Haiii Para pembacaku di mana saja...
Salam kenal semua
Terima kasih untuk segala bentuk dukungan kalian pada Novel ku sebelumnya
DI BALIK LAYAR
Author juga mohon maaf jika di karya ku sebelumnya tidak sesuai harapan kalian semua dan jauh dari kata sempurna.
Author hanya manusia biasa, yang selalu berusaha memperbaiki diri.
Untuk itu saran kritik selalu author harapkan dari kalian semua para reader juga teman sesama author yang sudah sangat lebih hebat dariku.
Pada Karya ku IJINKAN AKU MEMILIKI HATIMU ini, merupakan kelanjutan dari kisah cinta seorang Bimo Aswatama dan Roro Dwini Hadiningrat.
Sesuai janji Author pada sebuah bab dalam Novel sebelumnya, yang akan menguraikan tentang percintaan keduanya.
Sama halnya, kesuksesan DI BALIK LAYAR tidak luput dari peran para pembaca sekalian.
Untuk itu author masih memohon perhatian, pengertian dan dukungan dari kalian semua untuk tetap berikan aku like, komen, vote, rate 5, hadiah juga doa agar kalian dan saya tetap selalu sehat dan bersemangat.
Baiklah...
Selamat membaca
Semoga suka
Terima kasih 🙏🙏🙏
EmmeLBy
Di sebuah kota kecil di daerah Jawa Tengah, Dwini panggilannya gadis berparas ayu cantik jelita dan sangat feminim, memiliki kulit halus mulus putih juga berperawakan proporsional dan tentu sangat menawan, tinggal.
Nama panjangnya, Roro Dwini Hadiningrat, terlahir dari pasangan Raden Giandra Hadiningrat dan Roro Sekar Danakitri. Mereka merupakan pasangan harmonis yang masih berasal dari keturunan darah biru yaitu keturunan Ningrat.
Walau mereka masih tergolong dalam keluarga Ningrat, namun bukan berarti mereka tinggal dan menetap di sebuah kerajaan atau istana juga padepokan atau kesultanan. Sebab mereka tetap menjalankan kehidupan layaknya sebuah keluarga normal pada umumnya.
Raden Giandra Hadiningrat merupakan seorang perwira polisi yang tentunya bekerja dari jabatan tidak langsung tinggi. Beliau juga melewati fase dimana mereka merasakan suka duka bekerja di sebuah pedesaan yang seiring dengan bergeraknya waktu kini dapat menikmati bekerja di sebuah perkotaan dan tentu telah berpangkat jendral.
Awalnya pasangan suami istri ini memiliki seorang putra Raden Adisatya Hadiningrat yang merupakan seorang putra pertama mereka. Tetapi, saat itu mereka masih tinggal di sebuah desa yang jauh dengan ibukota dimana alat medisnya sangat tidak memadai, sehingga saat ia masih duduk di bangku SMP, penyakit kanker darah yang di idapnya telah merenggut nyawanya. Jadilah kini pasangan suami istri tersebut hanya memiliki seorang putri bernama Roro Dwini Hadiningrat yang seharusnya adalah putri kedua yang menjadi putri tunggal.
Tumbuh menjadi seorang anak semata wayang, membuat Dwini panggilannya sehari-hari tentulah diperlakukan dengan super hati-hati bak porselin dari kedua orang tuannya. Mereka sangat protektif serta begitu melimpahkan anak mereka degan kasih sayang yang selalu menjadi orang tua yang sangat perhatian, pengertian juga penyanyang tentunya.
Kasih sayang yang berlebihan itu, tentu saja membuat Dwini agak risih dengan segala aturan yang kedua orang tuanya berikan padanya, tetapi berulang kali ayah dan bundanya menyampaikan padanya, alasan sikap mereka tersebut, maka mengertilah Dwini bahwa semua itu semata-mata hanya karena kedua orang tuanya sayang padanya dan takut kehilangan.
Kehidupan menjadi anak seorang polisi, tentu tidak semudah yang di bayangkan. Mereka pun pernah merasakan bagaimana tinggal di asrama yang di sediakan juga tak jarang mereka berpindah-pindah karena tuntutan karir.
Hanya saat Dwini telah duduk di bangku SMA barulah mereka benar-benar bisa menetap di Kota Solo tempat kelahiran putri tunggalnya ini.
Seringnya mengikuti orang tua yang berpindah-pindah, membuat Dwini tumbuh menjadi pribadi yang cepat beradaptasi dan sangat mudah bergaul. Sehingga ia memiliki banyak teman juga sahabat pena yang selalu ia temukan di tempat tempat sebelumnya.
Dan, tentunya melalui pantauan ketat dari orang tuanya. Hingga ia SMA pun, ayahnya selalu protektif dalam urusan pergaulan anak semata wayangnya ini.
"Ndhuk...kamu boleh berteman dengan siapa saja. Baik itu laki-laki ataupun perempuan. Tetapi, tetap junjung tinggi nama baik keluarga kita. Dan ingat, jangan sekali-kali kamu menjalin hubungan lebih dari teman terutama dengan laki-laki. Karena ayah dan bunda sudah menjodohkan kamu dengan anak sahabat ayah. Kamu juga sudah sangat mengenalnya bukan...? Tanam dan pupuk lah rasa cintamu dari sekarang padanya. Sebab hanya dia lelaki pilihan kami yang sangat di percaya bisa membahagiakanmu selamanya." Ucap Bunda Dwini terdengar posesif.
"Siapa pria itu Bun...?" tanya Dwini pelan.
"Dia adalah mas Bimo Aswatama putra tunggal sahabat ayahmu. Yaitu pasangan Bapak Bratadikara Djatmiko dan Ibu Raden Ayu Ambarwati. Kami telah saling sepakat sejak lama, karena melihat keakraban kalian sejak kalian masih duduk di sekolah dasar.
Dan kini kalian sudah kembali bersekolah di SMA yang sama, untuk itu jalinlah kembali pertemanan kalian." Terang bunda Dwini.
Roro Dwini Hadiningrat memiliki pribadi yang baik dan penurut. Kehidupan yang di penuhi dengan limpahan kasih sayang dari kedua orang tuanya tentu tidak menjadi alasan ia tumbuh menjadi anak yang suka melawan kehendak orang tuanya.
Maka sejak itu, ia pun mulai memperhatikan Bimo dari kejauhan, mengumpulkan informasi tentang pria yang akan menjadi jodohnya itu lewat teman-teman di sekolah.
Hanya 1 tahun mereka berada di sekolah yang sama, sebab saat Dwini masuk di kelas 1 Sekolah Menengah Atas, Bimo sudah di kelas 3, dan mempersiapkan kelulusannya. Bimo tentu tidak tau menau akan hal perjodohan itu, ia juga terkesan cuek pada Dwini yang baginya wanita itu pernah menjadi teman masa kecilnya sewaktu sama-sama tinggal di asrama polisi.
Setelah lulus SMA, Bimo menjalani pendidikan di Akademi Polisi (AKPOL) merupakan sebuah sekolah kedinasan milik Pemerintah RI yang berada di bawah naungan Kementerian Pertahanan Nasional RI. Akademi Kepolisian memiliki jenjang pendidikan Diploma IV (DIV) yang jenjangnya setara dengan S1 Akademi Kepolisian merupakan sekolah tinggi yang membentuk Perwira Polri. Sebab ini adalah cita-cita Bimo sejak kecil, kebanggaannya pada pekerjaan mulia sang ayah yang membuatnya pun ingin menjadi seorang perwira polisi. Karena menempuh pendidikan ini, maka putus lah tali komunikasi antara Dwini dan Bimo. Yang sebenarnya memang tidak pernah ada pembicaraan khusus secara langsung antara keduanya.
Namun, orang tua Bimo yang memang sangat menginginkan Dwini menjadi menantu mereka. Tidak pernah sedikitpun melewatkan kesempatan untuk memberikan informasi terbaru tentang keadaan Bimo selama menjalani pendidikan. Sifat dan sikap Bimo selalu ibunya ceritakan pada Dwini, saat ia terkadang terlihat bertandang kerumah keluarga Dwini.
Apalagi foto-foto terbaru Bimo, tentu Dwini memiliki semuanya dari ibu Bimo yang sangat terlihat sungguh-sungguh menyayanginya.
Dwini awalnya juga tidak begitu menanggapi, apalagi saat itu ia masih duduk di Sekolah Menengah Atas. Yang saat itu masih sibuk bermain dan bergaul dengan teman sebayanya. Tetapi karena dorongan juga permintaan bundanya dan ibu Bimo, membuat Dwini pun tergerak hati untuk mencoba mengagumi Bimo.
Walaupun Bimo yang memang pernah ada di dalam masa kecilnya, adalah teman akrab dari kakaknya Raden Adisatya Hadiningrat. Dulu, saat Dwini kecil ia merasa bak seorang putri yang di jaga oleh dua pangeran sekaligus. Tidak pernah Dwini jatuh sampai tergeletak saat mereka bermain sekalipun, sebab Bimo dan Adisatya bagai berlomba untuk menyelamatkannya.
Jangan tanya tentang teman-teman kecil yang mungkin bermaksud hanya bercanda pada Dwini, tentu mereka akan menerima balasan dan teguran dari kedua pria pelindung Dwini.
Benar-benar masa kecil yang sangat membahagiakan baginya saat itu.
Tetapi, Bimo yang saat kelulusan SD sudah tidak menetap di Desa yang mereka tempati bersama lagi. Karena ayah Bimo di pindah tugaskan ke tempat lain. Membuat Dwini hanya bisa saling bercengkrama dengan kakaknya seorang saja. Tentu ada sedikit rasa kehilangan dalam diri Dwini saat itu, sebab ia telah terbiasa di kawal oleh dua lelaki pelindungnya tersebut.
Belum habis kesedihan yang Dwini rasakan atas kepergian Bimo, saat itu kakak kesayangannya Adisatya yang baru masuk di Sekolah Menengah Pertama, harus keluar masuk rumah sakit.
Dan berakhir tragis, hanya berusia 14 tahun Raden Adisatya Hadiningrat di ijinkan sang pencipta hidup di dunia. Ia sudah harus pulang mendahului kedua orang tuannya juga meninggalkan adik perempuan kesayangannya.
Selain ayah Bimo dan ayah Dwini bersahabat.
Juga melihat prilaku keseharian Dwini yang manis dan sopan selalu saat bermain di masa kanak-kanak yang membuat mereka bersepakat untuk menjodohkan Bimo dan Dwini. Pesan terakhir kakaknya pun menginginkan, jika kelak ia tidak ada, ia hanya percaya pada Bimo untuk melindungi adiknya. Sebab, ia sangat tau betapa Bimo pun menyayangi Dwini, yang terlihat pada perlakuannya pada Dwini dalam keseharian yang sering mereka lalui bersama.
Bunda Dwini menceritakan semua alasan itu, sehingga Dwini pun bertekad untuk selalu mematrikan hatinya hanya untuk Bimo seorang. Selain Bimo memang pria masa kecil yang ia kenal dan baik padanya. Kini Bimo juga tumbuh manjadi pria dewasa yang sangat tampan. Berkulit putih bersih, terkadang memerah saat terkena sinar matahari. Mata bulat, hidung bangir, rambut yang selalu rapi dan urusan badan tidak perlu di ragukan lagi. Untuk seorang perwira polisi tentu saja memiliki body atlet dan sempurna maksimal.
Sehingga dalam keseharian Dwini pun, ia berandai bahwa ia telah memiliki kekasih. Bahkan saat kini ia mengenyam pendidikan di salah satu Universitas di Yogyakarta pun, ia selalu mengakui bahwa ia telah memiliki calon suami, pada tiap pria yang datang ingin mendekati dan jatuh hati padanya.
...Bersambung......
Sehingga dalam keseharian Dwini pun, ia berandai bahwa ia telah memiliki kekasih. Bahkan saat kini ia mengeyam pendidikan di salah satu Universitas di Yogyakarta pun, ia selalu mengakui bahwa ia telah memiliki calon suami, pada tiap pria yang datang ingin mendekati dan jatuh hati padanya.
Paradista adalah sahabat Dwini yang akrab sejak mereka di Sekolah Menengah Atas hingga kini mereka bersepakat untuk mengambil jurusan Psikologi di sebuah kampus ternama di kota Gudeg itu.
Tidak ada yang Dwini tutupi dari Dista termasuk soal perjodohannya dengan Bimo.
"Dwi... menurutku ga papa kali kamu sekedar kenalan dan deket dengan beberapa kakak tingkat atau teman kita di kampus ini. Toh, pria yang di jodohkan sama kamu juga belum tentu jadi suamimu." Tiba-tib saja Dista menyampaikan perasaanya, karena merasa kasihan pada pria-pria ang selalu tidak berhasil mendekatinya.
"Tapi, aku sudah berjanji pada ayah bunda ku juga pada calon mertuaku, bahwa aku akan mencintai Mas Bimo dengan sepenuh hati."
"Yess girl... aku paham dengan maksudmu untuk berbakti dengan keinginan orang tuamu. Tetapi, kamu juga jangan menyepelekan perasaanmu sendiri.
Kamu juga berhak berbahagia. Sekarang aku tanya... apa dia juga mencintaimu...?" tanya Dista pada Dwini.
Dwini hanya menggeleng.
"Apakah kalian telah saling bertemu ? eh... apa kalian pernah saling berkomunikasi?"
"Tidak, selama ini aku tau semua tentang dia hanya lewat ibunya. Ibu mas Bimo sangat baik, dan aku yakin orang tua yang baik tentu memiliki putra yang juga manis." Jawab dwini penuh keyakinan.
"Ah... sudahlah. Mari kita jalani hidup baru kita di suasana yang berbeda ini. Mungkin selama ini kamu bisa dengan mudah membingkai nama mas Bimo mu itu dengan baik saat kita berseragam abu-abu. Tapi, kini kita sudah berstatus mahasiswa. Tentu pemandangan yang di tunjukkan semesta akan berbeda dari sebelumnya." Ujar Dita mengakhiri debatnya pada Dwini.
Kini Dwini dan Dista tinggal di sebuah rumah yag memang di beli untuk Dwini tempati selama kuliah. Rumah itu cukup besar untuk ukuran anak kuliahan. Terdiri dari 4 kamar, 1 kamar di khususkan untuk ayah bunda Dwini jika sewaktu-waktu menginap di Yogyakarta. satu kamar untuk Dwini dan Dista pun sudah masuk dalam hitungan, sebab Dista adalah sahabat Dwini sejak mereka duduk di kelas X pada sekolah Menengah Atas. Mereka tidak hanya seperti sahabat justru seperti saudara. Mungkin karena Dwini anak tunggal jadi ia sangat merasa nyaman jika kini ia memiliki Dista yang sangat bak padanya.
Demikian juga Dista, yang memiliki 2 saudara perempuan dan 1 laki-laki, sehingga ia tidak perlu beradaptasi jika kini seolah memiliki saudara perempuan.
Walau Dwini termasuk anak orang mampu, tidak serta merta membuatnya menjadi manja. Dista dan Dwini bersepakat untuk menjalani masa perkuliahan mereka layaknya anak kuliah lainnya. Berangkat dan pulang dengan sepeda motor roda dua, juga menolak saat bundanya menawarkan untuk mempekerjakan seorang ART untuk mereka berdua.
Mereka benar-benar ingin menikmati rasanya hidup mandiri, merasakan hidup yang jauh dari orang tua, mengatur pengeluaran keuangan mereka, membagi waktu antara belajar dan membersihkan rumah.
Semua itu dunia baru bagi mereka, yang sangat ingin mereka nikmati, sesuai impian mereka berdua saat masih sekolah di Kota Solo.
Dwini dan Dista memiliki kesamaan kepribadian yaitu mudah bergaul, juga selalu ramah pada orang-orang baru. Dalam waktu yang singkat, mereka sudah memiliki banyak kenalan, tidak hanya di kalangan teman sekelas tapi juga kakak tingkat mereka. Sehingga mereka sangat di mudahkan jika menemukan kendala dan kesulitan seputar masalah tugas perkuliahan mereka.
Baik di kampus atau pun di rumah, Dwini dan Dista tampak selalu kompak. Mereka saling dapat membagi waktu dan pekerjaan rumah mereka. Sehingga Walau hanya tinggal berdua keduanya tampak seperti layaknya dua orang dewasa yang saling memahami tupoksinya masing-masing.
Hidup tidak bersama orang tua memang dapat melatih mental mereka untuk menjadi pribadi yang mandiri. Namun hal itu juga dapat menjadi bumerang bagi keduanya. Terutama karena memiliki paras yang cantik, di tambah hidup tanpa orang tua. Tentu saja mereka menjadi sasaran empuk bagi laki-laki di luar sana.Yang mungkin saja hendak berniat buruk pada mereka.
Dista yang supel dan lebih lincah dari Dwini, mengambil jalan pintas dan aman. Yaitu dengan menerima tawaran pacaran dari kaka tingkat mereka bernama Langit. Dengan tujuan, agar ada yang bisa mereka andalkan jika sewaktu-waktu memerlukan bantuan.
Sebenarnya, bukan hanya Dista yang di incar kaka tingkat. Jika di lihat dari list nama-nama yang mau jadi pacar Dwini malah lebih banyak. Hanya... kembali ke masalah hati Dwini yang sudah ia tutup dan khususkan untuk Bimo seorang.
"Ku udah lelah bilang sama Dwini mas Langit... agar Dwini terima ka Anjasmoro. Tetapi, alasannya selalu sama." Kisah Dista pada Langit saat mereka berkencan dan nampaknya Langit sedang meminta agar Dista dapat menolong sahabatnya mendapatkan perhatian saja dari seorang Dwini.
"Memangnya seserius apa sih hubungan mereka?" Langit ikut penasaran.
"Ga ada hubungan khusus mas, cuma waktu jaman sekolah dasar pernah jadi teman main, trus saat besar rencananya mereka di jodohkan." Terang Dista bersemangat.
"Trus Dwini mau...?"
"Banget...!"
"Sekarang cowoknya di mana?" selidik Langit lagi.
"Masih pendidikan AKPOL, mungkin tahun ini udah mau selesai."
"Oh... mungkin Dwini memang mau punya suami yang berpangkat kali, Dis."
"Tau ah mas. Ku bilang sih... pacaran aja buat pengalaman. Urusan jodoh nanti saja di pikirkan. Jaman ini, pacaran sama siapa, besok nikahnya sama siapa...?"
"Jadi, kamu juga menganggap hubungan kita hanya untuk mencari pengalaman?" pancing Langit membuat Dista sedikit gelagapan.
"Ya... ga gitu juga. Semengalirnya saja mas Langit." Jawab Dista sambil senyum sebijak mungkin.
"Iya... masih sama-sama berjuang ini. Kita jalani sebisa mungkin saja, kalo cocok lanjut kalo ga... ya juga ga bisa dipaksa. Tapi... dengan pemikiranmu yang begitu, malah bikin aku makin suka kamu, Dis."
"Tepat, cerdas... sangat ahli dalam mengambil kesempatan dalam urusan merayu."
"Bukan rayuan...tapi ya. Memang begitulah. Kita berusaha merawat rasa yang ada, kali jodoh."
Ujar Langit yang memang tidak pernah berjanji dan menjanjikan apa-apa sejak hubungan mereka bermulai.
Dan Dista senang dengan komitmen itu sehingga di antara keduanya saling tidak merasa terbeban satu-sama lain. Yang harus menuntut kesetiaan, perhatian dan apapun yang memberatkan satu sama lain.
Sementara hubungan itu NO BAPER dulu. Begitu komitmen keduanya. Dan Dwini hanya tersenyum mendengar komitmen Yang menurutnya konyol itu. Karena seolah menganggap hubungan mereka tidak serius.
...Bersambung......
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!