"Gue akan melakukannya! Asalkan kalian memberikan gue uang yang cukup untuk membayar semua hutang gua, gue akan melakukan semua yang kalian perintahkan!" ucapku dengan penuh keyakinan.
Hari itu, hari di mana aku melakukan hal terbodoh di dalam hidupku! Awal dari semua kejahatanku dimulai saat itu.
Aku sangat bodoh! Aku tahu itu!
Aku sudah mengambil keputusan yang salah dan menjadi awal dari banyak kebodohanku berikutnya.
Demi menyelamatkan hidupku yang hina ini, aku menghancurkan kehidupan orang-orang yang sangat baik padaku, bahkan di saat mereka belum mengenalku. Sudah sewajarnya kalau aku mendapat hukuman dari semuanya ini.
Bukannya mengakui kebodohanku itu, aku malah terus melakukan kebodohan-kebodohan lain untuk menutupi kebodohan utamaku.
Aku adalah seorang pengecut yang sangat bodoh!
Berapa kali pun aku memaki diriku, aku tidak akan pernah puas karena aku memang benar-benar seorang pecundang!
Aku benar-benar menyesali semua yang terjadi ini, tapi semuanya terasa percuma! Bahkan kalaupun aku mengakhiri hidupku saat ini pun tidak akan ada gunanya! Aku tidak akan pernah bisa mengembalikan semuanya seperti semula, aku malah akan menambah daftar kebodohanku lainnya!
Aku hanya bisa menangis dan terus menangis untuk menyesali semuanya. Aku tidak tahu harus berbuat apalagi, segalanya sudah hancur bahkan masa depanku pun sudah hancur berkeping-keping.
Aku harus berbuat apa sekarang? Masih pantaskah aku mendapatkan maaf dan menata kembali kehidupanku?
Ada seorang bayi di dalam perutku sekarang! Kalau aku menghilangkannya apakah semuanya akan kembali pada tempatnya masing-masing? Tapi... aku sudah mulai mencintainya! Mendengar detak jantungnya membuatku sangat bahagia! Bagaimana ini? Tidak bisakah aku memilikinya? Hanya dia satu-satunya harta yang kumiliki saat ini.
Sudah tidak ada jalan keluar lagi untuk semua kesalahanku ini! Berapa kali pun aku mengaku bersalah tidak akan pernah bisa menghapuskan kesalahanku ini dan mengembalikan semuanya seperti semula, seperti sebelum semuanya terjadi.
Semuanya terluka karena kebodohanku, semuanya menderita karena kesalahanku! Maafkan aku!
Aku ceroboh! Aku egois!
Maafkan aku!
Tapi aku sungguh mencintaimu, tidak bisakah kamu membalas perasaan yang sudah terlanjur tumbuh di hatiku ini? Aku berjanji akan mencintaimu dan berusaha membuatmu bahagia.
Masih pantaskah aku?
Maaf! Maafkan aku!
Aku tahu aku salah! Aku salah menghancurkan hubunganmu dengannya walaupun awalnya aku tidak tahu kalau sedalam itu cinta kalian dan sebaik itu dirinya, tapi aku sungguh mencintaimu sekarang!
Tidak bolehkah aku memilikimu seutuhnya?
Maaf untuk semua keegoisanku ini!
Aku wanita hina! Aku terlalu bodoh sampai bisa benar-benar bodoh merusakkan hubungan yang sangat indah di antara kalian dan sekarang malah hidupku bergantung pada kalian.
Bodoh!
Katakan padaku apa yang harus aku lakukan agar kalian semua mau memaafkan aku? atau setidaknya untuk memperbaiki semua kesalahan yang sudah kuperbuat itu.
Berikan aku kesempatan sekali ini lagi saja! Kumohon!
Pasti sangat berat untuk memaafkanku, tapi kumohon! Sekali ini saja! Ijinkan aku hidup dan menjadi seseorang yang lebih baik lagi! Setidaknya demi bayi yang ada di perutku ini.
Dia tidak bersalah sama sekali.
Akulah yang bersalah pada kalian semua.
Kumohon ijinkan ia hidup dengan baik seperti kehidupan bayi sewajarnya!
Kumohon!
Maafkan aku!
Sekali lagi aku mohon, maafkan aku!
...
Cerita ini adalah versi lain dari cerita sebelumnya.
Mohon untuk kembali membacanya dari awal agar bisa merasakan perbedaannya.
Terima kasih banyak untuk dukungannya pada cerita sebelumnya.
Dukung terus karya-karyaku ya..
Aku sayang kalian semua.. 🤗😘🥰😊☺
Aku bergegas menuju ke ruang meeting begitu mendapat panggilan dari manager-ku yang sudah menungguku di sana.
"Selamat siang, bu." sapaku sopan begitu memasuki ruangan itu.
"Siang, Winda. Silahkan duduk!" sahut Ibu Chia, manager-ku. Dengan lembut ia mempersilahkanku untuk duduk.
"Ini tahun pertama kamu bekerja di sini, kan?!" terkanya. Aku mengangguk pelan.
"Bagaimana kesanmu selama bekerja di sini?" tanyanya.
"Kesannya? Di sini orang-orangnya sangat baik, bu. Teman-teman juga tidak segan untuk membantu saya." jawabku.
Ibu Chia tersenyum lembut padaku, walaupun ia tersenyum padaku tapi entah kenapa aku seperti menangkap firasat buruk. Ia menghela nafasnya.
"Saya mau cerita sedikit, ya Winda!" ucapnya. Aku mengangguk pelan.
"Belakangan ini, seperti yang kamu ketahui perekonomian kita sedang menurun, banyak perusahaan-perusahaan pun yang bangkrut dan akhirnya tutup. Keadaan ini pun ikut mempengaruhi perusahaan kita." terangnya. Jantungku mulai berdetak tak karuan, firasat burukku semakin kuat.
"Bisa dilihat sendiri bagaimana penjualan kita belakangan ini, menurun drastis, sementara biaya operasional yang kita keluarkan semakin meningkat." lanjutnya. Ekspresi wajahnya berubah menjadi serius.
"Dan akhirnya perusahaan memutuskan untuk mengurangi biaya-biaya tersebut." Ibu Chia kembali menghela nafas. Jantungku semakin kuat berdetak hingga membuat dadaku terasa sesak.
"Kami sungguh tidak menginginkan hal ini terjadi, tapi dengan sangat terpaksa kami harus memutuskan kontrak kerja dengan beberapa karyawan di sini." Ibu Chia melanjutkan kembali ceritanya.
"Karena akhir bulan ini kontrak dengan Winda akan berakhir jadi kami ingin menginformasikan pada Winda kalau kami tidak akan melanjutkan kontrak dengan Winda di tahun kedua." Deg! Jantungku serasa berhenti berdetak saat itu juga.
Aku pulang ke kontrakanku dengan lemas, mulai bulan depan aku tidak memiliki pekerjaan lagi. Aku menjatuhkan diriku di kasur. Tangisku pecah, aku menangis sejadi-jadinya. Apa yang harus aku lakukan sekarang? Di keadaan seperti ini akan sangat sulit mencari pekerjaan baru. Apakah aku harus pulang ke kampung halamanku? Tapi aku takut menjadi beban orang tuaku lagi. Apa yang harus kulakukan? Adakah yang bisa membantuku?
...
"Anda harus segera melunasinya, kalau tidak kami akan mengirimkan surat kepolisian untuk menangkap anda!"
Aku hanya bisa terdiam mendengar seruan orang yang meneleponku itu. Ya, aku berhutang dengan salah satu perusahaan pinjaman online dan aku sudah menunggak selama lebih dari satu bulan. Aku tidak tahu harus melunasinya dengan apa karena sudah sebulan ini aku menjadi pengangguran.
Aku terduduk diam di tempat tidurku, pandanganku kosong sementara otakku terus berpikir apa yang harus aku lakukan untuk bisa melunasi pinjamanku itu. Aku menggunakan semua uang pinjaman itu untuk biaya hidupku sebulan ini dan memulai usahaku, tapi ternyata dalam keadaan seperti ini usahaku pun tidak berjalan lancar, banyak kerugian yang aku alami, dan sekarang aku tidak memiliki uang sedikitpun untuk membayar angsuran hutangku.
Keluargaku tidak ada yang tahu tentang masalahku ini, mereka juga tidak mengetahui bahwa aku sudah tidak bekerja sejak sebulan yang lalu. Aku tidak bercerita pada keluargaku kalau aku terkena PHK dari perusahaan tempatku bekerja karena aku tidak ingin menjadi beban untuk mereka.
...
Perkenalkan, namaku Winda Amelia, biasa di panggil Amel. Aku terlahir di keluarga sederhana. Ayah dan ibuku orang yang sangat baik, mereka berjuang keras menyekolahkan aku dan kedua adikku sampai kami berhasil menjadi sarjana. Aku berpikir, saat inilah aku bisa sedikit membalas jasa mereka dengan memperlihatkan kalau karirku sukses di perantauan, tapi lihat apa yang terjadi sekarang, aku malah terjebak dengan pinjaman online. Aku tahu aku bersalah, tapi aku hanya berusaha untuk menyelesaikan masalahku sendiri dan tidak membebani keluargaku yang berada jauh di kampung halaman.
Aku mencoba mencari udara segar dengan berjalan-jalan di sekitar kontrakanku sambil terus memikirkan bagaimana cara melunasi hutangku itu. Tanpa kusadarai, aku sudah menempuh jarak yang cukup jauh dari kontrakkanku.
"Bruukk.." tanpa disengaja aku menabrak seorang laki-laki. Segera aku meminta maaf pada laki-laki itu.
"Amel?" ucap laki-laki yang kutabrak itu.
"Amel kan?! Winda Amelia?? iya kan?!" seru laki-laki itu.
"I.. iya.." jawabku ragu. Otakku berpikir, apakah aku mengenal laki-laki tampan ini??
"Hemm.. pasti lupa kan lo?! Gua Bayu.. temen SMP lo.." ungkap laki-laki itu
"Bayu...??"
"Iya Bayu, yang dulu sering nyiram lo kalo lagi piket nyiram taman sekolah.." terangnya.
"Ya ampuuunn.. Bayuuu.. Bayu Anggoro!!" seruku.
Ternyata dia adalah pria brengsek yang dulu sering mem-bully-ku saat kami masih duduk di bangku sekolah menengah pertama. Aku tidak menyangka kalau Bayu bisa bertumbuh jadi laki-laki tampan seperti ini, ia tampak benar-benar tampan mengenakan kemeja lengan panjang maroon yang dipadu celana panjang jeans.
"Iyaaa!!" sahutnya. Ia tampak senang karena aku berhasil mengenalinya.
"Lo tinggal di sini Bay?" tanyaku basa-basi
"Ga. Gua tinggal di Alam Sutera Mel, ini lagi main aja di tempat temen gua." jawab Bayu.
"Wow.. tinggal di perumahan mewah lo." seruku takjub
"Hehehe.." Bayu tertawa sombong. Caranya tertawa masih sama dengan ketika ia berhasil mem-bully-ku dulu.
"Lo kerja di mana Bay?" tanyaku lagi
"Gua buka usaha bareng temen-temen gua Mel." jawabnya.
"Wih.. hebat lo! Ada lowker ga Bay? Bagi dong buat gua." pintaku. Bayu menatapku dengan seksama, ia tampak sedang berpikir.
"Ada.. tapi.. bentar deh.." Bayu kembali tampak berpikir. Ia mengeluarkan ponsel dari saku celana jeans-nya.
"Gua minta nomor lo Mel, nanti gua hubungin lo setelah gua diskusi sama temen-temen gua." ucap Bayu.
Aku segera memberitahukan nomor ponselku, semoga saja Bayu segera memberikan kabar baik untukku.
"Oke, kalo gitu gua lanjut dulu ya Mel." pamit Bayu
"Ya Bay.. Terima kasih banyak ya Bay" serukku.
Bayu perlahan meninggalkanku. Ia berjalan menuju sebuah mobil mewah berwarna hitam yang terparkir di dekat lokasi pertemuan kami. Aku tidak menyangka, Bayu teman SMPku yang dulu sama miskinnya denganku kini bisa mempunyai usaha sendiri dan lihat bahkan sekarang ia mengendarai sebuah mobil mewah. Semoga saja suatu hari nanti aku juga bisa seperti dia dan membuat keluargaku bangga.
Aku melanjutkan langkahku sambil kembali merenungi nasibku yang terjerat pinjaman online. Aku berharap Bayu akan menghubungiku segera, aku berharap Bayu akan benar-benar memberikan pekerjaan yang dia bicarakan tadi. Aku sangat berharap dia akan memberikanku kabar baik sesegera mungkin. Oh Tuhan.. apa yang harus aku lakukan, ini memang kesalahanku karna aku berhutang tapi kumohon bantulah aku! Berikan jalan keluar untukku tanpa harus diketahui oleh keluargaku. Kumohon!
...
Cerita ini adalah versi lain dari cerita sebelumnya.
Mohon untuk kembali membacanya dari awal agar bisa merasakan perbedaannya.
Terima kasih banyak untuk dukungannya pada cerita sebelumnya.
Dukung terus karya-karyaku ya..
Aku sayang kalian semua.. 🤗😘🥰😊☺
Jangan lupa like di setiap episodenya, vote, dan share ya supaya lebih banyak yang baca cerita ini..
Dukungan darimu sangat berarti untukku.. ❤
Terima kasih 😘🤗🥰
Aku membuka mataku perlahan karena ponselku yang tergeletak di samping kasurku bergetar kuat. Aku meraih ponselku itu dengan malas karena aku yakin pasti itu panggilan atau pesan masuk dari debt collector yang menagih pembayaran hutangku.
Sebuah notifikasi pesan masuk muncul di layar ponselku. Aku membukanya, seseorang dengan nomor yang tidak kukenal mengirimiku sebuah pesan.
'Amel,
Ini Bayu. Bisa ga besok kita ketemu jam 7 malam di Mall Living World Alam Sutera?'
Aku tersentak dan terduduk di kasurku, ternya Bayu yang mengirimi pesan padaku. Ada apa Bayu ingin bertemu denganku? Apakah dia mau memberikan pekerjaan padaku?
Aku membalas pesannya.
'Oke Bay, besok gua ke sana!'
Jantungku berdebar kencang, semoga saja Bayu memberikan pekerjaan untukku agar aku bisa segera terlepas dari jerat hutang ini dan memperbaiki kehidupanku lagi. Ya Tuhan, semoga saja ini jalan keluar dari masalahku!
...
Jam 18.55, aku sudah tiba di Mall Living World Alam Sutera. Aku melangkah menuju West Lobby untuk menunggu Bayu. Aku menghubunginya melalui chat untuk mengabari kalau aku sudah berada di tempat yang ia janjikan. Aku duduk di salah satu kursi yang ada di sana.
19.12 WIB. Dua belas menit sudah berlalu tapi Bayu belum juga menemuiku di sini, dia juga tidak memberi kabar sama sekali, chat-ku pun hanya dibacanya tanpa di balas. Apa dia berniat mempermainkanku?
"Mel!" seru seseorang sambil menepuk pundakku. Aku yang terkejut langsung beranjak dari tempat dudukku dan membalikkan tubuhku menghadap orang itu. Tepat dugaanku! Bayulah yang memanggilku itu, ia bersama seorang pria lainnya.
"Sorry ya gue terlambat! Tadi ada urusan sedikit." terangnya. Aku hanya mengangguk pelan.
"Oh iya, kenalin ini Adnan, dia sahabat gue sekaligus rekan bisnis gue." ucap Bayu memperkenalkan pria bertubuh tinggi dan ramping yang sedari tadi bersamanya itu. Pria itu mengulurkan tangannya untuk mengajakku berjabat tangan.
"Adnan, Adnan Wirayudha!" ucapnya memperkenalkan diri.
"Winda Amelia, panggil saja Amel!" Akupun memperkenalkan diriku padanya. Telapak tangannya terasa sangat halus, berbeda sekali dengan telapak tanganku. Apa semua telapak tangan orang kaya seperti itu?
"Ya sudah yuk kita ngomongnya sambil makan saja!" ajak Bayu.
Bayu dan Adnan mengajakku ke salah satu restoran yang ada di mall tersebut.
"Nih, Mel!" ucap Bayu sambil menyodorkan buku menu restoran itu. Aku membaca daftar makanan dan minuman yang ada di sana dan tidak ada satu pun namanya yang kukenali, harganya pun sangat mahal bagiku. Aku harus memesan apa?
"Lo mau pesan apa, Mel?" tanya Bayu. Pertanyaan Bayu membuatku berkeringat, aku benar-benar tidak mengerti mau memesan apa! Aku bahkan tidak bisa menyebutkan namanya.
"Lo aja yang pilihkan, Bay!" ucapku akhirnya.
"Gua ga tau makanan apa yang enak di sini." tukasku.
"Hmm. Oke gua pesenin ini aja ya?!" tawar Bayu sambil menunjukkan apa yang akan dia pesankan untukku. Aku mengangguk pelan.
Bayu juga menanyakan apa yang ingin dipesan Adnan dan ia memberitahukan semua pesanan itu kepada pelayan restoran.
"Amel ini teman gue jaman SMP." ungkap Bayu pada Adnan. Adnan menangguk-anggukkan kepalanya.
"Dulu gue sering nge-bully dia!" aku Bayu. Bayu menceritakan bagaimana ia mem-bully-ku saat itu, dan mereka berdua tertawa terbahak-bahak. Mungkin bagi mereka itu cerita lucu, tapi sungguh, dulu aku sangat membenci Bayu. Dia membuatku malas pergi ke sekolah karena terus-menerus memperlakukanku dengan buruk. Aku tidak menyangka akan bertemu dengannya lagi, bahkan sekarang aku mencoba menggantungkan hidupku pada orang yang pernah mem-bully-ku itu.
"Lo beneran butuh pekerjaan, Mel?" tanya Adnan pelan.
"Iya!" ucapku sambil menganggukkan kepala.
"Gue sudah sebulan ini menganggur." akuku.
"Oh, lo udah ga kerja?!" Bayu tampak terkejut mendengar pengakuanku itu. Aku kembali menganggukkan kepalaku.
"Jadi lo bener-bener butuh kerjaan nih?" tanya Adnan lagi.
"Iya!" jawabku singkat.
"Gue suka sama orang yang mau kerja sungguh-sungguh." ucap Adnan. Entah mengapa jantungku berdetak lebih cepat dari sebelumnya, ekspresi wajah Adnan terlihat berbeda dari sebelumnya. Apa ini hanya perasaanku saja atau memang yang sebenarnya? Aku merasa Adnan terlihat seperti orang yang licik.
"Kita punya pekerjaan yang harus dilakukan oleh orang yang benar-benar mau bekerja!" terang Adnan.
"A.. apa itu?" tanyaku gugup. Entah mengapa aku merasa seperti menangkap firasat buruk dari pekerjaan ini.
"Kami ingin kamu menyelamatkan hidup sahabat kami." sambung Bayu.
"Ma.. maksudnya?" Aku bingung dengan apa yang dimaksud oleh Bayu. Menyelamatkan? Apa sahabatnya itu sedang sakit? Apa jangan-jangan mereka menginginkanku untuk mendonorkan organ untuk sahabatnya itu?
"Jadi gini.." Adnan memulai ceritanya. Ia dan Bayu menceritakan secara detail tentang pekerjaan itu, apa yang harus aku lakukan dalam pekerjaan itu.
"Kalian sudah ga waras ya?!" makiku. Aku benar-benar terkejut mendengar penjelasan mereka tentang pekerjaan itu.
"Gue ga mau kerja kayak begitu!" tolakku. Adnan dan Bayu tersentak, ia tampak sangat terkejut karena aku menolak tawaran pekerjaan dari mereka itu.
"Lo yakin ga mau nerima pekerjaan ini?" tanya Bayu. Aku menatap Bayu dengan sorot mata tajam.
"Dosa, Bay!" seruku.
"Kalau lo memang yakin tidak mau mengambil pekerjaan ini ya ga apa-apa. Kami akan mencari orang lain lagi yang mau menolong sahabat kami." tukas Adnan.
"Niat kami hanya ingin menyelamatkan kehidupan sahabat kami." ucapnya pelan.
"Kan bisa dengan cara lain, cara yang lebih normal." tukasku.
"Cara normal seperti apa yang lo maksud?" tanya Bayu.
"Ya misalnya mengenalkan gue dengan sahabat lo itu dengan cara biasa, tidak seperti yang kalian mau itu!" sahutku.
"Nih!" Adnan menyodorkan ponselnya ke hadapanku.
"Ini pacarnya sekarang." ucap Adnan. Sebuah foto wanita yang sangat cantik, berkulit putih, dan berambut panjang terpampang di layar ponsel itu. Wajah wanita itu sangat cantik seperti seorang malaikat!
"Menurut lo, kalau kita menggunakan cara yang normal apa mungkin dia bisa berpaling dengan mudah dari wanita seperti ini?" tanya Adnan.
"Apa mungkin lo bisa mengalahkan pesona pacarnya itu?" tanyanya lagi. Aku terdiam, ucapan Adnan memang benar tapi entah kenapa ucapannya itu terasa sangat menusuk hatiku.
"Kami sama sekali ga punya niat buruk untuk menyakiti sahabat kami itu, kami hanya ingin mengembalikan kehidupannya seperti dulu lagi." terang Adnan.
"Iya, Mel! Kami hanya ingin menolong sahabat kami." tambah Bayu. Aku menatap mereka berdua bergantian. Aku tidak tahu harus menjawab apa. Jantungku terus berdetak dengan sangat cepat hingga membuat dadaku terasa sesak.
"Bantu kami, Mel. Please...!" pinta Bayu.
...
Cerita ini adalah versi lain dari cerita sebelumnya.
Mohon untuk kembali membacanya dari awal agar bisa merasakan perbedaannya.
Terima kasih banyak untuk dukungannya pada cerita sebelumnya.
Dukung terus karya-karyaku ya..
Aku sayang kalian semua.. 🤗😘🥰😊☺
Jangan lupa like di setiap episodenya, vote, dan share ya supaya lebih banyak yang baca cerita ini..
Dukungan darimu sangat berarti untukku.. ❤
Terima kasih 😘🤗🥰
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!