NovelToon NovelToon

My Angel Valeria

VALERIA RAINER

"Kau itu bukan anak kandung Papamu yang saat ini tinggal bersamamu!"

"Kau itu hanya anak hasil pemerkosaan!"

"Kau itu anak haram!"

Suara wanita paruh baya yang tak sengaja Valeria temui di halaman Rainer's Resto tadi, terus saja berkelebat di benak Valeria.

"Kau itu anak hasil pemerkosaan!"

"Kau tidak akan bisa menikah!"

"Asal-usulmu tidak jelas!"

Tidak!

Ibu-ibu tadi pasti berbohong!

Valeria anaknya Papa Theo!

"Nona, kita sudah sampai." Suara dari Pak Supir yang mengantar Valeria pulang, segera membuyarkan lamunan gadis 23 tahun tersebut.

Valeria turun dari mobil dengan cepat dan segera berlari menaiki tangga menuju ke kamarnya di lantai dua.

Valeria membuka pintu kamarnya dengan kasar, sebelum kembali menutupnya. Sedikut tergesa, Valeria membuka laci yang ada di dalam lemarinya. Mengeluarkan sebuah map tebal berisi banyak berkas.

Valeria mencari-cari akta kelahirannya dan juga copy-an surat nikah Mama Airin dan Papa Theo yang sepertinya masih ia simpan.

Ketemu!

Valeria segera mencocokkan tanggal lahirnya dengan tanggal pernikahan kedua orang tuanya.

Apa?

Tanggal pernikahan Mama Airin dan Papa Theo sama dengan tanggal kelahiran Valeria?

Dan di akta kelahiran Valeria juga tidak ada nama Papa Theo. Hanya ada nama Mama Airin.

Apa ini artinya?

Kau bukan anak kandung papamu!

Kau hanyalah anak hasil pemerkosaan!

Airmata Valeria lolos begitu saja di kedua pipinya. Jadi benar, Valeria bukan putri kandung Papa Theo.

Valeria adalah seorang anak haram yang tidak jelas asal-usulnya.

Apa yang akan dikatakan keluarga Abang Kyle nanti jika mereka tahu asal-usul Valeria?

Pernikahan Valeria dan Abang Kyle juga hanya tinggal menghitung hari. Dan sekarang....

Dering nyaring ponsel yang berada di dalam tas selempang, membuat Valeria terlonjak kaget. Buru-buru Valeria memeriksa siapa yang meneleponnya.

Abang Kyle!

Valeria menyeka dengan kasar airmata di kedua pipinya, sebelum mengangkat telepon dari Kyle.

"Halo, Bang!" Sapa Valeria pada calon suaminya tersebut.

"Kau masih di resto, Vale? Aku susul kesana dan kita makan siang bersama, ya!"

"Vale sudah di rumah, Bang!" Jawab Valeria tergagap.

"Aku jemput ke rumah kalau begitu."

"Abang dimana?" Tanya Valeria cepat.

"Masih di kantor. Tapi ini sudah mau pergi."

"Abang tunggu di kantor saja! Biar Vale yang membawakan makan siang Abang Kyle kesana. Sekalian Vale ingin bicara hal penting." Tukas Valeria cepat.

"Baiklah kalau begitu. Aku tunggu di kantor. Bye!"

Valeria menyimpan kembali ponselnya dan segera pergi menuju edhng kantor Arthur Company.

****

Arthur Company

Valeria menimmati makan siangnya tanpa selera. Gadis itu hanya mengaduk-aduk makanan di piringnya dan membuat Kyle mengernyit bingung.

"Kau tidak suka dengan makanannya?" Tanya Kyle seraya menyingkirkan makanan dari hadapan Valeria, karrna hanay diaduk-aduk oleh calon istrinya tersebut.

"Aku pesankan makanan yang lain, ya?" Tawar Kyle yang sudah meraih ponselnya yang tergeletak di atas meja.

"Nggak usah, Bang!" Tolak Valeria cepat. Gadis itu menghela nafas sejenak dan meneguk air di gelasnya sedikit.

"Kau sedang ada masalah, Vale?" Tanya Kyle lembut seraya mengusap kepala Valeria.

Namun Valeria hanya menggeleng lemah.

Kyle menyudahi makan siangnya karena mendadak pria itu juga kehilangan selera makan, setelah melihat Valeria yang murung.

"Kau bisa menceritakan apapun masalahmj kepadaku, Vale!"

"Bukankah kita sudah sama-sama berjanji untuk tidak memendam masalah apapun," ucap Kyle masih denagn nada yang lembut pada Valeria.

"Vale hanya sedikit mengantuk, Bang!" Jawab Valeria akhirnya.

Valeria masih merasa ragu menceritakan tentang masalah asal-usulnya pada Kyle. Lagipula, Valeria juga belum bertanya pada Papa Theo apa Valeria adalah anak hasil pemerkosaan atau bukan.

Bisa saja Mama Airin dan Papa Theo pernah melakukan kesalahan seperti Anne dan Abi kala itu. Lalu ada satu hal yang membuat mereka baru bisa menikah saat Valeria lahir.

Valeria benar-benar tidak mau berpikiran negatif atau berprasangka buruk pada Mama Airin dan Papa Theo.

Meskipun dalam hati Valeria tetap saja berontak dan tak berhenti berprasangka.

Bagaimana kalau Valeria benar-benar bukan anak kandung Papa Theo?

Bagaimana kalau Valeria mrmang hanya anak hasil pemerkosaan?

"Mau aku antar pulang? Atau kau mau tidur disini?" Pertanyaan dari Kyle membuyarkan lamunan Valeria.

"Vale tidak mau merepotkan Abang. Vale akan pulang saja naik taksi," ucap Valeria seraya membereskan sisa makan siangnya bersama Kyle.

"Kau yakin tidak mau cerita tentang masalahmu kepadaku?" Tanya Kyle sekaki lagi masih sedikit berharap.

Namun Vale hanya menggeleng dan kembali duduk di samping Kyle.

"Vale belum bisa cerita sekarang, Bang! Nanti kalau Vale sudah siap, pasti Vale cerita ke Abang," janji Vale menatap bersungguh-sungguh pada Kyle. Gadis itu menguap lebar menandakan kalau ia memang sudah mengantuk sekarang.

"Tidur dulu saja di sini! Nanti sore aku antar pulang, sekalian aku pulang kerja," saran Kyle sedikit memaksa kali ini.

Kyle sudah meraup Valeria ke dalam pelukannya sekarang.

Valeria hanya mengangguk-angguk, dan memejamkan matanya masih sambil bersandar di dada Kyle.

Tak butuh waktu lama, dan Valeria sudah tertidur di pelukan Kyle masih di sofa yang ada di ruang kerja Kyle.

Tok tok tok!

"Kyle!" Panggil Daniel dari luar ruangan.

"Masuklah!" Perintah Kyle seraya membenarkan posisi Valeria, agar calon istrinya itu merasa nyaman untuk berbaring di sofa.

"Vale kenapa?" Tanya Daniel yang sudah masuk ke dalam ruangan Kyle membawa setumpuk kertas di tangannya.

"Hanya lelah. Makanya ketiduran," jawab Kyle yang sudah duduk di kursi kerjanya.

"Kenapa pekerjaanku banyak sekali?" Keluh Kyle pada Daniel.

"Resiko! Kau pasti akan mengambil cuti setelah menikah dengan Valeria, jadi daripada menumpuk setelah kau pulang bulan madu, akan lebih baik jika kau mengerjakannya sekarang," kekeh Daniel memaparkan alasan panjang lebar.

"Curang sekali!" Dengkus Kyle sedikit memijit pelipisnya yag pening.

"Hei! Kau juga melakukan hal ini saat aku menikah dengan Thalia!" Kilah Daniel mencari pembenaran.

"Kau kan bawahanku. Ya wajar aku memberimu banyak pekerjaan," sahut Kyle yang masih kesal.

"Kerjakan saja dan tak perlu banyak mengeluh, Boss! Kau tidak mau tertimbun berkas saat sedang bulan madu bersama Vale, kan?" Tukas Daniel seraya beranjak keluar dari ruangan Kyle.

"Sialan kamu, Daniel!" Gerutu Kyle yang hanya di sambut dengan gelak tawa dari Daniel.

Kyle menatap sejenak pada Valeria yang masih terlelap di atas sofa, dan kembali mengingat perkenalan pertamanya dengan Valeria, enam tahun yang lalu.

Saat itu Valeria masih duduk di bangku SMA kelas sebelas, dan Kyle langsung bisa jatuh hati pada wajah manis Valeria.

Flashback 6 tahun yang lalu,

Sean, Anne, Valeria, dan Emily sedang belajar kelompok di rumah Sean, yang merupakan putra bungsu dari Mom Bi dan Dad Nick.

Sean, Anne, dan Valeria kebetulan memang teman satu kelas di sekolah yang sama. Sedangkan Emily yang masih duduk di kelas sepuluh, memang suka nimbrung kemanapun Sdan berada.

Dimana ada Sean, disitu pasti ada Emily. Dua orang yang mengaku srbagai pasangan kekasih itu sudah seperti bayi kembar siam saja, kemana-mana selaku berdua.

Tugas kelompok sudah selesai, dan hari beranjak sore. Anne masih bercerita sesuatu sesuatu pada Sdan dan Emily dengan celotehannya yang nyaris tanpa jeda. Diantara empat orang itu, memang Anne yang paling bawel, paling sok tahu dan paling ember.

Sedangkan Valeria memilih untuk langsung mojok di sudut ruangan dan tenggelam bersama buku di tangannya.

"Wah, sedang belajar kelompok?" Sapa Kyle yang baru pulang kuliah kala itu.

"Udah selesai kerja kelompoknya. Ini sedang bergosip, Bang!" Jawab Anne jujur.

Kyle hanya terkekeh mendengar jawaban polos dari Anne.

"Kamu siapa namanya? Teman barunya Sean, ya?" Tanya Kyle berbasa-basi.

Sean memang baru naik ke krlas sebelas. Jadi teman-temannya berbeda dari saat Sean duduk di kelas sepuluh.

"Ini anaknya Uncle Dev, Bang! Masa nggak ingat?" Bukan Anne, melainkan Sean yang menjawab pertanyaan Kyle.

"Oh, ya? Yang paling bungsu, ya?" Tebak Kyle bertanya sekali lagi pada Anne.

"Iya, Bang! Nama aku Anneke, panggilannya Anne," jawab Anne memperkenalkan diri.

"Trus itu yang dipojokan teman kamu juga, Sean? Kok nggak ikut nimbrung disini?" Kyle menunjuk ke arah Valeria yang masih sibuk dengan bukunya.

"Oh, itu sepupu Anne, Bang! Namanya Valeria. Dia alim anaknya, nggak suka gosip dan nggak suka ngomongin orang. Anaknya baik dan nggak pernah punya musuh," cerocos Anne panjang lebar menjelaskan siapa Valeria pada Kyle.

"Nggak kayak Anne yang musuhnya bertebaran dimana-mana," timpal Sean seraya tergelak

"Resek kamu, Sean! Musuh aku dari dulu cuma seekor itu doang, kok!" Kilah Anne seraya melempar bantal sofa ke arah Sean.

"Abi? Aku doain kalian berjodohlah. Biar seru!" Kelakar Sean yang masih saja tergelak.

"Nggak aku aminin!" Teriak Anne lebay.

"Abang kenapa liatin Vale terus? Naksir, ya?" Goda Sean pada Kyle yang terlihat salah tingkah.

"Eeh, enggak kok!" Kilah Kyle cepat.

"Valeria Rainer! Sini deh! Abang Kyle ganteng mau kenalan sama kamu!" Anne memanggil Valeria dengan lebay.

Valeria langsung mengangkat wajahnya dan menatap bingung ke arah Anne serta kyle yang memang berdiri tak jauh dari Anne.

"Apa?" Tanya Valeria polos.

"Kesini! Kenalan sama Abang Kyle ini!" Perintah Anne seraya melambaikan tangannya ke arah Valeria.

Valeria segera menutup bukunya dan mendekat ke arah Anne.

"Abangnya Sean ya, Bang?" Tanya Valeria malu-malu saat Kyle menyodorkan tangannya dan mengajak Valeria berjabat tangan.

"Iya. Panggil saja Abang Kyle," jawab Kyle seraya mengulas senyum di bibirnya.

"Valeria, Bang!" Ucap Valeria yang langsung menyebutkan namanya sembari menjabat tangan Kyle.

"Ciyee! Jadiin pacar, Bang!" Goda Sean bersemangat.

Anne dan Emily ikut menyoraki dan menggoda Kyle dan Valeria.

Flashback off

.

.

.

Hai, hai! Kita ketemu sama Valeria disini.

Tokoh-tokohnya masih berkaitan denagn cerita othor yang sebelumnya, ya!

Buat reader baru, langsung klik saja profil othor dan lihat karya othor yang barisan cover warna merah dan biru. Nah itu semua ceritanya saling berkaitan. Saran othor sih bacanya berurutan aja biar nggak pening 😅

Tapi kalau mau langsung baca yang ini juga nggak masalah. Nanti othor kasih bocoran kalau ceritanya nyambung ke cerita sebelumnya.

Terima kasih yang sudah mampir.

Dukung othor dengan like dan komen di bab ini.

BUKAN ANAK KANDUNG

Kediaman Rainer

"Terima kasih sudah mengantar Vale pulang, Bang!" Ucap Valeria yang sudah membuka sabuk pengamannya.

"Sama-sama. Jangan sedih lagi, oke!" Kyle mengusap lembut pipi Valeria yang sudah memaksa untuk tersenyum pada Kyle.

"Vale turun dulu," pamit Valeria seraya membuka pintu mobil Kyle. Valeria melambaikan tanga pada Kyle, sebelum mobil Kyle melaju meninggalkan kediaman Rainer.

"Vale, baru pulang?" Sapa Papa Theo saat Valeria baru akan menaiki tangga.

"Tadi ke kantor Abang Kyle dulu, Pa. Makanya baru pulang," jawab Valeria yang kembali berwajah sendu.

"Kau sedang ada masalah? Kenapa terlihat sedih begitu?" Tanya Papa Theo yang sepertinya sangat peka dengan kondisi Valeria.

Valeria mengurungkan niatnya untuk naik ke lantai dua dan memilih duduk di sofa ruang tamu. Valeria tidak tahu apa inj waktu yang tepat untuk bertanya pada Papa Theo. Tapi Valeria hanya ingin tahu secepatnya tentang asal-usulnya.

"Valeria, ada apa?" Mama Airin yang baru datang dari arah dapur ikut-ikutan bertanya pada Valeria.

"Pa, apa benar Valeria bukan putri kandung Papa?" Tanya Valeria dengan airmata yang sudah menggenang di sudut matanya.

Papa Theo tak langsung menjawab, dan Mama Airin hanya mematung di tempatnya. Namun bisa Valeria lihat kalau mata Mama Airin juga sudah berkaca-kaca sekarang.

"Kenapa bertanya seperti itu, Vale? Kamu putri Papa," Jawab Papa Theo yang suaranya terdengar bergetar.

"Tapi bukan putri kandung?" Tebak Valeria yang airmatanya sudah jatuh di kedua pipinya. Valeria menyeka dengan cepat airmata tersebut.

Papa Theo hanya diam.

"Apa benar, Valeria anak hasil pemerkosaan?" Tanya Valeria lagi yang langsung membuat mama Airin terisak.

Wanita paruh baya itu segera berlari masuk ke kamar dan membanting pintu. Papa Theo bahkan tak kuasa untuk menghentikan langkah Mama Airin yang mungkin hatinya kembali sakit mengingat luka lama itu.

"Vale, dengarkan Papa!" Papa Theo mendekat ke arah Valeria dan merangjuk putrinya tersebut.

"Jadi benar, Vale hanya anak hasil pemerkosaan dan bukan anak kandung Papa? Vale anak haram?" Isak Valeria dengan airmata yang sudah jatuh bercucuran memenuhi wajahnya.

"Valeria, dengarkan Papa!" Papa Theo yang kini sudah ikut berkaca-kaca berusaha menenangkan Valeria.

"Vale bukan putri kandung Papa." Valeria masih terus meracau dan menangis terisak.

"Kau putri Papa, Valeria! Kau putri Papa!" Ucap Papa Theo yang sudah mendekap Valeria dan terus mencoba menenangkan gadis itu.

Sebenarnya Papa Theo sudah menduga kalau hal seperti ini pasti akan terjadi. Papa Theo seharusnya memang menjelaskan pada Valeria tentang asal-usulnya. Namun Papa Theo hanya merasa belum mendapatkan waktu yang tepat untuk menjelaskan pada Valeria. Dan sekarang Vale malah tahu entah dari siapa.

"Dengarkan Papa!" Papa Theo menghapus airmata yang memenuhi wajah Valeria dan merapikan anak rambut Valeria yang berserakan di wajahnya.

"Kau bukan putri kandung Papa, itu benar adanya," ucap Papa Theo yang langsung membuat tangis Valeria kembali pecah.

"Tapi satu hal yang harus kau tahu, Vale! Meskipun kau bukan putri kandung Papa, Papa menyayangimu sama seperti halnya Papa menyayangi Ben. Papa juga yang pettaja menggendong dan memelukmu saat kau baru lahir ke dunia ini. Papa yang memberikanmu nama Valeria, agar kau menjadi seorang gadis yang kuat dan pemberani."

"Kau adalah putri Papa sampai kapanpun, Valeria!" Tutur Papa Theo yang masih menangkup wajah Valeria.

"Kau adalah putri Papa!" Ulang papa Theo sekali lagi dengan nada yang tegas, sebelum meraup Valeria ke dalam pelukannya.

Valeria menangis tersedu-sedu di pelukan Papa Theo.

"Lalu siapa papa kandung Valeria, Pa? Apa Mama juga tidak tahu?" Tanya Valeria di sela-sela isak tangisnya.

Papa Theo menarik nafas panjang, seolah berat karena harus kembali membuka luka lama ini. Tapi apa mau dikata, cepat atau lambat Valeria juga harus rahu kebenaran tebtabg asal-usul dan tentabg siapa dirinya.

Semoga Valeria mampu berpikir dan bersikap bijak setelah gadis ini tahu yanag sebenarnya.

"Duduklah dulu! Papa akan menceritakan sejuanaya kepadamu," papa Theo membimbing Valeria untuk kembali duduk di sofa ruang tengah. Pria paruh baya itu juga memanggil Maid di rumaha untuk membawakan segelas air untuk Valeria.

Setelah Valeria cukup tenang, Papa Theo akhirnya memulai ceritanya.

"Mama menjadi korban pemerkosaan saat usianya delapan belas tahun." Baru kalimat pembuka, dan Valeria sudah terlihat shock.

Airmata gadis itu kembali jatuh berderai, meskipun tidak ada jeritan histeris.

"Pelakunya adalah tetangga Mama, yang kemudian tewas dalam sebuah kecelakaan sesaat setelah ia menolak bertanggung jawab." Lanjut Papa theo lagi menahan sesak yang menghimpit dadanya.

Masih lekat di ingatan Papa Theo, bagaimana traumanya Mama Airin setelah kejadian pemerkosaan itu. Bahkan malam-malam setelah Valeria lahir dan setelah pernikahan mereka berdua, Mama Airin masih suka menangis sendiri dan bermimpi buruk. Papa Theo sampai harus membawa istrinya itu ke psikiater, demi memulihkan rasa traumanya.

"Jadi, papa kandung Valeria menolak kehadiran Valeria dan sudah meninggal dunia?" Tanya Valeria memastikan.

Papa Theo segera mengangguk dengan yakin.

"Papa tidak mau menutupi apapun darimu, Valeria. Yang tahu jelas semua kejadian ini adalah Uncle Dev dan Aunty Belle."

"Uncle Dev yang membawa Mama ke kota ini, saat kamu sudah berusia tujuh bulan di dalam kandungan Mama-"

"Lalu apa alasan Papa mau menikahi Mama? Apa Uncle Dev yang memaksa Papa? Atau Papa punya alasan lain?" Cecar Valeria seraya menghapus sisa-sisa airmata di wajanya. Gadis itu sudah terlihat lebih tegar sekarang.

Papa Theo diam sejenak dan tak langsung menjawab pertanyaan Valeria. Dua puluh tiga tahun mengarungi rumah tangga bersama Mama Airin, nyatanya tak membuat Papa Theo melupakan begitu saja dua bidadarinya yang juga sudah berpulang.

Risha dan calon bayinya yang malang.

Apa mereka berdua sudah bahagia di surga sekarang?

Papa Theo memejamkan matanya sejenak, lalu menghapus airmata yang menggenang di sudut matanya.

"Tidak ada yang memaksa Papa untuk menikahi Mama kamu dan menjadi papa untukmu."

"Papa melakukan semuanya atas kemauan Papa sendiri, karena bagi Papa, kau dan Mama Airin adalah pengganti dua bidadari Papa yang sudah pergi untuk selamanya." Papa Theo tersenyum miris.

"Dua bidadari? Pergi untuk selamanya?" Valeria mengernyit dan merasa tak paham.

"Sebelum mengenal Mama Airin, Papa sudah pernah menikah." Papa Theo menghela nafas sejenak dan susah payah menelan ganjalan pahit di tenggorokannya.

"Namun istri Papa saat itu meninggal dalam kecelakaan saat sedang mengandung delapan bulan." Sambung Papa Theo lagi yang suaranya semakin lirih terdengar.

Valeria tentu saja kaget mendengar cerita menyedihkan dari Papa Theo.

"Papa, Vale minta maaf-"

"Tidak apa! Kau berhak tahu semuanya, Valeria! Setidaknya Tuhan begitu baik pada Papa karena mengirimkan dua bidadari cantik dalam kehidupan Papa setelah kejadian menyedihkan itu."

"Kau dan Mama Airin adalah dua bidadari Papa, yang sudah memberikan banyak kebahagiaan untuk Papa." Papa Theo berucap denagn sungguh-sungguh.

"Kau adalah putri Papa, Valeria Rainer! Jangan pernah menjadi orang asing lagi!" Tegas Papa Theo yang langsung membuat Valeria mengangguk-angguk dan menghambur ke pelukan sang Papa.

"Soal Mama-" Valeria tiba-tiba ingat pada Mama airin yang tadi langsung berlari ke kamar saat Valeria mempertanyakan trntang asal-usulnya.

"Nanti Papa yang akan bicara pada Mama."' Potong Papa Theo cepat berusaha menenangkan Valeria.

"Pertanyaan Vale tadi pasti menyakiti hati Mama. Vale benar-benar minta maaf, Pa!" Ucap Valeria penuh penyesalan.

"Mama akan baik-baik saja." Papa Theo mengusap lembut kepala Valeria.

"Sebaiknya kamu naik dan istirahat," titah Papa Theo selanjutnya dan Valeria segera mengangguk.

Valeria pun lanjut naik ke lantai dua menuju ke kamarnya.,

.

.

.

Terima kasih yang sudah mampir.

Dukung othor dengan like dan komen di bab ini.

AWAL MASALAH

"Kami datang kesini ingin menjemput Valeria!"

"Valeria adalah cucu kami, jadi berikan Valeria pada kami sekarang!"

"Tidak akan!"

"Kalian tidak punya hak apapun atas Valeria! Valeria putriku dan bukan cucu kalian!"

"Dio adalah bapak kandung Valeria. Jadi kami punya hak penuh atas Valeria!"

"Berikan Valeria pada kami, Airin!"

"Berikan!"

"Tidak akan!" Jerit Airin yang sudah duduk di atas tempat tidur dan menatap bingung ke sekelilingnya. Airmata dan keringat membaur menjadi satu memenuhi wajah Airin.

"Airin, ada apa?" Tanya Theo yang ikut kaget dan terbangun karena sang istri yang mengigau dan menjerit-jerit dalam tidurnya.

Airin hanya menggeleng-gelengkan kepala dan segera menyandarkan kepalanya ke pelukan Theo.

"Kau bermimpi buruk?" Tebak Theo lagi yang seakan sudah paham dengan kondisi sang istri.

Pria paruh baya itu mengeratkan dekapannya pada Airin dan menenangkan istrinya tersebut.

Sejak Valeria melontarkan pertanyaan tentang asal-usulnya tempo hari, Airin memang jadi sering bermimpi buruk lagi. Dan sebenarnya bukan hal itu saja yang membuat Airin sering dihantui mimpi buruk. Ada hal lain yang masih enggan Airin ceritakan pada sang suami, yang sedikit mengganggu hidupnya belakangan ini.

Tapi bagaimana mereka bisa tahu tentang Valeria dan tentang alamat tempat tinggal Airin?

Apa mereka memata-matai Airin selama ini?

Lalu kenapa mereka juga mendadak ingin mengambil Valeria dari Airin?

Jika memang mereka ingin mengambil dan merebut Valeria dari airin, kenapa mereka tidak melakukannya sejak dulu?

Kenapa baru sekarang, saat Valeria sudah beranjak dewasa, mereka baru merongrong hidup Airin?

Flashback beberapa hari sebelumnya.

Airin sudah selesai berbelanja di pasar yang tak jauh dari kediaman Rainer, saat ibu dua anak itu tak sengaja menabrak ibu-ibu yang usianya jauh di atas Airin.

"Airin Putri!" Sapa ibu-ibu itu yang sontak langsung membuat Airin kaget.

Airin memperhatikan dengan seksama wajah wanita tua itu, dan seketika bayangan saat ia dan kedua orangtuanya diusir dari rumah bear mereka berkelebat di benak Airin.

Bayangan saat wanita yang tak punya hati ini memaksa Airin untuk menggugurkan kandungannya saat itu juga kembali menari-nari di kepala Airin. Meskipun itu sudah lebih dari dua puluh tiga tahun yang lalu, namun Airin masih mengingatnya hingga sekarang.

"Aku kesini untuk menjemput cucuku, Airin!" Ucap wanita tua itu seraya menatap tajam pada Airin.

"Valeria bukan cucu anda!" Sergah Airin yang langsung berbalik dengan cepat da hendak meninggalkan wanita tua tersebut.

Namun gerakan wanita tua tadi lebih cepat ternyata, dan ia sudah berhasil menarik lengan Airin lalu tersenyum licik pada ibu dua anak tersebut.

"Dio adalah ayah biologis dari Valeria! Jadi Valeria adalah cucu kami!" Kali ini ganti suara seorang pria tua yang ikut mendekat ke arah Airin.

Airin menyentak cekalan tangan wanita tua tadi dan berusaha berontak.

"Dulu kalian tidak menginginkannya! Kenapa sekarang mengaku-ngaku?"

"Kalian berdua tidak punya hak apapun atas Valeria! Valeria putriku!" Airin sudah berhasil lepas dan segera pergi menjauh dari dua orangtua yang tak punya hati tersebut.

Flashback off

"Airin!" Theo mengguncang bahu Airin karena istrinya itu terlihat melamun.

"Airin!" Panggil Theo sekali lagi yang akhirnya berhasil mengembalikan kesadaran Airin. Dan sekali lagi, ibu dua anak itu menatap linglung pada sang suami.

"Kau melamun? Apa ada masalah? Ceritakan padaku, Airin!" Cecar Theo masih dengan nada lembut seperti biasa. Meskipun kali ini sedikit memaksa.

"Tidak ada, Mas!" Jawab Airin lirih.

"Valeria akan menikah sebentar lagi, kan? Valeria akan bahagia hidup bersama Kyle, kan?" Sekarang Airin malah melontarkan pertanyaan aneh.

"Ya. Pernikahan Valeria dan Kyle bulan depan. Semoga semuanya berjalan dengan lancar. Putri kita akhirnya sudah dewasa dan akan menikah tak lama lagi," Theo kembali mendekap Airin dan menyandarkan dagunya di puncak kepala sang istri.

"Apa Valeria masih suka bertanya tentang asal-usulnya?" Tanya Airin khawatir.

"Tidak! Gadis itu sudah menerima semua takdirnya denagn tegar. Kau juga harus kembali bangkit dan berhenti memikirkan semua masalalu menyakitkan itu, Airin!" Theo menasehati Airin sekali lagi.

"Aku sedang berusaha, Mas!" Cicit Airin yang semakin menyusupkan kepalanya ke pelukan hangat sang suami.

"Aku tahu."

****

Arthur Company.

Valeria keluar dari lift dengan wajah yang murung.

Baru hari ini Valeria punya kesempatan untuk bercerita pada Kyle tentang asal-usulnya yang sebenarnya. Kyle sibuk dengan proyek luar kotanya beberapa hari kemarin.

Ya,

Meskipun di depan Papa Theo dan Mama Airin, Valeria sudah terlihat tegar. Namun nyatanya Valeria tidak benar-benar setegar itu. Valeria tetap butuh tempat untuk menumpahkan semua keluh kesahnya. Dan Kyle selalu bisa menjadi pendengar yang baik, untuk semua curahan hati Valeria.

"Siang, Vale! Mau bertemu Kyle?" Sapa Daniel yang baru keluar dari ruangannya dengan wajah berseri-seri.

"Ya. Bagaimana kabar si kembar? Sepertinya Abang habis ngobrol dengan si kembar," tebak Valeria sok tahu.

"Ya! Mereka semakin lucu dan menggemaskan. Membuatku ingin cepat-cepat pulang dari kantor ini," cerita Daniel antusias.

"Dan aku baru saja menelepon mereka tadi," sambung Daniel lagi yang masih antusias.

Valeria hanya tersenyum dan mengangguk.

"Aku harus menemui seseorang di bawah. Kau langsung masuk saja! Kyle sedang mengobrol dengan Sean di dalam." Tutur Daniel selanjutnya mengendikkan dagunya ke arah pintu ruangan Kyle yang tertutup.

"Sean kesini?" Valeria sedikit terkejut. Tapi semoga saja ada kabar baik setelah ini.

Hubungan Kyle dan Sean memang memburuk beberapa bulan terakhir, tepatnya setelah pernikahan Sean dan Rachel.

Kyle menuding Sean telah berkhianat dan menyakiti hati Emily, sehingga Kyle marah ke Sean dan mendiamkan adik sambungnya itu selama berbulan-bulan.

Sean dan Emily memang sama-sama adik sambung Kyle, dan tentu saja Kyle menyayangi keduanya. Tapi tetap saja hubungan keluarga mereka sedikit rumit. Sesama adik sambung Kyle menjalin sebuah hubungan, lalu tiba-tiba kandas di tengah jalan, lalu Kyle dan Sean malah jadi bermusuhan.

Ya ampun!

Ini membingungkan.

"Aku duluan, Vale!" Pamit Daniel yang ternyata sudah berdiri di dalam lift dan melambaikan tangannya pada Valeria.

Valeria balas melambaikan tangan pada asisten Kyle tersebut sebelum akhirnya pintu lift tertutup.

Valeria melanjutkan langkahnya menuju ke ruangan Kyle. Namun baru saja Valeria akan mengetuk pintu, pintu tersebut malah sudah dibuka dari dalam.

Sean keluar dari ruangan Kyle dengan wajah murung.

"Hai, Sean!" Sapa Valeria pada calon adik iparnya tersebut.

"Hai, Vale! Abang masih marah," ucap Sean dengan nada tak bersemangat.

"Aku hanya ingin mengantarkan undangan." Sean mengangsurkan sebuah undangan berwarna biru terang pada Valeria.

Valeria membaca sejenak undangan tersebut sebelum lanjut bertanya,

"Acaranya minggu depan?"

"Iya. Aku harap Kau mau datang," jawab Sean penuh harap.

"Aku akan datang dan aku juga akan membujuk Kyle agar datang bersamaku," janji Valeria pada Sean.

"Terima kasih, Valeria! Aku pulang dulu," pamit Sean selanjutnya.

"Selamat sekali lagi untukmu dan Rachel, ya!" ucap Valeria sekali lagi sebelum Sean berlalu pergi.

Valeria lanjut membuka pintu ruangan Kyle dan terlihat Kyle yang sedang berdiri di dekag jendela, membuang pandangannya ke jendela besar tersebut dan terlihat melamun.

"Abang melamun?" Sapaan Valeria segera menyentak lamunan Kyle.

"Hai, Sayang! Tumben kesini?" Kyle sudah mengulas senyum di bibirnya dan segera menghampiri Valeria.

Kyle memeluk Valeria dengan hangat.

"Aku mau bicara sesuatu. Apa Abang sedang sibuk?" Tanya Valeria sedikit ragu.

"Sama sekali tidak! Ayo duduk!" Kyle membimbing Valeria untuk duduk di sofa yang ada di ruangannya tersebut.

.

.

.

Terima kasih yang sudah mampir.

Dukung othor dengan like dan komen di bab ini.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!