Suara tawa anak kecil yang sedang bermain terdengar di sebuah taman yang penuh dengan sekumpulan bunga. Disana, di taman itu juga terdapat sepetak lahan yang berpasir tempat dimana seorang anak kecil sedang membangun istananya sendiri.
"Yeay!..." begitu dia berhasil menempatkan box yang berisi cetakan kepala istananya. Gadis itu berteriak histeris. Tidak ada suara lain yang menginterupsinya. Hanya suara tawanya lah yang bisa terdengar. Begitu asik dirinya main tanpa rasa kesepian sama sekali. Benar. Tidak ada seorang pun yang menemaninya. hal biasa yang dilakukan gadis kecil itu. tidak ada wajah sendu, tidak ada isak tangis. Yang ada hanyalah wajah yang penuh dengan senyuman.
Ketika dirinya saat ini masih asik berputar – putar merayakan keberhasilannya membangun sebuah istana pasirnya sendiri. Dia tiba – tiba mendengar suara mobil dari arah depan rumahnya.
"Uwah! ... taman baru!." Dia begitu histeris begitu melihat seorang anak laki – laki yang berpenampilan sangat berbeda dari anak kecil seumurannya. Bagaimana tidak, anak laki – laki itu begitu tampan, dan gayanya sangat high fashion. Lengkap dengan sebuah earphone yang bertuliskan 'b' dikedua sisinya. Dia tidak terganggu sama sekali dengan keributan para petugas yang mengangkat perabotan rumahnya. Anak laki – laki itu hanya berdiri didekat pintu mobilnya sambil menyenderkan tubuhnya. Kepalany bergoyang – goyang mengikuti irama yang didengarnya melalui earphone itu.
Hal yang membuat seorang gadis sanagt tertarik untuk mendekatinya, dan menanyakan apa yang didengarnya. "Hai!." Sapanya dengan senyuman penuh. Ada satu gigi bolong yang terlihat begitu dirinya tersenyum lebar. Hal yang membuat anak laki – laki yang dipanggilnya tertawa.
"Aku Grace, tetangga disebelah rumahmu. Kamu?" sapa anak perempuan itu. anak laki – laki itu melepas earphonenya. Dia menyalurkan tangannya kehadapan Grace.
"Aku thomas. Senang berkenalan denganmu." Balasnya sambil mengeluarkan senyum indah nya dan susunan giginya yang rapi.
"Hai thomas. Kamu mau jadi temanku?" anak gadis itu menatapnya dengan wajah penuh harap.
"Dengan senang hati."
^
^
^
"Yey! Kamu berhasil Thomas!." Seru Grace begitu dia melihat Thomas yang dengan sangat kreatif dan pintar membangunkan istana yang justru terlihat lebih bagus dari miliknya. Kini, istana itu tidak terlihat polos. Thomas menambahkan hiasan – hiasan dari laut yang dikumpulkannya dulu.
"kamu suka?." Tanya Thomas dengan lembut yang langsung mendapat anggukan semangat dari Grace.
"Suka. Suka banget." Thomas tertawa. Grace begitu lucu ketika dia mengatakan kata 'banget' dengan mencoba menirukan gaya orang dewasa. Dengan gemas Thomas mengusap kepala gadis itu, sambil memujinya dengan kata – kata manis.
"Thomas suka Grace?."
Usapan itu terhenti. Grace mungkin belum tahu arti suka. Tapi, hal itu berbeda dengan Thomas. Dia anak laki – laki yang berbeda dari anak seumurannya. Jadi, begitu dia mengucapkan kata – kata ini. dia berharap jika untuk saat ini Grace belum saatnya memikirkan masalah dewasa.
"Thomas suka Grace sebagai sahabat."
Kedua alis gadis kecil itu mengernyit. Dia belum pernah dengar kata 'sahabat' sebelumnya. Jadi, dia meminta Thomas menjelaskan maksudnya lagi.
"Sahabat. Teman yang akan selalu ada. Di antara sahabat tidak boleh ada rasa yang lebih dari suka. Jadi, kalau kita sahabat. Grace tidak boleh memiliki rasa lebih dari rasa suka."
"Rasa apa?."
"Rasa sayang dan cinta." Patut diacungi jempol untuk pengetahuan -yang entah didapat dari mana- dari ucapan Thomas barusan. Secara tidak sadar, kata – kata itu mungkin bisa saja menjadi bumerang untuknya.
^^^
Grace saat ini sedang duduk di meja belajarnya. Didepannya sudah ada sebuah buku diary yang dibelikan sang bunda waktu ulang tahunnya beberapa bulan lalu. Ketika dirinya sudah mulai bisa menulis. Grace selalu menulis kesehariannya, dan isi hatinya kedalam buku itu. saat ini, anak perempuan itu sedang mencoba menulis kejadian yang hari ini dialaminya.
Sahabat selamanya,Kata thomas, Grace boleh suka Thomas. Tapi, Grace tidak boleh sayang dan cinta.
Dirinya saat ini masih asik menulis kata – kata yang masih diingatnya. Hingga dia tidak tahu, jika sang bunda sudah masuk dan berdiri dibelakangnya.
"Sedang apa sayang?." Dia membalikkan kepalanya dan tersenyum. "Aku lagi tulis diary bunda." Dengan suara selucu itu. Renata, tersenyum. Anaknya ini bisa sekali membuat kepenatan yang ada dipikirannya menghilang dalam sekejab.
"Thomas siapa sayang?." Renata melihat tulisan cakar ayam Grace. Tapi, dirinya tentu masih bisa membacanya.
"Tetangga baru, bunda." Renata mengelus kepala anak perempuan satu – satunya itu dengan lembut. "Kok bunda belum tau kalau kita punya tetangga baru?."
"Iya, tadi bunda masih kerja. Jadi, Cuma Grace yang lihat Thomas." Renata tersenyum menanggapi cerita sang anak. "Bunda?."
"Iya sayang, ada apa?."
"Kata Thomas, dia jadi sahabat aku sekarang. aku akhirnya punya teman." Senyum Renata merekah. Akhirnya. Dia kadang merasa sangat sedih begitu melihat Grace yang asik bermain istana pasir atau boneka miliknya seorang diri. Bodohnya, dia dan sang suami tidak mengajarkan cara bersosialisasi dengan baik. Grace menjadi anak perempuan yang sedikit tertutup karena ulah mereka. "Sungguh?. Wah! Bunda sedang mendengarnya." Grace juga menganggukkan kepalanya dengan senang.
"Tapi bunda, ... Thomas bilang, Grace bisa suka sama Thomas. Tapi, tidak boleh dari rasa sayang dan cinta. Grace bingung apa bedanya." Renata terdiam. Dia tiba – tiba memikirkan sahabat anaknya. umur berapa bocah itu? hingga dia tahu hal – hal akan kasih sayang dan cinta.
"ketiga hal itu berbeda saya." Grace meletakkan alat tulisnya. Kini dia mengarahkan tubuhnya menghadap sang bunda untuk memahami arti tiga kata yang baru saja didengarnya.
"Kata suka, sama ketika Grace suka akan sebuah pensil uniqorn yang ayah belikan untuk Grcae. Rasa sayang, ketika Grace memiliki Sandy, boneka Grace, yang selalu Grace jaga dan rawat. Rasa cinta, ketika rasa suka dan sayang itu digabung. Grace akan menjaga barang itu dengan sangat baik dan penuh perhatian. Grace mengerti?."
Ketika hening beberapa detik. Grace akhirnya mengeluarkan suara. "Grace tidak mengerti bunda." Renata tersenyum. Dia mengelus lagi kepala anak perempuannya itu dengan lembut.
"Suatu saat, Grace pasti akan mengerti."
"Kapan bunda?." Renata terlihat berfikir. "Hmm... ketika Grace sudah SMA nanti. Bunda akan jelaskan kepada Grace kembali." Kini dia menganggukkan kepalanya lagi tanda mengerti.
^
^
^
Beberapa tahun telah berganti. Saat ini, gadis kecil itu tidak lagi sama. dirinya kini sudah berubah menjadi seorang remaja yang manis. Rambutnya terikat satu, dia juga memilih memakai kaca mata karena kurang jelas jika melihat dari jarak yang cukup jauh.
Pagi ini, seperti biasa, dia akan pergi kerumah sahabatnya. Thomas. Sudah tujuh tahun sejak pertemuan pertama mereka. Sampai saat ini mereka masih menjadi sahabat.
Grcae sudah memasukkan beberapa perlengkapan ujiannya. Ketika dia turun, dia sudah melihat kedua orang tuanya di meja makan.
"Sarapan sayang?." Ucap Renata.
Grace menggeleng. "Aku mau kerumah Thomas bunda. Dia pasti beum bangun."
Dia mengambil tangan kedua orang tunya untuk di salaminya. "Tidak ingin berangkat bareng ayah?." Ucap Darius yang melihat wajah anaknya dengan penuh kerinduan.
"Enggak ayah. Aku berangkat ya, bun, yah." Grace berlari meninggalkan kedua orang tua yang masih terdiam itu. Sudah hampir tiga tahun ini Grace sedikit menjaga jarak dengan orang tuanya. Kedua orang tua itu tahu akan kesalahannya yang membuat sang anak kecewa.
Ketika dirinya memasuki sekolah menengah pertama, Renata dan Darius sibuk mengurus pekerjaan mereka yang berada diluar kota. Hal biasa sebenarnya bagi Grace ditinggal oleh keduanya. Tapi, betapa kecewanya dia, begitu kedua orang tuanya berjanji akan menemaninya mendaftar di sekolah impiannya. Tapi, keduanya membatalkan janji. akhirnya, Grace ditemani oleh Dara, ibunda Thomas.
Ketika Dara bertanya sekolah apa yang ingin dimasukinya. Grace menyebutkan sekolah yang sama dengan sekolah yang diinginkan Thomas. Dara otomatis mengajak anak tetangganya itu untuk mendaftar bersama.
Saat ini, tentu membuat kedua orang tua Grace sedih. Mereka juga menyalahkan diri mereka sendiri karena terlalu sibuk bekerja dan melupakan anak mereka satu – satunya.
"Bun, kita harus apa?." Tanya Darius dengan pilu. Dia begitu merindukan anak perempuannya. Walaupun dia tahu Grace masih menjawab jika ditanya, dan menegur jika ingin berpamitan. Tapi, hal itu masih terdengar sangat dingin di kuping Darius. Grace seolah menjaga jarak darinya.
"Bunda juga gak tau, yah. Yang terpenting saat ini, kita harus ada di sisi Grace. Jangan sampai hal seperti waktu itu terulang lagi." Darius menyetujui saran sang istri. Ini demi dirinya dan Renata supaya bisa lebih dekat lagi dengan Grace. Tidak boleh ada kesalahan.
^^^
"Thomas, wake up.." panggil Grace ketika dirinya sudah memasuki kamar laki laki tampan itu.
Kamar Thomas tidak pernah berubah. Kamar itu selalu terkesan simple dan manly. Bahkan sejak Thomas kecil, hal - hal yang ada dikamarnya itu selalu terkesan sederhana dan sangat terlihat seperti dirinya. Ring basket yang ada di dinding, yang berhadapan itu tidak pernah berubah tempatnya, ada satu set drum, gitar, and piano yang dibeli orang tuanya juga selalu bertengger di pojok ruangan kamarnya. Dia akan memaikan alat - alat musik itu jika dia sedang tidak dalam mood nya.
Grace dulu sering melihat Thomas memainkan alat - alat musik itu. Walaupun dulu dia tidak sejago sekarang.
Kalau sekarang, jika ditanya bagaimana kemahiran Thomas Grace akan bilang, if I can say, he is the best player who can play all of those instruments. Apalagi ketika laki – laki itu sedang serius. Wajahnya yang tampan dan berkarisma akan terlihat beberapa tingkat lebih tinggi dari biasanya.
Thomas yang dulu dan yang sekarang sangatlah berbeda jauh. Kini, Thomas lebih tinggi dan tampan. Selama masa SMP. Sudah banyak perempuan yang menembaknya dan tak segan - segan untuk mengajaknya jalan.
Grace juga tahu akan hal itu, cuma dirinya belum tahu kalo dari sebanyak itu sudah adakah orang yang berhasil berpacaran dengan Thomas atau belum. Karena jika menyangkut hal asmara, Thomas tidak akan pernah cerita apapun kepadanya.
I know I never been in a relationship before, may be that is the reason why he doesn't want to share his love story with me. Kata – kata itu lah yang kadang ditulisnya di buku diary miliknya. Keluh kesah perasaannya akan dia tuangkan dibuku kecil itu.
"Kenapa sih grace?, bentaran lah.. masih ngantuk." Balasnya sambil kembali menutup kepala dengan bantal.
"Kita ini mau ujian loh. Buruan mandi atau aku tinggal...!" balas Grace sambil kembali menarik bantal yang menutupi Thomas.
"Kok main tinggal sih grace, sahabat apaan itu namanya!." Laki – laki itu segera duduk di pinggir kasurnya. "Iya ini gua bangun, puas.." dia pun segera melepas bajunya didepan Grace.
"Kyaaa ...!! Kok lepasnya disini sih.." Grace menutup kedua matanya. Bantal yang masih dia pegang di jadikan sebagai alat untuk memukul Thomas.
"Kan gua mau mandi Grace, sok malu udah bilang aja terpesona kan?." Ledek Thomas sambil memainkan matanya.
"Jangan ngimpi kamu!, dasar playboy darat." Balas Grace dengan pedas. Perempuan itu memilih untuk keluar dari kamar Thomas menuju ruang makan. Selama di meja makan, wajah Grace yang masih terasa panas terus dikipasinya.
"Grace, kamu kenapa? Sakit?" Tanya kate, Mama thomas. "Enggak tante, cuma panas aja." Balasnya asal
"Oh. Wajahmu merah sekali." Sambung Kate. Yang hanya dibalasnya dengan senyum canggung.
"Kenapa?, deg degan ya ngeliat gua tadi?." Muncul suara bisikan dari belakang yang Grace kenal.
"Apaan sih Thom! Buruan sarapan. Kita mau berangkat." Alihnya sambil memakan roti yang dibuatkan Kate untuknya. Grace memang sudah biasa makan dirumah Thomas kalau sehabis membangunkan laki – laki pemalas itu. Di pikirannya, makan dirumah Thomas lebih terasa nyaman dan hangat. Jika dibandingkan dengan rumahnya. Entahlah, itu pikirannya saat ini.
"Tan, aku sama Thomas berangkat dulu." Pamitnya sambil mencium tangan Kate yang di ikuti Thomas.
"Iya Grace, hati hati!. Semangat ujiannya." Keduanya pun kini berangkat ke sekolah dengan mobil Thomas yang sudah terparkir rapi didepan.
"Yuk.. " ajaknya. Grace mengikuti dibelakangnya.
^^^
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!