NovelToon NovelToon

AKU TIDAK PERNAH MENYESAL MENCINTAI MU

KEDATANGAN RIO

Pagi itu di halaman kampus P yang luas, terlihat banyak calon mahasiswa dan mahasiswi sedang mengikuti kegiatan OSPEK kampus.

mereka terlihat berjongkok bergerombol di bawah teriknya sinar matahari siang yang panas membakar kulit.

Di sana mereka terbagi dalam dua kelompok, kelompok pertama, terdiri dari para calon mahasiswa pria, mereka terlihat bergerombol di sebelah kanan.

Sedangkan kelompok yang kedua, berisi para calon mahasiswi, mereka terlihat bergerombol disebelah kiri.

Para calon mahasiswa pria, terlihat botak semua nya, rambut di kepala mereka, di cukur hingga botak licin.

Mereka juga terlihat masih mengenakan seragam SMA mereka masing masing.

Sedangkan para calon mahasiswi, rambut mereka di ikat keatas menjadi dua Cepol bulat, yang terlihat lucu menggemaskan.

Tapi akibat wajah mereka yang di beri Pupur merah berlebihan, mereka malah terlihat lucu dan jelek seperti badut sirkus.

Penampilan mereka yang lucu, tidak bisa menutupi raut wajah dan tatapan mata mereka terlihat menyedihkan dan sangat tersiksa, oleh cuaca panas terik, dan peraturan tidak jelas yang di tetapkan sepihak oleh panitia OSPEK kampus.

Tapi mereka semua tidak ada yang berani membantah, mereka hanya bisa menelan semuanya, sesekali mereka hanya bisa diam-diam saling berbisik-bisik.

Dihadapan para Cama Cami yang menyedihkan itu, berdiri 2 orang mahasiswa dan 3 orang mahasiswi senior, berwajah galak dan jauh dari kata tersenyum.

Wajah mereka seperti ditekuk delapan, agar terlihat seram dan galak, no kompromi.

Melihat wajah mereka yang gelap, serasa melihat kain lap meja dapur pembantu belakang rumah, yang sudah tidak di cuci selama 3 hari.

Di hadapan Ketiga mahasiswi senior itu, kini terlihat seorang gadis cantik, yang berpakaian putih abu-abu, dengan gaya rambut Cepol dua.

Gadis cantik itu terlihat sedang menundukkan kepalanya, dia terlihat sangat ketakutan.

Karena sedang di marahin oleh ketiga mahasiswi senior, yang sok berkuasa dan sangat galak.

Lagak ketiga mahasiswi senior itu, seolah-olah kampus ini milik mereka, sehingga mereka berhak berbuat sewenang-wenang sesuka hati mereka terhadap gadis cantik itu.

Tapi memang begitulah kenyataan yang ada, yang namanya OSPEK itu jauh dari singkatan dan arti sebenarnya dari Orientasi Pengenalan Kampus.

Tapi lebih cenderung menjadi ajang balas dendam para senior ke mahasiswa baru.

Banyak diantara para mentor ini, Ketika memasuki perkuliahan adalah 0 besar.

Karena tidak jarang diantara mereka, yang terlalu aktif mengikuti kegiatan kampus.

Sehingga mereka lupa dengan tujuan mereka datang ke kampus buat kuliah.

Mereka sering tidak ikut program studi kampus, dengan alasan sibuk kegiatan organisasi yang mereka jalani.

Sehingga pada akhirnya mereka banyak tertinggal dalam mata pelajaran perkuliahan, hasilnya mereka menjadi mahasiswa NASAKOM ( Nasib Satu Koma ).

Atau dengan kata lain mereka memiliki indeks prestasi kumulatif satu koma, yang artinya mereka di setiap mata kuliah yang mereka tempuh, lebih banyak angka D dan E ketimbang angka A Dan B.

Lebih parahnya lagi, sebagian diantara mereka, ada yang mendapatkan gelar MA ( Mahasiswa Abadi ).

Mungkin ini sesuai dengan cita-cita mereka yang sangat ingin mendalami dan mencintai kampus mereka, secara sepenuh hati.

Tapi di negara antah berantah ini, justru orang orang tidak becus inilah yang kelak akan maju menempati gedung pemerintahan.

Dengan segala macam skill mereka dalam berorganisasi dan demonstrasi, mengurusi dan mencampuri politik negara.

Akhirnya sebagian diantara mereka terpaksa diajak bergabung di pemerintah, agar mereka bisa membantu menenangkan teman teman demonstrasi mereka.

Sebagian lagi ya karena mereka memang anaknya para pejabat negara antah berantah itu.

Kembali ke calon Mahasiswi yang berdiri ketakutan dengan bahu sedikit menggigil, sepasang matanya mulai terlihat merah dan berkaca-kaca menahan airmata yang hampir runtuh.

Tiba tiba terdengar suara bentakan mengejutkan, yang nyaring dari salah seorang mahasiswi senior,

"Besar juga nyali mu ya !? baru hari pertama OSPEK kamu sudah berani melakukan pelanggaran..?!"

"Kamu anggap ucapan kami angin lalu ?!"

"Angkat Wajah mu !"

Gadis itu dengan wajah pucat ketakutan dan tatapan mata minta di kasihani mengangkat kepalanya.

Menatap wajah seniornya, yang galak itu dengan takut-takut.

"Plakkk...!"

Sebuah tamparan keras melayang mendarat di pipinya, yang putih mulus, hingga wajahnya terlempar kesamping dan tubuhnya ikut terhuyung-huyung hampir terjatuh kesamping.

Cami itu, hanya bisa memegangi pipinya yang tadinya putih mulus, kini menjadi merah bengkak, dengan sudut bibir sedikit berdarah.

Karena bibirnya membentur giginya sendiri, sehingga tergores dan terluka mengeluarkan darah.

Sepasang matanya yang indah sudah tidak dapat menahan airmata nya, yang bercucuran membasahi kedua pipinya.

"Kenapa ?! tidak terima..?! ingin melawan ?!"

tanya senior itu galak.

Gadis cantik itu sambil mengigit bibirnya berkata,

"Tidak Kak, sa..saya..."

ucap gadis itu terbata-bata menahan Isak, tapi sebelum dia menyelesaikan kalimatnya.

Ucapan nya langsung di potong senior wanita yang lainnya,

"Saya..saya apa !? tidak terima ingin melawan !? Siapa backing mu di sini, !? sehingga kamu berani melanggar aturan yang kami tetap kan.!"

"Angkat kepala mu lagi,! jawab dan lihat saya..!"

ucap wanita kedua itu dengan tidak kalah galak.

Dengan takut-takut gadis cantik itu, kembali mengangkat kepalanya menatap wajah senior kedua itu.

Di mana wajah senior itu lebih mirip penjaga neraka, ketimbang wajah mahasiswi.

Tiba-tiba Senior kedua kembali melayangkan tangannya, untuk memberikan tamparan ke sisi wajah yang lain dari gadis itu.

Gadis itu hanya bisa memejamkan matanya menunggu tamparan keras itu mendarat di pipinya.

Tapi tamparan yang ditunggu-tunggu oleh nya, tidak kunjung tiba.

Malah dia mendengar sebuah suara yang berat bernada Barito datang dari seorang pria.

"Mia, Novi, Eva. apa yang sedang kalian lakukan ?"

ucap pria itu sambil menahan pergelangan tangan senior kedua yang bernama Mia.

Sedangkan senior pertama yang tadi menampar gadis itu, dia bernama Novi.

Senior Ketiga yang dari tadi belum beraksi, dia bernama Eva.

"Rio... kenapa kamu..kamu ada di sini ?"

tanya Mia yang terlihat gugup.

Pria yang barusan datang ini bernama Rio Ferdinand, dia adalah Ketua Senat di kampus P.

Wajahnya tampan, sepasang matanya menyorot dingin, tubuhnya tinggi besar dan kekar.

Jas almamater yang dia kenakan dipadu dengan celana jeans Levi's dengan sepatu sneaker, menambah keren penampilannya.

Selain tampan, dia juga menguasai berbagai bidang cabang olahraga di kampus, seperti basket, badminton dan beladiri Mix Martial Art.

Selain itu dia juga berasal dari keluarga kaya raya dan terpandang di kota B, kota di mana saat ini kampus P berada.

"Kenapa tidak boleh ? saya mau ada di mana, emang harus lapor pada mu !?."

Bentak Rio garang.

Mia dengan kepala tertunduk menggelengkan kepalanya, bahkan bersuara pun tidak.

"Sekarang jawab pertanyaan ku, apa yang sebenarnya terjadi di sini ?"

ucap Rio sambil menghempaskan tangan Mia.

Lalu menyapukan tatapan mata dinginnya, terarah ke 3 orang gadis yang menjadi mentor panitia OSPEK itu.

Ketiga gadis itu yang tadinya sangat galak dan merasa paling hebat seolah kampus ini milik mereka.

Kini di hadapan Rio, mereka menjadi mati kutu, termasuk dua pria yang menjadi rekan mereka.

Mereka juga memilih melihat dari tempat jauh, pura-pura tidak tahu.

Sambil tersenyum canggung Novi menjawab,

"Maaf kak Rio, ini cuma masalah kecil saja, kami masih bisa menanganinya dengan baik, tidak perlu merepotkan kak Rio yang sangat sibuk."

"Menurut kalian ini masalah kecil, kalian sudah melakukan kekerasan fisik, hingga wajahnya seperti ini."

"Bila tadi saya terlambat datang, entah apa yang akan terjadi dengannya."

"Bila masalah ini di bawa ke guru besar, dekan, serta dewan mahasiswa, saya lihat bagaimana kalian ingin mempertanggung jawabkan semua ini?."

Ketiga orang itu terlihat berdiri dengan wajah pucat ketakutan dan berkata serentak,

"Maaf kak Rio, kami kurang teliti dalam hal ini.."

"Kami tidak mempertimbangkan akibat buruk, yang bisa terjadi karena insiden ini."

Rio menoleh kearah Cami, yang sedang menatap kearah nya, dengan tatapan mata kagum dan penuh terimakasih.

Lalu dia bertanya dengan suaranya yang keren.

"Siapa nama mu. ?"

PERTOLONGAN YANG TERLAMBAT

Gadis itu mendapat pertanyaan dan tatapan langsung dari Rio yang keren.

Membuatnya secara otomatis menundukkan kepalanya

Dengan wajah malu-malu sambil melirik kearah Rio dia menjawab dengan suara lirih.

"Viona.."

Rio tersenyum dan mengangguk, Kemudian dengan suara yang ramah dan penuh simpatik dia berkata,

"Viona ceritakan dengan jelas, kenapa mereka begitu marah dan ingin menghukum mu ?"

Ketiga orang senior wanita menatap kearah Viona dengan hati ketar-ketir.

Sekali Viona memberikan jawaban yang menyudutkan, habis lah mereka.

Mau di taruh di mana wajah mereka besok-besok di hadapan para junior ini.

Bila mereka di marahin Rio habis-habisan di hadapan seluruh peserta OSPEK.

Bila itu terjadi mereka tidak akan punya muka lagi untuk tampil di kampus ini.

Dengan sedikit ragu Viona bercerita,

"Kami semua di wajibkan memakai bedak pemerah wajah oleh mentor kami."

"Aku sudah memakainya, tapi karena gatel alergi terhadap bedak tersebut, aku pun mencucinya tanpa sempat minta ijin dan permisi dari para mentor"

"Ini sepenuhnya salahku, makanya para kakak mentor sangat marah pada ku."

ucap Viona menutup ceritanya dengan kepala tertunduk.

Viona sengaja sedikit berbohong, agar memberi sedikit muka kepada ke tiga seniornya itu.

Pada kenyataannya Viona sudah meminta ijin dan melapor kepada ke dua mentor pria di belakang sana.

Pada dasarnya mereka mengijinkannya, tapi dia di minta melapor dan meminta ijin dari senior wanita Novi Mia dan Eva.

Viona pun pergi melapor dan minta ijin kepada mereka bertiga, di sana Viona bukannya dapat ijin dia malah kena damprat dan di maki-maki.

Hal ini bukan nya mereka tidak tahu, justru mereka tahu dan sengaja ingin mengerjai Viona yang pada dasarnya memang sangat cantik.

Sepasang matanya yang indah alis matanya yang seperti di lukis senyumnya yang menawan.

Kulitnya yang putih mulus dan halus, bentuk tubuhnya juga sangat proporsional dan menawan.

Hal inilah yang menimbulkan rasa iri dengki dan kebencian di hati ketiga seniornya itu.

Viona di anggap sebagai bibit yang bakal merebut perhatian seluruh pria di kampus mereka nantinya.

Bisa jadi kekasih mereka pun bisa ikut-ikutan mengagumi Viona.

Jadi mumpung ada kesempatan ini, mereka akan gunakan sebaik-baiknya untuk merusak kecantikan Viona, dan menyingkirkannya agar tidak menjadi duri dalam mata buat mereka.

Viona tidak mengetahui hal itu, dia tidak ingin mencari musuh di kampus baru ini, dia ingin merubah kemarahan kebencian ke tiga seniornya itu menjadi rasa simpati.

Dia cuma punya satu keinginan menyelesaikan kuliahnya dengan baik, memperoleh nilai terbaik, agar bisa segera terjun ke dunia kerja dan dunia bisnis.

Untuk memberikan kebanggaan kepada ayah dan ibunya.

Viona sama sekali tidak sadar, meski diluar Ketiga orang itu terlihat bersyukur dan berterima kasih kepada Viona.

Tapi di hati kecil mereka, mereka menyalahkan Viona dan sangat iri dan menaruh dendam terhadap Viona.

Hanya saja karena takut dengan Rio, mereka menahan dan menelan semuanya.

Mendengar penjelasan Viona, Rio menatap kearah Novi, Mia, dan Eva.

"Jangan terlalu keras terhadap junior, berikan hukuman sewajarnya saja."

"Silahkan di lanjutkan.."

ucap Rio rada mereda emosinya setelah mendengar penjelasan Viona tadi.

Kemudian dia pun berjalan pergi meninggalkan tempat tersebut, menuju keruang Dekan Kampus.

Kepergiannya di iringi tatapan lega dari Mia Novi Eva.

Sedangkan Viona menatap bayangan punggung Rio dengan penuh kagum dan terpesona.

Hatinya sedikit merasa kehilangan dengan perginya pria tampan itu.

"Viona kamu kembali ke barisan mu, lain kali jangan di ulangi lagi,"

ucap Eva bertindak sebagai Good Cop, menutupi rasa bencinya.

Viona pun kembali ke kelompoknya, yang di sambut oleh beberapa teman baiknya dengan penuh rasa Syukur.

Mereka tidak ada yang menyangka Viona bisa lolos dari hukuman berat, ketiga senior wanita , yang terkenal sadis dan galak-galak.

Di tempat lain seorang pria bertubuh sedang, dia tidak setinggi Rio, tapi juga tidak terhitung pendek tinggi badannya 180 cm.

Sedangkan Rio 185 cm, wajah nya tidak se keren Rio, tapi cukup tampan, pakaiannya pun biasa saja.

Kaos berkerah dan celana jeans biasa tidak bermerk, dan mengenakan Running Shoes warna biru muda list putih.

Sepatu itu jelas bukan sepatu bermerk, sepatu biasa tapi cukup kuat tahan dan nyaman di kenakan.

Pria itu bernama Andi dia sejak melihat Viona dipanggil kedepan.

Dia langsung mengenali Viona, Viona adalah adik kelas nya dulu di SD.dan SMP S.

Andi tentu sangat mengenal Viona, karena Viona adalah gadis satu-satunya yang sudah di sukai dan di kagumi oleh Andi.

Sejak Viona duduk di bangku SD kelas 5.

Sedangkan Andi saat itu duduk di bangku SMP kelas 1.

Tapi selama kurun waktu itu Andi tidak pernah berani mendekati Viona, apalagi sampai mengungkapkan perasaan nya.

Andi hanya bisa menjadi pengagum rahasia, yang hanya berani mengamati dan memperhatikan Viona dari jarak jauh.

Andi tiba-tiba jadi teringat kejadian-kejadian lucu masa lalunya bersama Viona, semasa masih satu sekolah dulu.

Beberapa kali, bila Andi berpapasan dengan Viona yang sedang berjalan dengan temannya, Andi akan selalu bersikap salah tingkah.

Viona dan teman-temannya suka menganggap tingkah Andi ini sangat cute dan lucu.

Beberapa kali Viona sengaja menggoda Andi dengan melemparkan senyuman nya kepada Andi.

Alhasil yang pertama Andi menabrak guru killer sehingga kena marah dan di hukum.

Yang kedua kalinya Andi terjatuh kedalam selokan sekolah.

yang ketiga kalinya Andi menabrak tiang listrik, hingga jidatnya benjol sebesar telur puyuh

Sejak kejadian tersebut Viona merasa kasihan dengan Andi, dia tidak berani menggoda Andi lagi.

Kejadian ini terus berlangsung, hingga akhirnya Andi dan Viona berpisah sekolah.

Karena Andi harus melanjutkan SMA nya di sekolah yang tidak sama dengan Viona.

Sejak saat itu mereka pun terpisahkan begitu saja.

Tapi bagi Andi, tidak pernah sedetikpun melupakan Viona, Andi selalu melihat foto Viona bila dia sedang kangen dengan gadis itu.

Foto itu Andi peroleh dari teman dekat Viona, yang menyadari perasaan Andi terhadap Viona, dan merasa kasihan dengan Andi.

Secara diam-diam dia memberikan beberapa lembar foto Viona ke Andi sebagai kenang-kenangan.

Kini melihat Viona masuk ke kampus yang sama dengan dirinya, di mana mereka kembali di beri kesempatan untuk bertemu kembali.

Hati Andi diliputi perasaan yang sangat gembira dan bahagia.

Tapi saat melihat Viona ditampar oleh Novi hati Andi sangat sakit.

Melihat Mia kini maju menggantikan Novi berbicara, Andi buru-buru berjalan menuju ketengah lapangan ingin membantu Viona.

Tapi baru berjalan setengah jalan, Andi melihat Rio sudah tiba di sana.

TERSELAMATKAN

Sehingga Andi pun berhenti melangkah kesana,

Andi berjongkok pura-pura membenarkan tali sepatunya, agar tidak menarik perhatian orang-orang yang berada di sekitarnya.

Tak lama kemudian Andi pun berlalu dari tempat tersebut, mencari tempat duduk yang teduh dan sepi.

Pura-pura membuka buku membaca, padahal matanya tidak tertuju ke buku ditangannya, melainkan terus tertuju sama semua gerak gerik Viona yang menurut Andi sangat menarik dan menawan.

Tanpa Andi sadari, cinta lama di hatinya kini kembali membara, Andi merasa seluruh hatinya terasa hangat, bila bisa melihat Viona.

Meski cuma memandanginya dari jarak yang jauh sekalipun, Andi sudah merasa sangat senang dan bahagia.

Andi sedikit mengerutkan alisnya, melihat Mia berjalan menghampiri Viona.

Andi tidak tahu apa yang mereka bicarakan karena jarak diantara mereka terlalu jauh.

Jadi dia hanya bisa memperhatikan gerak-gerik mereka saja.

Mia awalnya terlihat membisikkan sesuatu ke telinga Viona, tak lama kemudian Viona meninggalkan kelompoknya.

Dia berjalan mengikuti Mia berdiri di bawah sebuah pohon, mereka terlihat terlibat dalam obrolan serius.

Viona berulang kali menggelengkan kepalanya, seperti menolak.

Tapi kelihatannya Mia mengancam sesuatu ke Viona, sehingga dengan tidak berdaya Viona menganggukkan kepalanya.

Lalu berjalan kembali ke kelompoknya, Viona terlihat sedikit murung dan sering melamun.

Sepertinya perasaannya tidak tenang.

Melihat hal itu ingin rasanya Andi segera menghampirinya, dan bertanya kepada Viona apa yang sebenarnya terjadi.

Tapi setelah menimbang bolak-balik Andi tetap tidak punya keberanian, untuk pergi menghampiri Viona.

Akhirnya dia hanya bisa diam-diam memantau kemanapun Viona pergi.

Hingga sore hari tidak terlihat ada kejadian apapun yang mencurigakan yang terjadi pada Viona.

Tapi saat bubaran acara OSPEK, di mana para CAMA CAMIf di persilahkan untuk kembali ke rumah masing-masing.

Dan kembali berkumpul besok jam 6 pagi di lapangan kampus sama persis seperti hari ini.

Andi sedikit heran melihat Viona yang tidak ikut bubar bersama teman-temannya, tapi malah dengan wajah takut-takut berjalan dengan kepala tertunduk, menuju bagian belakang kampus yang sepi.

Bagian belakang kampus yang berhadapan dengan lapangan basket adalah bagian paling sepi.

Setelah perkuliahan sore berakhir sebelum Maghrib adalah saat-saat paling sepi.

Dan baru akan kembali sedikit ramai, Ketika perkuliahan malam jam 20.00. di mulai.

Tapi itupun tidak banyak perkuliahan yang di adakan di jam segitu.

Paling-paling hanya ada satu dua mata pelajaran saja yang suka mengambil jam seperti itu.

Andi sambil berpikir diam-diam berjalan mengikuti Viona dari jarak jauh.

Andi semakin heran saat melihat Viona berjalan melewati lapangan basket, menuju bangunan gudang yang melewati lapangan rumput pendek.

Bangunan gudang di belakang kampus adalah tempat menaruh kursi meja dan semua peralatan dan perlengkapan yang sudah rusak dan tidak terpakai.

Tempat itu jelas-jelas sangat sepi buat apa Viona pergi kesana pikir Andi semakin curiga.

Andi pun mempercepat langkahnya menyusul Viona yang berjalan melintasi rumput pendek, kini dengan takut-takut dia berjalan melewati daerah yang ditutupi semak belukar yang lebih tinggi dan rimbun.

Andi diam-diam mengeluh dalam hati,

"Aduh Vi apa yang akan kamu lakukan di sana ? tempat begitu sangat berbahaya kenapa kamu nekat seperti ini."

"Rumput setinggi itu rawan bersembunyi ular berbisa."

Andi meski mengeluh tapi dia tetap mengikuti Viona secara diam-diam.

Viona terlihat masuk kedalam gudang tua itu, di dalam gudang yang super sepi, terlihat ada 3 orang yang sedang duduk diatas meja, dengan kaki menginjak kursi.

Mereka adalah 3 serangkai yang berusaha mengerjai Viona tadi siang tapi tidak berhasil.

Viona dengan takut-takut berjalan mendekati mereka.

"Kakak-kakak sebenarnya ada masalah apa Viona di suruh kemari ?"

tanya Viona saat berada di hadapan mereka bertiga.

Mereka bertiga tersenyum dan berkata,

"Jangan takut, kami hanya ingin berterima kasih dan meminta maaf pada mu."

"Kalau di lakukan di tempat lain, takut ada yang melihatnya, dan mengambil foto kita."

"Sebagai senior meminta maaf pada junior, bila di viralkan itu akan sangat memalukan."

"Makanya kami mengatur pertemuan nya di sini agar tidak ada yang lihat dan tahu."

ucap Mia menjelaskan dengan ramah dan bersahabat.

Hati Viona pun menjadi jauh lebih lega sekarang.

"Kakak-kakak tidak perlu sampai seperti itu, Viona memang masih baru di sini, masih perlu banyak belajar dari kakak-kakak sekalian."

Eva turun dari meja, kemudian mengajak Viona ikut duduk diatas meja bersama mereka.

Lalu Novi mengeluarkan sebotol Vodka sebuah wadah minuman beberapa gelas dan sebotol Coca cola.

Kemudian dia mencampur dan meraciknya sendiri, seperti seorang bartender handal.

Bau minuman keras mulai memenuhi ruangan tersebut.

Beberapa saat kemudian dari wadah tersebut, dia mulai menuang ke gelas kosong di hadapannya.

Kemudian mereka mengajak Viona untuk ikut minum, awalnya Viona terlihat menolak.

Tapi karena mereka bertiga terus memaksa dan membujuknya, Viona perlahan-lahan mulai ikut minum.sedikit.

Karena rasa minuman yang terasa manis, Viona sambil ngobrol-ngobrol dengan mereka terus di suguhkan minuman tersebut.

Masuk ke gelas ke 3 yang minum terus tinggal Viona yang sudah mabuk, dengan seluruh wajah merah dan ucapan nya mulai ngelantur.

Mereka terus mencekokoki Viona dengan minuman tersebut.

Bahkan terakhir-terakhir mereka mulai memberikan Vodka murni tanpa campuran ke Viona.

Viona yang sudah kehilangan kesadaran, terus meminumnya, hingga akhirnya benar-benar teler tidak sadarkan diri.

Melihat Viona yang sudah tidak sadarkan diri, Ketiga orang itu mulai tertawa-tawa senang dan berkata sambil menunjukkan wajah iblis mereka yang sebenarnya.

"Sekali ini Kena loh, aku ingin lihat bagaimana nasib mu kedepan nya bila berani menantang kami.."

Mereka bertiga terlihat tertawa-tawa jahat, mereka kini mulai membuka pakaian Viona satu persatu.

Melihat hal tidak beres ini, Andi pun bergerak mencari saklar on off pusat listrik gudang itu.

Kemudian Andi memadamkannya, begitu lampu padam terdengar suara jeritan ketakutan Ketiga orang itu.

Mereka bertiga kemudian buru-buru menggunakan lampu senter di HP mereka, melangkah terburu-buru meninggalkan gudang.

Saking takutnya mereka lupa dengan rencana jahat mereka,

Mereka membiarkan Viona tergolek pingsan seorang diri di sana, tanpa memperdulikan nasibnya lagi.

Setelah ketiga orang itu pergi jauh ,Andi baru keluar dari tempat persembunyiannya dengan bantuan lampu dari senter HP nya.

Andi berusaha sebisanya merapikan seragam sekolah Viona.

Kemudian Andi menggendong Viona yang nemplok di punggung nya, perlahan-lahan berjalan meninggalkan gudang tua di belakang kampus.

Andi terus menggendong Viona meninggalkan kampus, sepanjang perjalanan meninggalkan kampus Viona sempat siuman dan mengoceh tidak jelas.

Kemudian muntah dua kali di rambut dan bahu Andi.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!