NovelToon NovelToon

BELAJAR MENCINTAI

Part 1

Di tengah dinginnya malam yang telah sangat larut . sebuah motor ninja hijau terkendali oleh seorang wanita . dirinya mengemudi motor layak seorang pembalap di jalan aspal dengan di temani lampu jalan serta kendaraan lainnya .

sampai akhirnya dia berhenti tepat di depan rumah mewah dan besar .

wanita itu turun dari motor kesayangan dengan gaya santainya membuka helm yang menutupi seluruh kepalanya . dia melangkah menuju pintu yang kini telah ada di hadapannya .

Tok tok tok

wanita itu mengetuk pintu di depannya berulang-ulang . sampai terdengar sahutan yang terdengar samar-samar dari dalam rumah . sehingga wanita itu menghentikan tangannya mengetuk pintu dan pintu pun akhirnya terbuka dengan memperlihatkan seorang wanita paru baya dengan pakaian hitam putih yang merupakan seorang pelayan di rumah itu .

" Nona Lisa ... mari masuk Non " ucap pelayan dengan sopan sembari memberikan senyuman

Wanita itu pun masuk melewati pintu yang sudah mempersilahkannya . dia adalah Analisa Syahputri dengan nama panggilan Lisa . seorang wanita dengan pakaiannya menyerupai pria , bisa di katakan bila dia wanita tomboi .

" Nona Lisa duduk aja dulu . bibi segera panggilin Nona Calista " ujar pelayan mempersilahkan Lisa duduk di sopa empu dengan berhadapan pada TV layar lebar

Lisa menuruti saja dengan senyuman di bibir ranumnya . pelayan pergi menaiki tangga menuju kamar tuan rumah . dia berhenti tepat di depan pintu kamar berwarna pink .Tok tok

" Non " panggil pelayan berulang kali sambil mengetuk pintu dengan sedikit keras

Tiba-tiba pintu pun terbuka dengan menampilkan seorang wanita muda dengan rambutnya yang berantakan serta pakaian baju piyama berwarna ungu membalut tubuh rampingnya . dengan wajah terkejut dan juga takut pelayan pun menduga jika Nona mudanya baru bangun tidur karena gangguan darinya .

Wanita muda itu adalah Calista Amadea dengan nama panggilannya Calista , sahabat Lisa . wanita muda yang sudah terjun pada dunia bisnis di umurnya yang sangat muda . karena orang tuanya meninggal di saat dia SMP pada hari kelulusannya yang terakhir . dengan terpaksa dia harus bisa mengembangkan perusahaan alm.papanya di saat SMA . sehingga wanita muda yang seharusnya bersenang-senang di usianya yang muda . kini harus berusaha mengembangkan perusahaan Grup C. Amadea , perusahaan alm. papanya dan Calista terkenal dengan sikap angkuh , berwibawa dan mempunyai pesona pada kecantikannya .

" Apa ? " tanya Calista dengan suara serak , khas bangun tidurnya dengan mata yang menyimpit pancaran sinar lampu yang menyilaukan mata yang masih terasa ngantuk

" l..tu Non ... ada Nona Lisa di bawa " jawab pelayan dengan terbata-bata di saat melihat mata merah yang menatap wajahnya

" Lisa " ucap Calista yang sedikit terkejut , dengan mata yang langsung kembali jernih yang seketika rasa kantuknya hilang begitu saja . saat tau kehadiran sahabatnya yang begitu tiba-tiba di waktu yang sudah sangat larut malam

" Iya Non "

" Iya Uda bi , bibi kembali lah tidur "

" Baiklah Non "

Pelayan itu pun menuruti tangga , sedangkan Calista kembali masuk ke kamar mandi untuk mencuci mukanya . agar terlihat lebih segar dan fresh . kemudian Calista turun kebawah menuruni tangga untuk menemui Lisa yang berada di ruangan TV .

" Ada apa ? " tanya Calista setelah duduk di samping Lisa yang sedang menatap TV yang menyala

" Tumben cepat tidurnya ? apa gerangan ? " tanya Lisa balik sambil mengganti cancel TV

" Bukan urusan mu " ketus Calista cuek

" Baiklah Calista ku yang cantik . kedatangan ku kesini ingin menanyakan , kenapa markas kosong ? dan dimana semua anak buah mu ? tadi sore aku ke sana ... dan tak ada siapa pun . bersih tanpa jejak atau tanda apa pun " cecar Lisa pada akhirnya yang kini telah menatap wajah sahabatnya

Calista pun menatap wajah sahabatnya dengan senyuman simpul . dia mengerti maksud sahabatnya yang bertanya begitu . karena dulu dia sangat ingin menjatuhkan atau memisahkan seseorang . Namun , saat ada seorang pria yang perlahan memasuki hatinya . membuatnya ingin merubah dirinya , karena baginya semua sudah tak ada gunanya dan bahkan pria yang perlahan memasuki hatinya , yang tak lama lagi akan segera menjadi suaminya .

" Aku putuskan untuk memulai hidup baru , aku ingin seperti dulu " jawab Calista dengan jelas , membuat Lisa terkejut mendengar hal itu

" Kamu yakin ? "

" Yakin "

" Apa yang membuat mu berubah ? kamu Calista kan ? sahabat ku yang dingin dan angkuh ? "

" Iya , aku Calista yang sama . aku bosan saja hidup dengan rasa seperti itu , jadi aku memutuskan ingin kembali seperti dulu . merasakan ke bahagian yang nyata , tanpa harus menyimpan luka " jelas Calista dengan senyuman yang terukir di bibir manisnya , Lisa yang mendengar itu cengo . Lisa sungguh terkejut , bila Calista ingin berubah seperti dulu

" Ok , aku akan selalu mendukung mu . tapi ... kamu akan melakukan apa selanjutnya ? "

" Aku akan menikah "

" Menikah ? dengan siapa ? apa dia pria yang baik ? apa dia tampang ? atau jangan-jangan kamu menikah dengan seorang pria , karena keuntungan perusahaan orang tua mu ? " cecar Lisa dengan berbagai pertanyaan , membuat Calista sangat kesal

" Apa aku sekeji itu , sampai aku harus menikah karena keuntungan perusahaan ? " tanya Calista dengan wajah kesalnya menatap sang sahabat

" Bisa jadikan , kamu kan baru saja ...." jawab Lisa dengan menjeda Kalimatnya , dan Calista mengerti hal itu

" Kamu tenang saja , aku menikah dengan pria yang sifatnya ... sebelas duabelas dengan alm.papa ku "

" Emang siapa pria itu ? pasti dia sangat beruntung mendapatkan sahabat ku yang cantik ini "

" Kamu akan segera tau "

" Aku sahabat mu , aku sangat ingin tau ! "

" Dia ... salah satu anak buah ku "

" Namanya ? " tanya Lisa dengan berusaha menahan rasa penasaran , kerena sahabatnya menggantung - gantungkan kalimatnya

" Calista Amadea " panggil Lisa dengan sedikit menaikan volume suaranya . Calista yang diam dengan perasaan tak tenang membuat menghela nafas kasar . seakan ada beban berat yang menimpah pundaknya

Bila Lisa sudah memanggil nama lengkapnya , Calista terpaksa harus memberi tahu sahabatnya . walau hal ini pasti akan menyakiti hati mereka berdua . karena lagi-lagi mereka menyukai pria yang sama .

" Kamu yakin ingin tau ? " tanya Calista yang mulai tak nyaman seakan aura di sekitar terasa sangat dingin

" Iya " jawab Lisa dengan sumringahnya

" Tapi kamu janji , jangan marah dan jangan menjauh dari ku ! " pinta Calista sambil menunjuk jari kelingkingnya di depan wajah Lisa

" Kenapa Lisa mengatakan itu , apa pria sangat tampan ? sehingga dia takut jika aku juga menyukai pria yang di pilihnya ? tapi .. kali ini aku tidak akan menyukai pria yang sama . karena aku sudah tertarik dengan Basri " dalam hati Lisa dengan senyuman manisnya yang terukir sempurna di wajah cantiknya

" Emmm baiklah . aku janji " sahut Lisa sambil mengaitkan jari kelingkingnya dengan Calista

Calista memhembuskan nafas pasrah , seakan beban berat telah menimpah pundaknya . karena semenjak kehilangan orang tuanya , Lisa lah yang selalu ada untuknya . Lisa selalu ada di saat dia membutuhkan seseorang disisinya dan Calista sudah menganggap Lisa sebagai saudara sendiri . kini Calista harus menerima apa yang akan terjadi selanjutnya ? jika dia mengucapkan nama pria yang akan menikah dengannya .

" Kenapa diam ? katakan ? siapa pria itu ? " cecar Lisa yang sangat penasaran dengan pria pilihan Lisa

" Apa aku harus mengatakannya ? tapi ... aku juga tak bisa terus merahasiakan ini darinya . cepat atau pun lambat , pasti Lisa akan tau " dalam hati Calista yang memulai merasa sedih

" Basri " Satu kata yang terucap dari bibir Calista membuat Lisa terkejut seketika , dia tidak menyangka dengan nama yang baru di ucapkan oleh sahabatnya . Jika Mereka berdua menyukai pria yang sama lagi dan lagi . Tapi dengan cepat Lisa mengubah ekspresi wajahnya serta menetralkan detak jantungnya yang berdetak lebih kencang .

Basri merupakan salah satu anak buah Calista , seorang pria muda yang memiliki orang tua miskin yang tinggal di kampung yang sekarang telah menjadi calon suaminya dan tentunya Calista tahu asal usul Calon Suaminya . Calista hanya diam dengan mata yang sudah berkaca-kaca , karena dia juga tahu , Jika sahabatnya juga memiliki ketertarikan pada Basri . Namun , dia bisa apa ? jika Takdir berkata lain dan bahkan Basri ternyata juga menyukai dirinya . sehingga mereka memutuskan untuk menikah yang tinggal menghitung hari .

" Apa dia mencintai mu ? " tanya Lisa dengan menatap wajah Calista sambil memegang ke dua sisi pundak Calista

" Iya " jawab Calista dengan suara bergetar

" Kenapa harus dia ? kenapa kita berdua selalu terjebak dengan cinta yang membuat kita selalu berselisih ? "

Calista hanya diam tanpa mampu lagi buatnya untuk menatap mata Lisa , bahkan mata indah Calista berkaca-kaca sama halnya dengan Lisa dan pelupuk mata yang menganak sungai dengan air yang siap meluncur membasahi pipi mulus mereka berdua . Lisa sungguh sangat tak percaya , namun dia bisa berkata apa ? jika Takdir selalu menguji hatinya tentang cinta dengan sesuatu yang nyata dan bukanlah mimpi belaka . terkadang Lisa merasa marah dan kecewa pada Calista serta pada takdir .

Kini Lisa memhembuskan nafas pasrah , mungkin kali ini dia yang harus mengalah dan membiarkan Calista yang merupakan Sahabatnya untuk bahagia . karena dia tau , bila Calista sangat membutuhkan kebahagiaan . Lisa juga tau , jika dulu saat orang tua Calista pergi meninggalkan bumi . Calista langsung sangat berubah , Calista menjadi pribadi yang dingin dan angkuh . bukan menjadi Calista yang ceria dan penuh kelembutan dengan kasih sayang . bahkan dulu dia berteman dengan Calista , karena Calista sangat baik dan kini untuk mendapatkan calistanya yang telah lama hilang . dia terpaksa harus mengalah dan tak akan meninggalkan Calista . karena dirinya juga menganggap Calista seperti saudaranya .

" Baiklah , aku merelakan mu pergi untuk memulai kehidupan baru . aku harap ... Calista ku yang dulu kembali dengan kebahagiaan yang nyata dan bukan derita atau pun luka " ujar Lisa dengan senyuman setelah menghapus air matanya yang meluncur dengan kasar menggunakan tangannya

" Kamu gak akan meninggalkan ku kan ? " tanya Calista yang kembali menatap mata Lisa sang Sahabatnya dengan air mata yang sudah berderai membasahi pipinya

" Aku tidak akan pernah meninggalkan mu , karena diri mu sudah ku anggap sebagai saudara ku " jawab Lisa dengan senyuman hangat , sambil menghapus air mata Calista

" Terima kasih " ucap Calista sambil memeluk Lisa dengan erat dan Lisa membalas pelukan hangat dengan senyuman yang masih setia terukir di wajah cantik mereka berdua

...Bersambung...

Part . 2

kemungkinan dan kebanyakan orang lebih banyak meninggalkan dengan perpisahan dalam persahabatan hanya karena cintanya pada seseorang yang sama . Tapi tidak dengan persahabatan antara Lisa dan Calista sangat berbeda . Walau mereka menyukai atau pun mencintai pria yang sama . mereka berdua masih tetap bersahabat , tanpa ingin ada perpisahan di kamus hidup mereka .

Lisa yang mau mengalah dan mengerti terhadap perasaan sahabatnya serta tahu luka dan derita yang di rasakan sahabatnya , membuatnya ingin selalu ada mendukung dan berbagi suka dan duka dengan sahabatnya . Walau hatinya merasa terluka dan tersakiti karena dirinya yang rela mengalah pada sahabatnya .

Calista yang sebenarnya tidak ingin egois . Namun , dia juga bisa apa ? karena tak mungkin baginya memberikan Basri kepada sahabatnya. karena Basri mencintai dirinya dan Basri bukanlah barang untuk di perebutkan . Calista hanya bisa berharap pada takdir dengan segera menakdirkan seorang pria untuk sahabatnya .

Calista dan Lisa saling berpelukan memberikan kehangatan dan kebahagiaan yang nyata dan bukan lagi kebahagiaan yang penuh kepalsuan . Lisa bahagia , karena Calista kembali seperti dulu yang mau menangis dalam pelukannya dan terakhir kali Calista menangis . hanya saat kepergian orang tuanya dan setelah hari itu Calista tak pernah menangis atau tertawa maupun tersenyum. jika pun tertawa dan tersenyum . Calista hanya menampilkan sesuatu yang membuat orang merinding dan takut dengan tawa dan senyumannya itu .

" Calista ku telah kembali " dalam hati Lisa

" ma pa , Calista sangat bahagia . apa mama dan papa bahagia di sana ? " dalam hati Calista menatap bingkai foto orang tuanya yang memang tergantung di dinding rumahnya

selang 10 menit , Calista dan Lisa melepaskan pelukan hangat mereka berdua . Calista sibuk menghapus sisa air matanya dengan di bantu oleh Lisa sahabatnya .

" kalo gitu mari kita rayakan ! " seru Lisa sambil berdiri dan berjalan menuju dapur . sedangkan Calista hanya tersenyum simpul , dia tau apa yang akan Lisa lakukan di dapur

" satu , dua , tiga ..." Calista menghitung akan dugaannya terhadap Sahabatnya yang pasti akan terkejut dan berteriak padanya . yang kini posisi tubuhnya menghadap badan sofa dengan tangan yang menompang kepalanya dengan beralaskan kepala sofa , karena Calista masih duduk di sofa dan membiarkan Lisa pergi ke dapur

" Calista ! dimana minumannya ! " teriak Lisa dari dapur pada akhirnya terdengar dan seketika pula membuat Calista tertawa

Lisa kemudian kembali ke ruangan TV dan melihat Calista tertawa di sana , seketika dia tersenyum melihat tawa Calista yang tidaklah menyeramkan .

" Apa yang lucu ? " tanya Lisa dengan tatapan kesalnya menatap Calista yang duduk bersandar di sofa . mendengar suara Lisa yang kesal padanya , Calista menghentikan senyumannya dan hanya menampilkan senyum simpul

" Kamu " jawab Calista dengan santainya , tanpa terlihat wajah tak berdosa . membuat Lisa mendengus kesal

" Terserah , sekarang katakan . dimana minumannya ? aku tak sabar ingin minumnya lagi " ujar Lisa

" Uda ku buang "

" what ! serius ? kenapa di buang ? "

" Kamu lupa , atau pura-pura lupa . aku bilang aku ingin berubah dan kembali seperti dulu "

" Jadi kamu tak ingin minum lagi ? "

" Enggak dan kamu juga harus berubah . aku tau kamu minum itu karena mengikuti ku " kata Calista yang merasa bersalah pada sahabatnya , karena memang dulu . saat di masa SMA Calista mencoba minuman haram itu dan Lisa tau saat masa ujian di SMA . sehingga Lisa ingin mencobanya , karena melihat Calista yang sangat menikmati minuman itu .

Awal Lisa meminum minuman haram , terasa tak nyama . namun , saat dia tau jika Calista juga menyukai pria yang sama. Lisa semakin mencobanya dan terus menerus . namun , mereka hanya minum satu gelas di masa sekolah dan saat tamat SMA mereka terkadang sering menghabiskan dalam beberapa gelas .

Lisa yang melihat wajah sedih sahabatnya merasa tak tega , karena dulu dia melakukan itu juga atas keinginannya sendiri . tanpa perintah atau pun suruhan siapa pun .

" Jangan berkata begitu , aku melakukan itu atas keinginan ku sendiri dan tanpa perintah mu atau apa pun . memang si , awalnya aku melakukan itu karena ingin merasakan saja . karena melihat mu sangat menikmati hal itu , dan aku penasaran bagaimana rasanya ? dan karena itu aku mencobanya " jelas Lisa menyakinkan Sahabatnya dengan senyuman manisnya

" Emmm iya sudah , kamu juga berubahlah . aku tak ingin sahabat ku rusak , aku takut kamu akan kenapa-napa . cukup sampai di saat itu kau merasakannya dan Jangan mencobanya lagi " tutur Calista menatap Lisa yang kini sudah duduk disampingnya

" Di saat itu ? saat yang mana ? " cecar Lisa bingung

" 2 hari yang lalu , saat kita ingin berencana melukai Rona " jawab Calista mengingatkan

Rona adalah wanita yang merupakan seseorang untuk Calista jatuhkan dan ingin memisahkan terhadap pria yang bernama Vero . Namun , hal itu hanya masa lalu dan kini sampai masa depannya . dia tidak ingin melakukan sesuatu yang menimbulkan apa pun , selain adanya kebahagiaan dalam hidupnya dan bukan lagi derita dalam kegelapan dengan rasa kesepiannya .

" Baiklah sahabat ku yang cantik ! " seru Lisa dengan senyuman bahagia

" Janji ! " ucap Calista sambil menunjuk jari kelingkingnya

" Janji ! " sahut Lisa sambil mengaitkan jari kelingkingnya dengan Calista

" Bagus , sekarang kamu ingin menginap atau pulang . ini sudah jam 10 kurang , dan langit sudah gelap di malam ini "

" Aku pulang saja "

" Yakin ? "

" Sangat yakin "

" Kamu pake apa ? "

" Motor kesayangan ku "

" Motor ! Uda kamu nginap aja "

" Pulang Calista Amadea " ucap Lisa yang jengah dengan Calista yang sekarang sangat bawel , tapi di juga senang di dalam hati . karena Calista tidak sedingin es lagi yang terkadang membuat kesal atau pun marah

" Terserah kamu saja " sahut Calista acuh dengan wajah kesalnya

" cu cu cu , jangan acuh gitu dong . wajah kamu jadi gak cantik lagi " canda Lisa

" Aku gak jelek "

" Siapa yang bilang kamu jelek "

" Uda ah ! terserah kamu de , aku bete sama kamu "

" Baiklah , o iya ! kamu nikahnya kapan ? " tanya Lisa setelah mengingat jika Sahabatnya akan segera menikah

" Belum tau . besok saja ... aku dan Basri mau ketemu orang tuanya di kampung " ucap Calista keceplosan dan dia langsung menutup mulutnya rapat dengan kedua tangannya dan Lisa hanya tersenyum simpul mendengar itu

" Tidak apa , aku senang jika kamu senang dan bila kamu bahagia aku pun ikut bahagia " ujar Lisa sambil menarik tangan Calista yang menutupi mulutnya

" Maaf " satu kata terucap dengan rasa haru mendengar perkataan Lisa dan rasa bersalah di hati Calista terhadap Lisa sang Sahabat

" Gak apa-apa Calista ku yang cantik , kalo gitu aku pulang ya "

" emm hati-hati , eh salamnya mana ? "

" O iya ! assalamualaikum ... "

" wa'alaikumsalam ... "

Setelah kepergian Lisa yang telah meninggal rumahnya dengan motor kesayangan . Calista langsung menutup pintu dan tak lupa menguncinya , kemudian dia mematikan TV dan kembali ke kamarnya untuk istirahat . sedangkan Lisa masih di perjalanan yang sungguh begitu sunyi , kemudian dia berhenti di sebuah taman yang hanya di terangi oleh lampu dan sinar rembulan malam serta langit yang masih di hiasi gemerlap indahnya bintang .

" haaaa sangat melelahkan , andai saja Calista mengatakan dari kemarin . mungkin aku akan membuat langsung rasa ini dan sekarang aku harus membuang rasa ini . sebelum semakin membesar dan menyakitkan " ujar Lisa dengan kasar menghelakan nafasnya menatap langit malam yang terlihat indah , kemudian Lisa menarik nafas dalam-dalam dan membuangnya perlahan

" aaaaaaaaaa aku benci pria " teriak Lisa yang begitu keras meluapkan rasa yang tertanam di dalam relung hatinya , tanpa menyadari kehadiran seseorang yang berbaring di bangku taman dan kini orang itu telah terbangun . bahkan dia langsung terduduk mendengar suara toa seorang wanita yang tidak jauh berdiri darinya

" hei ! kau tak tau malam ! " sarkas orang tersebut yang ternyata seorang pria dengan tatapan matanya yang tajam dengan warnanya yang merah di mata

Lisa yang mendengar suara sarkas seorang pria , dia langsung membalikkan tubuhnya dan Lisa dapat melihat seorang pria duduk di bangku taman yang sedang menatapnya dengan mata yang sedikit memerah karena mengantuk .

" maaf , saya mengangguk anda tuan " ucap Lisa yang tak tau lagi berkata apa

" tuan ? aku bukan tuan mu dan aku bukan masih muda . jangan memanggil ku tuan " tegas pria itu yang kini telah berdiri dan melangkahkan mendekati Lisa . sedangkan Lisa tak bergeming , dia tak tau harus apa

" aku sungguh ceroboh dan sekarang aku terjebak dengan pria ini . apa yang harus aku lakukan ? " dalam hati Lisa yang sudah sangat was-was kerena dirinya seorang wanita biasa dan di hadapannya ada seorang pria yang memang terlihat tampang

" lumayan cantik dan manis " dalam hati pria itu sambil tersenyum tipis , bahkan semakin tipisnya tak terlihat oleh Lisa

Lisa tetap diam , sedangkan pria asing di hadapannya juga terus menatapnya . membuat Lisa merasa tak nyaman dan dia memutuskan untuk meninggalkan taman . namun , saat Lisa ingin melangkahkan kakinya untuk meninggalkan taman , dia merasa ada yang menahannya dengan mencekal pergelangan tangannya .

" kau mau kemana ? kau harus tanggung jawab karena telah membangun singa yang tertidur " ujar pria asing , membuat bulu kuduk Lisa merinding dan merasa sedikit takut . tapi dengan cepat Lisa langsung bersikap biasa saja

" apa mau mu ? " tanya Lisa balik dengan nada dinginnya

" kamu "

" maksud mu ? "

" kau bodoh atau pura-pura polos "

" lepas ! " bentak Lisa sambil mencoba sekeras mungkin melepaskan tangannya dari cekalan tangan pria asing di dekatnya

" tak semudah itu " hardik pria asing dengan nada yang begitu tajam dan dingin

Lisa sudah tak bisa lagi berbuat apa-apa , kemudian dia mempunyai ide yang pasti akan menyelamatkannya dari pria asing ini .

" pak ! tolong saya ! " teriak Lisa dengan menatap ke arah belakang pria asing dan tentunya pria asing yang mencekal pergelangan tangannya pun terlepas . kemudian pria asing itu berbalik untuk melihat siapa orang yang di panggil oleh wanita yang di dekatnya

Lisa langsung lari secepat mungkin menuju motornya sebelum pria asing itu mendapat dirinya , setelahnya dia langsung melajukan motornya membela jalan kota yang begitu sangat sunyi di bawah indahnya langit malam .

" sial " ucap pria asing itu yang merasa di kerjain oleh wanita yang di hadapannya tadi dan kini sudah pergi tanpa tau siapa nama dan alamat wanita cantik menurutnya itu

" kali ini kau selamat , tapi tidak untuk yang kedua kalinya "

...Bersambung...

Part . 3

Lisa tak menyia-nyiakan kesempatan , dia langsung lari secepat mungkin menuju motornya sebelum pria asing itu mendapat dirinya . setelahnya dia langsung melajukan motornya membela jalan kota yang begitu sangat sunyi di bawah indahnya langit malam .

" sial " ucap pria asing itu yang merasa di kerjain oleh wanita yang di hadapannya tadi dan kini sudah pergi tanpa tau siapa nama dan alamat wanita cantik menurutnya itu

" kali ini kau selamat , tapi tidak untuk yang kedua kalinya " ujarnya melemah

pria itu adalah Candra , Candra Malik Ibrahim . seorang pengusaha muda yang sukses dan mempunyai pesona yang begitu memanjakan mata para kaum wanita yang sangat tergila-gila akan ketampanannya . Namun , hatinya sudah di isi oleh wanita teman kuliahnya yang tak lain ada Calista Amadea .

Tapi , hari ini hatinya begitu terluka . saat tau , jika wanita tercintanya akan segera menikah dengan pria lain . membuatnya langsung mendatangi cluk malam dan di sana dia di suguhkan sebuah wanita yang menggoda hawa nafsu serta minuman yang berupa alkohol dengan baunya yang begitu menyengat Indra penciumannya .

Namun , Candra tidak tertarik dan bahkan dia memilih pergi meninggalkan cluk dengan berjalan gontai karena pengaruh alkohol yang baru beberapa gelas dia minum . karena ini untuk pertama kalinya Candra meminum alkohol hanya untuk menghilangkan beban hati dan pikirannya.

Candra berhenti berjalan di sebuah taman dan kemudian membaringkan tubuhnya di salah satu kursi taman yang terbuat dari besi . belum lama dia memejamkan mata , dia sudah mendengar suara teriakkan seseorang yang ternyata wanita dengan pakaiannya menyerupai pria.

Candra belum tahu siapa wanita yang dia temui tadi dan yang sekarang telah pergi meninggalkan dirinya yang entah mengapa membuatnya merasa kecewa . sehingga dia memilih untuk meninggalkan taman dan belum lama dia berjalan dengan sepatu fantofel yang masih membalut kakinya . dia mendengar suara seorang pria yang sangat dia kenal di Indra pendengarannya .

" Candra ! Lo dari mana aja ? gue cari - cari ternyata Mala kesini , bikin orang repot aja " ketus pria itu dengan wajahnya yang tak kalah tampang dengan Candra , yang kini telah berdiri di hadapan Candra dan menatap Candra dengan kesal

" Diam ! antar aku pulang Dimo ! " perintah Candra tajam dan tak ingin di bantah . menghiraukan perkataan pria yang ada di depannya yang merupakan sahabat serta asistennya yang bernama Dimo

" untung Lo sahabat gue . kalo gak Uda gue kasih harimau makan Lo " gerutu Dimo , tapi tetap memapah Candra dan membawanya memasuki mobil hitam yang tidak jauh darinya

mobil pun melaju membelah jalan dengan di temani angin malam serta sinar rembulan dan cahaya bintang di langit gelap atas sana . selang beberapa menit kemudian , mobil di tumpangi Candra pun berhenti .

Dimo pun keluar dari mobil dan membawa Candra bersamanya memasuki koridor serta kemudian menaiki sebuah mesin kotak . membawa mereka berdua kelantai yang paling atas sampai akhirnya pintu lift terbuka sempurna dan mempermudah Dimo membawa Candra keluar .

Langkah Dimo berhenti di depan pintu berwarna coklat dengan ada sebuah ukiran di pintu . Dimo membukakan pintu dengan sebuah kunci yang ada di saku celananya dan membawa masuk Candra kedalam ruangan yang ternyata sebuah apartemen yang lengkap dengan beberapa perabotan dan beberapa kamar .

" Lo tidur disini , gue besok jemput Lo ! " ujar Dimo sesudah membaringkan Candra di ranjang di dalam kamar Candra

Dimo pun pergi meninggalkan Candra di apartemen dengan tak lupa dirinya mengunci kembali dari luar pintu apartemen sahabatnya. sedangkan Candra sudah memasuki alam mimpinya tanpa melepas sepatunya dan mengganti bajunya .

sementara di tempat lain , Lisa baru memasuki kamarnya yang dirinya tinggal bersama nenek tersayangnya . nenek yang dari kecil selalu memanjakan dirinya dan mungkin di karena dia anak perempuan yang paling kecil di keluarganya .

" Semoga besok hari ku yang indah ... aku harus bisa melupakan masa lalu dan memulai kehidupan baru " gumam Lisa yang kini dirinya sudah berbaring di atas ranjang

Lisa perlahan memejamkan matanya , memasuki alam mimpi . sampai langit yang kian gelap kini telah terang . bulan telah berganti dengan matahari , terlihat langit biru dan awas putih di atas sana .

perlahan Lisa membuka matanya , menyesuaikan cahaya yang menelusup dari balik lapisan jendela kaca kamarnya . kemudian dia bangun dan mandi di kamar mandi yang ada di kamarnya . setelahnya dia keluar dan dia sudah dapat melihat wanita tua Tersenyum padanya dengan kaca mata yang bertengger di hidungnya memperjelas penglihatannya sambil tangannya memegang cangkir yang berisi teh .

" cucu nenek yang cantik Uda bangun... " ucap nenek Lisa sembari meletakkan cangkir tehnya di meja kayu yang berukuran persegi di depannya

" iya dong nenek ... masa Lisa tidur terus " sunggut Lisa dengan memanyunkan bibirnya , membuat neneknya terkekeh melihat cucu perempuannya yang begitu manja padanya

" sekarang kamu sarapan dulu , setelah itu temani nenek untuk bertemu seseorang " ujar nenek lembut menatap hangat wajah cucunya yang kini telah duduk di sampingnya

" siap nenek tersayang ! " seru Lisa bersemangat

Lisa pun sarapan roti dengan santai dan sekali - kali dia juga menyusapkan roti pada neneknya . setelah selesai sarapan , nenek mengajak Lisa pergi ke sebuah taman yang tidak jauh dari rumah nenek . karena rumah nenek berada di daerah pinggiran kota , sehingga terlihat sepi dengan kesejukan alam yang begitu menenangkan hati dan pikiran . di tambah lagi bila di taman , di sana banyak anak kecil bermain serta ribuan macam - macam jenis tumbuhan . mulai dari pohon dan warna-warni bunga yang bermekaran di taman .

" kita ngapain ke sini nek ? " tanya Lisa dengan mengerutkan keningnya , setelah duduk bersama neneknya di kursi taman yang terbuat dari kayu

" nenek tadikan sudah bilang ... kita akan bertemu seseorang " jawab nenek lembut sembari tetap tersenyum senang menatap banyaknya anak kecil yang bermain di taman

" siapa nek ? apa aku mengenalnya ? " tanya Lisa yang tidak sabaran , karena dia sangat ingin tau . siapa orang yang membuat neneknya begitu senang dan harus menunggu ?

nenek tidak menjawab pertanyaan sang cucunya , dia hanya menunjukkan senyum di wajahnya yang keriput dengan kaca mata yang bertengger di hidungnya memperbagus penglihatannya yang sudah buram termakan usianya yang sudah sangat tua . Lisa seketika diam dengan wajah kesal , tapi perlahan bibirnya tertarik saat melihat anak kecil bermain pasir yang sedang membuat sesuatu . membuat teringat dengan masa kecilnya yang begitu berwarna . sampai tiba-tiba sebuah suara yang terdengar parau memudarkan lamunannya .

" maaf ... kelamaan menunggu ya .. ? " tanya wanita tua dengan seorang pria muda yang berdirinya di sampingnya

" gak ko NI , aku baru juga sampai " jawab nenek Lisa sembari tersenyum senang dengan tatapan yang begitu hangat

" Ris ... dia Lisa kan ? cucu kamu ? " tanya wanita tua yang ternyata sahabat nenek Lisa , karena terlihat begitu akrabnya

" Iya Ni . dia Lisa , cucu aku ... Lisa dia sahabat nenek dan di sampingnya Dion Arlandawa cucunya " ujar nenek Lisa . memperkenalkan Lisa dengan sahabatnya serta pria muda yang bernama Dion , cucu dari sahabatnya

Lisa dan Dion pun menjabat tangan dengan tatapan mata yang bertemu . Namun , hanya sebentar , karena Lisa langsung memutuskan tatapan mata bersamaan dengan tangannya yang terlepas dan kembali menatap wajah neneknya . berusaha bersikap tidak peduli pada pria tampan yang menatap dirinya , siapa lagi jika bukan Dion .

Dion pria yang tampan , dan juga seorang pengusaha . Namun , dia menjalankan perusahaan ayahnya , walau begitu dia juga di kelilingi oleh banyak wanita cantik . Tapi , entah mengapa tatapan matanya tak bisa lepas dari wanita cantik yang dengan gayanya tomboi , siapa lagi jika bukan Lisa .

nenek Lisa dan nenek Dion pun berbicara dengan berhadapan dan kebetulan kursi yang mereka tepati berhadap - hadapan . sehingga mempermudah wanita tua saling berbicara dan bertatap muka . Lisa dan Dion sekali-kali ikut bergabung dalam obrolan nenek mereka .

waktu pun berlalu , hari kini telah siang . Lisa dan neneknya serta Dion dan neneknya berpisah . mereka kembali ke rumah masing-masing dengan perasaan bahagia terlihat senyuman yang menggambarkan kebahagiaan mereka.

" nenek istirahatlah dulu , Lisa mau ke dapur untuk mengambil minum buat nenek " ujar Lisa lembut dan hangat dengan perlahan membaringkan sang nenek di ranjang . nenek hanya mengangguk sembari tersenyum pada cucunya

Lisa pun pergi ke dapur dan tak lama kemudian dia kembali dengan membawa air mata dalam cangkir berwarna putih Ganding . nenek pun meminum air putih itu dengan bantuan Lisa . setelahnya Lisa meletakkan cangkir di atas nakas yang berada di samping ranjang .

" Lisa ... duduklah " pinta nenek sambil menepuk pinggiran ranjangnya , Lisa pun menuruti keinginan nenek dengan duduk di samping neneknya yang masih berbaring

" nenek ingin mengatakan sesuatu ? " tanya Lisa , menebak sesuatu dari tatapan mata neneknya yang seakan ingin mengatakan sesuatu padanya . Namun , nenek terlihat ragu dan hanya menatap wajahnya

" kapan kamu akan menikah ? saudara kamu yang lain sudah nikah dan sudah memberikan nenek cicit . kamu kapan Lisa ? " tutur nenek lembut tapi tatapan matanya yang begitu sangat berharap untuk segera melihat Lisa menikah dan memberikannya cicit

Lisa menghela nafasnya , neneknya sudah berulang kali mengatakan hal itu padanya dan dengan segala cara dan alasan dia dapat menolaknya dengan lembut tanpa menyakiti hati neneknya . Namun , kini Lisa tak tau harus beralasan apa lagi .

" berikan Lisa waktu nek . Lisa janji , Lisa akan segera menikah " ujar Lisa . karena hanya hal itu lah yang bisa dia jadikan alasan untuk saat ini , untuk tidak menyakiti hati neneknya yang telah membesarkan dan memanjangkan dirinya

" baiklah . nenek akan tunggu " nenek pun pasrah menuruti keinginan cucunya . walau sebenarnya dia sangat kecewa dengan alasan yang di berikan cucu perempuannya

" Iya Uda ... sekarang nenek istirahatlah . aku ingin pergi keluar dulu dan nenek jangan kemana-mana . Lisa akan segera kembali sore nanti " tutur Lisa sambil melepaskan kaca mata neneknya dan nenek hanya mengangguk dengan senyuman di wajah keriput

Lisa pergi ke kamarnya meninggalkan nenek di kamar sendiri dengan pintu yang dia tutup . Lisa berganti pakaian dengan pakaiannya yang membuatnya nyaman , yaitu pakaian ala Tomboinya . kemudian dia pergi dengan motornya meninggal perkarangan rumah neneknya .

...Bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!