baya itu belum mengetahui kehidupan Hito selepas jatuh miskin.

...****************...

Buuk ... !

Hito mengusap wajahnya yang terkena lemparan kanebo basah. Wanita cantik berstatus istri tengah berkacak pinggang sembari memberi tatapan tajam padanya.

Pria itu tahu jika Velia akan marah setelah mengetahui dirinya pergi tanpa pamit sebelum mengerjakan semua tugas yang istrinya berikan.

"Dari mana saja, kamu?! Meninggalkan pekerjaan dengan seenaknya. Baju serta mobilku belum selesai dikerjakan," berang Velia.

"Sayang ... kamu tidak perlu pergi ke acara perusahaan itu. Aku ada di sini untuk membantumu. Aku bisa memberi dana agar perusahaanmu tidak bangkrut," tutur Hito.

Velia tersentak dengan kalimat yang suaminya lontarkan. Baru datang dari luar Hito bicara yang aneh. Mungkinkah Hito tertabrak mobil lalu kehilangan akal sehatnya? Ucapan pria itu benar-benar tidak masuk akal.

"Kamu salah minum obat? Bicara seenaknya saja. Apa kamu punya uang banyak? Uang saja aku yang kasih," cerca Velia.

"Sayang ... aku serius." Hito memegang lengan istrinya agar Velia tidak pergi dulu.

Plaakk ... !

Sebuah tamparan mendarat di pipi kiri Hito. Sontak pria itu memegang rasa hangat yang baru saja menjalar. Hito tertunduk sebab ia lupa tidak boleh menyentuh Velia.

Istri yang ia cintai itu, tidak segan untuk memukul apabila pria itu menyentuhnya. Sudah beberapa kali Velia melayangkan tangannya pada Hito, jika wanita itu sedang kesal.

"Berani sekali kamu menyentuhku!" Velia menunjuk wajah Hito. "Kamu memang suamiku, tetapi aku sangat jijik bersentuhan denganmu."

"Kapan kamu bisa menerimaku, Velia? Aku mencintaimu. Perasaanku ini sangat tulus," lirih Hito.

Velia meludah. "Betapa menjijikkannya aku mendengar perkataanmu itu. Yang ada aku malah sangat malu bersuamikan dirimu. Kamu pria tidak berguna! Dasar parasit!"

Hito menatap wajah cantik yang saat ini terlihat marah padanya. Velia adalah cinta pertama Hito dan saat pertama kali melihat wanita itu, ia sudah jatuh hati.

Keberuntungan seolah mendapati nasib Hito di saat itu. Tanpa sengaja ia menolong Andreas yang hampir saja tertabrak, kemudian ayah dari Velia itu menyukai dirinya dan menikahkan mereka berdua.

Namun, cinta Hito bertepuk sebelah tangan. Bukan cinta yang pria itu dapat melainkan kebencian dari sang istri. Keduanya bahkan tidak tidur sekamar. Hito ditempatkan di kamar belakang setelah Andreas tiada.

"Kak Veli ... lihat ini," seru Dena.

"Apa?" tanya Velia.

Dena melirik Hito. "Bawakan kami minuman dingin."

Hito mengangguk. "Baik."

Dena membawa Velia untuk duduk di kursi sofa. Wanita itu memperlihatkan gadget miliknya yang berukuran sepuluh inci. Terdapat banyak gambar gaun-gaun mewah di dalamnya.

"Ini keluaran terbaru brand Velucci. Harganya sekitar satu milyar," celetuk Dena.

Velia menarik napas panjang. "Kita harus berhemat dengan uang. Perusahaan krisis saat ini."

"Malam besok akan ada pertemuan keluarga Andreas. Kakak ingin berpakaian biasa saja? Sudah pasti kerabat-kerabat yang lain memakai pakaian dari perancang terbaru," tutur Dena.

"Kamu mau gaun itu, Sayang? Aku bisa membelikannya untukmu," sahut Hito yang tiba-tiba muncul dengan membawa nampan berisi minuman dingin.

Velia tidak kuasa menahan rasa tawa yang meledak. Betapa lucunya ucapan yang terlontar dari bibir Hito. Jangankan satu Milyar, mungkin uang satu juta saja pria itu tidak punya.

"Kamu ingin membelikanku gaun dengan uang daun? Apa kamu punya uang sebanyak satu milyar?" tanya Velia meremehkan.

"Pilih saja gaunnya. Jangan khawartir soal uang," ucap Hito.

"Tidak waras!" kesal Velia yang langsung beranjak dari duduknya.

"Velia," seru Hito dengan menatap nanar kepergian istrinya.

"Seharusnya kamu itu berkaca dulu. Tidak berguna!" sarkas Dena yang ikut berlalu dari sana.

Hito berjalan menuju kamar tidurnya yang berada di belakang. Ia meraih ponsel butut yang masih belum sempat diganti lalu menekan angka-angka yang sangat ia hapal.

"Halo, Paman." ~ Hito.

"Iya, Tuan." ~ Cody.

"Aku akan kembali, tetapi lakukan sesuatu untukku saat ini. Belikan gaun, sepatu serta tas dari brand Velucci. Aku ingin barang itu tiba saat besok siang. Alamat rumahnya akan aku kirimkan lewat pesan singkat." ~ Hito.

"Baik, Tuan. Semua pesanan akan saya siapkan dan besok siang, semua barang itu akan sampai." ~ Cody.

Hito memutus sambungan telepon miliknya. Pria itu sudah memutuskan untuk mengungkapkan jati dirinya kepada Velia agar istrinya itu tidak lagi menghinanya sebagai pria tidak berguna. Saat ini ia adalah penguasa di kota B. Sudah saatnya Hito kembali pada masa kejayaannya.

Bersambung.

Dukung Author dengan vote, like dan subscribe.

Kecewa

Para pengusaha baik pria serta wanita telah berkumpul dalam ruang ballroom hotel yang dihiasi dengan lampu serta bunga. Aneka minuman serta makanan enak semuanya juga telah tersedia.

Para pengusaha itu saling berbincang serta berbaur baik pria serta wanita. Velia juga bergabung menunjukkan pesona dalam dirinya demi sebuah rencana.

"Velia ... kudengar perusahaanmu dalam krisis," ucap Sandra.

"Hanya masalah sedikit," sahut Velia.

"Aku heran denganmu. Bisa-bisanya kamu menikah dengan pria yang tidak berguna seperti Hito," ucap Sandra bernada ejekkan.

Velia hanya menyunggingkan senyum. Begitulah Sandra, setiap bertemu selalu saja mencari gara-gara dengan Velia.

"Kamu selalu memperhatikanku, Sandra. Apa kamu selalu menguntitku?" balas Velia. "Sayang sekali. Wajah cantik sepertimu kerjaannya hanya pandai menguntit kehidupanku saja."

Semua teman-teman pengusaha tertawa mendengar celetukan Velia. Tangan Sandra mengepal geram karena lagi-lagi ia merasa kalah pada musuh besarnya yaitu Velia.

"Velia," tegur Aldo.

Velia menoleh. "Aldo."

Senyum manis tertarik pada bibir Velia. Pria tampan dan mapan anak dari pembisnis besar tengah menyapa dirinya. Aldo Christ seorang pemuda memiliki tubuh tinggi, mata hitam pekat, berhidung mancung serta bibir kemerahan.

Jangan lupakan otot-otot kekar dibalik jas mahal yang pria itu kenakan. Aldo Christ saat ini terkenal dan tengah digandrungi oleh banyak wanita termasuk Velia.

"Halo, Sayang." Aldo mengecup pipi Velia dan nyaris membuat wanita itu kaget.

"Kamu!" kaget Velia.

Aldo terkekeh. "Bukankah kita pacaran?"

"Aku bukan pacarmu," sangkal Velia.

Tidak ada yang berani mencemooh perbuatan Aldo pada Velia maupun sebaliknya. Aldo pria berkuasa dan siapa pun yang mencoba untuk mencibir, maka dipastikan hidupnya akan sengsara.

"Ikutlah denganku," pinta Aldo dengan mengulurkan tangannya.

"Ke mana?" tanya Velia.

"Ke tempat di mana kamu akan merasa senang, Sayang," jawab Aldo.

Velia menganggukkan kepala tanda mengiyakan. Uluran tangan Aldo ia sambut dengan suka cita. Ini kesempatan bagi Velia untuk memanfaatkan Aldo agar membantu perusahaannya yang sedang krisis.

Aldo membawa Velia keluar dari ballroom hotel menuju mobil mewahnya. Pria itu mengemudikan mobil menuju bar mewah kota B.

...****************...

"Apa Tuan akan kembali ke perusahaan?" tanya James.

Hito mengangguk. "Siapkan kepulanganku."

Sesuai yang diminta Hito pada paman Cody, pria itu ingin asistennya bertemu di tempat biasa. James pergi menemui Hito di bar tempat mereka sering bertemu dulu.

Awalnya James sangat kaget melihat penampilan Hito yang tidak menunjukkan bahwa pria itu seorang tuan muda yang kaya raya. Namun James tidak ingin bertanya pada atasannya sebab dia hanyalah seorang bawahan.

Selama Hito menghilang, James bekerja di bawah perintah Cody. Menjadi mata-mata Hutomo dalam mengamati istri muda serta anak tirinya.

"Saya mengerti, Tuan. Saya akan bicara pada paman Cody," ucap James.

Mata Hito tanpa sengaja melihat dua orang yang baru masuk ke dalam bar. Dua orang itu adalah Velia istrinya serta Aldo yang Hito tahu pria itu sangat menyukai istrinya.

"Vel ... aku bisa membantu perusahaanmu asal kamu menjadi kekasihku," ucap Aldo seraya menyelipkan anak rambut Velia ke telinga.

"Aku sudah bersuami, Aldo," sahut Velia. "Aku tidak bisa berpisah kecuali Hito sendiri yang menceraikan diriku."

"Velia sayang ... jangan khawatir soal itu. Aku pastikan Hito akan menceraikan dirimu." Wajah Aldo mendekat hendak mengecup bibir mungil wanitanya.

"Veliaaaa!"

Velia dan Aldo terlonjak kaget. Keduanya menoleh ke arah suara dan semakin kaget melihat sosok yang berdiri dalam keadaan marah.

"Hito! Kenapa kamu bisa ada di sini?" seru Velia.

"Velia ... apa yang kamu lakukan di sini?" marah Hito.

"Apalagi? Aku sedang berkencan dengan pacarku," jawab Velia.

Aldo merangkul pinggang Velia secara erat. Hito yang melihat itu semakin geram saja. Sebagai suami yang jelas-jelas sah, Hito belum pernah menyentuh Velia.

"Lepaskan istriku, Aldo!" berang Hito.

Aldo berdecih. "Pria miskin seperti dirimu tidak pantas mendapatkan Velia. Lebih baik kamu pergi sana! Menganggu saja orang sedang berkencan."

Aldo mengambil dompet lalu mengeluarkan kartu hitam. Pria itu melemparkan kartu tersebut pada wajah Hito.

"Ambil kartu itu dan lepaskan Velia. Ceraikan dia pria miskin!" ucap Aldo.

Hito memandang kartu hitam yang jatuh di bawah kakinya. Pria itu memungut kartu itu kemudian mematahkannya menjadi dua dan berhasil membuat Aldo serta Velia membulatkan mata.

Kartu hitam berisi uang belasan milyar dengan mudah Hito patahkan begitu saja. Velia semakin kesal karena tindakan suaminya.

"Tidak tahu diuntung! Kartu berisi uang malah kamu patahkan begitu saja," ucap Aldo.

"Kartu hitam ini tidak ada gunanya untukku. Seharusnya kamu yang berhenti mengejar-ngejar istriku," geram Hito.

"Dengar Hito ... aku juga sudah muak bersuamikan pria miskin sepertimu. Lebih baik kamu ceraikan aku saja," pinta Velia.

Hito mengeleng. "Kamu akan menyesal, Velia. Kamu memilih sampah daripada suamimu sendiri."

Velia melangkah maju mendekat pada Hito. Tangan kanannya terangkat menampar pipi suaminya sendiri. Sontak perlakuan itu menjadi pemandangan menghibur bagi pengunjung bar.

"Berani sekali kamu mengatai pilihanku sampah! Kamu-lah yang sebenarnya sampah di sini! Pria miskin, tidak berguna!" cerca Velia.

Hito memegang pipinya yang terasa hangat. "Sudah cukup kamu memperlakukan aku semena-mena, Velia."

"Jadi kamu mau apa? Berpisah?" Velia melipat kedua tangan di perut. "Silakan saja. Aku akan senang berpisah denganmu."

"Benar, Sayang. Setidaknya kita bisa bersama," sahut Aldo.

"Velia ... dalam sekejap aku bisa menghancurkan pacar barumu itu! Kemarilah ... pulang bersamaku. Aku akan melupakan kejadian ini," ucap Hito yang masih ingin memberi istrinya kesempatan.

Velia berdecak. "Tidak sudi aku untuk bersamamu. Aku jijik padamu."

Hito semakin geram akan ucapan Velia yang selalu menghinanya. Hito menunjuk kedua wajah yang saat ini tengah memandang dirinya lemah dan tidak berdaya.

"Kita lihat, Velia. Sekali pun kamu memohon dan merangkak di bawah kakiku, aku tidak akan pernah kembali padamu," ucap Hito geram sembari melangkah menuju pintu keluar dengan ikuti oleh James.

Hito mengumpat kata-kata kasar setelah keluar dari bar. Pria itu sakit hati lantaran Velia menghina serta memilih Aldo daripada dirinya. Hanya karena harta saja, istrinya rela berbuat demikian.

"James ... aku minta padamu untuk mengulingkan perusahaan Cc Corp malam ini juga," perintah Hito. "Buat mereka jatuh miskin dan tidak punya apa-apa."

James mengangguk. "Baik, Tuan. Sesuai permintaan ... malam ini juga perusahaan itu akan bangkrut."

Perusahaan ayah Aldo tidak ada apa-apanya bagi keluarga Hutomo. Perusahaan itu bahkan hanya secuil saja dari harta kekayaan yang Hutomo miliki. Apalagi sekarang Hito sudah sangat kaya atas saham-saham yang pria itu beli. Otomatis kekayaan yang ia miliki sangat tidak berbanding atas kekayaan yang Aldo miliki.

Bersambung.

Dukung Author dengan vote, like dan koment.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!