"Sial! Kamu membuyarkan fantasiku," ucap kesal seorang laki-laki yang bertubuh kekar dengan otot yang terbentuk sempurna, dan tubuh yang begitu proporsional dan tidak ada satupun wanita yang tidak tergoda dengan pesonanya. Dan dirinya langsung beranjak dari tempat tidur yang berada di hotel mewah miliknya, ketika tidak jadi melampiaskan nafsunya saat wanita yang akan menemaninya begitu agresif. Karena bagi dirinya hanya dia yang boleh agresif dan juga yang boleh mengendalikan permainan di atas ranjang.
"Kenapa masih diam disitu?"
"Kita baru memulainya sayang," ucap seorang wanita tanpa mengenakan sehelai benangpun yang menempel di tubuhnya sambil beranjak dari tempat tidur dan ingin menghampiri laki-laki tersebut yang sedang bertolak pinggang.
"Stop! Jangan mendekat dan jangan sesekali menyentuhku. Sebelumnya kamu sudah diberitahu bukan, oleh asistenku? Hanya aku yang mengendalikan permainan dan Jangan pernah kamu menyentuh tubuhku. "Sekarang pergilah sebelum aku bertindak kasar kepadamu,"
"Ba baik," ucap wanita tersebut sambil mengenakan pakaiannya yang tercecer di lantai hotel bintang lima dimana dirinya dibayar untuk melayani laki-laki tersebut.
"Sial siapa dia berani menyentuh tubuhku ini," ucap laki-laki tersebut dan tatapannya langsung tertuju pada seseorang yang baru masuk kedalam kamar setelah wanita yang tadi bersamanya sudah keluar meninggalkan kamar hotel tersebut.
"Sial! Kamu mencari wanita dimana? Berani sekali dia menyentuh tubuhku,"
"Maaf pak, apa perlu saya carikan kembali?"
"Menurutmu?"
"Baik saya akan mencarikan kembali wanita untuk bapak,"
"Tidak perlu, apa mommy menelepon?"
"Iya pak. Saya bilang pak Valeno sedang beristirahat di hotel, sebelum ke rumah,"
"Bagus, dan kamu harus selalu merahasiakan ini semua,"
"Baik pak, tapi akan lebih baik bila pak Leno berubah, karena cepat atau lambat mommy dan juga daddy pak Leno akan tahu,"
" kamu? Apa kamu sudah bosan bekerja denganku?"
"Maaf pak," ucap Mario asisten pribadi Valeno yang menyimpan rapat kelakuan buruk bos nya sebagai cassanova dari semua orang termasuk dari keluarganya sendiri, apalagi kedua orang tuanya begitu terpandang di negara yang sekarang Valeno kunjungi. Saat Valeno lebih memilih tinggal di London bersama grandma dan grandpa nya sebelum keduanya meninggal dunia.
Dan sekarang Valeno yang memegang kendali perusahaan yang berada di London. Hingga dirinya jarang pulang ke Indonesia kecuali ada kepentingan seperti sekarang. Saat kedua orang tuanya menyuruh Valeno pulang karena ada suatu hal yang harus disampaikan kepada Valeno.
*
*
*
"Ach, kenapa aku harus pulang telat, ini semua gara-gara tadi ada razia polisi. Sial, pasti papah akan marah-marah, huft," ucap seorang gadis ketika melihat jam di tangannya menunjukan pukul dua Dini hari, sambil menuntun motor gedenya masuk ke dalam gerbang rumahnya. Saat dirinya baru pulang mengikuti balap liar yang sudah biasa dirinya lakukan.
"Mudah-mudahan papah tidak bangun, tadi aku sudah bilang pada bibi Surti, agar dia berbohong kalau aku sedang pergi kerumah Adel dan menginap disana, aku akan memberi penghargaan untuk bibi Surti," senyum senang keluar dari bibir manis gadis tersebut sambil mengambil kunci rumah yang berada di kantong celana panjang yang digunakannya.
Kemudian dirinya langsung memutar kunci untuk membuka pintu dengan pelan-pelan dan dirinya langsung masuk kedalam rumah yang sudah gelap saat penerangan di dalam rumah biasa dimatikan bila di malam hari.
Mata gadis tersebut langsung menyusuri ke seluruh ruangan yang minim pencahayaan sambil mengendap-endap dan langsung menaiki tangga menuju ke arah kamarnya sambil menghembuskan nafasnya lega.
"Fillea," ucap laki-laki paruh baya sambil menyalakan seluruh lampu yang berada di dalam rumah.
"Papah," ucap Fillea sambil nyengir kuda ke hadapan papah nya. "Selamat malam papah,"
"Malam kamu bilang? Ini jam berapa?"
"Maaf pah," ucap Fillea sambil menghampiri papahnya dan memeluknya. "Maafkan aku ya pah, aku tidak akan mengulanginya lagi, aku janji pah ini yang terakhir,"
"Ini yang terakhir? Minggu kemarin kamu juga mengatakan hal seperti ini pada papah. Tapi apa?"
"Aku…"
"Papah tidak ingin mendengar apa alasan kamu selanjutnya. Mulai hari ini dan seterusnya papah tidak akan mengijinkan kamu untuk menggunakan motor itu titik!"
"Terus aku ke kantor menggunakan apa pah kalau papah melarang aku untuk naik motor kesayangan aku?"
"Mobil kan ada, jangan ada lagi alasan kamu tidak bisa mengendarai mobil. Karena mulai besok pak Budi yang akan mengantar jemput kamu ke kantor," ucap Hijo papah dari Fillea sambil berjalan menuju kamarnya.
"Tapi pah," ucap Fillea tapi tidak dihiraukan oleh papahnya yang langsung masuk ke dalam kamarnya.
"Maaf non,"
"Tidak apa bi, bibi tidak bersalah aku yang bersalah," ucap Fillea sambil tersenyum kearah bibi Surti yang sudah mengurus Fillea sedari kecil. "Aku ke kamar dulu ya bi,"
"Tunggu non,"
*
*
*
Bersambung..................
"Maksud bi Surti, paman Malik menyuruh papah untuk menjodohkan aku dengan saudaranya paman Malik? Apa papah menyetujuinya?" tanya Fillea yang langsung mendapat anggukan dari bi Surti. Setelah bibi Surti menceritakan kepada Fillea apa yang didengarnya, saat bibi Surti mendengar percakapan antara papah Fillea dengan paman nya di telepon.
"Tapi non Lea jangan memberitahu bapak ya kalau bibi memberi tahu ini pada non Lea, takut bibi salah mendengar, saat bapak menelepon tadi,"
"Bibi seperti tidak mengenalku saja, aku ke kamar dulu bi," ujar Fillea yang langsung menaiki tangga menuju ke kamarnya.
Sesampainya di kamar Fillea langsung melepas jaket yang menempel di tubuhnya dan langsung merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur. Sambil mengingat kembali apa yang dikatakan oleh bibi Surti kepadanya.
"Aku akan membujuk papah. Dan aku yakin aku akan berhasil," ucap Fillea sambil tersenyum pasalnya selama ini papahnya selalu menjodohkan dirinya tapi dengan mudah Fillea bisa membujuk papahnya untuk membatalkan perjodohan tersebut.
"Bi Surti ini masih pagi tutup lagi gordennya aku masih sangat mengantuk bi," ucap Fillea saat gorden di kamarnya ada yang membuka. "Bibi aku masih mengantuk nanti saja bangunnya setengah jam lagi, bilang pada papah aku tidak Akan telat masuk kantor," ucap Fillea yang masih memejamkan matanya saat selimutnya ada yang menarik.
"Fillea bangun!" bentak papah Fillea. Membuat Fillea langsung beranjak dari tidurnya walaupun matanya masih terpejam.
"Fillea!" bentak papah Fillea lagi membuat Fillea langsung menggeliat sambil menguap.
"Eh papah selamat pagi pah, aku tidak telat tenang saja,"
"Kapan kamu akan berubah Fillea, kamu bukan anak kecil lagi kamu sudah berumur, apa kamu lupa umur kamu?"
"Tenang saja pah aku masih delapan belas tahun," ucap Fillea sambil memeluk tubuh papahnya.
"Pintar sekali anak papah ini membuat lelucon, ada yang ingin papah bicarakan kepadamu,"
"Pasti papah akan menjodohkan aku kembali bukan? Sudahlah pah jangan kuatir. Tuhan akan mengirimkan aku jodoh nanti. Jadi santai saja,"
"Lea kamu bukan anak kecil lagi kamu sudah dua puluh delapan tahun, papah ingin melihat kamu memiliki pasangan dan menikah hanya itu keinginan papah. Dan untuk saat ini papah tidak akan terhasut lagi dengan perkataan kamu,"
"Tapi pah…"
"Tidak ada tapi-tapian kamu harus menerima perjodohan ini titik. Dan paman Malik pasti tidak salah memilih jodoh untuk kamu,"
"Pah dengarkan aku. Aku sudah memiliki kekasih," ucap Fillea membuat papahnya langsung mengerutkan ke dua alisnya menatap Fillea. "Aku akan membawanya dan mengenalkan pada papah besok, aku janji. Biarkan aku bahagia dengan pilihan aku sendiri pah,"
"Kamu sedang tidak berbohong kan?"
"Tidak pah aku serius," ucap Fillea begitu serius membuat papahnya langsung menatap intens Fillea.
"Baik papah percaya kepadamu, papah tunggu besok, dan nanti papah akan bicara kepada paman Malik, agar membatalkan perjodohan kamu dengan jodoh pilihan paman Malik," ucap papah Fillea sambil tersenyum pasalnya dirinya tidak mendapati kebohongan di mata anaknya saat dirinya menatap intens mata Fillea. "Baiklah sekarang kamu bersiaplah untuk ke kantor pak Budi sudah siap dibawah,"
"Siap empat lima pah,"
Fillea langsung menghembuskan nafasnya kasar setelah papahnya pergi meninggalkan kamarnya. Fillea mondar-mandir di dalam kamar sambil mengetuk-ketuk kepalanya menggunakan jarinya. Pasalnya dirinya sudah berbohong kepada papahnya, dan membuat papahnya percaya pada apa yang telah dikatakan oleh Fillea.
"Berfikirlah Fillea apa yang akan kamu lakukan setelah ini," ucap Fillea yang langsung tersenyum. "Aku harus menemui Adel pasti dia bisa membantu.
*
Semantara itu dirumah yang begitu megah laki-laki dan juga perempuan paruh baya begitu senang menyambut kedatangan anaknya yang sudah lama tidak bertemu. Saat anaknya memutuskan untuk tinggal di London.
"Valeno anak mommy begitu sempurnanya dirimu sayang," ucap ibu paruh baya tersebut setelah melepas pelukannya dan beralih menyusuri setiap jengkal wajah anaknya yang begitu tampan.
"Jelas saja siapa dulu daddy nya bibit unggul," ucap laki-laki paruh baya yang langsung memeluk anaknya. Dan langsung mengajak anaknya menuju ruang tamu.
"Hai brother apa kabar? Makin tampan saja. Sebelas dua belas lah kita tampannya," ucap Viyoza adik dari Valeno sambil memeluk Valeno.
"Kamu bisa saja, kata daddy siapa dulu daddy nya," ucap Valeno membuat semua yang berada di ruang tamu langsung tertawa. Dilanjut dengan obrolan sesama anggota keluar dengan canda dan tawa dari semuanya. Hingga terdengar suara langkah kaki yang mendekat ke arah ruang tamu.
Valeno langsung mengerutkan kedua alisnya mendapati saudara kembarnya tidak menyapanya sama sekali.
"Ada apa dengan Ery mom? Apa dia belum berubah juga?" tanya Valeno saat Valery kembarannya tidak menyapanya sama sekali karena langsung keluar rumah diikuti Viyoza setelah bersalaman kepada kedua orang tuanya.
"Dia sedang sibuk sayang, ada proyek besar yang sedang dia tangani," jelas mommy Berlian sambil tersenyum ke arah Valeno.
"Langsung saja Mom, Dad, ada hal penting apa sehingga kalian menyuruhku untuk pulang?"
*
*
*
Bersambung...............
"Tenang dulu sayang, jangan terburu-buru begitu, bagaimana perusahaan yang berada disana?"
"Semua aman terkendali Dad, oh ya Dad apa Daddy menyuruh Oza untuk menggantikan aku disana? Kenapa Dad? Apa aku melakukan kesalahan? Tidak kan Dad?"
"Tidak, kamu tidak melakukan kesalahan apapun, Daddy hanya ingin kamu fokus menangani perusahaan yang berada disini setelah kamu menikah nanti,"
"Menikah?"
"Iya sayang sebentar lagi kamu akan menikah dan kamu tidak bisa menolaknya," ucap mommy Berlian sambil beralih duduk di samping Valeno. "Dan untuk kali ini mommy dan juga daddy tidak ingin mendengar penolakan dari kamu,"
"Mom bagaimana dengan kekasihku?"
"Kekasih? Sayang sejak kapan mempunyai kekasih? Ha ha ha," tanya mommy Berlian sambil tertawa.
"Mom aku tidak berbohong, aku akan mengenalkannya pada mommy dan juga daddy dan biarkan aku menikah dengan wanita yang aku cintai Mom. Jangan ada lagi kata perjodohan, aku muak mendengarnya," ucap Valeno yang langsung beranjak dari duduknya.
"Sayang kamu mau kemana?"
"Aku ingin menemui kekasihku dan mengenalkannya kepada kalian besok," ucap Valeno yang langsung keluar dari rumah di ikuti Mario asisten pribadinya.
"Jika kamu tidak membawa kekasihmu, jangan harap kamu bisa lari dari perjodohan ini," ujar daddy Varo membuat Valeno hanya mengangkat jarinya membentuk huruf o.
"Benar-benar anak itu tidak pernah berubah, kita orang tuanya, keluar pun tidak mengucapkan salam dan berpamitan,"
"Sabar daddy orang sabar disayang Allah,"
*
Valeno yang sudah berada di dalam mobil langsung menggerutu tidak jelas sambil mengacak-acak rambutnya mengingat kembali perkataan orang tuanya yang akan menjodohkan dirinya lagi dan lagi. Setelah beberapa kali dirinya bisa membujuk kedua orang tuanya. Tapi entah untuk saat ini, apa lagi dirinya mengatakan sudah memiliki kekasih dan ingin mengajaknya bertemu dengan kedua orang tuanya.
"Sial, sial, sial aku harus mencari kemana wanita yang bisa aku jadikan kekasih sementara? Kenapa juga aku harus berbohong sial," ucap Valeno sambil memukul kepalanya sendiri.
"Kenapa pak Leno bingung tinggal pergi ke club malam dan bapak akan menemukan wanita yang bisa dijadikan kekasih sementara," usul Mario.
"Bagus juga ide kamu," ucap Valeno sambil menepuk punggung Mario yang sedang mengemudikan mobilnya. "Antarkan aku…"
"Ini masih siang pak klub malam belum buka,"
"Kampret, aku juga tahu, makanya kalau orang belum selesai bicara jangan dipotong terlebih dahulu," ucap Valeno sambil menoyor kepala Mario. "Antarkan aku ke Cafe yang biasa aku kunjungi,"
"Baik pak siap laksanakan, meluncur,"
*
Fillea berjalan dengan terburu-buru keluar dari ruang rapat saat dirinya baru selesai memimpin rapat perusahaan milik pamannya yang menetap di dubai, meskipun bukan paman kandung tapi pamannya mempercayakan perusahaannya kepada Fillea yang sudah dianggap anak sendiri.
"Siska kamu urus semua pekerjaan yang belum kelar, aku ingin pergi dulu, nanti kalau papah tanya bilang aku pergi menemui Adel," ucap Fillea saat sudah berada di dalam ruang kerjanya sambil menyambar tas miliknya, dan langsung keluar dari ruang kerjanya tanpa menghiraukan sekretarisnya yang ingin mengatakan sesuatu.
*
Fillea langsung turun dari mobil saat sudah sampai Cafe dimana dirinya ingin bertemu dengan Adel. Fillea langsung masuk dengan berlari kecil saat Adel temannya sudah menelepon dirinya berulang kali.
Brukkk
Fillea bertabrakan dengan seseorang saat Fillea sedang memasukkan ponselnya ke dalam tas.
"Maaf tidak sengaja," ucap Fillea yang langsung pergi meninggalkan orang yang ditabrak tanpa melihatnya sama sekali.
"Perempuan macam apa, tidak ada sopan santun dan lemah lembutnya sama sekali,"
"Bagaimana dengan bapak sendiri?"
"Mario!"
"Maaf pak aku masih ingin bekerja dengan bapak," ujar Mario tahu apa yang akan Valeno katakan kepadanya, dan dirinya langsung mengikuti Valeno keluar dari Cafe dimana keduanya baru saja selesai menyantap makan siang.
Fillea langsung merangkul bahu Adel dari belakang saat Adel sedang duduk dikursi dan Fillea langsung memberi ciuman di kedua pipi Adel, saat Adel sudah menunggunya lama.
"Bisa saja merayu nya," ucap Adel membuat Fillea langsung nyengir kuda dan duduk di kursi tepat dihadapan Adel.
"Hei hei apa yang kamu lakukan ibu CEO? Jangan memuat papah mu marah melihat kelakuan anaknya, kamu sudah berjanji untuk berhenti,"
"Sekali ini saja aku sedang frustasi," ucap Fillea sambil menyambar bungkus rokok milik Adel yang berada di atas meja sambil mengeluarkan satu puntung rokok lalu menyalakannya dan menghisap nya.
"Apa yang membuat temanku ini begini frustasi?"
"Papah ingin menjodohkan aku kembali,"
"Bagus bukan? Agar temanku ini tidak jomblo abadi,"
"Kurang ajar,"
*
*
*
Bersambung..................
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!