David Guetta Carroll anak dari Daniel Carroll dan Devita Maharani Huang, terlahir dari orang tua yang sangat kaya raya namun David tidak pernah mau menerima bantuan dari kedua orangtuanya semenjak ia di kirim ke Amerika untuk melanjutkan pendidikan nya.
Ia berpikir akan berdiri dengan kaki nya sendiri, yang berarti ia akan hidup dengan mandiri, anak yang cerdas juga bertalenta itu terus saja mendapatkan penghargaan-penghargaan dari berbagai olimpiade jenis pelajaran apapun.
Kecerdasannya tidak lain menuruni dari kecerdasan sang Ayah dan sikap mandirinya menurun dari ibunya. David pria yang sangat dingin, begitu juga pada kedua orangtuanya, sifat yang sangat sama dengan Ayah nya itu membuat orang-orang yang menghadapinya dengan rasa hati-hati.
Kini David menjalani sebuah perusahaan yang di rintisnya dari kecil-kecilan sampai sudah menjadi nama yang cukup terkenal di dunia perbisnisan, DGC ya itulah namanya, perusahaan itu bergerak di bidang IT dan keamanan jaringan.
David cukup hebat membangun sebuah usaha tanpa ada embel-embel dari sebuah kata warisan, sang Opa yang ingin sekali membantunya dikala usahanya sedang ada masalah pun di tolak mentah-mentah oleh nya.
"Aku tidak ingin opa menyuntikkan dana ke perusahaanku, tapi jika opa memang ingin membantu ku, yang perlu di lakukan adalah mentanda tangani kontrak kerja sama dan itu masuk dalam hitungan bisnis bukan keluarga." Tegas David pada sang Opa.
"David, Opa sudah tua, perusahaan tidak ada yang mengurusnya, apa salahnya kau menerima suntikan dana dari opah mu sendiri," ujar Mahendra Huang dengan keukeuh ingin memberikan perusahaannya pada David sebagai penerusnya.
"Opa bisa berikan itu pada anaknya paman Reno, siapa itu namanya, aahh Juna atau Roy opah bisa berikan itu pada nya," ucapnya dengan asal dan membuat Mahendra hanya diam tidak lagi bersuara.
"Kalau begitu opa pergi dulu ya, kalaupun nanti kamu berubah pikiran jangan segan-segan hubungi opa," ucap Mahendra yang berlalu pergi dari kantor milik David.
Beberapa saat Mahendra pergi, seseorang masuk tanpa mengetuk pintunya terlebih dahulu.
"Kenapa wajah mu kusut begitu?" Tanya pria yang baru saja masuk.
"Tidak! Ada apa kamu kesini?" jawabnya dengan ketus.
"Tadi aku lihat opa mu kesini, apa dia memaksa mu lagi untuk menerima warisan darinya," tebaknya dan hanya di angguki oleh David.
"Aku bingung dengan jalan pikiran mu, tidak ada orang yang menolak warisan kecuali kamu, kenapa tidak terima saja sih," ucapnya dengan lantang tapi tidak ada jawaban dari David, ia hanya diam dengan tatapan jauh kedepan.
"Aku tidak ingin ada pertengkaran di antara aku dengan Roy," gumam David dalam hati.
"Sebaiknya kau keluar, kerjakan perkejaan mu, kalau tidak ingin gaji mu ku potong," tegas David pada sahabat nya yang bernama Kevin.
Kevin pun keluar dengan perasaan yang kesal, sahabat nya selalu bersikap seperti itu, di kala ia membahas masalah warisan opah Mahendra. Entah ada masalah apa sehingga membuat David sangat enggan untuk menerima warisan dari opah nya sendiri.
Tapi sebelum benar-benar Kevin meninggalkan ruangan, David kembali memanggilnya lagi tapi bukan untuk menghalau jalannya tetapi hanya untuk memesan kopi untuk nya.
"Vin! Buatkan aku kopi, kepala ku terasa ingin pecah," perintahnya dengan semena-mena.
Kevin yang mendapat perintah dari David mendengus kesal, ia berbalik dan mengambil langkah panjangnya.
"Memang dia pikir aku ini OB di kantor ini," gerutu Kevin dengan perasaan yang penuh kekesalan.
"Hei, kau!! Buatkan bos besar mu kopi, kalau tidak, dia bisa mengacak-acak isi kantor ini," teriak Kevin pada gadis office girl yang kebetulan lewat.
Kevin pun berlalu setelah memerintah pada office girl yang dia teriakinya. Dengan hanya menjawab sebuah anggukan, gadis itu pun segera membuatkan kopi yang di pinta Kevin untuk bos besar nya.
"Bos besar? Berarti dia siapa ya? Apa tadi dia bilang, kalau tidak segera di buatkan, bos besar akan mengacak-acak isi kantor? Apa seseram itu bos disini?" Gumam gadis office girl itu.
Gadis itu baru saja masuk bekerja hari ini, dia pun tidak tau betul siapa yang tadi memerintah nya dan siapa yang di sebut bos besar itu, yang dia tau hanya berita kalau bos di sana sangatlah kejam jika sudah marah.
Gadis berkulit sawo matang dengan mata yang bundar dan tidak lupa bulu mata yang begitu lentik, namun dengan kulit gelapnya tidak sama sekali meninggalkan kesan manis di parasnya.
Zahla, ya gadis itu bernama Zahla, gadis yatim piatu yang tinggal di panti asuhan sejak ia kecil, dan dengan kemandirian nya ia bisa bersekolah walau tidak sampai menginjak bangku perkuliahan, namun rasa syukur yang begitu tertanam di dirinya, ia tidak sama sekali mempermasalahkan itu, dan dengan hasil kerja kerasnya berbulan-bulan ia mencari pekerjaan, akhirnya ia bisa berkerja di sebuah perusahaan walaupun hanya sebagai office girl saja.
Setelah selesai membuat kopi di pantry, ia segera menuju dimana ruangan yang di sebut dengan bos besar itu berada, dengan mengambil nafas yang panjang ia mengetuk pintu ruangan yang bertuliskan CEO dengan perlahan.
Zahla atau akrab di panggil dengan nama Lala itu masuk setelah mendengar sahutan dari dalam. "Permisi bos," ucap Lala dengan sopan dan hanya mendapatkan sahutan sebuah deheman dari pria yang duduk membelakangi nya itu.
"Ini kopinya bos," ucap Lala lagi dengan menaruh segelas kopi di atas meja kerja bosnya.
"Siapa yang meminta kopi?" ketus bos besar yang tidak lain adalah David Guetta Carroll.
"Bos yang meminta kan? tadi pria tampan yang menyuruh ku ," celetuk Zahla yang membuat David langsung berbalik memutar kursinya.
David menatap penampilan Lala dengan tatapan asing, alis matanya terangkat sebelah seolah-olah tidak suka kalau orang lain di sebut tampan kecuali dia.
"Siapa kau? sepertinya aku baru liat kamu, dan siapa yang kau sebut pria tampan itu?"
"Aku Zahla bos, tapi teman-teman memanggilku dengan nama Lala,," ucapan Zahla terhenti karena David merentangkan tangannya memberikan tanda agar Zahla berhenti berbicara.
"Tidak ada yang bertanya nama panggilan mu, sudahlah, keluar!" Ketus David mengusir Zahla dengan tangannya yang melambai.
Zahla pun berlalu setelah menganggukkan kepalanya, Zahla keluar dari ruangan dengan menghentak-hentakan kakinya dengan kesal, ia kesal karena ucapan nya yang belum selesai sudah di potong oleh bos nya.
"Siapa dia mempunyai hak untuk memuji orang lain tampan di kantor ku, memangnya aku tidak tampan begitu, Kevin tampan? cih, tampan dari mananya." Gerutu David.
Tingkat percaya diri David memanglah tinggi, siapapun yang memuji orang lain di depannya sama saja menghinanya, menurut nya.
David menekan satu tombol telpon kantor dan mengatakan kalau Kevin harus segera kembali ke ruangannya, dengan satu gerakan beberapa saat kemudian Kevin sudah datang dengan nafas yang tersengal-sengal.
"Ada apa kau memanggilku lagi, baru saja kau mengusir ku," dengus Kevin.
"Mulai besok tidak perlu berpenampilan rapih, bila perlu kau jangan memakai gel rambut mu lagi," ucap David yang tentunya membuat Kevin merasa bingung.
Namun dia sangat paham, kenapa David bisa berbicara seperti itu, dengan lantangnya Kevin bertanya balik pada David. "Siapa yang memuji ku tampan? cepat beritahu aku, aku akan memberikan hadiah padanya," ucap Kevin sedikit berbisik.
"Jangan terlalu percaya diri, cepat keluar!!" Usir David lagi.
Karena perintah David, Kevin pun tidak lagi memakai gel rambut yang biasa ia pakai untuk keperluan kerapihan dirinya sendiri, dia hanya menyisir rambutnya dengan asal namun kesan tampan tidak sama sekali berkurang.
Kevin melangkah memasuki perusahaan dimana tempat ia bekerja sebagai asisten David, walau tatanan rambutnya tidak serapih biasanya tapi percayalah seluruh karyawan wanita di perusahaan tetap saja memuji Kevin dengan sebutan tuan tampan, ya itulah julukannya.
"Sebenarnya siapa sih yang berani memuji ku di depan David, dia sangat luar biasa beraninya, tapi aku harus berterima kasih atau meminta pertanggungjawaban nya karena dia memuji ku, aku bahkan tidak dapat memakai gel rambut ku lagi," Kevin terus saja berbicara sendiri di sepanjang langkahnya.
Dengan wajah tampan dan juga di tambah ramahnya, Kevin sangat di sukai karyawan terutama karyawan wanita.
"Selamat pagi Rebecca," sapa Kevin pada sekertaris David.
"Pagi tuan Kevin," balas wanita cantik bernama Rebecca yang berpakaian sexi itu.
"Oh ya Cantik, kau tau tidak siapa yang kemarin masuk ke ruangan si bos setelah aku?" tanya Kevin dengan berbisik.
"Emmmm seingat aku sih, office girl baru tuan, memangnya kenapa?"
"Tidak apa-apa, lanjutkan saja perkejaan mu, terimakasih ya cantik," Kevin pun berlalu ke ruangannya, setelah berpamitan pada Rebecca.
Di ruangan bos perusahaan itu. David sedang bercermin di kaca yang besar, ia memperhatikan inci demi inci penampilannya, ternyata ucapan Zahla kemarin cukup membuat dia terus kepikiran dan tidak tenang.
Dia tidak ingin ada yang mengalahkan ketampanan walaupun itu sahabat nya sendiri.
"Haaahhhh, aku rasa penampilan ku sudah cukup tampan, tapi kenapa gadis berkulit gelap itu malah memuji si Kevin yang tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan ku," gumam David yang terus saja berputar di depan cermin.
David merogoh saku celananya untuk mengambil gawainya dan menekan kontak Kevin untuk menyuruhnya masuk ke ruangannya, bukan untuk masalah pekerjaan tapi karena ingin melihat apa Kevin menuruti perintah nya kemarin agar tidak lagi memakai gel rambut nya.
"Ada yang bisa saya bantu bos?" Tanya Kevin dengan raut wajah malas.
"Bagus, keluar!" Kevin tercengang mendengar apa yang di ucapkan David, dua kata itu tidak sama sekali mewakilkan ketidak pahaman Kevin terhadap David.
"Kau keterlaluan David, apa maksud dari kata, Bagus?" tanya Kevin dengan emosinya.
"Aku hanya ingin memastikan kalau kau tidak memakai gel rambut," jawab David dengan cueknya, mulut Kevin terbuka lebar mendengar alasan David memanggilnya.
Walaupun ingin sekali menghajar wajah David, Kevin tetap saja berbesar hati untuk menerima sikap David yang memang dari dulu sudah seperti itu, bisa di bilang karena sudah terbiasa juga Kevin menghadapinya.
"Memangnya siapa yang memuji ku di depan mu, sampai kau bersikap seperti itu? Apa dia wanita cantik? Apa kau cemburu?" tanya Kevin dengan sejuta penasarannya.
"Cih, wanita cantik? Cemburu? buat apa aku cemburu, aku hanya tidak suka ada yang tampan selain aku di kantor ini, ck, wanita cantik katanya, cantik darimana nya," balas David dengan gumaman di akhir kalimatnya.
"Lantas siapa yang memuji ku itu, coba katakan,"
"Si gadis berkulit gelap, entahlah siapa dia, tapi yang pasti kau tidak perlu lagi memakai gel rambut mu," jawab David.
Kevin pun berlalu keluar dari ruangan David setelah David mengusirnya lagi seperti biasa. Kata 'gadis berkulit gelap' itu cukup mengganggu pikiran Kevin, dengan penasarannya ia memutuskan untuk mencari tahu siapa yang di maksud si Gadis berkulit gelap oleh si David.
Karena tadi saat dia bertanya Rebecca siapa yang masuk ke ruangan David setelah dirinya, dan Rebecca menjawab kalau office girl baru yang masuk, akhirnya Kevin pun pergi ke pantry di mana tempat para OG dan OB berkumpul.
Kevin masuk ke Pantry dan ternyata hanya ada empat orang di sana, dua orang perempuan dan dua orang laki-laki, Kevin melihat kulit office girl dan yang dia lihat di sana hanya office girl yang berkulit putih bersih.
"Permisi nona-nona, kalau boleh tau di antara kalian siapa yang pekerja baru?" Tanya Kevin pada dua office girl.
"Kami sudah tiga tahun Tuan bekerja disini, yang baru belum datang," jawab salasatu di antara mereka.
"Emm baik, kalau begitu yang berkulit gelap di antara office girl baru siapa namanya?" Pertanyaan Kevin membuat kedua office girl kebingungan tapi sebisa mungkin mereka menjawabnya.
"Yang berkulit gelap di antara office girl baru, hanya ada satu Tuan, namanya Zahla, tapi hari ini dia masuk sip dua," jawabnya.
"Oke kalau begitu, kalau dia sudah datang, siapapun tolong suruh dia menghadap saya di ruangan saya, mengerti?" Ucap Kevin dengan ramah.
Dan di jawab dengan anggukan oleh kedua office girl itu, seperginya Kevin, kedua nya berbisik membicarakan tentang Zahla yang mungkin di maksud Kevin atasan mereka itu.
Mereka terus berspekulasi sendiri tentang Zahla, apa yang sudah di lakukan Zahla dan apa yang membuat Kevin menyuruhnya untuk menghadapnya.
Di sebuah kamar yang hanya ada kasur lantai dan kipas angin di sudut ruangan juga lemari kayu kecil yang terletak di di samping kasur lantai itu, seorang gadis manis sudah bersiap-siap untuk berangkat bekerja, dengan semangat empat lima, Zahla segera keluar dari kamar kecil nan sumpek itu.
Begitu ia keluar dari kamar, anak-anak kecil mengerubutinya dengan tingkah lucunya, tingkah laku anak-anak tidak sama sekali mengganggu Zahla, karena itu sudah menjadi kebiasaan ia sehari-hari selalu bermain dengan anak-anak panti, karena dia pun besar di sana.
"Adik-adik, kakak berangkat kerja ya, kalian baik-baik disini, harus nurut dengan ibu panti," ucap Zahla dengan kelembutan yang ada pada dirinya.
"Baik kak Lala," jawab anak-anak serentak.
Zahla pun berpamitan terlebih dahulu dengan ibu panti, dan barulah pergi menggunakan sepeda motor yang di belikan dengan keadaan bekas oleh pengurus panti untuk Zahla.
Dengan riangnya ia mengendarai motor melewati jalan yang cukup ramai, sebelum bekerja di perusahaan DGC, Zahla bekerja sebagai gadis pengantar koran, namun tidak membuat ia patah semangat, ia selalu menjalani nya dengan keikhlasan hati walaupun tidak sedikit orang ada saja yang menghinanya dengan setatus sebagai anak panti.
Sesampainya ia di parkiran khusus karyawan, Zahla segera memarkirkan nya dan berlalu masuk melewati pintu khusus pekerja rendahan seperti dirinya, ya bukan tanpa alasan pekerjaan bersih-bersih kantor itu sering di sebut perkeja rendahan karena memang itu julukan di kantor itu.
"Kapan ya aku bisa masuk lewat pintu sana," gumam Zahla yang menatap lobby kantor yang tempat lalu-lalang para pekerja masuk dan keluarnya.
"Ingat Zahla, kau ini hanyalah pekerja rendahan," lanjutnya yang menyadarkan dirinya sendiri dari khayalan-khayalan yang ia bayangkan.
Zahla menyapa teman-teman kerjanya dengan ramah, dan teman kerjanya yang satu profesi dengan nya membalas sapaan dengan baik pula, namun tiba-tiba seseorang langsung menghampiri nya dan menyampaikan pesan untuk Zahla.
" Zahla, kamu di suruh menghadap tuan Kevin," ucapnya.
"Tuan Kevin itu yang mana ka?" Tanya Zahla yang memang belum mengenal siapapun kecuali teman satu profesi nya.
"Yang kemarin minta buatkan kopi," ucap teman kerja Zahla yang segera berlalu ke toilet.
"Yang meminta di buatkan kopi? Oh si bos aneh itu," gumam Zahla, iapun segera pergi ke ruangan yang di sebut si bos aneh.
Zahla mengetuk pintunya dan masuk walaupun belum ada jawaban karena menurutnya, kalau dia di panggil berarti orang yang memanggil tau kalau dia datang kepadanya.
Namun baru saja ia masuk ke ruangan itu, ia di suguhkan sebuah bantal sofa yang mendarat langsung ke wajahnya sampai ia terjatuh karena terkejut.
"Awwww, bos!! Apa-apaan sih, kenapa saya di lempari bantal? salah saya apa?" Ucap Zahla dengan nada yang meninggi.
Pelaku pelemparan bantal itu pun tercengang mendengar nya, selama ia memimpin perusahaan belum pernah ia bertemu ataupun di bentak oleh karyawan nya sendiri, dan sekarang seorang gadis yang berpakaian serba biru itu berani membentaknya dengan lantang.
"Kau berani menaikan nada bicara mu padaku!!" Bentak balik David.
"Iya, kenapa? Walaupun kamu ini bos disini, tapi mestinya tidak perlu semena-mena begitu, saya kesini karena katanya di panggil? Tapi kenapa bos malah melempar saya bantal," protes Zahla dengan wajah merah padamnya karena marah mendapatkan perlakuan seperti itu dari David.
Karena kesal, David melangkah maju menuju Zahla yang masih berdiri di belakang pintu yang tertutup itu.
"Kau benar-benar berani ya!" David memasang wajah marahnya dengan mendekatkan wajahnya ke wajah Zahla, bertujuan agar Zahla gemetar karena merasa takut, tapi itu tidak terjadi sama sekali.
Zahla malah mempelototi balik David dengan mata bulatnya, keduanya saling terkunci dalam tatapan yang tajam, tapi entah kenapa yang di rasakan David malah debaran jantung yang begitu kuat setelah menatap lekat mata bulat milik Zahla.
David menjauhkan wajahnya dan berdehem untuk menetralkan suasana. "Keluar, buatkan saya kopi tanpa gula," ucap David sembari berlalu ke kursi kebesarannya setelah memerintah dengan tingkah yang serba salah itu.
Apa yang di rasakan David sama di rasakan juga oleh Zahla, ia berlalu pergi keluar ruangan si bos dengan tangan yang menekan dadanya karena ia merasa jantungnya terpompa dengan cepat.
"Jantung ku kenapa? Apa karena habis memarahi si bos," gumamnya.
Zahla kembali ke pantry dan membuatkan kopi sesuai yang di pesan David, setelah membuatkan nya ia kembali lagi ke ruangan David dengan debaran jantung yang masih saja berdetak dengan cepat.
Zahla menaruh kopi tanpa mengucapkan apapun, begitu juga David, ia tidak sama sekali mengatakan apapun.
Begitu Zahla keluar dari ruangan, David mengambil dan membuang nafasnya dengan cepat, belum pernah ia merasakan debaran itu tapi kenapa dengan menatap mata gadis berkulit gelap itu saja ia bisa bersikap salah tingkah begitu.
"Sepertinya aku memerlukan asupan gizi yang lebih baik lagi, jantung ku mulai tidak normal," gumamnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!