Pintu mobil di hempaskan dengan keras, kemarahan yang terang-terangan, seorang anak dengan handset di telinga dan gitar di tangan keluar dengan wajah memerah karena marah, dia masuk ke rumah neneknya tanpa permisi, di lempar gitar kesayangannya di tempat tidur dan dia tengkurap kesal.
Di luar Ratih dan Rendra cuek menanggapi anaknya, mereka bercengkerama melepas rindu yang teramat sangat pada ibunya, Alasan anak itu marah adalah?
"Haaaah, nggak asik tau mi! Rangga Kan udah ada janji sama temen-temen, libur ini Rangga mau latihan band, mami aja kenapa sih ke tempat nenek!"
Anak itu bernama Rangga Winata, cucu satu-satunya dari keluarga kaya Anggoro Winata memiliki perusahaan yang berjalan di bidang lokomotif, memiliki banyak mall di daerah Bogor juga tersebar di berbagai daerah di wilayah Indonesia. Masih duduk di kelas 1 SMA, mengikuti ekstrakulikuler yang padat, dari karate, band, dan lain-lain.
Hidupnya suka keluyuran tapi sejauh ini Rangga adalah anak yang baik walaupun kesan nakal sudah nemplok di jidatnya, bagaimana tidak untuk dia yang baru kelas 1 SMA, dia sudah memiliki geng yang cukup kuat, geng yang di namakan geng Compas itu sudah bisa berkuasa di sekolahnya.
Beberapa kali sudah terlibat perkelahian yang menyebabkan ibunya di panggil ke sekolah. Rangga terbilang anak orang yang mempuni, ibunya bekerja sebagai seorang sekretaris di sebuah hotel berbintang sedangkan ayahnya seorang dokter spesialis, tetapi ibu dan ayahnya mendidik Rangga dengan keras, mengenalkan dunia yang kejam, untuk kasih sayang, kedua orang tuanya pun cukup bisa membagi waktunya.
Beberapa hari sebelum berangkat ke rumah neneknya, tampak segerombol anak SMA nongkrong di sebuah kantin sekolah mereka bersorak ketika ada kabar akan di adakan libur panjang.
Huuuuuuu sorak Boby menggoyang-goyangkan pantatnya tanda senang.
"Kita ke mana?" tanya Boby kemudian,
"Kita konsentrasi latihan band, kita kalahin anak IPA yang sok-sokan." timpal Rangga.
"Heee." Edo mengacungkan jempolnya.
"Cocok." Rangga tersenyum sinis.
Di banting nya kuntum rokok di tangannya, berdiri dan bersorak, anak-anak nakal ini punya kebiasaan buruk berangkulan memanjang, memenuhi jalan, tidak sadar mereka di takuti, Hingga terkadang membuat siswa lain mengantri untuk sekedar lewat.
Sekawan berjumlah 10, Edo orangnya rame mulutnya tidak bisa diam wajahnya pas-pasan, Boby memiliki wajah tampan, selalu jaga body dan play boy, Ronal lucu dengan logat Medan nya, Bejo dengan logat Jawa yang sangat lucu,
Angga pintar dan paling alim di antara kami,
Sandy ini anaknya diam-diam menghanyutkan, Rio yang ahli komputer, Wike yang bawel nggak ketulungan, Aurel yang cantik selangit dan si
Rangga sang biang kerok, Buaya darat muara Amazon.
****
Heeeeh greget, kesel tingkat Dewa, Anjay banget. Rencana yang sudah di susun rapi, tapi Ratih mamanya membubarkan semua rencana.
Sore itu Rangga duduk di teras rumahnya, memetik denting gitarnya menyelaraskan nada, seorang teman menghampiri.
"Oooo, Rangga cinta lagi merana."
Kelakar Bejo meringis wajahnya, Rangga menanggapi slow,
"Ayo kita ke mana." ajak Bejo.
"Ayo kita masuk rumah." jawab Rangga dengan senyum
"Ayo kita latihan." ajak Bejo.
"Latihan ap?"
"Apalah pokoknya."
Dengan malas Rangga dan Bejo masuk ke dalam rumah menghabiskan waktu di kamar,
Jam dinding menunjukan pukul 22:00 malam, Rangga dan Bejo terbangun karena suara riuh mama dan papa Rangga yang berbincang keras, sepertinya sedang beradu argumen.
"Lah kita lama nggak kerumah ibu, lebih Rangga, masa sih pa Rangga nggak kenal sama kakek neneknya." Suara mama meninggi,
"Ya gimana ma, Kan mama tau papa sibuk mama juga."
"Ya udah pa, inikan hari libur Rangga, biar dia di sana tinggal bersama neneknya selama liburan pa!"
Rendra diam membenarkan istrinya.
"Ya sudah tanya Rangga, 2 hari lagi papa ambil cuti beberapa hari untuk mengantar dia."
Tampak raut wajah Ratih bahagia.
"Mama nggak mau ma." Rangga yang tiba-tiba muncul langsung nyerocos tak setuju
"Harus Titik."
Jawab Ratih tak terkalahkan, rangga membalikan tubuhnya kasar, kembali ke kamarnya, di ambilnya jaket hitam, di iringi Bejo temanya menuju garasi, dengan kasar di putar motor Ninja miliknya keluar garasi, dan dengan cepat motor itu melaju.
Dengan masih kesal Rangga menghentikan laju motornya di pinggiran kota yang letaknya jauh dari tempat tinggalnya,
Di pinggir perkotaan, haaaaaaaah, dia berteriak kencang.
"Bejoooooooo" Bejo yang melihat temannya itu galau ikut berteriak.
"Bejoooooooo, F*ck."
Rangga berteriak dengan mengacungkan jari tengahnya, Melepaskan segenap bebannya.
Mereka duduk sambil menikmati seteguk minuman ringan dan sedikit menghisap rokoknya.
"An**ng." keluh Rangga kesal.
"An**ng juga."
Bejo meniru kata-kata Rangga, mata Rangga melihat temannya yang satu ini dengan tatapan kesel, ingin rasanya di jitak, bahkan di banting nya teman yang satu ini, yang selalu punya ekspresi tidak sadar diri kalo sudah bikin kesel.
"Kese.l"
Tambahnya lagi dia bergumam sendiri dengan matanya yang memandang ke jalanan tanpa ekspresi. Rangga kesel melihat temannya ini,
"Kesel kesal kesal."
Tanpa sadar tendangan kakinya mengenai kepala Rangga, dengan gokil Rangga terjungkal dan mereka tertawa keras.
Suara handphone berdering, layar biru membentang menyala, layar yang kosong tanpa penghuni, untuk seorang Rangga yang terkesan nakal dan memiliki hubungan asmara dengan beberapa gadis rasanya cukup aneh melihat wallpaper layar handphone nya nyaris tak ada gambar.
"Halo, apaan ma, aku tempat Bejo."
"Jangan pulang malam, nanti kamu sakit."
Suara lembut Ratih mengalun mengingatkan anak kesayangannya itu.
"Iya ma."
Rangga menutup handphone nya, hatinya yang sudah mulai lega, terasa nyaman kembali.
******
Esok harinya Rangga berangkat sekolah dengan ekspresi seram, turun dari motor Ninja dengan kasar, seorang gadis modis dan cantik menghampiri.
"Pagi honey."
Sapa Wika kakak kelasnya yang juga kekasihnya, dengan manis di cubitnya pipi Rangga gemas, yang membuat pemuda tampan dengan tinggi badan 170 itu nyengir kesakitan, dengan senyum khas nya yang menawan.
Berjalan di iringi dengan Wika membuatnya agak sedikit canggung tapi status sebagai kekasihnya sudah melekat sejak 3 bulan yang lalu.
Heemmm!
Baru duduk di bangku kelas 1, selama 7 bulan Rangga sudah berganti beberapa wanita, hubungannya yang hanya bertahan 1 Minggu sampai 1 bulan membuatnya terkenal sebagai seorang playboy.
Rangga termasuk orang yang mudah bosan, manakala sebuah hubungan sudah menganggu dia langsung putus Secara sepihak, meskipun begitu seorang Rangga tidak suka menggantung hubungan, putus lebih baik dari pada hubungannya di gantung, dan dia punya kebiasaan memanjakan wanita membuat mereka salah arti kadang kala alias kebaperan.
Beberapa teman mulai datang, berkumpul di tempat favorit kantin sekolah. Itu adalah tempat kami santai, tempat yang langsung di tuju mereka saat sampai ke sekolah, dan mereka akan saling tunggu di sana.
Tangan Wika terus bergelayut di pundak Rangga memamerkan mesranya sebuah hubungan, Rangga santai dengan itu bahkan kadang ia menanggapi kemesraannya.
"Sob, kayaknya gua nggak gabung liburan ini"
Ucap Rangga pelan, tangannya memainkan kuntum rokok di tangan nya dengan serius
"Why, wajah Lo jelek, kalo Lo bete gitu" Edo dan Boby becanda menanggapi
"Kenapa sob ?" Rio menanggapi santai
"Mmmm, gw tuh mo mudik, gw harus ikut"
"Lu tinggal bilang nggak bisa, jangan bilang lu masih nyusu"
Ronal dengan gaya medannya menimpali
"Gila lu"
Rangga menyambut Ronal dengan galak, di lemparnya kuntum rokok yang masih di pegangnya.
Tak lama dari obrolan itu bel tanda masuk
"Huammmm, zzzzzz"
Rangga dan beberapa temannya ngiler bosan, belum belajar sudah bosan rangga banget tuh, di pegangnya tangan Wika mereka melangkah menuju kelas masing-masing, Wika termasuk hubungan terlama Rangga sudah berjalan 3 bulan man
"Woooow"
Tangan Rangga memainkan pulpen di ikuti Bejo teman sebangkunya menunggu guru Matematika yang cantik seksi dan modis
"Haaah"
Bikin sesek napas, Rangga menggaruk kepalanya yang tidak gatal, di barengi dengan terbukanya pintu
"Ah"
Rangga kecewa bukan buk Nadia, melainkan pak Agus guru BK yang membuka pintu kelas, memberi tugas mengerjakan soal, lalu dia pergi lagi
"Anak-anak kerjakan tugas, jangan keluyuran"
Pesan yang tiap hari di katakan olehnya
"Apa tidak lelah dia bilang begitu terus "
Batin Rangga sambil meraih pulpen dan buku, meski tergolong nakal Rangga tidak pernah melupakan tugas-tugasnya, tugas sekolah, tugas rumah, tugas sebagai murid bahkan tugasnya sebagai seorang kekasih, semua di kerjakan dengan baik , Seperti hal nya tugasnya sebagai cucu, meski malas dia tetap ikut berkunjung ke rumah neneknya, engerjakan semua tugas dari pak Agus dengan baik tanpa celah,
"Ya kalo nggak bisa Kan tinggal nyontek, yang penting di kerjakan Kan."
Bel istirahat membubarkan kelas, seraut wajah Wika sudah muncul di depan kelas rangga, dengan tersenyum rangga menyambut gadisnya itu dan malas, melangkah ke luar di temani sang Bejo, tampak beberapa teman menyusul, Boby datang dngan membawa seorang gadis, pacar barunya, mata Rangga mengerjap-ngerjap, seolah hilang ingatan, seorang gadis yang pernah di pacarinya beberapa bulan lalu dan hanya berlangsung 3 hari
"Bagaimana Boby bisa tahan dengan wanita seperti itu" bisik hati Rangga
Wika yang mengetahui hal itu menggenggam tangan Rangga kencang, membuat Rangga meringis tapi Rangga yang sadar, sedikit memberi isyarat pada Wika bahwa itu bukan masalah
Geng compas yang di pimpin oleh rangga memang sudah berkuasa di sekolahnya yang beranggotakan cukup banyak dengan anggota inti 10 orang, dan beberapa orang lainnya yang berasal dari siswa tertindas yang mereka tolong, geng compas berawal dari perlawanan Rangga pada kakak kelasnya yang sewenang-wenang dengannya dan temannya saat pertama masuk sekolah
Selain Rangga yang mengikuti berbagai jenis olah raga pencak silat, ia hobi menembak dan panah, waktunya yang banyak ia gunakan untuk berlatih di tempat-tempat swasta, yang menyediakan fasilitas sewa. Orang tuanya selalu mengajarkan dia hal yang selalu di ingatnya
"Meskipun kamu nakal, kamu harus tau di mana kamu berada, manfaatkan semua yang bisa kamu ambil, sayangi yang sudah kamu miliki, jadilah orang yang bertanggung jawab, jahat boleh tapi lihat keadaannya"
Sedikit kata-kata yang selalu mama ajar kan padaku sejak kecil, mama juga memberi tau bahwa hidup mereka dulu berat,
"Saat kamu dalam keadaan hancur, larilah, sejauh mungkin agar tak seorangpun tau betapa lemahnya kamu, tapi bangkitlah, kamu harus melawan takdirmu, hidup tak seindah bayangan Rangga"
Kadang kalau sudah mendengar mama bicara aku merinding sendiri, betapa kejam hidup mama
Bercengkrama dengan teman-teman membuat waktu terus berjalan, tak terasa, bel 4 kali tanda berkumpul di aula berbunyi, tanpa pertanyaan kami pun melangkah menuju aula.
Suara pak Agus menggema
"Ayooo kumpul, yang cepet jangan kayak pengantin baru, lelet "
Pak Agus berbicara dengan lantang di mic
Kami para siswa terkadang tertawa mendengar pak Agus bicara, dengan melihat mimik wajahnya saja terkadang sudah membuat kami tertawa
"Anak-anak kita akan libur untuk beberapa hari karena kelas 3 ujian, belajar di rumah jangan keluyuran, awas kalo bapak lihat ada yang keluyuran bapak tangkap, masukin tong sampah"
"Huuuuuuu"
Sorak para siswa, bagaimana tidak pak Agus yang memiliki postur tubuh kecil itu bilang begitu, Kan lucu, Berita acara pak Agus selesai dan semua siswa bubar
"Wika, Libur ini aku mau pulang kampung, kebetulan mama sama papa ada libur beberapa hari"
Izinku pada Wika, dia agak merengut tapi ia mengangguk juga, lega sudah berpamitan Dengan teman-teman, dan pacar
*****
Di sisi lain, tampak seorang gadis mungil yng berlari seperti menghindari sesuatu dengan terburu-buru,
"Ayu"
Sebuah suara mengejutkannya.
"Seeeeuuut"
Telunjuk manisnya menempel di bibir mungilnya memberi tanda, dari kejauhan tampak seorang pemuda tampan mencari-cari, dia tampak kebingungan, dengan langkah kecewa ia akhirnya melangkah pergi
"Huuufff, legaaa"
Ayu menghela nafas lega,
"Kenapa" tanya Vira temannya
"Itu Kan anak fakultas sebelah"
Ayu mengangguk pelan, sambil melangkahkan kakinya yang di iringi Vira temanya.
"Iya, Itu si Aldi, mahluk yang overprotektif nya kagak nahan, belum juga kelar jam mata kuliah gw, dia udah nangkring di depan kelas, udah gitu gw di ikutin kemana-mana, berasa kayak bodyguard, iiihh nggak ya"
ayu bergidik membayangkan
"Ayu"
Suara yang amat jelas memangilnya
"Glek"
Ayu menelan ludahnya mendesah merasa gagal, dia tersenyum kecut, Aldi dengan arogansinya menghampiri Ayu, ia marah, merasa terus di hindari, sampai-sampai ia hampir memukul Ayu, untung saja seorang dosen melewati tempat itu dan menghampiri kegaduhan itu
Inilah yang membuat Ayu lari dari Aldi, seorang lelaki tampan, dengan segudang popularitasnya, yang membuat ia begitu di sukai wanita, gaya hidup yang berkelas jadi ciri khasnya, dengan sifat munafik nya ia menguasai kampus, wanita selalu di buatnya mengikuti keinginannya dan tidak boleh menolaknya
Tapi Ayu yang hanya seorang gadis biasa, hidup sederhana bekerja paruh waktu untuk membiayai kuliahnya, dia anak bungsu dari ke-4 bersaudara, ke 3 kakaknya lumayan sukses, tapi tergantung pada orang lain bukan suatu yang bisa di banggakan, prinsip wanita itu
Awal hubungannya dengan Aldi baik-baik saja Aldi yang awalnya terlihat manis, ramah pada semua orang di tambah tajir sungguh lelaki idaman di campus, awalnya Ayu menikmati berkencan dengan Aldi banyak pandangan iri tertuju padanya,
Tapi lama-lama Ayu tau sifat asli Aldi, membuat Ayu ingin lari darinya, pernah sesekali Aldi menampar ayu hanya karena tindakan mesumnya yang di tolak olehnya
Penyesalannya menjadi bumerang untuknya, dia begitu sulit melepaskan diri dari Aldi yang terus memburunya, tak terima di putus secara sepihak.
Merasa mulai terancam oleh perlakuan Aldi, Ayu memutuskan untuk mengambil cuti kuliah, dengan alasan yang di buatnya, dengan berbagai alasan akhirnya di setujui oleh dosen nya
Siang itu Ayu menghindari Aldi, sepertinya Aldi mencium rencana cutinya, Ayu langsung melesat pulang kampung dengan menaiki mobil trevel
Pukul 11 malam trevel yang di tumpangi Ayu telah parkir di depan rumahnya, Ayu turun dengan tenang, matanya menangkap sebuah mobil asing di halaman rumah ibunya, rumah tampak ramai, dengan berlahan dia masuk dan mengintip dari selah pintu
"Mbak Ratih" bisik nya tenang
"Mbak"
Panggil Ayu menghambur memeluk kakaknya, tentu sambutan hangat dari kakak kesayangannya ini bisa membuatnya sedikit tenang,
"Kok kamu pulang, padahal kami berencana mau nyusul lo"
Mbak Ratih berbicara sambil menikmati kopinya, Ayu bergelayut manja, manis
"Mbak kok tumben ke sini"
"Nganter Rangga, biar dia di sini kenal sama neneknya"
"Oh ya, mana tuh anak"
Ayu memutar-mutar matanya mencari-cari
"Dia masih kesel, noh di kamar kamu"
Sekejab Ayu langsung menghampiri kamarnya
"Woooi tukang molor, udah gedek lo ya, coba sih ku lihat wajahmu"
Ayu menghampiri Rangga, di tendang kaki Rangga yang tak juga bergerak, tanpa ragu dan canggung Ayu membaringkan tubuhnya di samping rangga, mendesah menginggat perlakuan Aldi, rasanya tamparan Aldi 2 bulan yang lalu masih membekas di pipinya.
Bayangan yang datang silih berganti di tambah rasa lelah membuatnya tertidur pulas, Ratih datang menghampiri mereka, maksud hati ingin bercakap-cakap melepas rindu, karena besok dia harus kembali pulang membuatnya sedikit kecewa,
Tapi senyumnya tersunging di bibir, di selimuti mereka berdua, dan melangkah menuju ruang Depan menemui suaminya, mas Rendra pun sudah tidur, tingal dia sendiri, di tata pakaian Rangga dengan rapi dan semua persiapan anak kesayangannya
"Ah ada Ayu, dia pasti bisa mengurus Rangga dengan baik"
Hiburnya dalam hati, air mata sempat tumpah berat rasanya berpisah dari anaknya itu, tapi mau gimana lagi, masak anaknya Sampai tidak kenal sama nenek dan kakek nya.
Rendra terbangun mendapati istrinya menangis, di hampiri mencoba menenangkannya, dia tau Ratih memaksa dirinya berpisah dari Rangga
"Sudahlah hanya 24 jam perjalanan, Rangga bisa pulang sendiri, anak itu kan sudah mandiri sejak kecil jangan terlalu di pikirkan"
Rendra memeluk istrinya dengan sayang, membawanya ke kamar untuk segera tidur
Pagi-pagi sekali Rendra dan Ratih sudah siap pulang ke kota, ibu, bapak juga Ayu mengantarkan mereka
Rangga tak ada di sana, tapi Ratih tau, pasti belum bangun, memang sudah jadi kebiasaanya begitu.
Pukul sepuluh pagi, Ayu sibuk dengan tugas kuliah yang ia bawa pulang
"Woi, si Aldi ngamuk sama kami" suara Vira dari sebrang
"Terus kamu bilang apa"
"Ya gw bilang nggak Taulah, parah lu ya, lari gitu aja, kita nih jadi sasaran"
"Heeem"
Ayu menyambut suara di sebrang dengan bergumam, matanya langsung tertuju pada sebuah pemandangan indah yang barusan lewat
"Heeeei kok diam sih, Ayu, Ayu hoi Ayu" suara Vira memangilnya
"Woooow" tanpa sadar Ayu melenguh kagum
"Apa sih" tanya Vira heran dan penasaran
"Ada malaikat ***"
"Sial lu, nggak peduli aku ngomong, woi gw masih di sini" suara Vira kesal
"Tar Vir tutup dulu, gw mo konsen liat tuh malaikat maut"
Ayu menutup handphonenya memutar badannya mengikuti arah Rangga melangkah, Rangga yang masih agak ngantuk mengucek matanya, mencari sesuatu dan tak mendapatkanya, dia bingung di rumah neneknya semua serba baru dan tradisional
"Hei ganteng cari ap ?"
Tegur Ayu, Rangga tanpa memperhatikan siapa yang melihatnya menjawab
"Air minum" jawabnya agak ketus,
"Noh di sana"
Rangga memperhatikan arah yang di tunjuk, dengan segera ia mengambilnya dengan wajah yang acak-acakan ala orang yang baru bangun tidur, dia minum dengan rakus, matanya melirik
"Waaaah"
Terkejut melihat gadis di depannya dia membungkuk menatap gadis itu heran
"Why"
Melihat Rangga yang menatap heran ke arahnya, Ayu merengut
"Buset, manis banget, Iiih imutnya"
Hati Rangga berbisik sambil berlalu tak perduli, tapi Ayu yang merasa di lecehkan tak tinggal diam, di tariknya baju Rangga dari belakang, di ambilnya tutup panci di rak piring yang bisa di jangkau
"Cletang" Mendarat di kepala Rangga dengan manis,
Rangga membalikan badan meringis kesakitan dengan wajah tak terima,
"Apa"
Teriak Ayu keras, tapi Rangga justru tertawa melihat Ayu yang marah,
"O lala dia imut banget" Bisik hati Rangga,
Melihat ekspresi Rangga yang cuek tentu membuat Ayu tambah marah, di ambilnya lagi tutup panci itu dan memburu Rangga, Rangga yang tau langsung lari, kejar-kejaran terjadi. Dengan kesal Ayu membanting tutup panci dari tangannya,
Rumah tampak sepi, nenek dan kakeknya sudah berangkat ke kebun, tinggal mereka berdua, jujur Rangga tidak tau siapa gadis itu, karena memang sejak dia lahir belum pernah bertemu, Rangga lahir di kota Jakarta, saat dia lahir nenek dan kakeknya lah yang mengunjungi mereka tentu Ayu ikut, tapi rangga tak bisa mengingat, karena saat itu di masih bayi, tanpa perduli dengan Ayu, Rangga mengambil gitarnya dan mulai asik,
Di petiknya senar gitar dengan indah, mengisi bosan, handphonenya berdering, tertulis nama Wika di sana, di geser layar dan menyeruak sebuah suara
"Rangga Miss you"
Rangga tersenyum, di letaknya handphone itu di depannya Solah mereka sedang mengobrol sambil melanjutkan petikan gitarnya.
Senyum manisnya menyabut suara itu
"Kapan pulang aku kangen"
"Baru juga Sampek udah kapan pulang" Rangga menyeringai
"Ayang aku mau nyusul boleh"
"Jangan lah, nenekku bawel nanti kamu di usirnya"
"Uuuuh"
Lenguh Wika kecewa, yang di tanggapi senyum saja oleh Rangga
"Woi mo ikut kebon nggak"
Suara berisik dari belakang mengganggu asiknya obrolan mereka, Rangga menutup telfonya, di gendong gitarnya melangkah mengikuti gadis kecil manis itu
"Haaaah"
Keluhnya pelan berjalan mengikuti dari belakang ia menikmati badan sintal dengan balutan rok selutut, baju kaos yang di padu blazer panjang, dia bulat
"Huuuf"
Rangga menutup mulutnya hampir pecah tawanya, gadis itu berbalik, matanya yang bulat mendelik pipinya cabi, bibirnya merah alami hidungnya mungil
"Glek, cantik"
"Duduk" Perintahnya padaku
Aku diam saja pura-pura, tapi di tariknya aku Hingga membungkuk, dengan cepat tangan mungilnya mencapai telingaku, dengan kencang di plintirnya telingaku
"Gini-gini juga gw lebih tua dari lo, lo harus hormat sama gw"
Tangan kecil itu menuding tepat di depan wajahku
"Gw bibi lo jadi sama dengan mama lo, nggak patuh, lo gw kutuk jadi kodok" sungutnya serius
"Oh ternyata lo bibi gw"
"Aduuuh" ku tutup mulutku seolah terkejut
"Masak, kok gw nggak tau" kembali Rangga meledek
"Ya iyalah lo nggak tau" teriak Ayu kesal
"Nggak percaya"
"Boo..Dok, bodok amat !!"
"Buktinya, lo di sini koplak" gadis itu merengut,
"Woooow manis man kayak gulali yang baru di tempa, anget-anget manis lembut lengket gimana gitu" hati Rangga bergumam lirih
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!