NovelToon NovelToon

Mengapa Harus Aku

Anum

Hari itu seorang gadis bernama Anum Rahmadani Alfiqri (23 tahun) seorang santri putri disebuah pesantren di kota A. Ibu dan Ayahnya adalah seorang guru pembimbing. Anum merupakan gadis yang sangat ceria, ia punya sahabat dekat bernama Hawa (sepupu 24 tahun) dan Silmi (22 tahun). Mereka sering disebut si trio kwek-kwek yang kemana mana selalu bertiga dan selalu kompak.

Anum sedang menunggu kedua sahabatnya itu didepan gerbang sekolah. Ia keluar lebih dulu karena sahabat sahabatnya itu pergi dulu ke toilet.

"Silmi sama Hawa kemana sih, pergi ke toilet saja ko lama banget" gumam Anum sedikit menggerutu.

Tiba tiba Abi dan Pakde nya lewat yaitu ustad Rasyid dan ustad Riziq.

"Assalamualaikum, Num sedang apa berdiri disini?" tanya Ustad Rasyid.

"Waalaikum salam, aku lagi nunggu Hawa sama Silmi, kita mau pulang bareng Bi" jawab Anum. Ustad Rasyid pun mengangguk. Tiba tiba adik sepupunya datang dialah Fawwaz (17 tahun) putra dari adik ayahnya yang bernama Zahira.

"Assalamualaikum"

"Waalaikum salam"

"Kak Anum lagi nungguin aku ya. Yu kita pulang" ajak Fawwaz. Anum langsung mengernyit.

"Idiiih ge'er. Sana pulang sendiri, siapa tau dijalan ada yang nyulik, bukankah diculik adalah cita citamu" ucap Anum. Fawwaz langsung mengerucutkan bibirnya.

"Pakde Rasyid, kak Anum Zahara deh" Fawwaz mengadu.

"Kak Anum bukan Zahara tapi Zahira" ucap Anum sambil menahan tawanya, ia sangat senang kalau urusan menggoda dan meledek adik sepupunya itu.

"Zahira itu nama mommy ku" ucap Fawwaz.

"Tapi mommy mu itu panggilannya Selebor" ucap Anum yang lagi lagi meledek Fawwaz.

"Anum tidak boleh bicara seperti itu" tegas ustad Rasyid. Anum langsung mengangkat kedua jarinya (vis).

"Tapi kata Mommy umi, meskipun Selebor tapi dia tetap perempuan cantik imut dan menggemaskan meskipun usianya sudah tidak muda lagi tapi pesonanya tetap melanglang buana, pesona kak Anum saja kalah. Bagi AZ mommy umi itu adalah MISS PESANTREN" tutur Fawwaz. Anum sudah menganga sementara Riziq dan ustad Rasyid sudah menahan tawanya.

"AZ, sama pakde Riziq dianterin pulang ya, nanti kalau ketemu Mommy mu, bacain ayat kursi ya, kalau perlu tiup ubun ubunnya sekalian" tutur Riziq.

"Ikh Pakde malah ngeledek deh, ayo anterin aku pulang, tapi gendong aku ya" pinta Fawwaz sambil tersenyum senyum.

"Masa kau minta digendong sih. Kau ini sudah tinggi AZ, Pakde takut kecengklak kalau menggendong mu" ucap Riziq.

"Mommy umi saja suka digendong sama pakde Riziq waktu seusiaku" protes Fawwaz.

"Tapi Mommy mu itu perempuan, kau kan laki laki, malu kalau dilihat orang, kecuali kau lepas sarung terus ganti sama baju gamis" ucap Riziq hingga Fawwaz mengerucutkan bibirnya.

"Om Riziq, si AZ digendong saja kasihan, nanti kalau lewat jembatan tinggal dilempar ke sungai" ucap Anum.

"Anum tidak boleh bicara seperti itu" ucap ustad Rasyid hingga Anum cengengesan.

"Maaf Bi bercanda abis gemeeezzz sama si AZ"

Ustad Rasyid, Riziq dan Fawwaz pun pergi duluan. Anum masih menunggu Hawa dan Silmi. Tidak lama kemudian datanglah Hawa dan Silmi.

"Assalamualaikum"

"Waalaikum salam"

"Tumben lama keluarnya?" tanya Anum heran.

Mereka pun berjalan menuju tepi perkebunan dan duduk menikmati angin disana. Mereka bersahabat sejak kecil karena mereka dibesarkan di pesantren itu. Mereka tidak tinggal di asrama putri, mereka lebih senang tinggal bersama orang tua mereka.

"Tidak terasa ya persahabatan kita sudah lebih dari 20 tahun. Kira kira diantara kita siapa ya yang lebih dulu menikah. Aku apa kalian" ucap Silmi.

"Kalian saja duluan, target menikahku diusia 26 tahun, sama seperti Umi ku dulu yang menikah diusia 26 tahun" ucap Hawa.

"Kalau aku sih mau sekarang mau nanti juga siap siap saja asalkan aku menikahnya dengan berondong" tutur Silmi hingga Anum dan Hawa mengernyit.

"Dari dulu hingga sekarang pikiranmu berondong mulu. Kudo'akan kau mendapatkan jodoh dengan laki laki dewasa yang matang usianya" ucap Anum sedikit meledek hingga Silmi langsung cemberut.

"Kalau aku sendiri sih belum siap untuk menikah, aku masih ingin belajar, aku ingin pintar seperti kak Syakir (kakaknya Anum), kak Syakir kini menjadi kebanggaan keluarga, diusianya yang masih muda ia kini sudah bisa memimpin pesantren" tutur Anum dengan bangganya. Hawa dan Silmi pun tersenyum.

"Tapi Num, jika Allah mendatangkan jodohmu lebih awal, memangnya kau bisa apa, mau tidak mau kau pasti harus menerimanya" ucap Hawa. Anum pun tersenyum.

"Sudah sudah jangan ngomongin jodoh mulu, kalau kedengeran Abi ku bisa bahaya, nanti kita diceramahi, dibilang perempuan akhir zaman yang selalu mementingkan jodoh namun lalai dalam agama" tutur Silmi.

"Ngomong ngomong sebentar lagi libur panjang, kira kira kalian mau pergi kemana?" tanya Hawa.

"Rencananya aku mau menginap beberapa hari di pesantrennya Mbah Samsul, aku rindu sama keponakan keponakanku. Kalian sendiri mau pergi kemana?" tanya balik Anum.

"Abi berondong mengajaku pergi berziarah ke makamnya kakekku, insya Allah aku sekeluarga mau mudik ke kampung halamannya Umi Aisyah. Kebetulan kak Cahaya kakak iparku belum pernah kesana, apalagi sekarang kan dia sedang hamil, mumpung hamil muda, kalau hamil tua kan gak boleh kemana mana harus banyak istirahat" jawab Hawa. Silmi hanya diam saja sambil cemberut kesal membuat Anum dan Hawa terdiam heran..

"Kau kenapa cemberut Silmi?" tanya Anum heran. Hawa pun menatap sahabatnya itu dengan tatapan heran.

"Aku lagi kesel sama Abi Usman, aku sebenarnya ngajak Abi untuk liburan ke Kairo, eh si Abi malah ngajakin aku liburan keliling perkebunan Mbah Husen" tutur Silmi sambil menggerutu. Anum dan Hawa langsung tertawa tawa.

"Waah ustad Usman pengertian sekali ya ngajak liburannya ke kebun, murah meriah, praktis, hemat, hemat waktu sama hemat dana. Pasti kau disuruh memanen sayuran Sil" goda Anum.

"Tumben pakde Usman pelit, biasanya kan dia paling royal, secara diakan orang kaya raya pake banget. Dibawah tempat tidurnya saja banyak uang gepokan nya, pasti ber M M deh" goda Hawa. Anum sudah tertawa tawa hingga Silmi semakin cemberut.

"Kalian jahat deh malah ngeledekin"

"Iya maaf Mimi sayang" ucap Anum sambil mencubit kedua pipinya Silmi.

"Jangan panggil aku Mimi, tapi panggil aku Sisil" protes Silmi.

"Iya Sisil sayang"

"Jodoh. Aku akan menunggu hingga jodoh datang menghampiri, siapapun dia aku yakin dialah jodoh yang terbaik yang Allah berikan untuku. Semoga kami dipertemukan dengan cara yang istimewa, pertemuan yang lain dari pada yang lain hingga seumur hidup aku tidak bisa melupakannya. Pertemuan yang sangat manis namun berkesan, Itu adalah impian sederhanaku ketika aku bertemu dengan jodohku" (ANUM).

Berlibur

Malam pun tiba, Anum sudah bersiap mengemas pakaiannya ke dalam tas besar untuk dibawanya berlibur ke pesantrennya kiyai Samsul. Anum sudah tidak sabar ingin cepat bermain dengan kedua keponakannya yang masih lucu lucu dan menggemaskan. Hafis yang berusia 6 tahun sementara Anabila yang baru berusia beberapa bulan.

Ustadzah Yasmin ibunya Anum pun masuk ke kamar putrinya dan ikut membantu mengepak baju.

"Maaf ya Num, Umi tidak bisa ikut bersamamu karena Umi dan Abi mu masih ada urusan disini. Nanti kalau urusan Umi sudah selesai, Umi pasti akan menyusulmu kesana" ucap Ustadzah Yasmin.

"Iya tidak apa apa Umi" jawab Anum sedikit mengangguk.

"Besok pagi kakakmu menjemput, jadi pagi pagi sekali kau harus bersiap siap. Tidak usah ada drama perpisahan dulu dengan sahabat sahabatmu, itu akan membutuhkan waktu yang lama, lagi pula Hawa dan keluarganya sudah berangkat tadi sore ke kampung halamannya Tante Aisyah. Kau juga jangan menemui Silmi dulu untuk pamitan karena sedari kemarin Silmi sedang merajuk pada Abi nya untuk pergi berlibur ke Kairo"

"Iya Mi, pagi pagi sekali aku langsung berangkat" jawab Anum. Ustadzah Yasmin pun tersenyum lalu mengelus kepala putri bungsunya itu.

"Sekarang kau istirahatlah, ini sudah malam takutnya nanti besok kau kesiangan" pinta ustadzah Yasmin. Anum pun mengangguk.

Setelah Umi nya keluar dari kamarnya, Anum pun duduk diujung ranjang sambil melamun.

"Kira kira jodohku nanti seperti apa ya, ko aku jadi penasaran. Mudah mudahan dia bukan cuma Sholeh, tapi dia yang bisa membuat tangis ku menjadi tawa" batin Anum. Tak terasa Anum pun ketiduran.

_ _ _ _ _ _

Keesokan harinya pagi pagi sekali Syakir kakaknya Anum sudah datang menjemput. Syakir sudah turun dari mobil lalu tersenyum melihat rumah orang tuanya yang penuh dengan kenangan masa kecilnya.

"Assalamualaikum"

"Waalaikum salam"

jawab Ustadzah Yasmin yang sengaja sedari subuh sudah menunggu kedatangan putranya untuk menjemput Anum. Syakir pun mencium tangan Uminya tak lupa juga memberi pelukan hangat.

"Mana Anum sama Abi Mi?" tanya Syakir.

"Abi mu pergi ada urusan dengan ustad Soleh. Anum masih didalam, sebentar Umi panggilkan dulu"

Ustadzah Yasmin pun memanggil Anum.

"Anum, kakakmu sudah datang"

Tidak lama kemudian Anum pun keluar rumah dengan membawa tas besar berisi pakaian dan keperluan lainnya karena dia akan menginap di pesantren mbah nya selama seminggu lebih.

"Ya Allah Num, gak kebanyakan bawa barang barang nya, sudah seperti mau kabur saja" ustadzah Yasmin memprotes.

"Umi, aku kan satu Minggu lebih disana jadi harus bawa barang banyak" jawab Anum.

Sebelum berangkat Syakir dan Anum pun bertemu dengan Fadil yang sedang mendorong kereta bayi Bilqis bersama Syifa. Syakir sangat senang bisa bertemu sahabatnya itu.

"Assalamualaikum, Syakir kau kapan datang?" tanya Fadil yang langsung merangkul Syakir.

"Waalaikum salam. Aku baru saja datang mau menjemput Anum"

Mereka pun sempat mengobrol ngobrol sebentar untuk mengobati rasa rindu mereka karena sejak Syakir pindah pesantren, ia jadi jarang bertemu Fadil. Setelah selesai mengobrol, Syakir dan Anum pun pamit pergi.

"Hati hati, semoga kalian selamat sampai tujuan" ucap Fadil.

Sebelum keluar gerbang pesantren, Syakir pun membunyikan klakson mobilnya ketika melihat ustad Usman sedang berjalan bersama Silmi.

Tiiiid tiiiid tiiiid.

Anum sudah melambai lambaikan tangannya mendadahi Silmi sengaja ingin menggoda sahabatnya itu karena Silmi liburannya hanya diajak pergi ke perkebunan saja. Ketika Silmi melihat kepergian Anum, Silmi langsung cemberut.

"Abi, si Anum saja sudah pergi berlibur ke pesantren Mbah nya, masa aku harus berlibur di perkebunan saja" protes Silmi sambil sedikit merengek.

"Mimi sayang, anggap saja kita sedang pergi ke puncak, perkebunan kita kan nampak luas dan pemandangannya tidak kalah indah dari pemandangan puncak" tutur ustad Usman.

"Tapi Abi, kalau pergi ke puncak beneran kan kita bisa ke kebun stroberi dan memetiknya langsung, pasti sangat menyenangkan"

"Mimi sayang dengerin Abi, Mimi jangan mau kalah sama dunia novel yang tingkat kehaluannya setinggi langit, Mimi kan bisa menghalu metikin buah tomat dan bayangin Mimi lagi metikin buah stroberi" tutur ustad Usman kembali.

Ketika Syakir dan Anum sudah sampai di pesantrennya kiyai Samsul. Para santri sudah nampak terlihat di sekeliling pesantren. Anum pun tersenyum, ia merasa ada yang beda dari pesantren tempat ia tinggal. Dilihatnya Juwita sedang berdiri menunggunya sambil menggendong Anabila, tak lupa juga Hafis ikut menunggu. Anum segera turun dari mobil dan langsung berlari menemui keponakan keponakannya.

"Hafis, Anabila, assalamualaikum"

"Waalaikum salam, selamat datang Anum, semoga liburanmu menyenangkan disini" ucap Juwita.

"Makasih ka Juwi"

Anum sudah menggendong Anabila dan mencubit gemas pipinya Hafis. Mereka pun masuk ke rumahnya Syakir. Syakir sudah membawa tas besar milik adiknya itu.

Setelah beristirahat sejenak, Anum pun diantar ke rumahnya kiyai Samsul dan umi Fatimah yang tidak jauh dari rumahnya Syakir. Mereka pun berjalan bersama hingga bertemu dengan ustad Fajri yang tidak lain masih sodara dengan Anum dan Syakir. Ayahnya Fajri dan kiyai Samsul adalah kakak beradik. Fajri seumuran dengan Syakir namun dia belum menikah.

"Assalamualaikum"

"Waalaikum salam"

Fajri pun tersenyum melihat Anum.

"Waah ini Anum ya, tidak disangka sudah besar dan cantik ya. Sudah lama baru kesini" ucap Fajri dengan ramahnya.

"Iya kak, aku mau liburan disini" jawab Anum.

"Semoga betah ya Num. Ka Fajri pergi dulu masih ada urusan, semoga liburanmu menyenangkan disini. Assalamualaikum" pamit Fajri.

"Waalaikum salam"

Setelah kepergian Fajri, Anum pun sempat berbisik pada Syakir.

"Itu kak Fajri masih belum menikah sampai sekarang?" tanya Anum. Syakir pun menggeleng.

"Kasihan sekali"

"Tidak boleh bicara seperti itu, bagaimanapun dia adalah saudaramu juga" ucap Syakir. Anum pun mengangguk ngangguk. Syakir memang pemimpin pesantren itu, tapi ia tidak mau dipanggil Gus, tidak mau dipanggil ajengan apalagi dipanggil kiyai, Syakir lebih suka dipanggil ustad.

Ketika sampai di rumahnya Kiyai Samsul, Anum langsung memeluk Umi Fatimah dan Mbah nya itu.

"Cucu Umi yang cantik sudah datang, semoga betah ya liburan disini" ucap Umi Fatimah. Anum pun mengangguk tersenyum. Setelah mengobrol dan bermanja manja pada Mbah dan nenek umi nya, Anum pun izin berkeliling bersama Hafis.

"Mbah aku izin melihat lihat suasana disini ya sama Hafis" ucap Anum.

"Iya, nanti pulang nya jangan terlalu sore" ucap kiyai Samsul.

"Hati hati Num nanti tersesat" ucap Syakir.

"Aku kan bukan si Fawwaz yang tersesat hingga menghebohkan satu pesantren" jawab Anum.

Kini Anum sudah berjalan bersama Hafis. Mereka berhenti disebuah jalan yang menghubungkan dengan pesawahan yang nampak luas.

"Waah pemandangannya indah ya Fis, masih asli gak ada polusi" ucap Anum. Anum pun mengajak Hafis berjalan mendekati pesawahan dan menjauhi pemukiman pesantren. Salah satu santri ada yang melihatnya, ia mengira Hafis mau diculik. Santri itu pun berlari mencari bantuan untuk menyelamatkan Hafis, ia bertemu dengan salah satu guru pembimbing disana dia adalah ustad Athar (25 tahun).

"Ustad Athar tolongin si Hafis" ucap santri itu sambil ngos-ngosan.

"Kenapa dengan Hafis?" tanya Athar.

"Sepertinya Hafis mau diculik seseorang, sekarang dia dibawa ke arah pesawahan ustad, ayo cepat kita tolong"

Seketika itu pula Athar dan salah satu santri itu berlari menuju ke arah pesawahan untuk menyelamatkan Hafis yang dikira mau diculik.

Jatuh

Masih dengan ustad Athar dan seorang santri yang berlari untuk menyelamatkan Hafis yang dikira mau diculik oleh perempuan yang tidak dikenal. Athar langsung berlari disebuah jalan kecil dipinggir sawah karena Anum sedang berjalan jalan sambil memegangi Hafis dipinggiran sawah. Suasana yang adem membuat Anum nyaman dan merasa tentram disana. Namun tiba tiba Anum terkejut dengan kedatangan dua orang yang tidak dikenal itu (Athar dan santri putra).

"Kau mau bawa kemana Hafis" tegas Athar sambil menarik tangannya Hafis merebutnya dari Anum. Anum dan Hafis pun terkejut dengan sikap Athar.

"Siapa kau?" tanya Anum heran sambil menarik kembali tangannya Hafis hingga Hafis mendekap padanya, takut Athar orang yang jahat.

"Justru aku yang tanya siapa kau?, aku tidak mengenalmu, kau bukan santri putri disini. Apa kau datang kesini untuk berbuat jahat. Kau pasti mau menculik Hafis ya" tuduh Athar. Anum langsung mengernyit dan tak terima dituduh penculik.

"Ini orang ngelindur apa gimana sih, muka cantik dandanan Sholehah begini dikira penculik" batin Anum menggerutu.

"Sudah ustad, ikat dia terus bawa ke pesantren, kalau perlu sumpal mulutnya pake keong racun" ucap santri itu. Lagi lagi Anum mengernyit.

"Astaghfirullah, kalau bicara jangan sembarangan. Aku bukan penculik, kalau kalian tidak percaya, kalian boleh tanya pada si Hafis" ucap Anum. Athar pun langsung menatap Hafis yang lagi tertawa kecil merasa lucu melihat perdebatan mereka.

"Hafis, apa Hafis kenal dengan perempuan ini?" tanya Athar. Hafis malah menggelengkan kepalanya sengaja ingin menggoda Anum. Anum langsung menganga.

"Hafis, jangan jadi keponakan durjana, masa Tante Anum gak diakui sih" ucap Anum sedikit menggerutu. Athar sudah menyipitkan matanya pada Anum.

"Cantik cantik pekerjaan mu menjadi penculik, astaghfirullah alazim, bertaubatlah hei perempuan, masih banyak pekerjaan yang halal selain menjadi seorang penculik" tutur Athar. Anum sudah merasa tidak percaya kalau liburannya dihari pertama membuatnya jengkel.

"Aku ini adiknya kak Syakir, cucunya Mbah Samsul" tegas Anum.

"Modus" ucap santri itu.

Anum sudah merasa kesal hingga ia menarik tangan Hafis untuk pergi.

"Ayo Fis kita pulang" ajak Anum. Athar pun tidak mau kalah hingga ia menarik tangan Hafis yang satunya lagi dan pada akhirnya Anum dan Athar malah rebutan Hafis sementara Hafis sendiri merasa senang hingga ia berjingkrak jingkrak.

"Lepaskan keponakanku" tegas Anum.

"Kau yang harusnya lepaskan. Aku bisa melaporkan mu pada polisi kalau kau mau menculik anak kecil" ucap Athar.

Mereka malah tarik menarik hingga Anum tiba tiba terpeleset dan jatuh ke sawah.

"Aaaaaaaaa"

Anum pun terjungkal ke sawah hingga baju dan tubuhnya dipenuhi lumpur.

"Astaghfirullah alazim"

Athar pun ikut terkejut.

"Umiiiiiiii, aku mau pulang, aku gak mau liburan disini" teriak Anum.

Athar pun membantu Anum untuk bangun. Anum sudah merasa kesal bukan main, tiba tiba ia terdiam ketika melihat Athar.

"Sepertinya aku pernah melihat laki laki ini sebelumnya, tapi dimana ya" batin Anum mengingat ngingat.

Tiba tiba Anum pun mengingat siapa laki laki yang kini berdiri dihadapannya itu.

"Laki laki inikan yang dulu pernah secara tidak langsung menyumpahi ku bintitan waktu aku mencari Fawwaz yang hilang dulu" batin Anum. Anum semakin mengerucutkan bibirnya.

"Dulu menyumpahi ku bintitan, sekarang malah menuduhku sebagai penculik. Aku tandai kau pake spidol warna hitam sebagai laki laki paling menyebalkan yang pernah kutemui disini" batin Anum.

Pada akhirnya Anum dibawa ke aula untuk diintrogasi dengan keadaan penuh lumpur. Ditengah jalan mereka bertemu dengan Fajri. Fajri nampak terkejut melihat Anum kotor dipenuhi lumpur.

"Astaghfirullah alazim Anum kau kenapa?" tanya Fajri heran. Anum sudah mengerucutkan bibirnya.

"Ustad Fajri mengenal perempuan ini?" tanya Athar.

"Dia Anum adiknya Ustad Syakir" ucap Fajri. Athar dan santri itu pun terkejut mendengarnya.

"Astaghfirullah alazim, jadi kau adiknya ustad Syakir dan kau bukan penculik?" tanya Athar memastikan.

"Hhmmm"

jawab Anum dengan kesalnya.

"Ada apa ini sebenarnya?" tanya Rijal yang belum mengerti.

"Maaf ustad Rijal, sepertinya aku salah paham. Aku pikir perempuan ini mau menculik Hafis, hingga kami ribut dan dia terpeleset ke sawah" tutur Athar merasa malu.

Tiba tiba Syakir datang menghampiri, ia pun ikut terkejut melihat penampilan adik perempuannya itu yang kini sudah kotor terbaluri lumpur.

"Assalamualaikum, Anum kau kenapa?" tanya Syakir cemas. Anum semakin cemberut.

"Aku malas bercerita, tuh tanyakan saja pada dia" tunjuk Anum pada Athar. Syakir pun langsung menatap Athar.

"Ustad Athar, ada apa ini sebenarnya?" tanya Syakir. Athar pun sudah merasa malu sendiri.

"Maaf ustad Syakir. Ini salahku, yang tidak mencari informasi yang jelas dulu hingga aku menuduh mba Anom mau menculik Hafis" tutur Athar.

"Anum ya bukan Anom" gerutu Anum kesal.

Syakir sudah menahan tawanya merasa lucu melihat Anum berbalut lumpur.

"Maaf mba Anum, aku minta maaf atas kesalah pahaman ini" ucap Athar. Anum hanya diam saja sambil cemberut.

"Anum itu ustad Athar minta maaf padamu" ucap Syakir.

"Iya aku maafin, tapi lain kali harus hati hati jangan sampai menuduh orang tanpa bukti" tegas Anum. Athar pun mengangguk.

"Sekali lagi aku minta maaf mba Anum" ucap Athar kembali. Anum masih mengerucutkan bibirnya.

"Num sebaiknya kau pulang, bersihkan badanmu" pinta Syakir. Syakir pun menatap Athar yang kini sudah menunduk, sementara Anum bergegas pulang sambil cemberut. Fajri sudah menahan tawanya melihat penampilannya Anum.

"Ustad Athar, lain kali hati hati, jangan terlalu berprasangka buruk sebelum mencari tau kebenaran nya. Jadikan kejadian ini sebuah pelajaran biar kedepannya lebih hati hati" tutur Syakir. Athar pun mengangguk.

"Aku permisi dulu asalamualaikum" pamit Syakir yang kini sudah menyusul Anum pulang bersama Hafis.

Fajri pun sempat melirik Athar lalu pergi meninggalkan Athar dan santri itu tanpa mengucap salam. Athar pun merasa heran dengan sikap Fajri terhadap nya selama ini yang seolah tidak menyukainya tanpa alasan. Setelah kepergian Fajri dan Syakir, Athar pun melirik sambil memicingkan matanya pada santri yang sedang bersamanya itu.

"Maaf Ustad Athar, aku permisi dulu mendadak laper"

Saat santri itu mau kabur, Athar langsung menarik sorbannya hingga santri itu hampir kecekik.

"Lain kali cari tau dulu kebenarannya, kau membuatku malu karena telah menuduh si Anom sebagai penculik" gerutu Athar.

"Anum ustad, namanya Anum bukan Anom" ucap santri itu mengingatkan. Dan pada akhirnya mereka pun berjalan pulang bersama. Ada rasa tak enak dan malu, apalagi ketika tau kalau Anum adalah cucunya kiyai Samsul.

"Duuh kalau Anum mengadu pada Mbah nya terus kiyai Samsul marah lalu memecat ku bagaimana ya" batin Athar takut.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!