Karena Aisyah merasa Sabila sudah kelamaan membeli minuman pesanan nya tadi, dia pun mulai khawatir.
"Kemana tuh anak ya? Apa aku cari aja,takut kenapa-kenapa juga, ahh tapi mana mungkin, dia kan udah besar, haha, aku cari aja deh." gumam Aisyah.
Aisyah pun meninggalkan tempat nya menyusul teman nya yang tak kunjung kembali, setelah sampai di pasar buah, Aisyah celingukan mencari keberadaan sabila, satu persatu stand tak lepas dari pandangan mata nya.
"Ahh itu dia! Uuhh dasar,sempat-sempat nya ngobrol sama cowok!, aku susul aja deh!".
Aisyah pun melangkah bersamaan dengan Raihan yang mau berbalik dari stand penjualan buah. Bruuuuuk!!!
Mereka bertabrakan dan buah yang di beli Raihan jatuh berserakan semua. Pengawal yang sedari tadi memperhatikan sudah mau bergerak ke arah Raihan dan Aisyah, tapi dengan satu gerakan tangan Raihan, pengawal itu pun mundur kembali ke tempat nya semula.
"Maafkan saya Om!, saya gak sengaja." Aisyah pun segera membantu memasukkan buah yang berserakan itu ke dalam tas belanja.
Raihan masih diam saja tak mempedulikan gadis yang menabrak nya tadi, begitu dia kalau bertemu dengan gadis, mau gadis itu cantik, biasa atau biasa banget, mau manusia ataupun bunian tiba-tiba saja kekuatan diam dan cuek nya keluar.
Tapi entah ada angin apa yang pasti bukan angin ribut atau angin yang lain, ketika gadis itu mengangkat wajah nya untuk menyerahkan buah, perasaan aneh perlahan muncul di hati nya.
"Maafkan saya ya Om, saya benar-benar gak sengaja, saya buru-buru Om." Aisyah meminta maaf atas perbuatan tak sengaja nya itu, dia merasa sangat bersalah karena hampir semua buah itu kotor, mau di ganti juga gak mungkin dia lupa membawa uang.
Raihan langsung tersadar setelah pekerjaan aneh nya memperhatikan wajah gadis di depan nya ini selesai. Wajah manis dan teduh, hidung mancung, alis tebal, bulu mata lentik, senyum manis berlesung pipi. Ahh manis nya. Ucap nya dalam hati tanpa dia sadari muncul dengan sendiri nya.
Dia tak pernah begini lagi setelah 6 tahun lama nya, padahal banyak gadis lebih cantik dia jumpai, tapi yang ini berbeda, sampai dia pun kehilangan kata-kata.
"Mmm Om!" teriak Aisyah membuyarkan lamunan raihan.
"Eh.." Raihan tersadar dan kikuk. Tak pernah dia seperti ini bahkan pada klien yang susah di ajak kerja sama sekalipun.
Ahh kenapa jadi begini, dan apa itu tadi, dia memanggilku om, astagaaa. Batin Raihan.
"Mmmm maafkan saya ya Om, saya memang benar-benar gak sengaja, mau ganti juga saya gak bawa uang Om, hehe". Aisyah tersenyum sambil terkekeh kecil menampilkan gigi rapi putih dan lesung pipi nya.
Bisa-bisa nya aku becanda di saat begini, udah aku yang salah, kalau om itu minta ganti lebih dari itu gimana, hadoooh. Batin Aisyah.
"Kamu gapapa tadi kan? lain kali hati-hati ya".jawab Raihan sambil tersenyum tipis.
"Eh, saya gapapa Om, mmmm, makasih ya Om", jawab Aisyah dengan cepat.
"Iya tidak apa-apa", singkat Raihan menjawab. Takut salah tingkah dia nya.
"Kalau begitu saya permisi dulu Om",
Aisyah langsung lari aja tuh. Gak peduli ekspresi Raihan yang bingung melihat tingkah gadis yang baru saja berlalu dari hadapan nya itu.
Haaah, Raihan mendesah pelan dan tersenyum yang senyum nya itu sulit di arti kan, dan dia segera beranjak dari tempat itu berhubung senja sudah hadir menghiasi langit.
"Ini, kau bawa lah!" ucap Raihan memberikan buah-buahan yang dia beli pada pengawal nya.
"Bos baik-baik aja kan?"tanya pengawal yang bernama Bram itu khawatir.
Lebih khawatir lagi kalau dia di hukum oleh Rizi sekretaris pribadi bos nya. Rizi tak segan-segan menghukum atau pun memecat pengawal atau pegawai yang dirasa nya tidak becus dalam bekerja.
Rizi sudah di beri mandat oleh Almarhum Papa Raihan untuk selalu ada buat melindungi Raihan, selalu berada di samping nya sebagai teman dan sebagai penasihat jika ada masalah.
Peran Rizi untuk Raihan sangat lah besar. Karena Rizi merasa hutang budi kepada Papa Raihan ketika masih hidup, ketika ingin melayani dan mengabdi pada Papa raihan, Papa Raihan telah di panggil duluan oleh Yang Maha Kuasa. Maka itu sebagai rasa terima kasih nya kepada keluarga Wira Ali, di samping Raihan lah dia sekarang mengabdi.
"Apakah kau tidak lihat aku baik-baik saja?" kesal Raihan.
"Tapi kalau Pak Rizi tau?" agak takut pengawal itu bicara.
Ahh Rizi kau terlalu berlebihan. Batin Raihan.
Teringat Bram yang seperti nya khawatir, Raihan pun menenangkan nya.
"Lihat aku tidak apa-apa, aku hanya di tabrak gadis kecil tadi". Sambil tersenyum dia bicara gitu.
Bram adalah teman masa kecil Raihan. Raihan mempekerjakan nya karena keluarga nya tertimpa kesusahan. Dia ingin memberikan uang waktu itu, tapi bram menolak nya dan berkata kalau dia bukan lah peminta-minta, dia ingin pekerjaan halal, dan akhir nya bram menjadi pengawal pribadi Raihan.
Kalau berbicara dengan Bram, Raihan bicara dengan santai seperti layak nya teman. Bram juga seperti itu, tapi semenjak dia di tegur oleh Rizi, dia pun lebih berhati-hati bicara pada Raihan, walaupun Raihan risih di panggil tuan oleh nya.
Bram sangat istimewa bagi Raihan karena dedikasi dan pengabdian nya pada Raihan. kalau pengawal lain sekali di lirik oleh Raihan langsung ciut dan tidak berani menatap Raihan. Entah karena wibawa nya atau apa yang pasti Raihan ini orang nya gak galak loh.
Maka nya pengawal lain sering diberi tugas oleh bram sebagai kepala pengawal atau pun Rizi sekretaris pribadi Raihan.
"Bos, ijinkan saya yang menyetir." pinta Bram pada Raihan.
"Apa kau bodoh atau gimana, kan aku sudah bilang aku ingin nyetir sendiri!".
"Eh maafkan saya bos."
Tiba Raihan mau membuka pintu mobil, suara adzan terdengar dari musholah yang ada di taman kota tersebut, Raihan langsung segera masuk ke dalam mobil dan menutup nya, lalu dia mengambil baju ganti yang sudah tersedia di mobil, kan gak mungkin dia sholat pakai baju yang sudah banyak keringat karena habis lari tadi. Ahh Rey kamu idaman banget, hehe.
Setelah selesai dia pun bergegas keluar mobil dan langsung melangkahkan kaki ke musholah.
"Bos, bos mau kemana?" tanya Bram heran karena tuan nya tidak jadi pergi padahal sudah masuk mobil tadi.
"Kau dengar itu suara apa?" tanya Raihan dengan tegas.
"Mmm suara adzan bos."
"Kalau adzan sudah terdengar tanda nya apa?" tanya Rey lagi.
"Sholat bos!". Semangat Bram menjawab seakan-akan baru mengikuti kuis saja.
"Kalau begitu ayo kita sholat bersama!". Ajak Raihan yang langsung meninggalkan Bram.
Karena Bram tidak bergeming raihan langsung berkata, "kalau kau tidak sholat, lalu 2 menit lagi Malaikat Izrail menjemput mu bagaimana?".Raihan langsung berlalu begitu saja.
"Eh.." Bram pun kehabisan kata-kata dan langsung menyusul tuan nya.
Istimewa sekali anda bos, sudah tampan, kaya, sholeh lagi, hmmm masalah nya, hati nya belum terbuka pada wanita, semoga ada wanita sholehah yang mampu membuka hati mu Rey. Batin Bram
Sementara di teras musholah,
"Kenapa lo gak bilang Ai, ya ampun!, kan bisa gue bantuin tadi bilang maaf sama om itu!". Sabila mengomel seperti emak-emak kehabisan gas di saat prosesi masak sedang berlangsung.
" Ya Salam Sabila!, kalau cuma minta maaf juga gue jago kali, lagi pula om itu juga gapapa, tapi tadi dia sempat bengong ngelihatin gue, apa segitu marah nya kali ya?", Aisyah menerka-nerka kenapa om itu sampai terbengong sendiri tadi.
"Haha hayo lah lo Ai, maka nya duduk diam aja tadi," Sabila pun tertawa keras.
"Ini juga kan salah elo Bil, gue kan nyusulin elo tadi yang lagi TP-TP sama cowok yang jual cilok itu!", Aisyah kesal sambil memanyunkan bibir nya.
"Haha, iya-iya salah gue, maaf yo!". Sabila sudah minta maaf tapi tidak berhenti tertawa seakan-akan mengejek kepolosan sahabat nya ini. Nabrak om-om yang baru beli buah, gitu lah ejek nya.
"Udah adzan, ayo sholat habis itu pulang yuk, badan ku rasa nya sakit semua, lagi pula besok kita harus berangkat pagi-pagi kan?". Ajak Aisyah.
"Iya Ai, ya udah ayo!".
Mereka pun bergerak hendak ke tempat wudhu, tiba-tiba..
"Bilaaaaa!" ternyata Bram yang memanggil, Bram seperti nya ingat kepada Sabila tapi tidak pada Aisyah, padahal mereka ini bertetangga, mungkin karena perubahan pada Aisyah yang jadi lebih manis.
Aisyah dan Sabila pun menoleh, begitu juga Raihan. Dan Raihan pun terkejut melihat siapa yang di panggil,
itu bukan nya gadis yang tadi, lalu siapa yang bernama Bila?. Batin Raihan.
"Eh itu kayak Bang Bram?" Sabila coba-coba mengingat karena sudah lama mereka tidak bertemu dengan Bram semenjak Bram bekerja pada Raihan dan jarang pulang ke rumah.
"Iya itu Bang Bram, astagaaaa!" tiba-tiba Aisyah langsung terdiam dan kaget sambil menutup mulut nya karena ada 'Om' yang di tabrak nya tadi di pasar buah berjalan di depan Bram.
"Kenapa Ai? ada apa?" Tanya Sabila heran karena tadi Aisyah sumringah kenapa jadi seperti orang kaget gitu?
"Itu om yang gue tabrak tadi,mati gue, apa dia bakalan minta ganti rugi, tapi tadi dia kan udah maafin gue! terus kenapa dia bisa sama Bang Bram?.. astagaa, apa dia teman Bang Bram, bla bla bla." panjang lebar Aisyah menjelaskan kekhawatiran nya.
Sabila melongo bengong seperti terbodoh dengerin Aisyah yang mirip orang lagi pidato.
Dan tiba-tiba Sabila langsung terkesiap karena yang di bilang 'Om' oleh Aisyah itu tampan nya ulala.
"Ya ampun, kalian udah pada besar ya, seingat Abang dulu masih bocah!" Bram pun tertawa mengingat kedua bocah yang dulu masih main masak-masakan sekarang menjelma menjadi gadis remaja,
"Lo Ai kan?". Tanya bram kepada aisyah karena dulu seingat nya wajah nya tak begini, memang dulu sih sudah manis, sekarang lebih bertambah manis lagi.
"Eh iya bang, ini aku ai bang!".
"Wah makin aja ya ai!". Balas bram sambil tersenyum lebar.
Raihan yang dari tadi memperhatikan mereka pun hanya diam dan sesekali curi-curi pandang pada aisyah.
Oh nama ny ai, hmmm kenapa pendek sekali nama nya?, apa itu cuma nama panggilan nya saja?, ahh kenapa aku jadi bertanya-tanya begini. Batin raihan.
Karena merasa di perhatikan oleh raihan, aisyah pun jadi kikuk.
Merasa Aisyah tidak nyaman, Sabila pun langsung buka suara pada Raihan.
"Mmm Omm, maafkan teman saya ya, tadi dia memang gak sengaja karena menyusul saya,". Ucap Sabila serius.
Tumben ni anak bisa serius begitu, biasa nya gak tahan nengok cowok tampan walaupun om-om, haha. Batin Aisyah.
"Iya tidak apa-apa, bukan kah sudah saya maafkan tadi?" sambil melirik Aisyah, yang dilirik pun tersenyum kikuk.
"Makasih ya om, tapi om manis banget, boleh minta nomor hp nya gak om?" ucap Sabila sedikit centil.
Eeett daaah, kumaaaat. batin Aisyah.
Karena Sabila tidak tahu malu meminta nomor hp Raihan, Bram pun jadi kesal,
Iiss ni anak gak tau apa dia bicara sama sapa!
"Bil, sopan sikit lo, enak aja minta nomor hp nya, lo gak tau dia siapa?", kesal Bram.
"Iihh Bang Bram, memang Bila salah apa sih?".sungut Sabila.
"Ini ya biar gue kasih tau, beliau ini adalah..".
Raihan langsung memegang bahu Bram, agar Bram tidak memberitahukan siapa dia sebenar nya. Bram pun langsung terdiam.
"Saya duluan ya, sudah selesai adzan." Raihan tersenyum dan sekali lagi melirik Aisyah.
Raihan melewati mereka bertiga, dan ada yang melongo tersihir oleh ketampanan Raihan, siapa lagi kalau bukan Sabila. Aisyah pun langsung menepuk lengan Sabila dengan gemas.
"Oke lah, Abang duluan oke Adek-adek yang manis, hehe." Bram ingin langsung menyusul bos nya itu.
"Bang Bram tunggu, memang itu tadi siapa?".
Kali ini Aisyah yang bertanya. Sabila sudah duluan ke tempat wudhu.
"Eh, mmm dia, dia..",
bagaimana aku jelasin kepada mereka kalau dia itu Presdir Wira Utama Grup dan aku ini cuma pengawal nya.
Karena tidak di jawab, Aisyah pun hanya minta tolong sama Bram untuk menyampaikan permintaan maaf nya perihal kejadian tadi.
"Oh, lo Ai yang nabrak dia tadi?, haha astaga, kebiasaan lo ya dari dulu tukang lari." kekeh Bram.
"Tapi Bang, tolong sampaikan ya, Ai mohon, rasa nya gak enak aja punya rasa bersalah sama orang." pinta Aisyah.
Bram tiba-tiba gemas pada gadis di depan nya ini, dan lebih aneh nya lagi jantung nya berdebar-debar tidak menentu. Dan tiba-tiba saja dia mengelus pucuk kepala yang ditutupi hijab itu.
"Iya, iya nanti Abang sampaikan, Abang duluan ya." Bram tersenyum manis dan langsung berlalu.
Aisyah memang tidak pernah dekat dengan lelaki, banyak yang menyukai nya, namun dia pasang mode cuek, dengan Bram pun hanya sebatas teman dan tetangga. Bram tidak pernah begini sebelum nya, apalagi mereka sudah lama tidak bertemu. Tapi ini Bram berani mengelus puncak kepala nya.
"Ahh Bang Bram sok manis!". Aisyah pun segera mengambil wudhu dan menunaikan sholat maghrib nya.
Setelah selesai sholat maghrib, Aisyah dan Sabila langsung pulang, karena besok pagi-pagi sekali mereka sudah harus magang, masih ada sebagian berkas yang harus mereka siapkan.
Raihan saat ini telah selesai sholat, dia pun duduk dulu di teras musholah, di perhatikan nya satu-satu manusia yang berjenis kelamin wanita keluar dari dalam, seperti nya dia menunggu seseorang, tapi yang ditunggu-tunggu tak kunjung keluar.
Tersadar akan hal itu, dia pun mengutuki diri nya sendiri, kenapa dia bisa bersikap aneh begini.
"Ayo bos kita pulang!". Ucap Bram menyadarkan lamunan Raihan.
"Ssstt jangan panggil aku begitu kalau sedang di tempat ramai begini. Panggil nama ku aja!". Pelan dia bersuara agak tidak di dengar orang.
"Hehe, maafkan aku Rey, ayo kita pulang, Nyonya pasti sudah menunggu mu."
"Mmm kemana mereka tadi?". Tanya Rey ragu-ragu.
"Mereka siapa?". Bram bingung siapa yang di maksud.
"Dua orang gadis tadi itu, yang kau ajak bicara tadi!".
"Oh mereka itu tetangga ku Rey, udah lama aku gak berjumpa mereka, ternyata jumpa nya di sini, seperti nya mereka sudah pulang Rey,".
"Hmmm, ya udah ayo kita pulang,".
Mereka pun bergegas kembali ke istana raihan.
"Bram, kau aja lah yang menyetir!". Perintah Raihan.
"Oke rey!".
Di perjalanan,
"Kenapa bisa mereka memanggilmu dengan sebutan Abang, sedangkan memanggilku dengan sebutan Om?". Gerutu Raihan.
"Haha, aku pun gak tahu Rey."
"Huuuf apa wajah tampan ku ini sudah mulai kelihatan tua?".
Bram pun hanya tertawa melihat tingkah bos nya ini. Tidak pernah dia seperti ini lagi.
Ada apa dengan mu Rey.
****
Sesampai nya di mansion Raihan, ada hal kurang mengenakkan menanti raihan. Saniya seseorang yang di jodohkan oleh Ibu Dina alias Mama Raihan sedang ada di rumah itu. Duduk manis. Sudah sering kali dia datang ke rumah Raihan, datang ke kantor, berharap Raihan akan mulai menerima nya.
Selain Saniya memang menaruh hati nya pada Raihan, ada maksud lain yang terselubung. Dia mengincar kekayaan Raihan. Segala cara sudah Saniya lakukan. Tapi Raihan tetap dingin kepada nya. Raihan langsung memutar mata nya malas melihat Saniya yang bersikap manis di hadapan Mama nya itu.
"Rey, kamu sudah pulang?". Tanya Mama Dina.
"Sudah ma!". Singkat raihan menjawab. Langsung saja dia mau menaiki tangga menuju kamar nya.
Malas sekali dia kalau berlama-lama di sana.
"Rey, sapa lah dulu saniya, dia sudah dari tadi menunggu mu".
"Hai rey, apa kabar mu?". Lembut sekali saniya menyapa. Senyum nya pun dibuat semanis mungkin. Dia berpenampilan seksi malam ini, berharap agar raihan tergoda oleh keseksian nya.
"Baik!". Singkat sekali rey menjawab.
Mau apa lagi sih wanita ini kemari. Dan mengapa pakaian nya seperti itu?.apa tidak ada lagi pakaian nya yang tertutup?, astaga.
"Rey, duduk lah disini nak, temani saniya." pinta mama dina dengan lembut.
"Ma, rey capek, mama saja yang temani dia bicara, rey ke atas dulu, permisi!". Langsung saja raihan bergegas meninggalkan mereka.
"Rey!". Mama dina berteriak. Tapi langsung di tenangkan oleh saniya.
"Tidak apa-apa tante, saniya pulang aja ya tante". Lembut sekali dia berbicara.
"Maafkan sikap rey ya saniya".
"Tidak apa-apa tante, semoga suatu hari nanti rey bisa membuka hati nya pada saniya".
Mama dina pun mengusap lembut tangan saniya.
"Kamu memang calon menantu idaman sayang".
"Terima kasih tante, saniya pulang dulu ya tante".
"Iya sayang, hati-hati dijalan".
Saniya langsung berjalan ke parkiran dan langsung masuk ke mobil nya.
Kalau tidak karena harta dan ketampanan nya, mana mungkin aku melakukan hal seperti ini, banyak lelaki yang lebih kaya yang menginginkan diri ku. Tapi kamu rey sok jual mahal. Awas aja akan ku balas kamu rey. Akan ku rampas harta kekayaan mu itu.
Saniya pun melajukan mobil nya berlalu dari mansion raihan.
Dikamar raihan,
Setelah selesai membersihkan diri dan menunaikan kewajiban nya, raihan langsung merebahkan tubuh nya ke atas tempat tidur.
"Hah kesal sekali aku sama mama, itu lagi kenapa wanita itu mengganggu aku terus sih!".
Raihan pun berusaha memejamkan mata nya, tiba-tiba pikiran nya menerawang pada kejadian tadi sore.
"Maafkan saya om!".kata-kata itu yang terngiang di telinga nya.
Wajah itu, senyum itu, tatapan mata nya. Raihan senyum-senyum sendiri. Lalu dia membuka mata nya.
"Ada apa dengan ku?".
Raihan lalu mengambil air minum yang terletak di nakas. Dia habis kan minuman itu satu gelas. Lalu mencoba tidur kembali. Lagi-lagi senyum kikuk aisyah saat raihan curi-curi pandang pada nya muncul di ingatan nya.
"Hmmm, ai". Ucap raihan sambil tersenyum.
Astaga aku ini kenapa?. Batin raihan sambil menepuk jidat nya.
Karena rasa kantuk nya sudah mulai datang, raihan pun memejamkan mata nya dan terlelap dalam mimpi yang indah.
Sementara di kamar aisyah.
Setelah siap beres-beres perlengkapan magang nya, aisyah pun merebahkan diri di atas kasur yang empuk.
"Siapa ya om itu?, kenapa dia bisa sama bang bram?, terus kenapa dia curi-curi pandang pada ku tadi?, hmmmm, tapi wajah mu ganteng om, eh!".
Aisyah terkejut sendiri setelah sadar apa yang di ucapkan nya tadi. Baru ini dia bilang tampan pada seorang pria. Akhir nya karena kantuk yang sudah tak tertahankan, aisyah pun terlelap dalam mimpi nya.
Keesokan pagi nya.
Aisyah yang sudah di jemput sabila pun meminta ijin kepada ayah dan mama nya.
"Hati-hati di jalan ya nak".
"Iya ma, doain ya supaya lancar semua".
"Insya Allah lancar semua ya nak, semangat!" , ayah aisyah memberi semangat kepada anak semata wayang nya itu.
"Hehe, makasih ayah."
Aisyah pun langsung menyalim takzim tangan kedua orang tua nya, tak lupa di ikuti sabila. Aisyah dan sabila pun langsung berangkat ke gedung wira utama grup. Hari ini, hari pertama mereka magang, mereka pun tidak mau terlambat. Sesampai nya di sana, sudah ada teman mereka bernama adit yang sudah menunggu.
"Adit, udah lama?".
"Udah dari tadi ai, kalian lama banget iiihh."
Adit ini agak-agak melambai orang nya.
"Ya ampun iihh adit manis banget hari ini." ucap sabila. Aisyah pun cekikikan sendiri.
Adit pun hanya cemberut saja. Capek dia menunggu.
"Ayok kita masuk, nanti terlambat pula."
"Oke ai!". Jawab sabila dan adit serempak.
Setiap kelompok magang terdiri dari 3 orang.
Pagi ini, raihan dan rizi sedang ada meeting di luar, kemungkinan siang mereka baru selesai. Maka aisyah dan raihan pun tidak bertemu.
"Tugas kalian hari ini adalah merevisi setiap berkas yang salah, dan kalau ada tugas atau pekerjaan ringan seperti mengantar kopi dan yang lain nya, kalian harus siap sedia.
Kalau dedikasi kalian selama magang bagus di perusahaan ini, kalian bisa direkrut untuk bekerja disini, sampai disini kalian paham?". Ucap bu sinta selaku staf sekretaris.
"Paham bu!". Jawab mereka bertiga.
"Bagus!, ini ruangan kalian, bekerja yang bagus dan disiplin!".
"Baik bu!".
"Huuuf semoga hari ini gak terlalu banyak kerjaan ya." sabila berucap.
"Haha, dasar anak manja!" ejek adit.
"Enak aja, lo tuh yang manja!".
"Udah-udah, kenapa kalian berteman sih?".
"Apa!". Jawab sabila dan adit protes.
"Hihi." aisyah cekikikan,
seru sekali punya teman seperti mereka ini.
Akhir nya sore pun menjelang, ketiga mahasiswa itu pun menyelesaikan tugas mereka dengan cukup baik. Sabila yang ada kepentingan mendadak minta ijin pada aisyah untuk pulang duluan, adit mau saja mengantarkan aisyah pulang, tapi aisyah menolak.
"Yakin ni gak mau aku antar?".
"Gak deh dit, makasih."
"Oke deh say, aku duluan ya,daaaah."
" dadah say,hihi."
Adit pun sudah berlalu. Aisyah pun berjalan ke depan untuk menunggu angkutan umum.
Tidak lama mobil raihan lewat melewati aisyah. Raihan yang dari tadi lelah mencoba membuka mata nya melihat-lihat sore yang ramai ini, entah kenapa dia begitu, biasa nya juga dia ketiduran kalau sudah menutup mata ketika di mobil.
Di sapu nya jalanan itu dengan pandangan mata nya. Dan deg sepasang mata nya terkunci melihat gadis yang sudah membuat dia tidak tidur semalam.
Ai, sedang apa dia disitu?. Batin raihan.
"Ada apa bos?" Tanya rizi.
"Mmm tidak apa-apa." sambil terus menatap aisyah yang di lewati nya.
Mobil pun terparkir di parkiran gedung. Mereka pun memasuki lift dan menekan lantai paling atas.
"Apa yang terjadi hari ini?"
raihan pun membuka berkas-berkas yang ada di atas meja.
"Anak-anak magang itu datang hari ini rey"
"Mana berkas mereka?"
Rizi pun mengambil berkas dan menyerahkan nya pada raihan. Dan dibuka nya berkas itu.
Aisyah Rachel, umur 21 tahun, hmm cantik ya nama nya seperti orang nya. Batin raihan.
Rizi yang sedari tadi memperhatikan merasa aneh melihat raihan yang senyum-senyum dan manggut-manggut.
"Zi, besok tugas kan dia untuk menjadi asisten ku!"
Di campak kan nya berkas itu. Rizi langsung membuka nya.
"Tapi dia mahasiswa magang rey?"
"Aku gak mau tau! Aku mau besok dia sudah ada di depan ku!"
Di amati nya berkas yang berisikan biodata dan pas foto itu,
Ada apa dengan anak ini, kenapa rey sampai tertarik?. Batin rizi
"Ayo pulang!" Perintah raihan.
Sementara aisyah sudah berhenti di pasar buah, tadi pas lagi di angkot, mama nya menitip buah pir, segera dia beli dan selesai. Dia pun berjalan ke arah rumah nya yang tidak jauh dari pasar buah itu. Tiba-tiba ada anak kecil yang sedang menangis, seperti nya dia sedang kelaparan, aisyah pun langsung mendatangi nya.
"Ada apa dek?, kenapa kamu nangis?" Tanya
aisyah sambil berjongkok di hadapan anak itu.
" aku lapar kak".
Mendengar itu aisyah langsung iba. Di keluarkan nya roti yang ada di dalam tas ransel nya. Diberikan nya kepada anak itu.
Mobil raihan melintas di depan taman, lagi-lagi mata raihan melihat pemandangan indah menurut nya.
"Hentikan mobil!"
"Baik tuan.
"
Mobil berhenti, lagi-lagi rizi terheran-heran, tapi setelah tahu apa penyebab nya, rizi hanya diam saja dan memperhatikan lelaki di sebelah nya ini.
Seperti nya itu anak magang yang nama nya aisyah?. Batin rizi.
"Ini dek, kakak ada buah, dan ini.." aisyah mengambil uang jajan nya dan di serahkan nya kepada anak itu.
"Maaf ya dek, gak seberapa, tapi ini cukup untuk membeli nasi."
"Alhamdulillah, makasih banyak ya kak."
berbinar wajah anak itu, lebih berbinar lagi yang memperhatikan dari dalam mobil.
"Sama-sama dek, hati-hati ya" Ucap aisyah sambil mengusap kepala anak itu.
Aisyah lalu melanjutkan perjalanan ke rumah nya.
Raihan tersenyum melihat pemandangan indah tadi,
Sudah cantik, sholehah, suka memberi lagi, haaah bidadari tak bersayap. Batin raihan.
"Seperti nya kau tertarik pada nya ya rey?"
Tiba-tiba raihan langsung tersentak. Dan tanpa menjawab pertanyaan rizi, raihan langsung menyuruh supir nya untuk jalan.
Sepanjang jalan, raihan hanya menatap jendela. Sedang rizi berpikir.
Apakah rey sudah mulai membuka hati nya?
Tapi siapa aisyah itu?, setau ku dia cuma anak magang, tapi aku bahagia kalau rey sudah mulai membuka hati nya lagi. Batin rizi
Malam pun datang, setelah menunaikan kewajiban nya, raihan pun merebahkan diri nya. Tiba-tiba dia teringat, kalau dia tadi mengambil foto seorang gadis, ya siapa lagi kalau bukan aisyah. Langsung di cari-cari nya foto tadi, ah dapat.
Setelah itu kembali dia menjatuhkan diri nya ke atas kasur. Dipandangi nya foto itu, di usap nya sebentar. Tak pernah raihan seperti ini, bahkan pada mantan nya dulu.
"Ya Allah, seperti nya aku suka pada nya, tapi dia suka tidak ya pada ku yang sudah berumur ini?" Menghela nafas dia.
Rasa takut patah hati lagi kadang datang menghantui nya, tapi percayalah, setelah mantan tunangan nya itu, cuma aisyah yang mampu mencuri hati nya dari pandang pertama. Tapi gak segila ini, sampai mengambil foto aisyah segala lagi.
"Baik lah, aku akan berusaha,semangat!, langkah awal adalah mendekati nya,semangat!".
Lalu dia mengambil dompet nya dan memasukkan foto aisyah ke dalamnya. Dan raihan pun memejamkan mata nya.
Keesokan pagi nya, raihan pun bersiap-siap. Dia
lalu bercermin.
"Ah raihan, kau selalu ganteng! Perfect!,
Hari ini misi ku mendekati nya,semangat!". Sambil mengepalkan tangan nya ke udara, semangat gitu maksud nya.
Semangat sekali dia menuruni tangga, tak di pedulikan nya mama nya. Raihan tahu, ujung-ujung nya membahas perjodohan lagi, pusing dia. Di depan, rizi sudah menunggu,
"Ayo zi, aku tidak mau terlambat!".
"Ehem, apakah ini karena aisyah?". Tanya rizi mengedip-ngedipkan mata nya. bikin raihan merinding.
"Kau tidak dengar,aku tidak mau terlambat!" kesal dia sudah.
Rizi pun langsung membukakan pintu untuk raihan. Dan mereka langsung berangkat menuju gedung wira utama grup.
Di kantor, tiga sekawan ini sudah di landa kebingungan, sebaik sampai tadi mereka sudah di beri info oleh ibu sinta, tapi kenapa hanya aisyah yang di jadikan asisten presdir?, tapi lagi-lagi dua sejoli, sabila dan adit mengucap syukur, bersyukur karena bukan mereka yang di pilih. kan beban pekerjaan asisten presdir pasti lebih banyak. Dasar mereka itu. padahal ya sama aja, mereka bakalan disuruh-suruh juga.
"Lo semangat ya ai, insya Allah semua pasti lancar" Sabila menyemangati.
"Aku selalu di belakang mu ai". Adit lebih semangat.
"Ya elah dit,sekali-kali lo lah yang di depan lah, dasar cemen!".
"Eh dasar ya mulut mak lampir, tobat lo sana!". Balas adit tak mau kalah.
"Astaghfirullah kalian ini!, jodoh baru tahu!". Aisyah kesal.
"Iihh ogah!".jawab sabila dan adit bersamaan.
"Haha, kira-kira yang di lakukan asisten pribadi presdir itu ngapain ya woi, takut melakukan kesalahan gue!".
"Paling cuma buat kopi aja ai,". Sabila menjawab.
"Pasti disuruh pijit-pijit nanti,eh uuppss." Adit langsung menutup mulut nya. Secara reflek sabila memukul lengan adit.
Astaga, tapi kalau memang iya disuruh pijit-pijit, aku tolak aja deh, masak iya asisten presdir kerja nya mijit-mijit?. Batin aisyah
Ditengah bincang-bincang mereka, bu sinta datang, mengatakan bahwa presdir datang terlambat di akibatkan kemacetan parah di jalan. Setengah jam sudah berlalu, belum ada tanda-tanda kedatangan presdir. Aisyah lalu memutuskan untuk sholat dhuha di musholah yang ada disekitaran kantor.
"Gue ke bawah dulu ya, mau dhuha dulu."
"Oke ai, hati-hati ya."
Aisyah pun meninggalkan mereka. Dan menuju musholah. Lalu dia pun menunaikan sholat dhuha, mungkin dia butuh ketenangan agar grogi nya hilang saat menghadapi bos besar nya nanti.
Mobil raihan pun sudah sampai di pelataran parkir gedung, sepanjang perjalanan tak henti-henti nya dia mengomel. Lama dia sampai kantor kan jadi nya. Karena dia berangkat pagi juga karena sudah ada maksud dan tujuan nya.
Rizi pun membukakan pintu mobil, raihan keluar dan langsung membanting pintu dengan keras.
"Kau duluan lah!"
Rizi mengernyit, mau kemana lagi anak ini pikir nya.
"Aku tidak kemana-kemana, aku hanya ingin dhuha sebentar!". Raihan langsung pergi meninggalkan rizi.
Istimewa sekali kamu rey. Batin rizi.
Setelah selesai melaksanakan sholat sunat tersebut, raihan pun duduk di teras untuk memakai sepatu nya, musholah pagi ini sunyi, karena biasa nya ramai pas sholat dzuhur dan ashar saja. Itu pun bagi karyawan yang mau melaksanakan sholat.
Aisyah keluar dan hendak memakai sepatu nya, tak sengaja melihat raihan lagi pakai sepatu.
Astaga, om ini kok bisa disini?,
mmm, aku sapa aja lah, hitung-hitung membayar rasa bersalah ku waktu itu, hehe. Batin aisyah.
"Assalammu'alaikum om,"
"Wa'alaikumsalam." Jawab nya tanpa menoleh karena dia sibuk dengan sepatu nya.
"Mmm, om kerja juga disini ya?" Aisyah bertanya lagi.
Om? Tiba-tiba raihan tersentak dan langsung menoleh, pandangan mereka bertemu, aisyah tersenyum manis pada nya. Deg deg, berdebar-debar jantung raihan, saking berdebar nya, raihan reflek memegang dada nya.
"ada apa om? apa om sakit?kok megangin dada nya terus?" Tanya aisyah khawatir.
"Eh gak ada apa-apa kok dek, adek lagi apa disini?" raihan pun mencoba tersenyum agar grogi nya tertutup.
"Aku lagi magang disini om, om kerja juga disini ya?"
"Hehe, iya". Sambil mengusap-ngusap rambut belakang nya.
"Oh iya, kenalin nama abang raihan".
"Hehe, jadi abang manggil nya ya? biar awet muda ya om, hehe".
"Hehe iya dek, panggil abang aja ya biar awet muda".
"Oke deh bang, nama ku aisyah bang, panggil ai aja." tersenyum manis aisyah, lagi-lagi jantung raihan hampir copot.
"Mmm dek, abang duluan ya, abang udah terlambat". takut pingsan dia, lebih baik pergi duluan saja, begitu pikirnya. Entah kemana kekuatan nya hari ini.
"Eh iya bang, ai juga baru ingat, presdir udah datang belum ya, hari ini ai jadi asisten pribadi nya bang".
Ahh jadi aisyah belum tahu kalau aku presdir nya, menggemaskan sekali.
"Ya udah abang duluan ya".
"Iya bang".
Aisyah pun langsung memakai sepatu nya dan langsung naik lagi ke lantai atas gedung. Dia pun singgah dulu ke ruangan teman nya.
"Ai, lo kemana aja, kenapa lama banget?"
"Gue tadi jumpa sama om yang gue tabrak waktu itu bil,"
"Loh om itu kerja disini juga?, wah bisa dong minta nomor hp nya," sabila semangat sekali dia.
"Hussh sembarangan, ya udah gue ke ruangan presdir dulu ya, doain gue keluar hidup-hidup".
"Astaga, memang lo mau perang?"
"Haha, mana adit?, jagain pacar lo tuh, haha". Aisyah langsung saja berlari sebelum sabila mengomel tak jelas.
Aisyah pun langsung ke ruangan presdir setelah bertanya pada bu sinta dimana ruangan nya berada.
"Ah itu dia, semangat ai, bismillah".
Tok..tok..tok..
"Masuk!" teriakan dari dalam.
Pelan aisyah membuka pintu, disapu nya ruangan itu dengan pandangan nya. Ternyata ada rizi duduk di sofa sambil berkutat dengan laptop nya.
Apa itu pak presdir nya ya?
Mudah-mudahan tidak galak bismillah.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!