Hari ini menjadi hari pertama Keyla menginjakkan kakinya di salah satu perguruan tinggi yang ada di kotanya dengan status sebagai mahasiswi angkatan baru. Ia begitu antusias di hari pertamanya kuliah. Ingin merasakan suasana baru, bertemu teman baru dan ingin memperbanyak ilmu untuk bekalnya di dunia kerja nanti.
Ohya, Keyla Nadira yang sekarang genap berusia 18 tahun adalah anak kedua dari Ummi Khadijah dan Abah Rahman. Ia memiliki seorang kakak lelaki berselisih 7 tahun lebih tua darinya bernama Rasyid al-Azhar yang sekarang bekerja di salah satu rumah sakit yang ada di kotanya sebagai seorang dokter.
Keyla saat ini sedang membantu Ummi membuat sarapan di dapur, kebiasaan yang sejak sepuluh tahun lalu ia lakukan, jika di tanya kenapa perlu repot-repot toh Ummi juga tidak memaksanya, katanya ingin belajar memasak sejak dini agar setelah ia menikah nanti sudah mengetahui banyak hal tentang masak-memasak. Wah pemikiran yang luar biasa kan di kalangan anak berusia delapan tahun kala itu.
Setelah semua perkara masak-memasak sudah kelar, Keyla beranjak dari daerah kekuasan ibu dan anak itu untuk bersiap-siap, "Ummi Keyla ke atas dulu ya mau mandi he he". Ummi hanya tersenyum melihat tingkah anaknya ini, "Yaudah, sana gih siap-siap ini hari pertama kuliah lho Key, jangan sampai telat." Petuah sang Ummi.
Keyla pergi ke kamar, sedangkan Ummi melanjutkan kegiatan menata sarapan di meja makan.
Setelah siap dengan gamis panjangnya tak lupa khimar senada dengan gamis yang ia kenakan, memakai sedikit bedak tabur dan mengoleskan liblam ke bibir mungilnya agar tak terlihat pucat, "Ah udah cantik, nggak perlu menor lha ya entar dikira aku tante-tante lagi, ih jangan sampai." Bergidik ngeri sendiri membayangkan jika hal itu benar terjadi. Sebab banyak anak seusianya berdandan tidak sesuai umur mereka, bedak lima sentilah lipstik merah merona tak lupa blus on yang seperti ondel-ondel.
Astagfirullah. Apa sih aku, pikiran sudah kemana-mana masih pagi juga sudah mikir yang enggak-enggak, nambah dosa saja key.
Mengambil tas, kunci motor, setelahnya turun ke bawah untuk sarapan bersama keluarga.
"Assalamu'alaikum Ummi, Abah kak Rasyid." Sapanya saat berada di ruang makan.
"Wa'alaikumussalam". Jawab mereka serempak.
Mengambil duduk di samping ummi, setelah berdoa mereka memulai sarapan pagi dengan khidmat.
"Key, hari pertama kuliah harus beri kesan yang baik ya, cari teman yang banyak biar kamu enggak kesepian di kelas nanti." Kata Abah memulai obrolan.
"Iya abah, Key juga satu fakultas kok sama Oca satu jurusan lagi, jadi Key ngga akan kesepian." Tersenyum tipis.
Oca itu sahabat Keyla sejak di bangku SMA, kemanapun selalu bareng Oca, bahkan mereka pernah di kira kembaran bak upin dan ipin yang kemanapun selalu bersama.
"Kalau di jalan, pelan-pelan bawa motornya." Timpal ummi terdengar khawatir.
Masya Allah, bersyukurnya mempunyai keluarga yang sangat menyayangiku. Nikmat tuhan mana lagi yang ku dustakan.
Setelah sarapan, ia berpamitan pada Abah, dan Ummi tak lupa juga pada kak Rasyid.
Belum sempat ia menjabat tangan kakaknya, dia terlebih dahulu menjepit hidung mancung Keyla.
Astagfirullahh.
Cobaan apa ini ya Allah.
"Kakak! Ummi, kak Rasyid cubitin idung Keyla." Rengekan manja Keyla membuat Ummi melotot pada Rasyid.
Yang dipelototi malah tertawa terbahak-bahak tanpa dosa.
Wahh minta di tabok ini mah.
"Itu idung kayak badut sumpah, hahaha." Masih dengan tawa sambil mengejek sang adik. Sungguh Rasyid tak ingat umur, kelakuan masih saja kayak anak kecil padahal dia sudah cukup umur untuk menikah. Tapi tenang, sifat itu hanya berlaku untuk keluarganya saja, kalau di luar sifat dinginnya akan mendominasi.
"Ummi." Rengeknya lagi pada ummi, yang akhirnya kakaknya itu kena omelan.
"Hahah, rasakan itu, wlee."
Enaknya jadi anak bungsu, di ganggu dikit main lapor, ha ha.
Tak ingin membuang waktu lagi, Keyla langsung saja bergegas ke kampus mengendari metik yang sejak SMA menjadi kendarannya kemanapun, meskipun ia punya mobil tapi Keyla ingin saja mengendari metiknya itu.
Dikampus, Oca yang menjadi sahabat karib Keyla sejak SMA menunggu kedatangan Keyla di meja pojok kanan paling depan.
Mungkin, untuk Mahasiswa angkatan baru, duduk di depan adalah sebuah keharusan yang tak boleh dilupakan. Kalian juga pasti pernah merasakan hal yang sama waktu awal jadi mahasiswa baru kan.
Aku juga pernah kok. Author
"Keyla lama banget sih, inikan bentar lagi masuk, mana dosennya cowok lagi, kan kalo dosennya killer bisa di hukum tuh anak kalo telat." Omel Oca, Sebab tadi sebelum masuk ke kelas dia sempat mendengar kakak-kakak senior yang menggosipkan salah satu dosen killer di fakultas mereka, kebetulan yang akan mengisi perkuliahan pagi ini dosennya cowok.
Keyla yang baru saja sampai segera memarkirkan metiknya di area parkir fakultas. "Hah, masih ada 20 menit lagi baru masuk, Eh Oca sudah datang belum ya?"
Menelusuri koridor mencari dimana letak kelasnya berada.
Ini benar nggak sih kelasnya, tapi kata Oca kemarin kelas kami ada di lantai lima, inikan masih lantai satu berarti harus naik lif lagi dong ya.
"Nah sampai, ya ampun ini fakultas kok gede amat ya, kelas junior saja ada di lantai lima." Bergumam sendiri merasa takjub dengan bangunan fakultasnya, karena di SMA dulu bangunanya hanya berlantai dua.
Saat masuk kedalam kelas, Keyla celingn celinguk mencari keberedaan Oca.
"Keyla, sini." Sambil menepuk bangku disebelahnya, menyuruh untuk Keyla duduk di sampingnya.
"Sudah lama Ca?" Sambil mendudukkan diri Keyla menyempatkan untuk bertanya.
"Ck. Sudah lumutan akutuh nungguin kamu Key".
"Ya kamu sih, datangnya cepat amat, aku khawatir deh kamu habis shalat subuh langsung ke sini ya, he he."
Oca mendelik ke arah Keyla, " Tadinya sih ia, sekalian mau ngajakin kamu, kita shalat berjamaah di musolah fakultas." Balas Oca sinis.
Tak berselang lama pintu di buka dari luar, munculah sosok tinggi putih berotot, dengan alis tebal hidung mancung dan bibir tipis berwarna pink alami.
Suasana kelas yang tadinya riuh, langsung hening seketika.
"Assalamu'alaikum". Sapa lelaki yang baru saja masuk itu, yang ternyata dosen yang akan mengajar di kelas mereka.
"Wa'alaikumussalam." Jawab mahasiswa serempak.
"Salam jumpa adik-adik, berhubung ini pertemuan pertama, saya hanya akan memperkenalkan diri dan menyampaikan kontrak perkuliahan." Ucapnya tegas.
"Oke, perkenalkan nama saya Dimas Melianto Saputra Bahtiar, panggil saja pak Dimas," Berhenti sejenak sambil melihat mahasiswanya satu persatu.
"Dan untuk kontrak perkuliahannya saya akan membacakannya saja, kalian harap menyimak."
"Kontrak perkuliahan kita ada 5 point, yang pertama kehadiran harus 80%, itu artinya selama saya mengajar dalam kurun waktu 3 bulan kalian hanya boleh tidak hadir selama 3 kali, bukan berarti kalian harus alpa sebanyak itu, saya tidak suka mahasiswa yang malas. Kedua kalau saya beri tugas harus di kerjakan tidak boleh tidak". Dan begitu sampai point ke lima habis di bacakan. Sampai pak Dimas pamit undur diri karena hari ini khusus untuk perkenalan saja dan memberikan kontrak perkuliahan.
"Ya ampun pak Dimas ganteng banget ya Tuhan." Kata perempuan berambut sebahu kepada teman yang ada di sebelahnya.
"Iya, sumpah oppa korea saja kalah, gue kira tadi malaikat yang masuk di kelas kita."
Ck. Gantengan juga kak Rasyid kali.
"Key, kantik yuk." Ajak Oca.
"Yaudah ayuk".
Bersambung.
Di sepanjang jalan menuju kantin yang terletak di lantai dua gedung fakultas, Keyla hanya memandangi Oca yang sibuk dengan ponselnya. Menurutnya, kali ini Oca sedikit berbeda dari sebelumnya. Dulu waktu mereka masih SMA, anak satu ini selalu paling histeris jika melihat cowok cakep yang katanya mirip oppa-oppa korea itu. Tapi tadi dia biasa biasa saja tuh pas dosen ganteng yang masuk di kelas mereka, itu ganteng menurut versi teman-teman kelasnya tadi.
Mungkin oca sudah berubah kali ya, syukurlah.
Oca yang di pandangi pun merasa heran dengan sahabatnya ini, "kamu kenapa sih Key lihat aku terus, tau kok aku cantik."
"Ck, kepedean banget sih, tapi ngomong-ngomong kamu kok biasa aja pas dosen yang katanya ganteng itu masuk kelas kita tadi, biasanya kan kamu paling heboh tuh sama yang begituan." cerocos Keyla langsung pada intinya, dari pada penasaran kan mending nanya langsung sama orangnya. pikirnya.
Masa iya mau naksir sama kakak sendiri sih, ada-ada saja ini anak, eh tapi biar deh dia penasaran hihi.
Oca hanya tersenyum kalem diberi pertanyaan seperti itu. perihal keyla yang tidak menahu soal Dimas adalah kakak Oca itu tidak ambil pusing, kan Keyla juga tidak pernah menanyakan soal keluarganya biar saja waktu yang menjawab, pikirnya.
"kenapa jadi bahas masa lalu sih, aku udah berubah kali." sungut Oca sebal. kenapa jadi mengungkit masa lalu pikirnya, toh sekarang kan dia sudah tidak seperti dulu lagi.
Sekarang sih iya, tapi nggak tahu nanti kalau ketemu pangeran tampan hehe.
"Eh, kan nanya doang. Tapi bagus deh biar ngga malu maluin kalo jalan sama kamu." Balas keyla pelan tapi mampu membuat Oca mempelototinya.
"Awas Ca nanti matanya lepas tuh, bukannya nakutin tapi lucu sih, ha ha." Ledek Keyla, sambil berjalan mendahului Oca, takut kena amukan sahabatnya itu.
"Keyla!" Teriak Oca yang tanpa sadar membuat dia jadi pusat perhatian orang-orang di sekelilingnya.
Aduh malu dilihatin, awas kamu Key.
Oca langsung saja mempercepat langkahnya menuju Keyla yang beberapa langkah berada di depannya.
Tiba di kantin mereka mencari bangku kosong untuk di duduki. "Key kamu yang pesan gih, aku yang jagain tempat duduk."
"Mau pesan apa, aku bakso sama es jeruk, eh samain aja kali ya." Tanpa menunggu balasan dari Oca, Keyla buru-buru memesan pesanan mereka. Tak lama dia kembali lagi dengan nampan berisi dua mangkuk bakso dan dua gelas es jeruk.
Setelah membaca doa, mereka makan dengan tenang, "Habis ini kita ada kelas lagi kan jam 1 siang." Keyla bertanya sambil menyerobot es jeruknya.
"Iya, ini baru jam 10, masih ada 3 jam lagi." Jawab Oca.
"Kita ke mushalah saja kali ya, capek kali musti bolak-balik rumah." Saran Keyla, jarak rumah dan kampusnya memang agak jauh, dari pada harus bolak-balik yang waktunya cuman sedikit mending mereka di kampus saja dulu pikrinya, biar bisa hemat bensin.
"Yaudah, habisin cepat."
Ting..
Suara notif wa dari ponsel Keyla, mengalihkan perhatiannya dari jus jeruk yang ia minum.
Ummi❤️
Pulang dari kampus langsung ke rumah ya nak.
Anda
iya Ummi, tapi Keyla pulangnya agak siang, karna jam satu mau masuk lagi.
Ummi❤️
yasudah, belajar yang bener Key.
Anda
iya Ummi sayang😘😘
"Siapa Key, serius amat sampe senyum-senyum gitu".
"Ah, ini Ummi, katanya sebentar kalau sudah nggak ada kuliah lagi harus langsung pulang ke rumah."
"Oh, kirain. Eh yaudh ayo ke musalah kita, aku mau tiduran."
"Ck dasar kebo, tidur mulu yang di urus."
"Biarin." Balas Oca ketus.
***
Sampai di rumah jam setengah 3, Keyla memarkirkan metik di halaman dan mengetok pintu. "Assalamu'alaikum, Ummi keyla pulang."
Tak berselang lama pintu besar rumah utama terbuka, menampakkan sosok wanita paruh baya dengan gamis rumahannya yang masih terlihat cantik.
"Wa'alaikumussalam warahmatullah, sudah pulang ya nak, ayo masuk habis shalat asar kita mau keluar sama Abah."
"Kemana Ummi, emang harus dengan Keyla juga ya?" Bertanya dengan nada bingung, karna biasanya kalau Ummi dan Abah nya ada urusan di luar, Keyla tidak pernah ikut serta kan itu bukan urusanya kan, pikirnya.
"Ada deh, nanti juga kamu tahu, yaudah sana mandi terus shalat ashar bareng ya sama Ummi di bawah". Sambil tersenyum menyuruh anak gadisnya untuk bergegas karna sebentar lagi waktu shalat Ashar tiba, mereka akan shalat berjamaan di mushalah rumah yang terletak dilantai satu.
Setelah mandi dan berwudu, Keyla telah siap dengan kerudung putih gadingnya, keluar dari kamar menuju lantai bawah letak musholahnya berada.
Dari kejauhan, Keyla melihat Ummi telah duduk manis di mushalah dengan mushaf di pangkuannya.
"Abah mana Ummi, nggak shalat bareng kita ya?" Mengedarkan pandangan mencari keberadaan Abah.
"Abah shalat jamaah di masjid nak, jadi kita shalat berdua saja ya."
"Oh gitu yaudah, eh itu udah ikamah Ummi, kita langsung shalat saja."
Mengambil barisan di samping Umminya, Keyla memulai shalat dengan kusyu.
"Assalamu'alaikum warahmatullah." Memutar kepala kekanan lalu ke kiri pertanda shalat telah berakhir dengan salam.
Tak lupa berzikir dan berdoa setelah shalat yang menjadi keharusan yang Abahnya ajarkan pada Keyla. Katanya kalau habis shalat terus nggak doa, kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang sombong, Keyla manut-manut saja pada saat itu.
Di kediaman Bahtiar, Sultan Bahtiar yang tak lain adalah ayah Dimas dan juga Oca, tengah bersiap-siap untuk bertemu dengan sahabat lamanya. Mereka telah mebuat janji satu sama lain akan bertemu setelah shalat Ashar di salah satu restorant ternama di kota ini.
"Bunda, bilangin sama Dimas dan Oca suruh cepat-cepat." Perintah sang kepala keluarga kepada istrinya.
"Tapi Yah, Dimas masih mengajar di kampus bentar katanya dia akan nyusul kita di sana." Jawab sang istri.
"Oh begitu, tak apa asal jangan kelamaan."
"Oca udah siap." Teriak Oca dari arah tangga dengan semangat.
"Nah itu oca, cepat sayang kita langsung berangkat sekarang, kakakmu akan menyusul nanti." Kata Rahmawati, bunda Oca.
Berjalan beriring menuju mobil yang telah terparkir di depan rumah yang di kendari oleh sopir keluarga Bahtiar.
Di rumah Keyla, mereka juga sudah bersiap-siap, Keyla dengan gamis army dan khimar senada, Ummi juga memakai gamis dengan warna yang sama dengan yang Keyla kenakan.
"Udah siap kan, ayo kita berangkat sekarang, mereka juga udah berangkat." Kata Abah.
Mereka siapa sih, emang ada orang lain ya yang akan ikut, ah mungkin saja Abah ada janji sama teman kerja atau sahabatnya gitu, tapi kenapa musti ngajakin aku sih, aku kan nggak tau mau ngapain di sana apalagi paling tiba disana ketemu sama orang yang seumuran Abah, kan nggak lucu gitu aku yang kecil sendirian.
Keyla hanya menurut saja sampai masuk ke dalam mobil yang akan mengantar mereka ketujuan.
Bersambung.
Keluarga Bahtiar terlebih dahulu sampai di restoran tempat diadakannya perjanjian kedua pihak keluarga untuk bertemu, mereka telah duduk di meja yang telah di pesan terlebih dahulu. "Yah, coba tanyain mereka sudah nyampe mana, Bunda sudah nggak sabar pengen ketemu calon mantu." Bunda Rahma sangat antusias menunggu kedatangan calon besan dan menantunya. Sebelum pertemuan ini mereka telah lama sepakat ingin menjodohkan salah satu dari anak mereka.
Eh calon mantu, jangan sampe aku mau di jodohin sama anak teman Ayah, inikan bukan jaman Siti Nurbaya pakai jodoh-jodohan segala, hua hiks.
Melihat anaknya yang tiba-tiba jadi murung lantas Bunda Rahma menegur Oca. "Kamu kenapa sih diem-diem bae, senyum dong sayang bentar lagi mau ketemu calon kakak ipar." petuah bundanya antusias.
Lha bukan aku toh, kak Dimas kali ya. Aduh nggak sabar pengen lihat calon kakak ipar hihi, pasti cantik deh.
"Mereka sudah sampai, nah itu mereka." Menunjuk salah satu pengunjung yang baru saja masuk di restaurant itu.
Bunda Rahma dan juga Oca menoleh seketika mengikuti arah pandangan Ayah Sultan.
"Bun, bukannya itu Keyla sama Ummi dan Abahnya ya?" tanya Oca memastikan, kalau-kalau saja penglihatannya buram.
"Iya sayang, itu Keyla sahabat kamu." masih dengan senyum yang merekah bunda Rahma menjawab pertanyaan putrinya.
Jadi jadi yang di maksud calon kakak iparku itu Keyla, dan astaga kok bumi ini sempit banget sih, dari sahabat jadi calon kakak ipar, kyaaa pasti seru nih.
"Assalamu'alaikum." Salam Abah Rahman kepada keluarga sahabatnya.
"Wa'alaikumussalam." Jawab mereka.
Mereka mengambil duduk di tempat yang telah di sediakan.
Masya Allah, jadi teman Abah itu Ayahnya Oca toh, aku pikir siapa. Kan kalau begini aku ada teman yang mau di ajak ngobrol untung juga anak satu ini ikut jadi aku nggak perlu jadi patung manekin dengerin obrolan para tetua.
Keyla mengambil duduk di sebelah Oca, disebelahnya ada Ummi dan di sebelah ummi tempat Abah duduk, tapi ada satu bangku kosong di sebelah Abah dan persisi di samping Ayah Oca.
"Masya Allah tambah cantik saja anak kamu Khadijah", sambil melirik kearah Keyla yang di maksud. Keyla hanya menunduk malu.
"Anak kamu yang satunya dimana Sul, kok nggak kelihatan." Tanya Abah.
"Dia masih ada urusan di kampus, sebentar lagi nyusul ke sini." Jawab Ayah Oca.
Pelayan datang memberikan buku menu, "Silahkan ini buku menunya tuan nyonya" Mereka memilih menu masing-masing sesuai selera, setelah mencatat pesanan mereka pelayang itu pergi lagi.
Dari kejauhan Keyla melihat sosok yang sejak pagi tadi dia temui, sosok itu mirip dengan, Eh itu bukannya pak Dimas nggak sih, dia menuju kesini, lha beneran kesini dia, teman Ayah ya tapi nggak mungkin deh.
"Assalamu'alaikum Yah, Om." Memberi salam sambil menjabat tangan Ayahnya dan Abah Rahman.
Dimas, pria itu duduk diantara Ayahnya dan Abah Rahman, yang langsung berhadapan dengan tempat Keyla duduk.
Oh jadi ini yang akan di jodohkan dengan ku, dia cantik, astagfirullah belum mahram Dimas, tunggu setelah halal baru kamu puas-puasin mandangin dia.
Dimas telah lebih dulu mengetahui rencana perjodohan ini, awalnya dia sempat menolak, tapi karna bujuk rayu bundanya pada akhirnya dia menerima perjodohan itu. Tapi sekarang dia tidak merasa menyesal, bahkan dia beruntung setelah melihat wanita yang akan di jodohkan dengannya, dia kelihatan seperti wanita baik-baik, pikirnya.
Langsung saja Dimas mengalihkan pandangannya dari wajah Keyla, sambil terus beristigfar dalam hati.
Tak lama pesanan mereka tiba. Para pelayan menyusun makanan ke atas meja.
"Bagaimana rasanya jadi dosen Dimas?" Tanya abah Rahman memulai obrolan lagi.
"Hm, Alhamdulillah sampai sekarang tidak ada kendala Om." Menjawab dengan sopan.
Jadi pak Dimas itu anaknya Om Sultan sama tante Rahma ya, dan dia kakanya Oca, tapi kok Oca nggak pernah cerita kalau punya kakak cowok, pantes saja tadi pagi dia biasa-biasa saja pas ngelihat pak Dimas, ternyata kakanya, hm habis ini aku harus nanya Oca langsung.
Selesai dengan makanannya, Sultan Bahtiar berdehem sebentar lalu melanjutkan tujuan awalnya dari mengadakan pertemuan ini, "Jadi, maksud dari pertemuan keluarga ini guna membahas lebih lanjut mengenai perjodohan yang telah di sepakati antara saya dan sahabat saya Rahman. Kami berniat menjodohkan salah satu anak kami, dan saya menginginkan anak saya Dimas untuk dijodohkan dengan Keyla." singkat padat dan jelas pembahasan dari sang kepala keluarga, Sultan Bahtiar.
"Uhuk". Keyla yang tidak sengaja mendengar namanya jadi topik pembahasan langsung tersedak ludahnya sendiri.
Ummi khadijah lantas memberikan minum kepada Keyla.
"Jadi Keyla maukan di jodohkan dengan anak om, Dimas?" tanya Ayah sultan langsung kepada yang bersangkutan.
Ya Allah, cobaan apa ini, baru saja tadi pagi jadi dosen masa sekarang langsung jadi calon suami. Ya Allah, terima nggak ya, masa iya nikah sama dosen sendiri, entar gimana rumah tanggaku nanti,, Aaaaa aku kan masih kecil harus gitu ya nikah cepat.
Melihat anaknya yang hanya diam, Ummi yang duduk di sebelah Keyla menggenggam tangannya di bawah meja.
"Gimana nak, kamu teirma kan?" Kali ini, Abah yang meminta jawaban dengan ekspresi wajah memohon.
Aaaa, Abah kok mukanya digituin sih, akukan nggak tega ngelihatnya, ini kudu diterima ya, tapi kan aku belum siap. Ya Allah, bismillah terima saja oke.
Semua yang ada di meja itu harap-harap cemas menunggu jawaban Keyla, tak terkeculi Dimas yang sejak tadi gelisah menunggu jawaban gadis yang ada di depannya. Dia menginginkan jawaban iya.
"Keyla, terima Abah". Dengan satu tarikan nafas Keyla mengatakan itu, yang membuat wajah-wajah yang tadinya harap cemas tergantinkan dengan senyum sumringan.
"Kyaaa, kita bakal jadi saudara ipar Key." suaru heboh Oca sambil memeluk sahabatnya lantas membuat orang-orang disekitar mereka menatap aneh kepadanya.
"Ya ampun Ocalina, suaranya di kontrol sedikit kenapa sih, sudah gede kok bikin malu-malu saja kamu tuh." Cerocos bunda dengan wajah dongkol melihat tingkah anak gadisnya ini. Tapi raut wajah itu langsung berubah jadi senyum bahagia ketika melihat ke arah Keyla, "Terimaaksih ya sayang sudah nerima perjodohan ini, Bunda senang banget."
"Eh, iya Tante." Jawab Keyla malu-malu.
"Lha kok manggil tante sih, manggil Bunda dong, bentar lagi kan nikah sama Dimas anak Bunda". Membenarkan sapaan Keyla dengan senyum yang masih mengembang di wajah keriputnya.
"Hehe, iya Bun..da". menjawab malu-malu.
"Nah, karena sudah diterima, bagaimana kalau pernikahannya kita percepat saja, kan tidak baik menunda hal baik." kata Ayah Sultan memberi saran.
"Bagaimana kalau minggu depan". Itu yang menjawab Ramhawati bunda Oca, dia yang begitu antusias mengenai perjodohan ini.
"Iya saya setuju." Ummi pun menimpali dengan tak kalah antusiasnya.
Memang pada dasarnya kedua wanita paruh baya itu yang mencetuskan ide soal perjodohan anak mereka, dan para suami pun menyetujui ide mereka. Mereka telah bersahabat sejak lama, untuk mempererat persahabatan mereka akhirnya mereka berniat menjodohkan salah satu anak mereka, dan hari ini ide itu terlaksanakan tanpa kendala.
"Oke, jadi minggu depan ya, saya mengusulkan untuk akad di laksanakan rumah saya." Kata Abah memberi usulan.
"Dan untuk resepsi akan di adakan di salah satu hotel saya." sambung Ayah Sultan.
Alhamdulillah, satu minggu dari sekarang kamu akan menjadi istriku gadis kecil. Dimas
Minggu depan status ku yang dari mahasiswi menjadi istri dari dosen ku sendiri. Keyla
Aaaa, nggak sabar hari itu tiba, seru pasti lihat kak Dimas manggil Keyla pake sebutan istri. Oca
Bersambung.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!