NovelToon NovelToon

Mirage

Kilasan

Di sebuah lorong rumah sakit, pada malam hari.

Sebuah brangkar pasien tengah didorong dengan begitu cepat menuju ke sebuah ruang operasi.

Seorang wanita yang saat itu berada di atas brangkar, nampak dengan mulut penuh darah bahkan mengenai kerah bajunya, hingga beberapa terlihat berceceran di lantai.

Seorang gadis, dengan masih menggunakan seragam putih abu-abu lengkap dengan tasnya, turut datang bersama pasien itu, dan terus berlari mengimbangi para tenaga medis yang juga berlari mendorong brangkar menuju ruang operasi.

"Tolong bertahan, Bu! Tolong lah!" batin gadis itu.

Sesampainya di depan pintu ruang operasi, seorang perawat yang berada paling belakang, menahan sang gadis yang hendak ikut masuk ke dalam.

"Maaf, Dik. Adik tunggu di sini saja! Biarkan tim medis yang akan menangani pasien! Saran saya, sebaiknya Adik segera mengurus administrasinya!" seru perawat itu.

"Baiklah, Sus! Tapi tolong selamatkan Ibu Saya! Tolong!" pinta gadis berseragam.

"Kami akan berusaha sebaik mungkin, untuk memberikan pertolongan darurat kepada pasien! Adik jangan lupa untuk banyak-banyak berdoa!" pesan perawat itu.

Sang perawat pun kemudian masuk ke dalam ruang operasi, dan menutup rapat pintunya, meninggalkan sang gadis menunggu seorang diri di lorong rumah sakit yang begitu sepi.

Dengan langkah gontai, dan perasaan was-was, gadis itu memberanikan diri untuk menanyakan perihal biaya operasi sang ibu.

"Selamat malam. Ada yang bisa dibantu, Dik?" tanya salah seorang petugas bagian administrasi.

"Ma … af, permisi. Sa … ya mau ta … nya sesuatu!" kata gadis itu ragu-ragu.

"Silakan!" sahut pegawai bagian administrasi itu.

"Kira-kira, be … rapa biaya opersi untuk pasien yang baru saja masuk itu?" tanya gadis itu cemas.

"Pasien gawat darurat, yang sedang dioperasi?" tanya petugas itu memastikan.

Sang gadis pun mengangguk pelan. Bukan tanpa alasan gadis itu terlihat kebingungan. Ia mengkhawatirkan biaya operasi yang pasti jumlahnya sangat besar, yang tak mampu ia tanggung seorang diri.

"Untuk pasien yang baru saja masuk, biayanya kurang lebih dua belas juta. Tapi itu baru tahap awalnya!" tutur pegawai bagian administrasi itu.

"Untuk totalnya, perlu biaya sekitar seratus lima puluh juta rupiah, sampai pasien mendapatkan operasi penuh," lanjutnya lagi.

Lemas? Ya, gadis itu seketika lemas seakan tak memiliki tenaga, tatkala mengetahui biaya operasi yang harus ia penuhi itu sangat besar.

Bagai tubuh tanpa tulang, gadis itu berjalan gontai, kembali ke arah ruang operasi.

Dia duduk di kursi tunggu seorang diri, dengan air mata yang mulai menggenang di pelupuk matanya.

"Dari mana aku bisa dapatkan uang sebanyak itu? Bagaimana aku harus menyelematkan Ibuku?" gumamnya dengan begitu putus asanya.

.......

.......

...*****💋💋💋💋💋*****...

.......

.......

Di sebuah tempat yang memiliki aura gelap, suram dan hitam. Tempat dengan bau alkohol dan asap rokok yang begitu pekat dan dominan, memenuhi udara di tempat itu.

Hingga membuat siapa pun yang masuk, akan seketika tercekik layaknya orang yang tak mendapatkan suplai oksigen.

Banyak manusia berkumpul di sana untuk memiskinkan diri mereka sendiri.

Ya, tempat perjudian dan kedai miras.

Gadis yang masih mengenakan seragam sekolahnya itu, rupanya mendatangi tempat laknat tersebut.

Sang gadis berjalan dengan perasaan takut, melihat orang-orang yang ada di sana tak nampak seperti manusia, melainkan iblis yang berwujud manusia.

Perlahan, dia berjalan dan menatap satu persatu kerumunan orang yang berada di sekelilingnya. Hingga akhirnya, dia melihat seseorang yang dicari-carinya.

Segera, gadis itu menghampiri laki-laki muda, berumur sekitar tiga tahun lebih tua darinya, sedang memegang tiga lembar kartu di tangan kiri, dan sebatang rokok yang sudah menyala di tangan kanannya.

"Ibu masuk Rumah Sakit, Kak! Sekarang sedang dioperasi! Kita butuh uang banyak, Kak!" ucap Gadis itu di samping laki-laki, yang ternyata adalah kakaknya.

"Buruan bagi kartunya! Malem ini gue pasti menang!" seru laki-laki itu tak mempedulikan gadis yang sedari tadi berada di sampingnya.

"Kak, Ibu butuh biaya Rumah Sakit sekarang!" kata sang gadis sedikit berteriak, demi agar bisa didengar okeh kakaknya.

"Ayo-ayo! Pasang taruhannya dulu!" teriak salah seorang yang memimpin permainan.

Tanpa di suruh dua kali, para pemain mulai melemparkan benda-benda berharga milik mereka.

Gadis itu tetap berusaha untuk berbicara kepada Kakaknya.

"Kak! Tolong, Kak! Ibu kritis sekarang! Ayo Kakak ikut aku ke Rumah sakit!" bujuk gadis itu dengan menarik-narik lengan kakak laki-lakinya.

Laki-laki itu masih saja fokus pada permainan yang tengah berlangsung, dan tak mempedulikan sedikitpun gadis, yang sudah memohon-mohon padanya sejak tadi.

"Oke! Sekarang, buka kartunya masing-masing!" perintah si pemimpin permainan.

"Breng*sek! Gue kalah!" keluh laki-laki itu yang rupanya mengalami kekalahan.

Dia mengusap kasar wajah dan menjambak rambutnya.

Diteguknya minuman dalam botol yang sedari tadi ada di hadapannya.

"Kak! Tolong ikut aku, Kak! Ibu kritis sekarang! Dia butuh biaya supaya bisa dioperasi!" mohoh gadis itu yang tetap berusaha menarik-narik lengan Kakaknya.

PRAANNGGGGGG!

Botol minuman yang masih berisi separuh itu dibanting kasar ke lantai oleh laki-laki itu.

Dia berbalik dan memandang wajah adiknya itu dengan mata yang merah, seakan dipenuh emosi.

Satu tangannya mencengkerang kedua pipi sang gadis, sedangkan tangan satunya, masih mengapit sisa rokoknya yang tinggal setengah.

"Eh, Mari! Gara-gara lu, gue kalah! Emang dasar lu itu cuma bawa si*al! Cari aja Bapak lu yang ba*ji*ngan itu!" bentak sang kakak.

Gadis bernama Mari itu, nampak bergetar ketakutan, mendapat perlakuan yang kasar seperti itu dari Kakaknya.

Namun, demi ibunya, dia tetap mencoba memohon kepada laki-laki di depannya itu, untuk menolongnya.

"Kak, tolong selamatkan Ibu, Kak! Aku nggak tau Bapak sekarang ada di mana!" kata gadis itu mengiba.

"Biarain aja Ibu lu itu mati! Bereskan?! Dan lu, jangan ganggu hidup gue lagi, karena lu itu cuma sodara tiri gue! Paham!" kata laki-laki itu sambil menghempaskan wajah Mari, yang sempat ia cengkeram tadi.

Mari pun terhuyung ke belakang akibat dorongan keras dari kakak tirinya.

Namun, dia tetap mengejar laki-laki yang sudah sempoyongan berjalan akibat alkohol itu, dan sekali lagi, menarik-narik lengannya, agar mau ikut dengannya.

PLAAAKKKK!

Sebuah tamparan mendarat mulus di pipi gadis itu.

PLAAAAKKKK!

PLAAAAKKKK!

Kali ini, tamparan itu datang bertubi-tubi menghantam wajah Mari.

"Udah gue bilang, jangan gangu gue!" ucapnya dengan penuh penekanan dan tamparan di setiap kata yang diucapkannya.

Pipi gadis itu nampak merah, panas dan perih.

Terlihat, darah segar mengalir dari kedua sudut bibirnya yang robek.

Gadis itu pun kemudian diam mematung, dan memandang punggung Kakaknya yang kian menjauh.

Tak ada satu pun orang di tempat itu, yang berusaha membantu gadis itu. Bahkan, hanya untuk sekedar berempati pun tidak.

Tempat mengerikan, yang dipenuhi oleh orang-orang, yang sudah menjelma menjadi setan itu, adalah tempat awal mula kemalangan dari gadis itu.

Mari pun berjalan gontai meninggalkan tempat penuh dosa itu, dan hendak kembali ke Rumah Sakit.

Saat dia telah berada di luar, Tak sengaja, dia melihat Kakaknya sedang berbicara dengan seorang laki-laki paruh baya, yang memiliki perut buncit, rambut kriting gondrong, serta memakai kalung emas tebal yang melingkar di lehernya.

Gadis itu sangat hapal siapa laki-laki itu, karena dulu, ibunya sering berurusan dengan dia.

Mari remaja, nampak mengendap-endap hendak segera lari dari tempat laknat yang suram itu.

Dia nampak ketakutan saat melihat laki-laki yang saat ini sedang bersama kakaknya.

.

.

.

.

Jika kamu suka dengan ceritanya, silakan tinggalkan like dan komen di bawah yah😊

Mimpi

Kedua pria itu nampak membicarakan hal yang serius.

Namun, yang membuat gadis itu merasa takut adalah, tatapan mata laki-laki bertubuh tambun itu, yang terus mengarah kepadanya, dengan seutas senyum yang mencurigakan.

Dan benar saja, saat Mari hendak lari meninggalkan tempat laknat itu, ada dua orang bertubuh besar, berkaus hitam ketat, sudah menghadangnya di depan.

"Maaf, saya mau lewat!" ucap gadis itu gemetar.

"Mau kemana? Tadi katanya nyariin Kakaknya ya! Mau minta bantuan 'kan!" kata salah seorang dari pria bertubuh besar itu.

Dan dari arah belakang, terdengar suara laki-laki yang tadi sudah menamparnya, sang kakak tiri.

"Ikut sama mereka! Kalau lu ikut mereka, lu bisa nyelametin Ibu lu yang nggak guna itu!" kata Laki-laki muda itu.

"Heh! Dan gue juga bisa dapet duit banyak! Hahahha!" batinnya.

"Nggak, Kak! Aku mau ke Rumah Sakit aja! Biar nanti, Aku coba cari pinjeman sama orang lain! Permisi!" kata gadis itu yang mencoba untuk pergi dari sana.

Namun, lagi-lagi, langkahnya dicegat oleh kedua orang bertubuh besar itu.

"Cepat bawa dia! Orangnya bentar lagi dateng!" perintah laki-laki paruh baya berperut buncit tadi.

"Elu, udah nggak bisa nolongin adik lu, karena tadi kita udah bikin perjanjian, dan gue udah lunasin semua hutang lu di dalem tadi! Jadi, gue ambil dia sebagai kompensasi dari lu!" tutur pria buncit itu.

"Tapi gue masih bisa dapet cipretan 'kan, Bos?" tanya si Kakak kurang ajar.

"Tapi nggak seberapa! Karena utang lu itu terlalu banyak! Dan adik lu juga butuh duit buat ibunya 'kan! Kalau keberatan, gue bisa habisin lu, dan kasih semua uangnya ke adik lu!" ancam pria buncit itu.

"Oke! Ambil! Bawa aja dia! Yang jauh sekalian biar dia nggak ngerepotin gue lagi!" seru Kakak si gadis.

Mari meronta, dan terus berusaha untuk melepaskan dirinya.

"Lepas! Tolong, aku harus pergi ke Rumah Sakit! Ibuku sedang sakit!" teriak gadis itu.

Namun, tubuh kecilnya tetap diseret pergi oleh kedua orang bertubuh besar itu.

Sebuah mobil van hitam sudah menunggu di depan jalan masuk tempat laknat itu.

Mari dimasukkan ke dalam mobil van hitam itu dengan paksa.

Di dalam mobil, sudah ada seorang perempuan cantik dan berpakaian seksi, sudah menunggu gadis itu.

"Berikan ini ke dia!" perintah wanita seksi itu.

Wanita itu memberikan sebuah alat suntik yang sudah terdapat cairan putih bening di dalamnya.

Gadis itu meronta-ronta, kala tangannya ditarik paksa oleh salah seorang pria bertubuh besar itu.

"Tolong! Lepaskan aku!" mohon gadis itu dengan air mata yang sudah membanjiri pipinya.

Namun, teriakan dan tangisannya, tak juga digubris oleh orang yang berada di dalam mobil itu.

Pria bertubuh besar yang menerima alat suntik tadi, mengikatkan seutas tali pada lengan Mari, dan kemudian menusukkan alat suntik itu di sana.

Setelah semua cairan habis, dan masuk ke dalam tubuh sang gadis, tali pengikat tadi pun dilepas.

lambat laun, gadis itu mulai lemas, seperti orang yang sedang nge-fly.

"Biar aku yang urus dari sini! Kalian bisa pergi!" perintah si wanita seksi.

"Baik, Bos!" sahut kedua pria bertubuh besar itu.

Wanita itu memandang gadis yang kini sudah tak berdaya itu dari balik kaca spion depan.

Nampak dia menyunggingkan senyum dari sebelah sudut bibirnya.

"Malam ini, kita akan buktikan bahwa darah memang lebih kental dari pada air, buah jatuh tak jauh dari pohonnya! Hahaha ... Peribahasa yang bagus!" serunya.

Kemudian, dia memberi kode dengan dua jarinya kepada sang sopir, untuk melajukan mobil van itu.

.......

.......

.......

...💋💋💋💋💋...

.......

.......

.......

Di sebuah ruangan, yang nampak seperti sebuah kamar, dengan oencahayaan lampu yang temaram.

Mari sudah tergeletak di atas kasur, dengan sprei putih diatasnya.

Gadis itu menggeliat-geliat, efek dari suntikan yang dia dapat sebelumnya.

"Ehm ... Panas! Tolong!" rintih gadis itu.

Tak berselang lama, datanglah seorang pria dengan setelan jas yang rapi, namun dengan dasi yang sudah dilepas, berjalan mendekati gadis itu.

Sang gadis mengira, bahwa pria itu datang untuk menolongnya, hingga dia pun dengan sekuat tenaga merangkak dan mendekati pria asing itu.

"Tolong! Panas!" ucap Mari sambil menarik tangan pria tadi.

"Heh! Mereka masih saja memakai cara ini! Apa tidak bisa mereka biarkan permainan sedikit lebih seru!" gumam pria itu.

Dia mendekati gadis itu, dan mencengkeran kedua pipinya.

"Kamu mau aku tolong?" tanyanya.

Si gadis pun mengangguk dengan penuh pengharapan.

"Baik lah!" seru pria itu dengan senyuman liciknya.

Dibukanya satu persatu kancing baju seragam yang masih melekat di tubuh Mari, dan membuat si gadis terkejut dengan apa yang dilakukan pria itu.

Mari dengan sisa tenaganya memegangi pakaiannya yang masih tersisa dengan sekuat tenaga.

"Tidak! Jangan! Tolong aku! Tolong!" teriak gadis itu.

.......

.......

.......

...💋💋💋💋💋...

.......

.......

.......

Di sebuah kamar yang hampir sama, dengan cahaya yang sama temaramnya, seorang wanita cantik tengah tertidur, namun nampaknya dia sedang bermimpi buruk.

"Tidak! Jangan! Tolong aku! Tolong! Tolooooong!" teriaknya hingga dia pun terbagun dari tidurnya.

Wanita itu nampak terengah-engah akibat mimpi buruk yang dialaminya.

Dia pun bangkit dan duduk diatas kasur. Diusapnya wajah cantik itu dengan kasar.

"Mimpi itu lagi!" gumamnya.

Rupanya, kilasan adegan dari awal adalah mimpi buruk dari wanita cantik itu.

Suara berisiknya, membuat seseorang yang ada di sampingnya menggeliat, namun tak sampai membangunkannya.

Wanita itu melihat sekilas kesampingnya, dan kemudian dia kembali mengusap wajahnya dengan kasar kembali.

Disibakkannya selimut yang menutupi tubuhnya, dan wanita itu pun beranjak dari tempat tidur itu.

Nampak si wanita mengenakan gaun tidur dari bahan silk berwarna rose gold yang nampak begitu mengkilap.

Mencetak setiap lekukan di tubuh indah wanita itu, hingga kedua pu*ting susunya pun ikut terlihat menonjol ke luar.

Dia berjalan ke arah meja yang terletak di salah satu sudut ruangan kamar.

Sang wanita cantik mengambil sebuah tas yang tergeletak diatas meja. Dia nampak mencari sesuatu di dalamnya.

Rupanya, dia mencari sebungkus rokok dan sebuah pemantik.

Diambilnya sebatang rokok dari bungkusnya, kemudian dia apit dengan menggunakan jari telunjuk dan jari tengah dari tangan kirinya.

Sedangkan tangan satunya, menyalakan pemantik itu dan mulai menyalakan rokok itu.

Dihisapnya benda dengan kandungan nikotin dan tar itu, kemudian menghembuskan asap beracunnya ke udara.

Dia nampak berjalan ke arah jendela kaca yang sangat besar, yang menampakkan pemandangan malam di kota itu.

Nampak lampu-lampu dari gedung-gedung tinggi dan jalan raya yang ada di bawahnya, menghiasi pemandangan malam itu.

"Heh! Bahkan bulan dan bintang pun enggan menampakkan dirinya di hadapan ku!" gumam wanita itu dengan senyum kecutnya.

Wanita itu memandang jauh keluar jendela, namun bukan kota yang ia pandang, melainkan dia menerawang jauh kedepan, Mengantarkannya menuju kenangannya di masa lalu.

.

.

.

.

Jika kamu suka dengn ceritanya, silakan tinggalkan like dan komen di bawah ya😊

Bayang masa lalu

Mira POV

Namaku Mira, hanya Mira. Itu nama yang diberikan seseorang yang sudah mengubah hidupku menjadi seperti sekarang.

Seseorang yang sempat aku benci dan ku takuti, namun setelah itu, dia berubah menjadi malaikat sekaligus setan yang selalu membayangi hidupku.

Aku berasal dari sebuah perkampungan kumuh di sebuah kota metropolitan di negaraku. Aku tinggal bersama Ibuku, yang bekerja sebagai buruh cuci, untuk para penghuni kawasan perumahan elit yang berbatasan dengan perkampungan tempat tinggalku.

Selain aku dan ibuku, Ayah dan kakak tiriku pun kadang pulang ke rumah kami. Ya, hubungan kami sangat tidak baik.

Masa kecilku, ku habiskan dengan menyaksikan penyiksaan demi penyiksaan yang dilakukan oleh ayahku terhadap ibu.

Sedangkan kakak tiriku, dia lebih seperti rampok bagiku dan juga Ibu. Setiap kali aku mengantar cucian bersih dan pulang membawa uang upahnya, dia selalu menghadangku di tengah jalan, dan merampas uang itu.

Aku selalu sendiri. Tak satu pun anak seusiaku yang mau dekat dengan ku. Sering aku mendengar orang tua mereka mengatakan, bahwa aku adalah anak dari seorang pelacur. Namun, aku yang saat itu masih kecil, tak terlalu peduli dengan omongan mereka, karena aku memang tak paham dengan maksud perkataan mereka.

Hingga pada suatu ketika, aku bertemu seorang gadis kecil seusiaku. Dia begitu baik padaku, mungkin karena aku pernah menolongnya saat ia tersesat dulu.

Dia juga sering mengajakku untuk main ke rumahnya, yang berada di komplek perumahan elit, tepat di samping kampungku.

Dia memiliki seorang kakak laki-laki yang baik dan juga tampan. Dia begitu baik padaku, dan mengajariku berbagai hal yang sebelumnya tak pernah aku tau, termasuk menggambar sketsa.

Orang tua mereka pun begitu baik, dan sering memberikan aku pakaian bekas anak gadis mereka yang masih sangat bagus.

Hingga suatu malam, sebuah kejadian mengerikan menimpa keluarga itu. Aku kebetulan ada di dekat rumah mereka pada waktu itu, dan menyaksikan semuanya dari awal.

Entah keberanian dari mana, aku maju menghalau dan berusaha menolong anak laki-laki dari keluarga itu, hingga aku sendiri mendapat luka yang cukup besar dan menganga di pinggang belakangku.

Dan setelah kejadian malam itu, aku tak lagi bertemu dengan mereka, karena setelah aku tersadar di rumah sakit, mereka tak pernah lagi ku lihat. Bahkan, saat telah keluar dari rumah sakit, aku menemukan rumah mereka telah kosong. Mereka telah pergi entah ke mana.

Hingga kini, bekas luka itu masih jelas terlihat, dan selalu membayangiku atas kejadian malam itu.

MIRA POV END

Saat wanita cantik itu tengah termenung sambil sesekali menyesap puntung rokonya, lelaki yang tadi sedang tertidur di sampingnya, kini nampak bangun dan berjalan ke arahnya.

Dengan hanya memakai boxer, yang memperlihatkan perut buncitnya, dia berjalan mendekati wanita itu.

"Kenapa tidak tidur, sayang?" ucapnya sambil memeluknya dari belakang.

"Aku hanya terbangun karena mimpi buruk!" jawabnya tanpa merespon tindakan laki-laki itu, yang menciumi tengkuknya.

"Mimipi buruk itu lagi?" tanyanya, sambil melepaskan pelukannya dan beralih berjalan menuju sofa.

"Ehm ...," gumam wanita itu, sambil tetap menatap ke arah luar jendela.

"Apa kau masih penasaran dengan laki-laki itu, Mir?" tanya si pria kepada wanita cantik yang ternyata bernama Mira itu.

"Aku hanya bertanya-tanya, kenapa dia melakukan hal itu padaku!" jawab Mira, sambil menyesap lintingan tembakau di tangannya.

"Hem ... Baiklah! Terserah kau saja!" ucap laki-laki itu. "Namun, kau harus istirahat malam ini, untuk persiapan operasimu besok!" sambung si pria berperut buncit itu.

"Kau duluan saja, Thom! Aku masih ingin menghabiskan ini dulu!" ucap Mira sambil menggoyangkan jari yang mengapit rokoknya.

"Baiklah!" sahut pria bernama Thom itu.

Thomas Wiratmaja, seorang pria paruh baya, yang berusia hampir setengah abad. Dia adalah seorang pengusaha besar di bidang fashion yang terkenal di seluruh dunia.

Dia memiliki seorang istri keturunan belanda, yang hanya menyandang statusnya saja, namun tidak berperan sebagai layaknya seorang istri.

Hubungan rumah tangga mereka bisa dikatakan jauh dari kata harmonis. Bahkan di usia pernikahan mereka yang menginjak dua puluh tahun, mereka belum memutuskan untuk memiliki keturunan.

Hal ini dipengaruhi oleh gaya hidup sang istri yang cenderung acuh, dan gemar bermain dengan para pria penghibur.

Thomas tak begitu mempedulikan kelakuan sang istri, karena dia pun lebih senang menghabiskan malam dingin dengan ditemani para wanita bayaran.

Sedangkan dengan Mira, Dia memiliki hubungan yang rumit dengan perempuan bernama cantik yang selalu menghangatkan ranjangnya itu.

.

.

.

.

Sedangkan di tempat lain,

Di sebuah kamar, nampak dua orang tengah bergumul, mendaki kenikmatan nirwana.

"Faster!" perintah seorang laki-laki, yang sedang terengah-engah di bawah kungkungan seorang wanita penghibur.

Mereka nampak sedang berpacu dengan naf*su mereka yang menggebu. Si wanita nampak begitu lihai dalam permainan yang mereka mainkan, hingga sampai lah mereka pada puncaknya dan berakhir lemas bersama-sama, dengan peluh yang bercucuran dari badan mereka.

Si wanita berusaha mendekat dan menelusup ke dalam pelukan pria itu. Namun, belum sempat si wanita mendekat, pria itu terlebih dulu bangun, dan membalut tubuh bagian bawahnya dengan handuk, yang melilit dari pinggang hingga sedikit di atas lututnya.

Dia nampak mengambil dompet yang terdapat di dalam saku celananya yang tergeletak sembarangan di lantai.

Diambilnya beberapa lembar uang kertas, dan ia meletakkannya di atas nakas.

"Ambillah! Dan cepat pergi dari sini! Tugasmu sudah selesai!" ucapnya dingin.

Wanita itu nampak kesal, namun dia pun menuruti perkataan pria itu dengan tenang. Dia memunguti pakaiannya yang berserakan di penjuru ruangan, dan memakainya tanpa bersuara.

"Thanks for this night, Bieb!" bisik wanita itu sebelum pergi meninggalkan si pria.

Setelah wanita itu pergi, seorang pria dengan setalan jas hitam, masuk ke dalam kamar itu.

"Ada apa, Nick?" tanya pria yang masih mengenakan handuk itu.

"Maaf, Bos! Ada telepon dari Nyonya!" serunya, yang ternyata anak buah dari pria tadi.

"Kemarikan!" perintah pria itu kepada anak buahnya, yang bernama Nicholas, atau yang sering dipanggil Nick.

Nicholas pun memberikan sebuah ponsel kepada tuannya itu.

"Halo, Ibuku sayang!" sapa pria itu dengan suara yang terdengar hangat.

"Ar, kamu di mana? Kenapa dari tadi Ibu tak bisa menghubungi mu?" tanya wanita di seberang san yang tak lain adalah ibunya.

"Maaf, Bu! Aku tadi ada urusan!" jawab pria itu santai.

"Dasar anak nakal! Kenapa sampai nggak kasih kabar sama sekali? Ibu khawatir, kau tau?" gerutu sang ibu.

"Iya, aku minta maaf Ibuku yang cerewet! Sekarang sudah nggak khawatir 'kan?" tanya si pria itu.

"Baiklah, Ar! Tapi kamu jangan berbuat macam-macam lagi! jangan buat ibu pusing dengan berita skandalmu yang tak terhitung itu!" pesan sang ibu.

"Oh, ayolah! Itu semua bohong, Bu! kapan aku melakukan hal seperti itu? Ibu jangan percaya!" elak si pria itu.

"Ibu nggak mau tau ya! Kalau sampai ada berita seperti itu lagi, Ibu akan nikahkan kamu segera!" ancam sang ibu.

"Oh ... Tidak bisa Nyonya Aletta Wijaya! Aku akan kabur sebelum itu terjadi! Hahahaha!" kelakar si pria itu.

Dia lah Lingga Arya Putra wijaya. Seorang CEO muda dari sebuah raksasa bisnis di bidang retail terbesar di asia, Shine group.

Seorang pria yang dianugerahi wajah rupawan, tubuh yang ideal dan atletis, serta kecerdasan di atas rata-rata, ditambah statusnya sebagai seorang pangeran dari kerajaan bisnis milik keluarganya, membuat kehadirannya selalu digilai oleh hampir semua wanita yang ditemuinya.

Bahkan, tak jarang mereka rela melempar tubuh mereka, hanya untuk merasakan permainan cinta satu malam dengannya.

Seorang cassanova ulung, yang bermain dengan setiap wanita yang ditemuinya.

.

.

.

.

Jika kamu suka dengan ceritanya, silakan tinggalkan like dan komen di bawah ya😊

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!