NovelToon NovelToon

IT'S MY DEVIAN

Keputusanku Sudah Benar

" Tuan, kenapa kebiasaan buruk anda kembali lagi?"

" Diam Lo! Lo cuma sekretaris gue!"

Juna menatap dalam bosnya, entah apa yang ia pikirkan.

" Anda telah menikah tuan! Dia juga baik sama seperti nona Angel."

" Dia berbeda! Dia bukan gadis kecilku! Bangsat!" bentak Devian.

Malam ini Devian berada di Club malam. Kebiasaan yang dulu ia tinggali demi mendapatkan gadis kecilnya, sekarang sudah kembali. Setiap kesal, Devian akan mengunjungi Club.

Juna sang sekretaris Devian. Tidak lagi menasehati tuannya. Juna membiarkan tuannya melakukan apapun yang ia inginkan. Akan berbahaya jika ia memaksa.

Selepas kepergian Juna, Devian terus meminum hingga 4 botol minuman keras itu habis. Padahal tenggorokannya sudah terasa panas dan kepalanya terasa sangat berat.

" Hai tampan!" ucap perempuan seksi yang tiba-tiba mendudukkan badannya di pangkuan Devian. Membuat Devian menggeram tertahan.

" Awas!" usir Devian. Bukannya mendengarkan, perempuan itu malah mengalungkan tangannya di leher Devian.

" Kamu sangat tampan!" tanpa aba-aba perempuan itu langsung menempelkan bibirnya ke bibir Devian. Devian yang sudah setengah sadar hanya membiarkan kelakuan perempuan itu.

" Sadar tuan! Jaga perasaan istri anda!" sentak Juna, lalu menarik perempuan itu.

" Istri anda dari tadi telpon saya.Terus menanyakan keberadaan anda, tuan!"

" Cih! Berisik Lo!" amuk Devian sambil berdiri memukulkan satu botol bekas Wine-nya tadi ke kepala Juna. Untung saja Juna menghindar walau akhirnya pundaknya terkena.

Apa yang dilakukan Devian, membuat orang-orang yang berada di sekitarnya memekik panik. Juna membiarkan darah mengalir di pundaknya.

Tanpa banyak kata lagi, Juna segera menarik tuannya keluar dari Club malam. Menahan rasa sakit di pundaknya.

...******...

Karin duduk di depan meja rias, ia kembali melihat dirinya yang dulu sebelum mengenal Angel.

Jam menunjukkan pukul satu malam. Sedari tadi ia menunggu Devian, namun tidak ada kabar apapun yang diberikan oleh Devian maupun sekretarisnya Juna.

Karin memutuskan untuk tidur, sesudah ia menggunakan serum di wajahnya.

Baru saja selesai dengan rutinitas malamnya, yaitu skincarean. Suara mobil terdengar berhenti di halaman rumahnya. Karin sudah tau, pasti Devianlah yang datang.

Sudah 1 bulan mereka menikah, Devian tidak pernah sekalipun pulang tanpa mabuk. Karin menghela nafas kasar sebelum keluar menghampiri suaminya.

" Selamat malam nona."

" Huh! Seharusnya kamu biarkan saja dia! Kalau perlu buang ke jalanan!" ucap Karin kesal.

" Sekretaris Juna maaf dan terimakasih telah berada di sisinya. Ini semua salahku, Karena mengancamnya untuk menikahi diriku."

" Sudah seharusnya saya berada di sisi tuan Devian. Saya tau alasan anda mengancam tuan Devian. Tapi, saya mohon tetaplah bertahan dan bersabar nona. Tuan Devian sebenarnya baik, namun kekurangan kasih sayang dari orang tuanya membuat tuan memiliki sikap buruk." Karin sudah tau semua tentang Devian, itu makanya dia dengan sekuat hati ingin merubah sikap buruk Devian.

" Hmm! Juna pundak kamu berdarah!" teriak Karin, baru menyadari darah mengalir di pundak sekretaris Juna. Karin berlari mengambil kotak p3k.

" Biar saya obati sendiri nona."

" Bagaimana caranya kamu mengobatinya? Jangan keras kepala, buka kemeja atasmu saja sedikit." Juna pasrah, ia membiarkan Karin mengobati dirinya. Tidak butuh waktu lama, luka Juna sudah di perban.

" Ini pasti gara-gara Devian, kan? Dia ini, mabuk atau tidak selalu saja seenaknya!" gerutu Karin yang muak dengan kelakuan kekanakan Devian.

" Terimakasih nona, kalau begitu saya pamit pulang!"

...******...

Selepas kepergian sekretaris Juna. Karin mulai mendekati Devian.

" Ayo ke kamar!"

" Jangan ganggu gue!" Devian menidurkan lagi tubuhnya di sofa.

" Lo sekali aja gak mabuk, bisa gak? Ngerepotin tau!" teriak Karin, hanya itu caranya agar Devian mendengar dirinya.

" Gue gak nyuruh Lo urusin diri gue!" Devian berucap dengan mata terpejam.

" Kalau bukan istri Lo, gue juga gak bakalan urusin hidup Lo!" Karin yang kesal, melemparkan bantal sofa ke arah Devian. Lalu, meninggalkan Devian begitu saja.

Devian mendengus, ia terpaksa berjalan sempoyongan mengikuti Karin ke kamar.

" Sanggup juga Lo jalan!" sindir Karin.

" Bacot Lo!" Devian segera merebahkan dirinya ke kasur, tanpa melepaskan sepatu yang masih melekat di kakinya. Karin mendecak pelan , sambil berjalan mendekati Devian. Ia melepaskan sepatu Devian. Lalu memperbaiki tidur Devian , yang terakhir Karin menyelimuti Devian.

" Udah gila gue, maksa Lo nikahin gue! Huh! Ini juga salah Lo! Gue gak mau hubungan sahabat gue hancur! Lo gak tau seberapa berarti Angel bagi gue." curhat Karin.

" Karin!"

" Apa!"

" Tadi, ada perempuan mencium gue!" Devian sengaja mengatakan, agar Karin semakin tidak tahan padanya.

" Sini bibir lo, gue cium lagi!" Karin mencium bibir Devian, mencoba menghilangkan bekas perempuan tadi.

" Gila Lo!" ujar Devian, setelah Karin menghentikan ciumannya. Karin dengan sikap bodo amatnya, berjalan ke balkon meninggalkan Devian yang pasti sebentar lagi bakal pingsan.

BALKON KAMAR

Karin tau, tidak mudah merubah sikap buruk Devian. Itu juga semua karena dirinya!

" Gue yakin keputusan yang gue ambil udah benar! Gue senang lihat hubungan Angel gak dirusak oleh Devian. Hanya ini Balas Budi gue, njel! Gue bersyukur Lo jadi teman gue! Berkat Lo, orang tua gue akhirnya sadar. Mereka gak maksain gue untuk jadi seperti yang mereka inginkan."

" Berkat Lo juga, keluarga gue jadi tau arti pentingnya kebersamaan keluarga." Karin tersenyum, tatkala mengingat Angel dengan berani menasehati kedua orang tuanya sampai orang tuanya tidak lagi memaksa Karin untuk selalu jadi yang sempurna.

Angel melepaskan Karin dari hidup yang tertekan! Sifat Angel yang ceria, berani, tegas memberikan positive vibe untuk dirinya.

" Huh! Kalau dipikir-pikir, Devian hidupnya keras juga sejak kecil. Entah kenapa aku bertekad akan mengubah sikapnya." Karin melihat ke belakang, dimana Devian telah tertidur lelap.

" Maaf gue ngancam Lo! Gue bakalan menyingkirkan ibu tiri licik Lo! Gue janji." Hanya orang terdekat yang tau mereka telah menikah. Apalagi cara mereka ngomong tidak seperti pasangan kekasih pada umumnya. Hanya pada kedua orang tua mereka, baru mengganti tutur kata.

Cukup lama Karin berada di balkon, melihat bulan.Merasa mengantuk, ia pun memutuskan tidur.

" Selamat mimpi buruk suami jelek, gue!" Karin mencium kening Devian, sebelum memasuki dunia mimpi. Semenjak menikah dengan Devian, Karin mulai berusaha mencintai Devian dan menjalankan kewajiban seperti istri pada umumnya. Meski agak unik sedikit!

Dari dulu Karin berkeinginan menikah hanya sekali, Dia juga tau resiko yang akan ia hadapi jika menikah Dengan Devian. Lelaki yang masih mencintai sahabatnya. Tapi, itu bukan kesalahan siapa-siapa! Devian sejak kecil sudah tidak dipedulikan, dan pertemuan ia dengan Angel. Membuat kehidupannya berubah walaupun hanya sebentar.

Sekarang Karin akan membuktikan bahwa masih ada yang peduli dengannya! Karin akan bersama Devian, sampai Devian benar-benar muak, sehingga mengusir dirinya.

Disaat itulah Karin akan pergi!

Perlahan Tapi Pasti

FLASHBACK ON

Semenjak Angel memperkenalkan Devian. Karin sudah curiga! Karin bisa melihat sikap manis Devian hanya pada Angel. Awalnya ia tidak mempermasalahkan. Namun, hubungan Angel dan Fernan mulai membaik. Ia tidak tega, membiarkan seseorang menghancurkan hubungan sahabatnya.

Kecurigaan Karin bertambah besar, saat pertemuan mereka di mall. Dimana Karin tidak sengaja menabrak Devian. Sangat terlihat Devian sosok lelaki kasar, kejam, dan licik.

Dari sanalah Karin mulai mencari tau tentang Devian. Karin yang memang berasal dari keluarga kaya, tidak susah baginya mencari tau informasi detail tentang Devian. Ya, walaupun ada kendala dikarenakan Devian pengusaha muda nomor 1 di negara ini yang memiliki aset berlimpah.

keberhasilan Devian mencapai gelar pengusaha no 1 bukan hanya karena ia meneruskan perusahaan keluarga. Tapi, juga karena Devian berhasil membangun perusahaan DV di USA.

Untung Karin memiliki kenalan yang sangat handal di bidang hacker. Ia rela memberikan butik terkenalnya sebagai jaminan.

Dalam waktu 2 bulan, Karin berhasil mendapatkan informasi detail tentang Devian. Karin terkejut, Devian pernah bertemu Angel di waktu kecil. Disaat itulah Karin mengerti bahwa Devian ingin memiliki Angel! Gadis kecilnya.

Karin memikirkan berbagai cara melindungi hubungan Angel dan Devian. Ternyata keberuntungan berpihak padanya, Karin tidak menyangka bahwa seseorang pria paruh baya yang ia tolong dari kecelakaan ialah papa Devian.

Di informasi, Karin sempat baca kalau ibu kandung Devian telah meninggal saat ia dilahirkan. Ia diasuh oleh ibu tirinya Namun, Devian membenci ibu tirinya yang pura-pura baik jika berada di dekat papanya.

Ibu tiri yang gila harta! Devian ingin sekali mengusir ibu tirinya. Tapi, sang papa mengancam akan memberikan tahta penerus kekayaan keluarga pada adik tirinya.

Adik yang bahkan tidak ada hubungan darah sedikitpun dari ayahnya, karena adik tirinya ialah anak kandung dari mantan suami ibu tirinya yang telah meninggal.

Karin memanfaatkan kesempatan itu, berpura-pura mengagumi ibu tiri Devian. Hanya butuh beberapa bulan, ia berhasil mendapatkan hati ibu tiri Devian. Dengan mengatakan, jika ia menikahi Devian maka separuh harta Devian akan Karin berikan untuk ibu tirinya.

Satu hal penting dari informasi yang Karin dapatkan ialah, papa Devian mudah sekali menuruti perkataan ibu tiri Devian. Itu makanya Karin mendekati ibu tiri Devian agar menyuruh papa Devian menikahi dirinya.

Karin juga tau alasan papa Devian tidak memberikan sedikitpun harta untuk adik tiri Devian, dikarenakan perusahaan dulunya milik keluarga ibu kandung Devian.

Maka hanya Devian penerus keluarga! Devian juga tidak akan membiarkan peninggalan ibu kandungnya jatuh pada adik tirinya, meski ia sudah memiliki perusahaan.

Semua rencana Karin berhasil! Ia sudah mengambil hati kedua orang tua Devian. Papa Devian memaksa Devian untuk menikahinya! Devian terpaksa menerima , takut tahta penerus keluarganya jatuh kepada adik tirinya. Devian membenci itu!

FLASHBACK OFF

Sinar pagi menerangi kamar sepasang kekasih. Tampak mengganggu mereka yang sedang tertidur Dengan lelapnya.

" Karin! Woi bangun!" Devian melemparkan bantal guling ke Karin yang tertidur.

" Aish! Ganggu aja Lo!"

" Ngapain Lo tidur disini? Udah gue bilang Lo harus tidur di sofa!"

" Gak mau gue! Kita udah menikah, jadi harus berbagi tempat tidur!" jawab Karin sambil mengikat rambutnya asal.

" Buatkan gue bubur!" Karin tidak membalas, namun Devian tau buburnya nanti pasti telah siap. Dengan langkah gontai Devian berjalan menuju kamar mandi. Rasa pusing masih ia rasakan.

BEBERAPA JAM KEMUDIAN

Mereka telah selesai membersihkan diri, benar tebakan Devian. Karin telah memasakkan bubur untuknya.

" Lo gak kerja?"

" Weekend bego!"

" Oh iya baru ingat bego!" balas Karin.

" Pergi main yuk! Kemana gitu." ajak Karin.

" Malas." Devian meninggalkan Karin di meja makan, menyisakan bubur yang baru sedikit ia makan.

" Mau kemana Lo? Habiskan buburnya! Kalau gak dihabiskan gue gak mau buat lagi!" ancam Karin. Seperti inilah percakapan mereka. Karin akan tegas jika sudah berhadapan dengan Devian. Karena menjadi wanita lembut tidak akan berpengaruh apa-apa bagi Devian. Mungkin dirinya akan dibentak jika menampilkan sisi lemahnya di hadapan Devian.

" Kenyang!"

...*****...

Di rumah yang mereka tinggali ada 2 pembantu dan satu orang sopir. Sopir dikhususkan untuk Karin. Itu permintaan papa Devian. Karin terpaksa menurut, agar ia bisa meminta tinggal di rumah yang tidak terlalu besar.

Pekerjaan Karin yang hanya memasak dan menyiapkan segala keperluan Devian, membuat ia jenuh seharian. Semua pekerjaan rumah sudah dikerjakan oleh pembantunya.

Terkadang Karin pergi keluar untuk bertemu Angel atau datang ke Perusahaan Devian. Meski Devian selalu mengusirnya.

" Devian pergi jalan-jalan, yuk!" sekali lagi Karin mengajak Devian yang kini tengah berbaring sambil memejamkan matanya.

" Ngak! Gue pusing!" ujar Devian jujur.

" Salah Lo sendiri! Mabuk tiap hari. Gue heran kenapa Lo gak sakit-sakitan ya? Kan Lo mabuk tiap hari."

" Lo nyumpahi gue?"

" Mungkin." jawab Karin acuh, lalu menuju meja rias. Riasan yang Karin aplikasikan ke wajah sangat natural. Selesai dengan aktivitasnya, Karin melihat tampilan dirinya.

Hoodie putih oversize dipadupadankan dengan rok hitam, ditambah tas kecil memberi kesan imut pada Karin. Tampilan sederhana namun enak dipandang.

" Wow imut banged gue!"

" Mau kemana Lo?" tanya Devian yang masih setia berbaring di tempat tidur.

" mencari lelaki tampan, buat kesehatan mata!" balas Karin asal.

" Gue juga tampan, babi!"

" Pede Lo! Gue pergi ya." pamit Karin pada Devian.

" Tunggu! Gue ikut! Suntuk dirumah." Devian segera menyambar salah satu kunci mobilnya, lalu menarik tangan Karin kasar.

" Sakit tangan gue!" Karin menghempaskan tangannya agar pegangan Devian terlepas.

" Biar Lo gak kabur! Nyusahin tau!" Devian merangkul pundak Karin, karena Karin menyembunyikan tangannya saat ia tau Devian akan memegangnya kembali.

KEBUN STRAWBERRY

" Kalau tau Lo kesini, gak bakalan mau gue pergi! Mana pala gue pusing!" sesal Devian, mengekori Karin yang sibuk memetik dan memakan buah strawberry.

" Jadi, Lo ngira gue kemana?" Karin mendongakkan kepalanya ke atas melihat Devian yang setia berdiri. Padahal ia dengan santainya duduk sambil memetik buah strawberry.

" Gak tau gue! Niat gue sengaja biar Lo ke ganggu. Eh malah gue muak disini." Karin tersenyum miring, mendengar perkataan Devian.

" Alasan! Jangan-jangan Lo baper lagi sama gue?"

" Ngak jelas Lo!" Devian menjitak kepala Karin.

" Duduk sini! Lo gak mau strawberry? Biar lebih manis dan cerah hidup Lo. Kusam amat!"

" Hidup gue kusam karena Lo!"

" Justru gue memberikan warna ke hidup Lo!"

" Iya warna abu-abu!" Karin yang kesal mendengar jawaban Devian, meletakkan strawberry yang sudah ia remuk ke wajah Devian.

" Sial!

" Pakai tuh, masker! Biar terang seperti lampu jalan wajah Lo!" tawa Karin pecah melihat wajah kesal Devian. Merasa sebentar lagi tanda bahaya, ia segera bangkit dan berlari. Namun, Devian dengan sigap menyandung kaki Karin.

" Aww!" ringis Karin ketika terjatuh. Devian dengan cepat menjambak rambut Karin, lalu membalas kelakuan Karin tadi.

" Rasain Lo!" tawa Devian puas.

" Lepas Devian! Sakit tau!"

" Itu makanya jangan mulai duluan!" Devian bangkit sambil mengulurkan tangannya pada Karin.

" Cepat! Cuci muka jelek lo!" Karin menerima uluran tangan Devian. Satu hal yang tidak bisa dipahami oleh Karin tentang Devian, yaitu sifat Devian yang bisa berubah kapan saja.

Selesai membersihkan muka masing-masing, Devian datang membawa p3k. Ia mengobati lutut Karin yang sedikit lecet. Karin kira, Devian ke mobil meninggalkan dirinya. Ternyata Devian mengambil kotak p3k. Sudah lihat kan? Sikap Devian tidak bisa ditebak. Tapi, Karin tau Devian sebenarnya baik. Hanya harus dikikis sifat jahatnya sedikit demi sedikit.

Merusak Yang Telah Rusak

Sehabis mengobati lutut Karin, Devian memaksa untuk pergi dari kebun strawberry.

Di perjalanan Karin tak henti-hentinya memakan buah strawberry yang ia petik tadi.

" Gak pernah makan buah strawberry Lo?" tanya Devian.

" Diam Lo! Fokus ke jalanan aja! Gue gak mau kecelakaan!" setelah Karin mengatakan itu, tak ada pembicaraan lagi selama perjalanan.

" Devian. Tempat yang enak buat refreshing apa?" Karin masih belum puas jalan-jalan.

" Club." balas Devian seadanya.

" Bego lu! Yang lain Devian!"

" Devian!"

" Tadi Lo nyuruh gue diam! Berisik banged lo!" Karin berdecak tatkala Devian kembali ke mode mengesalkan.

Karin menatap kendaraan yang berlalu lalang, langit sore yang berwarna orange mewakilkan perasaannya yang tenang, hangat. Meski itu akan berubah tergantung situasi. Tapi, Karin senang melihat langit sore yang seperti membawa kedamaian baginya.

Karin memejamkan matanya, sampai mobil sports yang dikendarai Devian berhenti. Ia melihat-lihat, ternyata Devian berhenti di alun-alun kota.

" Wow!" Karin hendak turun, tapi dihentikan oleh Tangan Devian.

" Jangan menghilang Lo! Gue gak mau direpotkan, sakit gendang telinga gue dengar ceramah papa gue!"

" Bilang aja Lo gak mau tahta penerus jatuh ke adik tiri Lo!" Karin benar-benar memegang kelemahan Devian. Ia berhasil membuat Devian tak lagi mengganggu hubungan Angel dan Fernan, Karena ia mengancam bisa saja mengatakan ke papa Devian bahwa ia disakiti Devian. Maka papa Devian akan percaya dan menjadikan adik tirinya menjadi penerus.

" Bacot Lo!" Devian keluar terlebih dahulu, lalu berjalan membuka pintu mobil Karin dan menarik Karin lumayan kasar.

" Anjir! Lo gak bisa lembut dikit!" Devian mendudukkan Karin di bangku taman, diikuti dirinya yang ikut duduk di samping Karin.

" Huh! Jalan sama Lo buat ngantuk! Gak guna banged duduk diam gini. Buat apa coba?"

" Salah Lo ngajak gue!"

" Gue ngajak sekedar basa-basi! Lo juga yang mau ikut, gue gak maksa tadi, ya!" disela-sela perdebatan mereka, tiba-tiba seorang perempuan mendekati Devian.

" Ehem! Ini pacar kamu?" ucapnya sok manis.

" Gak neneknya!" bukan Devian, namun Karin dengan ketus dan sinis menjawab.

" Benarkah? Nenek kamu imut banged,ya!" Karin dan Devian saling tatap, sedetik kemudian mereka tertawa bersamaan.

" Gak lucu, babi!" ujar Devian menghentikan tawanya. Devian bisa melihat perempuan ini, sok polos namun licik. Sikap yang mirip dengan ibu tirinya.

" Pergi sana Lo!" usir Devian pada perempuan itu. Ya. Seburuk-buruknya Devian tidak mau memanfaatkan atau memaksa perempuan, kecuali perempuan itu sendiri yang mau! Bisa dibilang merusak yang telah rusak.

" Jangan cuek! Aku duduk ya." tanpa menunggu izin, si perempuan langsung menduduki dirinya diantara Karin Dan Devian.

" Kamu ganteng." Karin memasang wajah jijik, ketika Devian tersenyum bangga mendapatkan pujian dari perempuan gak tau diri.

" Woi! Lo ganggu ketenangan gue! Pergi sana!" usir Karin.

" Lo aja yang pergi !" balas si perempuan sambil bersandar di dada bidang Devian dengan lancangnya. Toh, Devian masih belum mempermasalahkan.

" Huh! Gue pergi!" Karin kesal. Percuma saja ia memarahi Devian yang ujung-ujungnya Devian bakalan mengatakan kalau bukan ia yang menggoda atau meminta. Benar juga, namun tidak bisakah Devian menolak dengan tegas? Karin menumpahkan kekesalannya dengan membeli ice cream, tidak jauh dari tempat duduknya tadi.

Dilihatnya, perempuan itu mulai berani mencium Devian. Karin segera memalingkan wajahnya, tak ingin melihat kelakuan haram Devian.

" Ini ICE CREAM nya nona."

" Terimakasih pak." saat tengah asik menikmati ice creamnya, seorang cowok menghampiri dirinya.

" Sendiri?"

" Gak berlima!" balas Karin asal.

" Boleh ikutan duduk?"

" Ngak!"

Tak mendengar penolakan Karin, dia tetap duduk.

" Kenalin gue Axel!"

" Gue gak nanya!" balas Karin cuek.

" Lo unik ya."

" Dan Lo aneh!" Karin menatap Axel, setelah Ice cream nya habis.

" Katakan! Apa maksud Lo kenalan sama gue?"

" Gak ada! Gue tertarik lihat Lo, jadi gue memutuskan untuk kenal lebih dekat sama Lo. Lo kek punya aura tersendiri."

" Benarkah? Lo psikolog ya?"

" Lo tau?"

" Gak asal nebak."

" Mau berteman?"

" Gak mau gue! Gue udah punya cowok!"

" Siapa?" Tepat saat Axel bertanya, Devian tiba dengan wajah amarah.

" Ayo pulang!" Ia menjambak rambut Karin kasar. Axel langsung mendorong Devian kuat, sehingga tangan Devian terlepas dari rambut Karin.

" Ayo pulang!"

" Huh! Gue pulang dulu,ya! Makasih pertolongan Lo." Karin menarik Devian kasar, sebelum terjadi perkelahian.

Axel menatap kepergian Karin, satu kata dalam hatinya tentang Karin yaitu MENARIK. Sayang Axel belum mengetahui namanya.

PERJALANAN PULANG

DI MOBIL

" Jadi, Lo janjian sama tuh cowok!?" bentak Devian.

" Gak tau!" Karin malas berkata sebenarnya, karena Devian tidak akan percaya.

" Lagian Lo aneh! Lo suka sama gue? Gak kan? Tapi, kenapa Lo gak suka ada cowok dekat gue? Padahal gue gak ngelakuin seperti yang Lo lakuin ke cewek lain."

" Itu beda! Lo udah jadi milik gue! Salah Lo maksa nikah sama gue." Devian memang tidak menganggap Karin istrinya, tapi di kepala Devian telah tercantum nama Karin sebagai miliknya semenjak Karin menikah dengannya.

" Salah Lo juga mencoba merusak hubungan Angel sama Fernan! Oh iya, gimana perempuan Lo tadi?"

" Gatau gue, ngebosenin anjir!"

" Terus Lo tinggal tuh perempuan?" tanya Karin. Devian mengangguk, amarahnya memuncak saat perempuan itu dengan lancangnya memegang pusaka miliknya. Jika bukan tempat umum sudah dipastikan si perempuan akan Devian siksa. Seburuk-buruknya Devian ,ia hanya mau bermain sebatas dada perempuan saja. Dia juga benci perempuan sok polos namun licik.

" Lo masih terus mainin cewek? Kapan sih Lo berubah!"

" Mereka datang sendiri ke gue. Dan gue bakal berubah kalau Lo hilang dari muka bumi!"

" Lo aja yang hilang! Biar gue cari suami baru!" seketika Devian menghentikan mobilnya, saat mendengar ucapan Karin.

" Turun Lo!"

" Gak mau!"

" Turun sendiri atau gue paksa!" Karin menyesal, dia lupa Devian sangat sensitive jika membahas tentang cowok. Devian gak bisa ditebak.

" Udah malam Devian. Gue minta maaf! Gue cuma bercanda."

" Bercanda Lo gak lucu! Sekarang turun!"

" Gak mau!" Karin memeluk lengan Devian kuat. Ia tidak ingin Devian mendorongnya keluar. Karin masih ingat kejadian, dimana Karin tidak sengaja bertemu adik tirinya Devian.

Devian dengan murkanya, langsung membawa ia pergi dan meninggalkan di jalanan sepi. Karin trauma, ada beberapa preman mendekati dirinya. Untung di waktu yang tepat Devian kembali lagi. Namun traumanya tidak bisa hilang, karena hampir dilecehkan.

" Jangan tinggalkan gue. Gue takut!"

" Itu makanya Lo nurut! Lo itu milik gue gak ada yang boleh menyukai atau menyentuh Lo! Sekalipun gue belum mencintai Lo!" Karin lega, tidak jadi ditinggalkan. Diam salah satu cara agar tidak terkena amarah Devian.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!